A PILGRIMAGE AND VOWS TRADITION IN SACRED TOMB AT …

20
81 (I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat TRADISI ZIARAH DAN BERKAUL PADA MAKAM KERAMAT DI LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT A PILGRIMAGE AND VOWS TRADITION IN SACRED TOMB AT LOMBOK, WEST NUSA TENGGARA I Gusti Ayu Armini Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali Jl. Raya Dalung Abianbase No. 107 Kuta Utara Badung Bali Telp.(0361) 439547, fax (0361) 439546 E-mail : [email protected] Hp. 081338453259 Naskah diterima 21 Desember 2015, diterima setelah perbaikan 10 Februari 2016, disetujui untuk dicetak 26 Februari 2016 ABSTRAK Masyarakat Sasak di Lombok percaya terhadap hal-hal yang bersifat keramat dan memiliki kekuatan adikodrati. Hal ini dilatarbelakangi keyakinan pada nilai-nilai sakral, sehingga muncul tradisi ziarah dan berkaul pada makam keramat. Tradisi itu merupakan perpaduan antara tradisi lokal dengan ajaran Agama Islam yang dianut masyarakat Sasak. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pandang, perilaku, dan jati diri masyarakat Sasak berdasarkan pemahaman budaya lokal dan ajaran agama yang dianut. Orientasi kajian bertumpu pada Teori Relegi yang dikemukakan E.B.Tylor, bahwa pikiran manusia mentransformasikan kesadarannya akan adanya jiwa atau roh. Roh-roh mendapat posisi penting dalam kehidupan manusia dan menjadi objek penghormatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masyarakat Sasak merupakan masyarakat religius yang taat menjalankan ajaran agama Islam. Namun pada hari-hari tertentu juga melaksanakan ziarah makam dan tradisi berkaul terutama pada makam-makam yang dianggap keramat. Tradisi ziarah makam dan berkaul tetap berkembang sampai saat ini karena merupakan ajaran yang bersifat mubah (dibolehkan) dalam pandangan Agama Islam. Kata Kunci : Makam Keramat, Ziarah Makam, Tradisi Berkaul. ABSTRACT Society in Lombok believe to the things that are sacred and supernatural powers. The background of this belief are sacred values, so it appeared a pilgrimage and vows tradition at sacred tombs. That tradition is a form of a blend between traditions with Islamic values which is adopted by Sasak society. This study aimed to describe the pattern of view, behavior, and identity of Sasak society based on understanding local culture and religious teachings adopted. This study make orientation on the Religion Theory forward by E.B.Tylor. Tylor decided that the human mind has transformed his awareness of the existence of the soul or spirit. Therefore, the soul and spirit to get interested possition in the human life and become honour object. The results of this research shows that the Sasak society is religious society obedient run Islamic teachings. But in particular days also carry out a pilgrimage tomb and vows tradition especially on sacred tombs. A pilgrimage and vows tradition in the sacred tomb still evolving to this day because that is mubah characteristic as permissible in the Islamic religion view. Keywords: Sacred Tomb, Tomb Pilgrimage, Vows Tradition. A. PENDAHULUAN Tradisi lokal merupakan produk budaya masyarakat yang telah berkembang sebelum manusia mengenal ajaran agama. Sebelum mengenal ajaran agama tertentu, manusia menerapkan berbagai

Transcript of A PILGRIMAGE AND VOWS TRADITION IN SACRED TOMB AT …

81

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

TRADISI ZIARAH DAN BERKAUL PADA MAKAM KERAMAT DI LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT

A PILGRIMAGE AND VOWS TRADITION IN SACRED TOMB AT LOMBOK, WEST NUSA TENGGARA

I Gusti Ayu ArminiBalai Pelestarian Nilai Budaya Bali

Jl. Raya Dalung Abianbase No. 107 Kuta Utara Badung Bali Telp.(0361) 439547, fax (0361) 439546

E-mail : [email protected]. 081338453259

Naskah diterima 21 Desember 2015, diterima setelah perbaikan 10 Februari 2016, disetujui untuk dicetak 26 Februari 2016

ABSTRAKMasyarakat Sasak di Lombok percaya terhadap hal-hal yang bersifat keramat dan memiliki kekuatan adikodrati. Hal ini dilatarbelakangi keyakinan pada nilai-nilai sakral, sehingga muncul tradisi ziarah dan berkaul pada makam keramat. Tradisi itu merupakan perpaduan antara tradisi lokal dengan ajaran Agama Islam yang dianut masyarakat Sasak. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pandang, perilaku, dan jati diri masyarakat Sasak berdasarkan pemahaman budaya lokal dan ajaran agama yang dianut. Orientasi kajian bertumpu pada Teori Relegi yang dikemukakan E.B.Tylor, bahwa pikiran manusia mentransformasikan kesadarannya akan adanya jiwa atau roh. Roh-roh mendapat posisi penting dalam kehidupan manusia dan menjadi objek penghormatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masyarakat Sasak merupakan masyarakat religius yang taat menjalankan ajaran agama Islam. Namun pada hari-hari tertentu juga melaksanakan ziarah makam dan tradisi berkaul terutama pada makam-makam yang dianggap keramat. Tradisi ziarah makam dan berkaul tetap berkembang sampai saat ini karena merupakan ajaran yang bersifat mubah (dibolehkan) dalam pandangan Agama Islam.

Kata Kunci : Makam Keramat, Ziarah Makam, Tradisi Berkaul.

ABSTRACTSociety in Lombok believe to the things that are sacred and supernatural powers. The background of this belief are sacred values, so it appeared a pilgrimage and vows tradition at sacred tombs. That tradition is a form of a blend between traditions with Islamic values which is adopted by Sasak society. This study aimed to describe the pattern of view, behavior, and identity of Sasak society based on understanding local culture and religious teachings adopted. This study make orientation on the Religion Theory forward by E.B.Tylor. Tylor decided that the human mind has transformed his awareness of the existence of the soul or spirit. Therefore, the soul and spirit to get interested possition in the human life and become honour object. The results of this research shows that the Sasak society is religious society obedient run Islamic teachings. But in particular days also carry out a pilgrimage tomb and vows tradition especially on sacred tombs. A pilgrimage and vows tradition in the sacred tomb still evolving to this day because that is mubah characteristic as permissible in the Islamic religion view.

Keywords: Sacred Tomb, Tomb Pilgrimage, Vows Tradition.

A. PENDAHULUANTradisi lokal merupakan produk budaya masyarakat yang telah berkembang sebelum manusia

mengenal ajaran agama. Sebelum mengenal ajaran agama tertentu, manusia menerapkan berbagai

82

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

bentuk tradisi lokal. Di Indonesia, setelah ajaran agama berkembang menata kehidupan masyarakat, beberapa tradisi lokal mengalami kepunahan. Namun tidak sedikit pula tradisi lokal yang tetap bertahan bahkan berpadu dengan ajaran agama. Perpaduan budaya lokal dengan agama-agama besar terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Termasuk perpaduan ajaran Agama Islam dengan budaya masyarakat atau tradisi lokal. Di tanah Jawa, perpaduan demikian menghasilkan berbagai bentuk sinkritasi, sehingga sampai saat ini dikenal adanya tradisi selametan, ziarah, tahlilan, yasinan (Sutiyono, 2010:5).

Mayarakat Suku Sasak sebagai salah satu ragam etnis di Indonesia yang mendiami Pulau Lombok di provinsi Nusa Tenggara Barat juga mengalami proses sinkretis serupa itu. Budaya masyarakat Sasak yang mendapat pengaruh dari budaya Jawa serta penyebaran Agama Islam ke Lombok yang dibawa oleh para ulama dari Tanah Jawa, tidak terlepas dari proses sinkretis demikian. Mereka selaku pemeluk agama Islam yang taat, dalam beberapa aktivitas kehidupan sehari-hari tetap menjalankan adat-istiadat yang diwariskan para leluhur secara turun-temurun. Sehingga mengenal tradisi roahan (selamatan), begawe (upacara adat), ziarah makam, dan berkaul, dan beberapa aktivitas budaya lokal lainnya. Sejak lama masyarakat Sasak memiliki tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad dengan selametan (perayaan yang besar) serta tradisi begibung yakni acara makam bersama dalam satu wadah (Bartholomev, 2001:121).

Sebagai pedoman hidup, masyarakat Sasak melaksanakan ajaran Agama Islam sesuai syariat yang ditetapkan dalam Al Qur’an dan Hadist. Mereka melakukan sholat lima waktu, baik di rumah dalam lingkungan keluarga inti maupun sholat berjamaah dengan warga di masjid yang dibangun di sekitar tempat tinggalnya. Ketaatan menjalankan ajaran agama didukung fasilitas berupa surau dan bangunan masjid pada setiap kampung. Setiap kampung di Lombok memiliki paling sedikit satu bangunan masjid. Sebagai tempat ibadah, masjid umumnya dibangun mengah, dihias seindah mungkin, dengan kubah yang besar sehingga tampak menonjol di antara rumah-rumah pemukiman penduduk. Adanya bangunan tempat ibadah (masjid) pada setiap kampung mendukung pulau Lombok mendapat sebutan sebagai pulau Seribu Masjid.

Di samping melaksanakan ajaran Agama Islam, masyarakat Sasak di Lombok masih menjalankan tradisi lokal yang telah terwariskan secara turun-temurun. Terutama pewarisan tradisi lokal yang berhubungan dengan perkembangan siklus hidup manusia terkait kelahiran anak, pernikahan, hingga kematian. Tradisi lokal yang berhubungan dengan siklus hidup manusia umumnya berbentuk begawe (upacara adat) dan roahan (makan bersama, upacara adat sebagai wujud rasa syukur, kenduri, selamatan). Begawe dan roahan yang berhubungan dengan kelahiran anak dan pernikahan merupakan adat-istiadat yang biasa dilaksanakan sebagian besar masyarakat Sasak di Lombok. Berbeda dengan roahan yang berhubungan dengan kematian seseorang, dilakukan pada hari-hari tertentu disertai kegiatan ziarah makam. Kadang-kadang, ziarah makam dilakukan pada hari-hari tertentu dengan tujuan-tujuan tertentu pula sehingga memunculkan tradisi nazar atau berkaul. Ziarah makam dan tradisi berkaul merupakan salah satu budaya spiritual yang kemungkinan telah berkembang sebelum masuknya agama-agama besar ke Indonesia, yang diduga masih berkaitan dengan bentuk penghormatan terhadap leluhur atau orang-orang yang telah meninggal.

Dalam kehidupan masyarakat Muslim di Lombok, keimanan dan kematian merupakan dua hal mesti dilaui oleh manusia. Dengan demikian, keberadaan masjid dan pemakaman merupakan dua tempat penting yang harus ada dalam setiap kampung. Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah untuk mendekatkan diri ke hadapan Allah agar selalu mendapat bimbingan Nya dan selalu menuntun manusia agar berjalan sesuai perintah Nya. Sedangkan makam merupakan peristirahatan terakhir orang yang sudah meninggal dan menjadi tempat ziarah untuk memohon petunjuk serta bimbingan

83

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

dari nenek moyang. Tidak jarang letak pemakaman berdampingan dengan letak masjid, terutama makam-makam keramat. Makam-makam para pemimpin agama pada masa lampau berada di sekitar masjid. Masjid-masjid yang berdampingi dengan makam diyakini sebagai makam keramat, sedangkan masjid di sekitarnya umumnya berupa masjid kuno dengaan atap limas bertumpang. Pada hari-hari tertentu masyarakat setempat berkunjung menuju makam, baik makam keluarga maupun makam keramat untuk melakukan ziarah makam.

Menurut pemahaman masyarakat Sasak di Lombok, ada dua jenis makam yang menjadi tempat ziarah yakni; makam keluarga dan makam keramat. Makam keluarga merupakan makam kerabat yang telah meninggal, umumnya hanya diziarahi oleh keluarga dekat. Makam keramat, merupakam makam para tokoh yang berpengaruh dalam masyarat. Diziarahi oleh masyarakat umum dengan tujuan dan harapan tertentu. Makam-makam keramat di Lombok, merupakan makam tokoh-tokoh penyebar dan pemimpin Agama Islam yang wafat setelah menjalankan tugas menyebarkan Agama Islam di kalangan masyarakat Sasak. Baik yang telah melakukan dakwah pada masa-masa awal masuknya Islam ke Pulau Lombok maupun setelahnya. Pastinya, makam keramat merupakan tempat pemakamam para ulama yang berjasa di bidang Agama Islam dan berjasa dalam membimbing kehidupan masyarakat di Lombok.

Sejalan dengan pola budaya tersebut, di Lombok terdapat banyak makam keramat. Mulai dari makam keramat yang telah ada sejak masa awal penyebaran Agama Islam di Lombok, sampai dengan makam yang relatif masih baru. Makam-makam tersebut diyakini sebagai makam keramat, sampai sekarang sering dikunjungi masyarakat untuk melakukan ziarah makam, berzikir, berdoa, maupun melakukan roahan (upacara syukuran). Masyarakat yang datang berziarah ke makam keramat bukan hanya masyarakat Lombok tetapi dari luar Pulau Lombok. Mereka datang berziarah untuk melaksanakan hajatan atau memiliki sesuatu tujuan yang ingin dicapai.

Permasalahan yang dibahas dalam kajian tentang makam keramat ini berfokus pada beberapa rumusan permasalahan yakni; 1) Mengapa masyarakat melaksanakan ziarah pada makam keramat. 2) Faktor-Faktor apa yang mendorong melakukan ziarah di makam keramat. 3) Apa fungsi makam keramat bagi masyarakat Sasak di Lombok. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pandangan dan spiritualitas masyarakat Sasak yang diekspresikan dalam ziarah menuju makam keramat dan tradisi berkaul pada makam keramat. Selanjutnya, hasil kajian ini diharapkan dapat menggambarkan perilaku dan jati diri masyarakat Sasak berdasarkan pemahaman budaya lokal dan ajaran agama yang dianut.

Kajian ini mengacu pada Teori Religi yang dikemukakan oleh E.B.Tylor. Menurut Tylor, asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran faham jiwa disebabkan dua hal yaitu; 1) Perbedaan yang tampak pada manusia antara yang hidup dengan yang mati. 2) Peristiwa mimpi sehingga manusia dapat membedakan antara jiwa dengan jasmani. Jika manusia mati, maka hubungan antara jiwa dengan jasmani akan terputus sehingga jiwa lepas dan merdeka. Jiwa-jiwa yang lepas merdeka menempati alam semesta disebut spirit (makhluk halus atau roh). Dengan demikian, pikiran manusia telah mentransformasikan kesadarannya akan adanya jiwa atau roh. Kepercayaan kepada roh-roh mengalami beberapa tingkatan yaitu; a) Animism, merupakan tingkat tertua dalam evolusi religi. Manusia percaya pada makhluk-makhluk halus yang menempati alam sekelilingnya. Makhluk halus ini kasat mata dan mampu berbuat hal-hal yang tidak dapat dilakukan manusia. Dengan demikian, roh-roh halus mendapat posisi penting dalam kehidupan manusia dan menjadi objek penghormatan dan penyembahan disertai doa, sajian, dan korban. b) Dynamism, tingkat kedua dari evolusi religi manusia percaya bahwa gerak alam dan gejala-gejala alam disebabkan adanya jiwa. Aliran air sungai, gunung meletus, gempa bumi, siang malam, tumbuhnya pepohonan disebabkan oleh makhluk halus yang menempati alam. Jiwa alam aitu

84

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

kemudian dipersonifikasikan dan dianggap memiliki kepribadian dengan kemauan dan pikiran disebut dewa-dewa alam. c) Polytheism, tingkat ketiga dalam evolusi religi adalah keyakinan bahwa dewa-dewa alam juga hidup dalam susunan kenegaraan menyerupai susunan masyarakat manusia. Sehingga muncul susunan pangkat dewa-dewa mulai dari dewa-dewa tertinggi sampai dewa-dewa terendah. d) Monotheism, muncul adanya kesadaran bahwa semua dewa pada hakekatnya merupakan penjelmaan dari satu dewa yaitu dewa tertinggi (Koentjaraningrat,1992:229; 1980:46).

Teori Religi serupa juga dikemukakan oleh J.G. Frazer bahwa religi adalah segala tingkah laku manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri pada kekuasaan mahluk-mahluk halus, roh-roh yang menempati alam (Koentjaraningrat,1980:54). Sistem kepercayaan dapat disatukan oleh praktek-praktek yang bertalian dengan hal yang suci, yakni hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang. Kepercayaan dan praktek-praktek tersebut dapat mempersatukan komunitas moral yang disebut tempat suci yang selalu terpaut satu dengan lainnya (Durkheim, 1992 : 12).

Terkait dengan topik kajian tentang tradisi berziarah dan berkaul pada makam keramat, pandangan yang menjadi dasar kajian adalah kepercayaan animisme yang merupakan tingkat tertua dalam evolusi religi. Kepercayaan animisme berkembang menjadi beberapa tingkatan sampai mencapai puncaknya menjadi kepercayaan monotheisme. Meskipun saat ini kepercayaan manusia telah berkembang sampai tahap monoteisme, sisa-sisa kepercayaan kuna (animisme, dinamisme, dan polytheisme) tidak hilang begitu saja. Selain percaya pada adanya satu penguasa alam semesta yakni Allah SWT, masyarakat suku Sasak di Lombok, sejak dulu hingga sekarang, masih meyakini adanya kekuatan roh dan makhluk halus yang menempati alam sekitar. Terbukti dengan kepercayaan adanya berbagai macam mahluk supranatural misalnya betara (dewa-dewa atau roh leluhur masa lampau yang menurunkan raja-raja di Lombok), bidadari (puteri yang hidup di dunia maya, turun ke bumi menikah dengan manusia kemudian melahirkan leluhur para raja dan bangsawan), selaq yakni manusia biasa yang memiliki ilmu tinggi dan mampu berubah menyerupai mahluk lain yang diinginkannya (Tim Penyusun Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat Jilid II, 1977:83-84).

Penggalian data di lapangan menerapkan beberapa tahapan operasional penelitian terdiri beberapa tahap yakni; 1) Persiapan dan penentuan lokasi penelitian, diawali dengan melakukan penjajagan awal tentang keberadaan makam-makam keramat. 2) Penentuan kriteria informan dan responden, dipilih orang-orang yang mengetahui seluk beluk kehidupan sosial budaya dan adat-istiadat masyarakat seperti tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, juru kunci makam, juru pelihara makam, dan masyarakat umum yang mengetahui sejarah makam-makam keramat. 3) Pengumpulan data menggunakan metode teknik berikut; (a) Kepustakaan, diterapkan sejak awal penelitian untuk mencari data sekunder, mendalami wawasan, serta rujukan materi penelitian. Terutama mendalami konsep, model, dan kerangka teoritis untuk kepentingan analisis. Aktivitas penerapan meode kepustakaan dibantu dengan teknik pencatatan untuk mencatat data yang ada kaitannnya dengan konsep, kerangka pemikiran maupun teori. Selanjutnya, sumber kepustakaan tersebut disusun dalam daftar kepustakaan untuk memudahkan mencari rujukan yang relevan dengan topik penelitian. (b) Observasi, digunakan untuk mengumpulkan data dalam satu kesatuan gejala dan peristiwa yang dapat diamati. Metode ini diterapkan dalam bentuk pengamatan secara langsung. Realisasi metode ini dibantu teknik perekaman menggunakan kamera sehingga prosesnya dapat diabadikan dalam bentuk dokumentasi foto. (c) Wawancara, penerapan metode ini terjadi proses interaksi antara peneliti dengan informan dalam suatu kesempatan yang telah diatur sedemikian rupa, agar mendapatkan informasi sesuai kebutuhan. Sebelum menjalankan proses wawancara terlebih dahulu disiapkan pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pertanyaan

85

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

yang ada kaitannya dengan materi pembahasan. Pedoman wawancara berguna untuk mengatasi penyimpangan proses wawancara dari jalur topik yang dikehendaki. Metode wawancara ini didukung dengan teknik pencatatan dan perekaman. 4) Pengolahan dan analisis data menggunakan metode kualitatif didukung dengan data kuantitatif berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Selanjutnya dianalisis menggunakan analisis kualitatif dipadukan dengan analisis interpretatif. Guna memperkuat kesahihan data analisis kualitatif interpretatif ditunjang dengan data-data kuantitatif dalam bentuk angka-angka tabel.

B. PEMBAHASANa. Makam Keramat

Keberadaan makam keramat berkaitan erat dengan masuknya Agama Islam ke Lombok. Awal penyebaran Agama Islam ke Pulau Lombok terjadi sekitar abad ke-16 dibawa oleh Sunan Prapen, putera Sunan Giri, salah satu Wali Sanga di Jawa (Lukman, 2005:5; Team Penyusun Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat Jilid I, 1977:14). Sunan Prapen menyebarkan Agama Islam dengan melakukan pendekatan kepada para elit masyarakat yang memegang tampuk kekuasaan. Berkat kegigihan pendekatan Sunan Prapen, beberapa elit penguasa di Lombok bersedia memeluk Agama Islam. Salah satu penguasa lokal yang paling awal memeluk Agama Islam ialah Prabu Rangkesari seorang raja dari Kerajaan Selaparang di Lombok Timur. Sebelum memeluk Agama Islam beliau menganut Agama Hindu. Sejak saat itu, penyebaran Agama Islam di Lombok mulai menunjukkan kemajuan, meskipun belum berkembang dengan maksimal (Lukman, 2005:8; Dahri, 2004:145).

Perkembangan Agama Islam di Lombok semakin meningkat dengan datangnya para ulama dari berbagai daerah di Indonesia, Asia, maupun Persia (Arab). Para ulama yang berasal dari Indonesia ada yang datang dari Aceh, Goa, Banjar, Pagaruyung, dan sebagainya. Para ulama dan mubaligh itu menetap dan wafat di Lombok dalam rangka mengajarkan syariat Agama Islam pada masyarakat sekitarnya. Berbekal pengetahuan agama yang mumpuni dan perilaku yang menjadi tauladan masyarakat, para ulama itu berperan sebagai tokoh-tokoh pemimpin. Berkat pengetahuan agama, perilaku yang baik, dan kharismanya, para pemimpin agama di kenal sebagai ulama yang waliyullah (utusan Allah di muka bumi setelah para nabi dan rassul tiada, yang membimbing masyarakat menjalankan kehidupan sesuai jalan Allah SWT). Setelah wafat para ulama tersebut dimakamkan di suatu tempat yang dianggap layak sebagai makam seorang ulama. Makam ini pun selalu dikunjungi para umat untuk melakukan ziarah makam sebagai bentuk rasa hormat terhadap sang pemimpin. Pada makam-makam tersebut masyarakat melaksanakan berbagai acara spiritual, seperti ziarah makam, berdoa, berzikir, berkaul, membayar nazar, dan lain-lain.

Makam keramat yang tergolong tua antara lain Makam Wali Nyatoq, terletak di sebuah bukit di wilayah selatan Lombok Tengah, tepatnya di Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Selain makam kuna, salah satu makam keramat yang tergolong baru adalah Makam Ketaq, terletak di Desa Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah. Makam ini didirikan tahun 1942, berada di sebuah bukit bernama bukit Ketaq. Di tempat ini dimakamkan jenazah Tuan Guru Lopan, seorang pemuka Agama Islam yang berasal dari Kampung Lopan, tidak jauh dari Desa Monggas (Armini, 2013:254).

Makam keramat umumnya berupa tempat pemakaman jasad tokoh penyebar Agama Islam yang disebut tuan guru. Tuan guru merupakan orang yang berjasa dalam pembinaan dan pengembangan Agama Islam pada masyarakat Lombok. Meskipun demikian, tidak semua makam keramat merupakan tempat pemakaman jazad tokoh-tokoh Agama Islam. Kadang-kadang suatu petilasan atau penanda perjalanan seorang tokoh Agama Islam juga disakralkan sebagai makan keramat. Pastinya, makam para tokoh penyebar agama Islam maupun penanda perjalanan para

86

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

tokoh yang berjasa dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan kehidupan beragama masyarakat Sasak di Lombok diakini sebagai makam keramat. Petilasan maupun tokoh-tokoh Agama Islam yang dimakamkan di makam-makam keramat dianggap sebagai waliyullah yang mendapat kharomah (berkah dari Allah). Oleh sebab itu, seorang tuan guru dapat disejajarkan dengan seorang kyai di Jawa, bahwa seorang kyai dianggap pemimpin kharismatik karena diyakini sebagai pemegang kekuatan suci yang membuatnya sangat berbeda dengan masyarakat luas (Turmudi, 2004:97). Sosok-sosok demikian mendapat posisi terpandang di masyarakat, dihormati, dan menjadi panutan sehingga dianggap layak dihormati setelah wafat. Makam-makam mereka diyakini sebagai makam keramat dan dikunjungi peziarah dari berbagai daerah.

Beberapa makam keramat di Pulau Lombok yang sering dikunjungi para peziarah antara lain; a) Makam Loang Baloq Makam ini terletak di pesisir pantai Ampenan Kota Mataram, dikenal sebagai makam Tuan

Guru Gaoz Abdul Razak, seorang tokoh penyebar Agama Islam berasal dari Arab. Kapan makam keramat ini dibangun tidak diketahui dengan jelas, diperkirakan makam berdiri sekitar abad ke-18 pada masa kekuasaan Raja Karangasem Bali di Lombok. Selain makam Tuan Guru Gaoz Abdul Razak, di kompleks makam ini terdapat beberapa makam lain yakni makam Anak Yatim dan makam Datuk Laut. Makam Anak Yatim dan Datuk Laut berada di luar sedangkan makam Gaoz Abdul Razak berada di wilayah paling dalam dan menjadi makam utama. Makam ini sering dikunjungi peziarah baik masyarakat beragama Islam maupun Hindu. Tempat ini sering digunakan sebagai tempat wisata religi, berziarah, dan berkaul karena posisi makam berada di tepi laut dengan pandangan yang lepas ke laut (Kumbara dkk, 2012:18).

b) Makam Batu Layar Makam Batu Layar terletak di atas sebuah bukit di tepi laut di Desa Batu Layar di kawasan

pantai Senggigi Kabupaten Lombok Barat. Makam ini berjarak sekitar 10 kilometer ke arah utara Kota Mataram. Letak makam keramat ini sangat strategis, berdekatan dengan lokasi wisata Pantai Senggigi dan lokasi pura Batu Bolong tempat pemujaan umat Hindu. Kapan saat mulai dibangunnya makam ini tidak diketahui dengan pasti. Makam Batu Layar ini diyakini sebagai petilasan atau tempat menghilangnya jazad seorang pemuka agama Islam. Beliau berjasa terhadap perkembangan Agama Islam di Lombok sehingga sangat dihormati dan disegani masyarakat (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat, t.t: 38). Makam ini juga ramai dikunjungi peziarah mengingat lokasi makam yang strategis dan panorama alam di sekitarnya yang indah. Dari posisi makam yang ada di puncak bukit, para peziarah dapat menikmati hamparan laut yang biru dan menikmati lembayung matahari tenggelam di sore hari.

c) Makam Wali Nyatoq merupakan makam kuna terdapat di sebuah bukit di wilayah selatan Lombok Tengah, tepatnya di Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Di makam ini di makamkan jenazah seorang ulama bernama Abdullah Alhaddad. Di sekitar makam ini terdapat bangunan masjid kuna bertumpang tiga, terbuat dari kayu, berdinding gedek, beratap ilalang. Diperkirakan masjid kuna ini dibangun pada masa masa-masa awal penyebaran Agama Islam ke Lombok atau sekitar tahun 1600-an. Sebagai makam kuna yang sudah dibangun sejak awal masuknya Agama Islam ke Lombok, makam ini banyak dikunjungi peziarah karena makam dianggap memiliki kekuatan adikodrati. Nuansa unik dan kekuatan sakral meliputi makam ini mengingat posisi makam yang ada di atas bukit, bangunan

87

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

kuna, tidak jauh dari lokasi makam terdapat masjid kuna dan gubug (kelompok-kelompok pemukiman tradisional suku Sasak).

d) Makam Sewira Makam ini yang terletak di Desa Pejanggik Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok

Tengah, diyakini sebagai kompleks makam raja-raja di Kerajaan Pejanggik. Makam Sewira diperkirakan berdiri sekitar abad ke-14, sebelum Agama Islam masuk ke Lombok. Pada saat itu, kerajaan Pejanggik telah berdiri di bawah kekuasaan seorang raja bernama Pemban Mas Komala Dewa. Lambat laun kerjaan ini semakin berkembang terutama setelah di bawah pemerintahan Pemban Mas Meraja Kusuma dan patihnya Arya Banjar Getas (Tim Penyusun Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat Jilid I, 1977:17). Selaku penguasa, raja Pejanggik memiliki kompleks pemakaman keluarga yang kini dikenal dengan sebutan makam Seriwa. Selain makam keluarga raja Pejanggik, di sekitar makam ini terdapat makam-makam lain yang merupakan kompleks pemakamam masyarakat Desa Pejanggik. Meskipun berada di kompleks pemakaman umum, posisi makam raja pertama (makam Pemban Poh Jenggi atau Pemban Poh Pejanggik) dikenal sebagai makam keramat berada di posisi paling dalam (paling atas). Makam ini diyakini sebagai makam keramat cikal bakal pemimpin masyarakat Desa Pejanggik.

e) Makam Ketaq Makam Ketaq terletak di puncak bukit Ketaq di Desa Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten

Lombok Tengah. Di sini dimakamkan jenazah Tuan Guru Lopan yang wafat tahun 1942 (Armini, 2013:253). Meskipun Makam Ketaq tergolong baru, masyarakat meyakini sebagai salah satu makam keramat. Tuan Guru Lopan dipandang berjasa terhadap kehidupan sosial, budaya, dan spritualitas masyarakat sehingga dikenal sebagai sosok karismatik dan banyak membantu masyarakat kecil. Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya itu, masyarakat Islam di Lombok seringkali mengunjungi makam Tuan Guru Lopan untuk melakukan ziarah. Saat ini, makam Tuan Guru Lopan digolongkan sebagai salah satu makam keramat di Pulau Lombok yang sering didatangi masyarakat dari berbagai daerah untuk berziarah, memohon berkat, membayar kaul, dan sebagainya.

f) Makam Selaparang. Makam Selaparang terletak di desa Selaparang kecamatan Suela kabupaten Lombok Timur.

Makam Selaparang merupakan kompleks pemakaman raja-raja kerajaan Selaparang yang berdiri sejak abad ke-13. Setelah Agama Islam masuk ke Lombok, dan Raja Selaparang merupakan raja yang paling awal memeluk agama Islam, maka kompleks pemakaman raja digabung dengan tempat pemakaman tokoh-tokoh penyebar Agama Islam yang datang ke Kerajaan Selaparang. Tokoh-tokoh Agama Islam yang datang berasal dari berbagai daerah seperti Baghdad, Aceh, Sumatera Barat, Banten, Jawa Tengah, dan lain-lain. Selain makam tokoh-tokoh penyebar Agama Islam di kompleks makam ini terdapat beberapa makam seperti makam raja Banjar dan makam raja Cina (Nuryahman dkk. 2012: 14). Namun, makam yang paling dikeramatkan dan paling banyak diziarahi oleh masyarakat adalah makam raja Selaparang. Bentuk makam ini tidak sedemikian menonjol di banding dengan makam-makam lainnya, batu nisannya paling kecil dan terletak di areal paling bawah. Menurut penuturan juru kunci makam, bentuk yang tidak menonjol dan posisi di bawah menunjukkan sosok Raja Selaparang yang sederhana, egaliter, dan melindungi rakyatnya. Sosok demikian membangun

88

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

simpati rakyat dan menghormatinya sebagai raja yang dicintai masyarakat sepanjang masa. Bentuk penghormatan ini diekspresikan dengan menjadikan makam raja Selaparang sebagai makam keramat tempat melakukan ziarah dan memohon berkah.

g) Makam Tanjung Makam ini terletak di Kabupaten Lombok Timur tepatnya di pesisir pantai timur Kabupaten

Lombok Timur. Makam ini diyakini sebagai salah satu makam keramat yang memiliki ikatan erat dengan makam para raja dari Kerajaan Selaparang. Konon Kerajaan Selaparang pada awalnya pusat pemerintahannya berada di Labuan, suatu daerah pesisir pantai timur Kabupaten Lombok Timur atau Labuan Lombok sekarang. Karena kondisi keamanan kurang mendukung, pusat pemerintahan dipindah ke Selaparang (Lukman, 2004:20). Sebelum pindah ke Selaparng, raja-raja sebelumnya di makamkan di Tanjung sehingga kompleks pemakamannya disebut makam Tanjung. Sebagai makam leluhur raja-raja yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan, makam raja-raja di makam Tanjung dipandang sebagai leluhur dan pemimpin masyarakat sasak yang disegani dan dihormati masyarakat. Bahkan sampai sekarang makam Tanjung dikenal sebagai makam keramat yang didatangi para peziarah dari berbagai daerah.

h) Makam Songak Makam Songak terletak di desa Songak kecamatan Keruak Lombok Timur. Makam ini diyakini

sebagai petilasan dan tempat menghilangnya Pangeran Sangupati. Sosok Pengeran Sangupati memiliki beberapa versi, di Bali Pangeran Sangupati dikenal sebagai tokoh peminpin Hindu dari tanah Jawa bernama Dang Hyang Nirartha. Beliau melakukan perjalanan spiritual kemudian membangun tempat-tempat suci (pura) di tempat-tempat penting yang disinggahi misalnya Pura Rambutsiwi, Pura Pulaki, Pura Tanah Lot, Pura Uluwatu, Pura Silayukti, dan lain-lain. Di Lombok Pangeran Sangupati dikenal sebagai pemimpin spiritual yang berbudi luhur dan memiliki ilmu pengetahuan tinggi. Pangeran Sangupati dianggap berjasa membantu masyarakat menaggulangi wabah penyakit mematikan yang menyerang masyarakat Lombok (Sirikan, 1956:107). Versi lain menyebutkan bahwa Pangeran Sangupati adalah putera Kerajaan Selaparang yang memiliki budi luhur, membantu masyarakat, dan berjasa terhadap kehidupan sosial spiritual masyarakat di Lombok. Berkat jasanya itu Pangeran Sangupati dihormati masyarakat, sampai kini makam beliau diayakini sebagai salah satu makam keramat di Lombok.

Di samping beberapa makam tersebut, di berbagai pelosok Pulau Lombok masih banyak lagi makam-makam keramat yang tersebar di berbagai daerah dan menjadi tujuan wisata spiritual masyarakat setempat. Pada makam-makam keramat itu masyarakat melakukan ziarah makam dan berkaul dengan memanjatkan doa kehadapan Allah SWT untuk tujuan-tujuan tertentu seperti memohon keselamatan, kesehatan, dan sebagainya.

b. Ziarah Makam Ziarah makam adalah salah satu budaya spiritual sebagai wujud religiositas masyarakat.

Kemungkinan tradisi ziarah makam merupakan warisan zaman prasejarah berkaitan dengan kepercayaan dan penghormatan terhadap roh leluhur atau nenek moyang (Soekmono, 2012:73). Sisa-sisa kepercayaan terhadap leluhur itu masih ada sampai saat ini yang direalisasikan dalam berbagai bentuk budaya spiritual yakni ziarah makam. Dalam kehidupan masyarakat Sasak di Lombok, tradisi ziarah makam dilatarbelakangi adanya perpaduan antara tradisi lokal dengan ajaran Agama Islam. Ajaran Agama Islam menyebutkan keberadaan Adam dan Hawa sebagai manusia

89

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

pertama sebagai nenek moyang manusia di bumi. Terkait dengan keyakinan demikian masyarakat Sasak di Lombok membedakan antara nenek moyang yang sudah lama meninggal maupun yang baru meninggal. Nenek moyang yang telah lama meninggal dan dianggap berjasa bagi kehidupan masyarakat dibuatkan makam khusus yang dikeramatkan, sedangkan nenek moyang yang baru meninggal dan tidak memiliki peran khusus bergabung dengan makam-makan lainnya (Dahri, 2004:159).

Orang-orang yang dimakamkan di makam-makam khusus merupakan sosok-sosok pemimpin maupun tuan guru (kyai, ulama, mubaligh). Selanjutnya, makam-makam khusus itu dikenal sebagai makam keramat yang didatangi masyarakat untuk melakukan ziarah, memohon berkah, dan berkaul. Makam-makam keramat yang ada di Lombok sering dikunjungi para peziarah untuk melakukan ziarah makam pada hari-hari tertentu. Aktivitas ziarah makam merupakan wujud ketaatan masyarakat terhadap orang-orang suci yang berada di jalan Allah dan orang-orang yang berjasa menata kehidupan spiritual masyarakat. Jadi, berziarah ke makam orang-orang yang dekat dengan Allah untuk berdoa di hadapan makamnya maka doa-doa yang dipanjatkan akan didengar Allah. Berdasarkan pemahaman demikian, ziarah makam merupakan tradisi yang tidak dapat dihilangkan dalam kehidupan masyarakat Lombok. Paling sedikit satu kali dalam setahun mereka berziarah ke makam leluhur dan makam-makam keramat, terutama menjelang bulan puasa.

Secara garis besar, ziarah makam yang dilaksanakan oleh masyarakat Sasak di Lombok tergolong menjadi dua yakni; a) Ziarah Makam Keluarga. Ziarah menuju makam keluarga dilaksanakan sesuai keinginan

keluarga tergantung kedekatan hubungan dengan orang yang dimakamkan. Pelaksanaan ziarah ke makam keluarga dilaksanakan pada hari-hari tertentu terutama menjelang bulan Ramadhan atau menjelang puasa, menjelang lebaran topat, atau pada acara-acara yang dianggap penting. Ziarah di makam keluarga biasanya diisi dengan kegiatan membersihkan makam, menabur bunga, air, dan memanjatkan zikir dan doa ke hadapan Allah SWT, untuk mendoakan agar arwah yang meninggal mendapat tempat layak di sisi Allah SWT.

b) Ziarah Makam Keramat. Berbeda dengan makam biasa, makam keramat terletak di suatu tempat yang relatif terpisah dengan pemakaman masyarakat biasa. Orang-orang yang dimakamkan pada makam keramat ialah tokoh-tokoh penting yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Khususnya tokoh-tokoh Agama Islam yang memiliki jasa menata kehidupan sosial serta religiositas Islamiyah masyarakat. Ziarah pada makam-makam keramat dilakukan setiap saat sesuai kehendak pribadi. Umumnya mereka yang datang berziarah menuju makam keramat memiliki maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Di sini mereka melakukan zikir dan berdoa ke hadapan Allah SWT agar keinginannya tercapai.

Masyarakat Sasak di Lombok dikenal sebagai masyarakat religius yang yang taat menjalankan perintah Agama Islam. Religiositas masyarakat bukan semata-mata taat sholat lima waktu dan melaksanaan perintah agama, juga taat berdoa, dan berziarah menuju makam keluarga dan makam-makam keramat. Ajaran Agama Islam membolehkan adanya ziarah makam dan tidak bertentangan dengan ajaran Agama Islam. Ziarah makam merupakan ajaran yang bersifat mubah (dibolehkan), siapa yang melaksanakan tidak mendapat pahala dan yang tidak melakukan tidak mendapat hukuman (Soekmono,1973:25). Dalam kehidupan masyarakat Sasak, ziarah makam untuk melaksanakan zikir dan doa merupakan suatu aktivitas spiritual yang dilakukan secara rutin, terutama menjelang hari-hari besar Agama Islam seperti menjelang puasa bulan Ramadhan dan menjelang pelaksanaan begawe (upacara adat).

Pelaksanaan ziarah makam pada masyarakat Sasak di Lombok tidak dilarang oleh tokoh-tokoh pemimpin agama. Justru, mereka membimbing keimanan masyarakat dengan cara memetik

90

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

manfaat pelaksanaan ziarah makam sebagai upaya mempertebal keimanan terhadap dunia akherat dan mengingatkan kematian yang datang jika Allah sudah berkehendak. Beliau tidak melarang masyarakat Sasak melakukan ziarah makam. Ziarah kubur dapat dilakukan selama tidak menghalangi ketaatan menjalankan perintah Allah. Ketatatan dan kepatuhan pada jalan Allah merupakan inti ajaran yang ditekankan para ulama.

Atas jasa-jasanya menyebarkan Agama Islam, serta kiprahnya menyejahterakan kehidupan masyarakat, para tokoh pemimpin agama sangat dihormati masyarakat awam. Sebagai pemimpin agama, para tuan guru dikenal sebagai ulama yang taat dan patuh kepada Allah dan berpantang terhadap segala larangan Allah. Oleh sebab itu, seorang pemimpin agama Islam diyakini sebagai pemegang kekuatan suci yang membuatnya sangat berbeda dengan masyarakat luas (Turmudi, 2004:97).

Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya itu, masyarakat Islam di Lombok seringkali mengunjungi makam-makam para pemimpin dan meyakini makam para pemimpin itu sebagai makam keramat. Di makam itu masyarakat melakukan ziarah, berdoa, dan berkaul. Mereka datang beramai-ramai beserta keluarga, tua muda, maupun anak-anak. Ramainya arus kedatangan peziarah dapat diambil contoh dari arus peziarah menuju Makam Ketaq, makam Loang Baloq, maupun makam Batu layar. Kedatangan peziarah menuju Makam Ketaq sebagai salah satu makam keramat di Pulau Lombok menunjukkan angka signifikan. Banyak peziarah dari berbagai daerah di Pulau Lombok, terutama dari Kabupaten Lombok Tengah bahkan peziarah dari luar Pulau Lombok seperti Sumbawa, Bali, Jawa, bahkan peziarah dari Makassar, Kalimantan, dan Sumatera, datang berziarah ke sini. Persentase kedatangan para peziarah dalam enam tahun terakhir dapat diamati dalam angka tabel berikut.

Prosentase Arus Peziarah Menuju Makam KetaqNo. Kabupaten Prosentase Keterangan12345

Lombok BaratLombok Tengah Lombok TimurKodya MataramLuar Daerah

26,1433,2321,4415,973,22

-Tertingi

--

TerkecilJumlah 100

(Sumber: Juru Pelihara Makam Ketaq tahun 2006-2012; Armini, 2013:253)

Menyimak angka tabel di atas, dapat diasumsikan bahwa masyarakat dari berbagai daerah di Lombok maupun daerah-daerah lain di Indonesia melakukan ziarah menuju makam keluarga maupun makam-makam keramat. Waktu pelaksanaan ziarah dilaksungkan pada saat menjelang Hari Raya Lebaran dan menjelang melaksanakan acara begawe (melaksanakan upacara adat menyangkut siklus hidup manusia). Masyarakat Sasak di Lombok mengenal tiga jenis Lebaran yakni; Lebaran Idul Fitri, Lebaran Idul Adha, Lebaran Topat (lebaran dengan menyiapkan panganan topat untuk memeriahkan acara, yang dilaksanakan seminggu setelah lebaran Idul Fitri). Berdasarkan itensitas waktu ziarah, masyarakat Sasak melaksanakan ziarah makam pada hari-hari tertentu sebagai berikut;a) Ziarah Makam Menjelang Ramadhan Ziarah pada hari raya besar Islam dilakukan pada menjelang bulan Ramadhan atau menjelang

bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Adha. Dalam rangka menyambut bulan ramadhan

91

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

yakni menjelang puasa, masyarakat Sasak melaksanakan ziarah makam, membersihkan makam, mendoakan orang yang meninggal, dan menabur bunga. Mereka terlebih dahulu mendatangi makam keluarga kemudian dilanjutkan menuju makam keramat terdekat. Di makam keramat mereka tidak melakukan pembersihan makam, karena tugas demikian telah dijalankan oleh juri kunci atau juru pelihara makam. Di sini para peziarah hanya berdoa di hadapan makam kemudian menabur bunga dan menuang air di atas makam.

b) Ziarah Makam menjelang Idul Adha Sama halnya dengan ziarah makam menjelang bulan Ramadhan, menjelang hari raya Idul

Adha (peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad), masyarakat Sasak melakukan ziarah makam menuju makam keluarga maupun menuju makam keramat terdekat. Pelaksanaan ziarah makan sama dengan pada saat pelaksanaan ziarah menjelang Ramadhan atau menjelang puasa, hanya saja ziarah banyak dilakukan oleh keluarga beserta anggota kerabat orang-orang yang datang dari menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Biasanya mereka terlebih dahulu ziarah menuju makam keluarga, kemudian dilanjutkan dengan ziarah menuju makam keramat terdekat. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan mereka melakukan ziarah menuju makam-makam keramat lainnya yang letaknya agak jauh, terkait dengan perjalanan wisata religi atau pun sebagai wujud syukur karena telah mampu menunaikan ibadah haji dengan selamat.

c) Ziarah Makam saat Lebaran Topat Lebaran topat dirayakan seminggu atau delapan hari setelah lebaran Idul Fitri. Lebaran Topat

yakni lebaran dengan penganan topat (ketupat) untuk memeriahkan acara. Pada saat lebaran topat ini masyarakat melakukan ziarah ke makam-makam keluarga dan makam-makam keramat dengan membawa penganan ketupat dan lauk-pauk tradisional khas Lombok. Mereka datang beramai-ramai besama keluaga dan handai taulan. Mereka terlebih dahulu pergi berziarah ke makam keluarga, kemudian dilanjutkan dengan berziarah ke makam keramat. Makam-makam keramat yang menjadi objek ziarah umumnya makam terdekat kemudian dilanjutkan dengan melakukan ziarah ke makam-makam keramat lainnya yang letaknya agak jauh. Biasanya lokasi makam keramat yang menjadi tujuan ziarah adalah makam-makam keramat yang menjadi kawasan wisata religi misalnya makam Batu Layar, makam Loang Baloq, yang berada di kawasan pesisir atau pun makam-makam keramat yang berada di perbukitan nan sejuk. Setelah melakukan zikir dan doa, ketupat beserta penganan lainnya yang dibawa disantap bersama di sekitar makam.

d) Ziarah Menjelang Pelaksanaan Begawe (Upacara Adat) Upacara adat dilakukan oleh masyarakat Sasak yang masih menjalankan tradisi leluhur.

Upacara adat yang dilakukan menyangkut upacara siklus hidup manusia, mulai dari tahap upacara pasca melahirkan, pernikahan, hingga kematian. Ziarah makam terkait upacara pasca melahirkan misalnya ngurisang (upacara potong rambut bayi setelah berusia tiga bulan) atau pun sunatan, dilakukan menjelang puncak pelaksanaan upacara. Beberapa hari menjelang hajatan dilakukan ziarah menuju makam keluarga maupun makam keramat terdekat. Di sini dilakukan doadoa dan dzikir untuk memohon ke hadapan Allah agar hajatan yang dilakukan berjalan dalam lindunganNya.

92

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

e) Ziarah insidental. Ziarah yang bersifat insidental biasa dilakukan pada makam-makam keramat. Pesiarah datang

datang pada hari-hari biasa, baik pagi, siang, atau sore hari. Umumnya pezirah memilih waktu ziarah pagi hari sekitar pukul 09.30-11.30 wita atau sore hari sekitar pukul 15.00-17.00 Wita. Ziarah makam yang bersifat insidental dilatarbelakangi keinginan tertentu yang ingin dicapai. Peziarah yang datang untuk berdoa memohon berkah kepada Allah di depan batu nisan tokoh-tokoh yang dimakamkan. Menurut pemahaman mereka, kedekatan seorang ulama pada Allah memudahkan pencapaian keinginan sesorang melalui doa-doa yang dipanjatkan di hadapan orang-orang yang dekat dengan Nya. Di sini mereka mengucapkan nazar atau berkaul, dan akan kembali lagi berziarah untuk membayar nazar atau kaulnya apabila doa-doa dan keinginannya terwujud.

c. Tradisi Berkaul pada Makam KeramatAktivitas ziarah makam merupakan wujud ketaatan masyarakat terhadap arwah orang-orang

suci dan orang-orang yang berjasa menata kehidupan spiritual masyarakat. Para pemimpin Agama Islam selaku ulama yang sholeh dan taat menjalankan perintah Allah diyakini arwahnya berada di sisi Allah. Jadi, berziarah dan berdoa ke makam orang-orang yang dekat dengan Allah maka doa-doa yang dipanjatkan akan di dengar Allah. Berdasarkan pemahaman demikian, perilaku ziarah makam menuju makam-makam keramat merupakan tradisi yang tidak dapat dihilangkan dalam kehidupan masyarakat Lombok. Mereka datang mengunjungi makam-makan leluhur dan makam-makam keramat setiap saat apabila memiliki kesempatan waktu.

Faktor-faktor yang mendorong masyarakat melakukan tradisi ziarah dan berkaul pada makam-makam keramat karena ada suatu maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Biasanya orang-orang datang berkaul karena ingin sembuh dari penyakit, ingin tamat sekolah, ingin menduduki suatu jabatan,ingin usahanya berhasil, ingin mendapat jodoh, dan sebagainya. Mereka yakin, dengan berdoa ke hadapan Allah SWT yang dilakukan di makam seseorang yang dekat dengah Allah, maka doa-doa akan didengarkan Allah dan sesuatu yang diinginkan akan terkabul. Pemahaman demikian memungkinkan berjalannya tradisi berkaul pada makam-makam keramat.

Berkaul berasal dari istilah kaul diartikan sebagai niat yang diucapkan seseorang sebagai janji untuk melakukan sesuatu apabila keinginannya tercapai (Pusat Bahasa, 2007:517). Tradisi berkaul atau pengikraran janji itu dilakukan di tempat-tempat yang dianggap keramat. Masyarakat Sasak melakukan tradisi berkaul di tempat-tempat yang dianggap keramat terutama makam-makam para tokoh dan penyebar Agama Islam di Lombok. Masyarakat Sasak memiliki kebiasaan mengucapkan kaul dihadapan makam seorang ulama yang telah wafat. Mereka memiliki pandangan dan keyakinan tertentu terhadap sosok ulama yang dimakamkan di tempat tersebut, sehingga berkaul di hadapan makam seorang ulama berkaitan erat dengan perilaku religius, bahkan dapat dikatakan sebagai ekspresi emosi keagamaan yang mendorong manusia berperilaku religius. Emosi keagamaan yang melatarbelakangi perilaku manusia mendorong adanya sacred values (nilai-nilai sakral) yang bersifat keramat (Koentjaraningrat,1990:239). Nilai-nilai sakral tumbuh dan berkembang sampai saat ini sebagai perilaku religius dan tradisi lokal masyarakat di Indonesia termasuk masyarakat Sasak di Lombok.

Kondisi demikian tampak dari kebiasaan masyarakat melakukan aktivitas sejenis di beberapa daerah di Indonesia. Misalnya di kaki Gunung Kawi di daerah Malang Jawa Timur terdapat makam Mbah Jugo yang dikenal sebagai makam keramat tempat ngalap berkah (berziarah untuk memohon berkah) yang didatangi para peziarah dari berbagai daerah di Indonesia. Acara ngalap berkah berlangsung pada malam hari. Di kawasan makam terdapat pohon dewandaru yang subur

93

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

dan berdaun lebat. Para peziarah duduk berdoa dan berzikir di sekitar makam keramat di bawah naungan pohon dewandaru tersebut. Jika peziarah mendapat rontokan daun dewandaru itu diyakini akan mendapat berkah dan doa-doa serta keinginannya akan terkabul. Di kaki Gunung Merbabu di kecamatan Argomulyo Kabupaten Salatiga Jawa Tengah terdapat makam keramat Kyai Sampoerno yang didatangi peziarah untuk memohon berkah. Masyarakat yang datang berzirah dilatarbelakangi berbagai faktor terutama faktor keselamatan dan ekonomi (Moertjipto, 2007:113)

Di Kampung Pulo desa Cangkuang kecamatan Leles kabupaten Garut, Jawa Barat terdapat candi Cangkuang dan makam keramat Dalem Arif Muhammad. Dalem Arif Muhammad adalah tokoh penyebar Agama Islam di desa Cangkuang terutama Kampung Pulo yang masih memeluk Agama Hindu. Setelah beliau wafat dimakamkan berdampingan dengan lokasi Candi Cangkuang yang merupakan tempat pemujaan Hindu masa lampau. Pada masa lalu baik makam Arif Muhammad maupun candi Cangkuang diyakini sebagai tempat keramat yang sering didatangi peziarah. Setelah Agama Islam berkembang dengan baik candi cangkuang tidak berfungsi lagi, sebaliknya makam Dalem Arif Muhammad diyakini sebagai makam keramat yang didatangi peziarah dari berbagai daerah. Setiap saat para peziarah datang mengunjungi makam keramat Dalem Arif Muhammad, kecuali hari Rabu adalah hari pantang untuk melakukan ziarah. Pada masa lampau hari Rabu merupakan hari pemujaan Agama Hindu di Candi Cangkuang. Namun sejak dalem Arif Muhammad mulai mengajarkan Agama Islam hari Rabu diganti sebagai hari untuk mengajarkan Agama Islam kepada masyarakat setempat.

Di Kalimantan Selatan terdapat pelaksanaan budaya spiritual pada makam keramat seorang tokoh penyebar Agama Islam bernama Syech Muhammad Arsyad Al Banjari. Syech Muhammad Arsyad Al Banjari merupakan ulama besar Kerajaan Banjar yang mengajarkan Agama Islam kepada masyarakat. Kiprahnya yang paling menonjol adalah mendirikan pusat pendidikan Agama Islam, menegakkkan hukum dan syariat Islam, dan mengupayakan penerapan zakat sebagai ganti penerapan pajak yang ditetapkan Sultan Banjar. Atas kiprahnya itu, Syech Muhammad Arsyad Al Banjari dihormati dan disegani kemudian makamnya menjadi salah satu makam keramat di Kalimantan Selatan yang didatangi peziarah untuk memohon berkah dan berkaul (Hendraswati, 2013:15).

Tradisi ziarah pada makam keramat juga dilakoni masyarakat ibukota Jakarta. Beberapa makam keramat yang ada di wilayah DKI Jakarta menjadi favorit masyarakat, termasuk para legislator yang ingin mecapai kedudukan sebagai wakil rakyat di DPR. Beberapa makam keramat itu antara lain; (1) Makam Mbah Priok di kawasan pelabuhan Tanjung Priok; (2) Makam Luar Batang di Penjaringan Jakarta Utara; (3) Makam Habib Kuncung di Rawajati Kalibata Jakarta Selatan; (4) Makam Pangeran Jayakarta di kampung Jatinegara Kaun Jakarta Timur (Tempo Edisi Khusus, Jumat 28 Maret 2014 halaman 11).

Tradisi ziarah memohon berkat Allah atau berkaul melalui makam keramat dilatarbelakangi konsep-konsep budaya lokal akan adanya arwah leluhur. Bagi masyarakat Sasak, melupakan roh leluhur terutama roh orang-orang yang dianggap suci adalah pemaliq (tabu). Tabu melupakan roh leluhur diperkuat dengan sangsi moral sebagai anak durhaka disebut kabendon, ketemuk, tulah manuh. Melupakan leluhur diyakini dapat menyebabkan petaka dan berbagai kemalangan. Orang-orang yang mengalami kemalangan diyakini sebagai ujian dan teguran dari Allah dan arwah leluhur. Jika mengalami masalah demikian akan mencari solusi dengan berdoa dan berserah diri ke hadapan Allah, berziarah ke makam leluhur dan pergi ke makam-makam keramat. Roh-roh leluhur maupun orang yang dimakamkan di makan keramat berfungsi sebagai perantara untuk mendekatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan untuk mencapai tujuan, kebutuhan, permintaan manusia (Dahri, 2004:161). Berdasarkan keyakinan demikian, pendekatan hubungan

94

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

manusia dengan Allah melalui arwah orang-orang yang dekat dengan jalan Allah diyakini dapat mewujudkan kebutuhan, permintaan, dan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini mendorong adanya motivasi memohon berkah dan tradisi berkaul.

Beberapa faktor yang mendorong sesorang melakukan tradisi berkaul pada makam-makam keramat antara lain; a) Ingin sembuh dari penyakit

Peziarah yang sering datang berkaul ke makam keramat adalah orang yang mendapat kemalangan seperti menderita sakit cukup lama dan menginginkan kesembuhan. Orang yang mengalami sakit dan ingin sembuh, berupaya datang ke makam-makam keramat. Di hadapat makam para kiyai atau tuan guru itu si peziarah memanjatkan doa kehadapan Allah untuk memohon kesembuhan. Apabila sembuh mereka datang kembali membayar kaul, seperti dikemukakan pasangan suami istri asal Gerung Lombok Barat, Sadiah dan suaminya. Mereka datang ke Batu Layar untuk berziarah dan berkaul demi kesembuhan anaknya, Syahrul Ramadan yang berusia sembilan bulan. Ia menyatakan sebagai berikut; “Saya datang ke sini untuk membayar nazar, saya menazarkan anak saya karena sakit cukup lama. Sekarang sudah sembuh makanya saya bayar nasar di sini, apalagi suami saya akan berangkat lagi ke Malaysia, sebelum berangkat saya bayar nazar dulu. Selain di sini saya juga menazarkan anak saya di makan Loang Baloq, dan makam Ketaq di Mataram” (wawancara dengan Sadiah di Makam Ketaq tanggal 26 Maret 2012). b) Ingin Usahanya berhasil.

Orang yang menginginkan agar usahanya berhasil juga datang berziarah dan berkaul di makan keramat untuk memohon kepada Allah agar keinginannya terkabul. Seperti dikemukakan pasangan keluarga muda beranak satu, Rohanah dengan suaminya. Ia datang bersama suami dan anaknya yang berumur 2 tahun, datang berziarah ke makam Ketaq untuk mencapai suatu keinginan. Ketika penulis menanyakan tujuan ziarah dan kaulnya, mereka tidak mau berterus terang, hanya menjawab sebagai berikut; “Ya,..ada suatu kenginan..., ada usaha yang ingin kami capai. Jika nanti keinginan kami terkabul kami akan kembali lagi ke sini untuk membayar kaul yang sudah kami ikrarkan.... moga-moga usaha kami berhasil” (wawancara dengan Rohanah, di Makam Ketaq, 27 Maret 2012). Penulis tidak mengetahui jenis usaha yang ingin dicapai, yang pasti mereka mengikrarkan keinginannya, mengucapkan nazar, kemudian menandai nazarnya dengan ikatan seutas tali atau plastik yang diganting di pohon di sekitar makam. c) Ingin Lulus Ujian

Menjelang masa ujian akhir sekolah, makam keramat diziarahi anak-anak muda. Menjelang ujian nasional bulan April 2013, beberapa rombongan anak muda (sebagian besar laki-laki berjumlah sekitar 4-6 orang) mengendarai sepeda motor berboncengan, datang berziarah menuju makam Loang Baloq. Mereka datang berziarah untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar lulus ujian. Jika lulus ujian mereka bersama-sama akan kembali datang untuk membayar nazar. Sampai di areal makam salah seorang dari mereka membeli kembang dan air yang banyak dijual di warung-warung di luar areal makam. Memasuki cungkub makam mereka langsung duduk dan khusuk berdoa, kemudian menabur kembang dan menuang air ke atas makam. Di sini mereka tidak menuliskan atau mengikat nazarnya tetapi mengingatnya bersama-sama. Usai berziarah mereka berekreasi di pantai sekitar makam sambil berfoto menggunakan kamera handphone yang mereka bawa.d) Ingin Mendapat Kedudukan atau Jabatan

Ziarah dan berkaul di makam-makam keramat juga dilaksanakan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan kedudukan atau jabatan. Orang-orang yang ingin memperoleh kedudukan di instansi pemerintahan atau ingin mendapat kedudukan sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat

95

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

(DPR) juga sering melakukan ziarah menuju makam-makam keramat. Para peziarah dari kalangan legislator ini datang menjelang pemilihan anggota legeslatif. Biasanya mereka datang pada hari- hari yang dianggap keramat sepertimalam jumat kliwon atau malam minggu (Tempo Edisi Khusus, Jumat 28 Maret 2014 halaman 11). Kadang-kadang mereka datang berombongan dengan kolega-kolega dan tim suksesnya sambil melakukan pendekatan dengan masyarakat yang bermukim di sekitar makam keramat. Kesempatan ini digunakan untuk berkaul dengan jumlah nominal yang cukup besar. Bila mereka berhasil mencapai kedudukan atau jabatan yang diinginkan akan datang kembali membayar kaul. Tidak jarang mereka berkaul akan memberi sumbangan dalam jumlah besar atau merenovasi bangunan makam, apabila berhasil mencapai kedudukan. e) Ingin Mendapat Jodoh

Berziarah dan berkaul untuk mendapatkan jodoh atau pasangan hidup juga dilakukan di makam-makam keramat. Kaul demikian dilakukan oleh laki-laki ataupun perempuan yang ingin mendapatkan orang yang diidamkan. Laki-laki dan perempuan berduaan dilarang datang berduaan menuju makam, kecuali jika mereka bermuhrim atau sudah terikat menjadi suami istri. Peziarah yang datang untuk mendapat jodoh biasanya datang sendiri atau diantar beberapa temannya. Mereka melakukan tahapan-tahapan ziarah, seperti berdoa, dzikir, dan menabur kembang. Semua itu dilakukan di hadapan makam dan tidak lupa mengikrarkan nazar. Nazarpun akan dibayar apabila keinginannya sudah menjadi kenyataan.

Bukti-bukti fisik para peziarah telah berkaul dan mengikrarkan nazar dilakukan dengan bentuk-bentuk perilaku sebagai berikut;a) Mengikat Tali Nazar

Mengikat tali plastik pada salah satu ranting pohon yang ada di sekitar makam merupakan salah satu pertanda bahwa kaul telah diucapkan dihadapan makam keramat. Orang yang datang berziarah dan berkaul mula-mula akan memanjatkan doa-doa kehadapan Allah yang diucapkan di hadapan makam. Usai berdoa si peziarah menyampaikan maksud yang ingin dicapai kemudian akan berjanji membayar kaul sesuai nazar yang dilontarkan. Usai mengucapkan nazar dilanjutkan dengan menabur bunga di atas makam. Sebelum pulang mereka menandai kaulnya dengan mengikat tali plastik pada salah satu ranting pohon yang tumbuh di sekitar makam. Pemakaian tali plastik dimaksudkan agar ikatan tali nazar itu dapat bertahan dalam jangka waktu relatif lama sampai keinginannya terkabul. Apabila keinginannya terkabul mereka akan datang kembali untuk melakukan roah (membayar kaul sebagai bentuk ungkapan rasa syukur) dan membuka tali nazar yang diikatkan semasa mengucapkan kaul. Orang yang datang berkaul menuju makam keramat berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Pada musim ujian sekolah dan tahun ajaran baru, peziarah yang datang berasal dari kalangan pelajar tingkat atas (SMA dan sederajat) yang akan menempuh ujian akhir. Contoh, sejak akhir Maret atau sebelum ujian berlangsung pada bulan April 2012, para pelajar datang berziarah menuju makam-makam keramat terdekat. Mereka datang berkelompok dengan teman-temannya untuk berdoa dan berkaul agar lulus ujian sekolah. Apabila telah lulus, mereka mengaku akan kembali lagi berziarah sembari membayar kaul yang telah diucapkannya. Hal serupa juga dilakukan pasangan keluarga muda, Rohanah dengan suami beserta anaknya, datang berziarah ke makam Tuan Guru Lopan untuk mencapai suatu keinginan. Ketika ditanya apa tujuan ziarah dan kaulnya, mereka tidak mau berterus terang, hanya menjawab; “Ya,..ada suatu kenginan..”. Ketika berkaul atau mengucapkan nazar, ia menandai nazarnya dengan ikatan seutas tali atau plastik yang diikat pada salah satu ranting atau akar pohon yang tumbuh di dekat makam. Apabila tujuannya telah tercapai, mereka akan membayar kaul sembari melepas ikatan tali nazar yang diikatkan.

96

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

b) Menulis Tanda Nazar Selain mengikat tali nazar, ada pula peziarah yang datang berkaul menuliskankan janji

nazarnya pada tembok pembatas makam. Penulisan nazar tidak menggunakan cat atau alat-alat permanen, tetapi menulis dengan batu di atas tembok yang berlumut. Janji nazar biasanya dituliskan dengan huruf Arab dengan menuliskan sebutan Allah. Para peziarah yang menuliskan nazarnya, umumnya orang-orang yang mampu menulis aksara Arab. Sama seperti para peziarah lainnya, apabila keinginannya telah terkabul maka si peziarah itu akan kembali lagi berziarah sambil membayar nazar serta menghapus nazar yang dituliskannya. Sayangnya, janji nazar yang ditulis pada tembok berlumut mudah hilang apabila melalui musim hujan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan lumut pada musim hujan sangat cepat dan berpeluang besar menghapus nasar yang tertulis secara alamiah. Selain menuliskan nazar, mereka juga mengingat sendiri nazar yang telah diucapkan. Apabila keinginan si peziarah terkabul dalam waktu lama, maka tulisan yang terhapus akan dibiarkan, pastinya pembayaran nazar atau kaul tetap dijalankan seperti dulu ketika mengucapkan nazar.

Pohon di sekitar Makam Ketaq dengan ikatan tali nazar(Dokumentasi I G. Ayu Armini tahun 2012)

Nazar atau kaul yang dituliskan di tembok Makam Ketaq(Dokumentasi I Gusti Ayu Armini tahun 2012)

97

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

c) Mengingat SendiriMengingat sendiri merupakan kaul yang sering dilakukan oleh kalangan yang cenderung

berdoa untuk mencapai suatu maksud. Misalnya lulus ujian, naik kelas, atau diterima diperguruan tinggi favorit. Nazar yang diikrarkan tidak terlampu berat dan mudah diingat. Apalagi jika berkaul berkelompok seperti yang dilakukan anak sekolah yang datang berziarah agar lulus dalam ujian sekolah. Jika mereka lulus nanti mereka akan beramal memasukkan sejumlah uang ke kotak amal yang dikumpulkan dari hasil iuran mereka bersama.

d. Membayar KaulMembayar kaul merupakan tanggung jawab moral yang harus dilaksanakan apabila keinginan

atau kaul yang diikrarkan telah tercapai. Pembayaran kaul dilaksanakan sesuai dengan janji yang sudah dikrarkan. Misalnya jika seseorang berkaul akan mengadakan roahan dengan memotong kambing jika sembuh dari penyakit, maka apabila sudah sembuh akan membayar kaul dengan memotong kambing. Orang yang membayar kaul akan menjalankan roahan (upacara syukuran) di tempat mengikrarkan kaul. Roahan merupakan suatu bentuk pesta atau selamatan dilaksananakan sebagai bentuk pembayaran kaul. Pembayaran kaul biasanya diikuti dengan acara roahan (upacara syukuran dan makan bersama di kompleks makam keramat tempat mengikrarkan kaul. Orang-orang yang membayar kaul dengan melaksanakan roahan dengan menyertakan kerabat dalam jumlah relatif banyak harus memberitahu aktivitas roahan kepada juru kunci atau juru pelihara makam. Dalam hal ini, juru kunci makam ikut terlibat menyaksikan roahan maupun menyediakan fasilitas seperti tikar alas apabila diminta si pembayar kaul. Sebagai imbalan, juru kunci diberikan hidangan hantaran sesuai dengan hidangan roahan (wawancara dengan L. Zaelani, Juru Pelihara Makam Ketaq Desa Monggas tanggal 24 Maret 2012).

Sebelum melaksanakan roahan, peziarah yang akan membayar kaul terlebih dahulu menyediakan perlengkapan ziarah seperti kembang dan sebotol air. Di depan makam, para peziarah duduk dengan tertib, kemudian mengumandangkan doa-doa dan puji syukur kehadapan Allah atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan. Doa-doa dipimpin seorang laki-laki tertua yang ikut dalam rombongan peziarah, diikuti oleh seluruh peziarah yang ikut dalam kegiatan itu. Usai berdoa, kembang ditaburkan di atas makam kemudian makam disiram dengan air yang mereka bawa. Usai melaksanakan doa yang diakhiri ucapan syukur alhamdulillah, mereka bangkit meningggalkan makam menuju tempat makan bersama yang telah disediakan disekitar makam. Sedangkan si peziarah bernazar bergegas menuju pohon tempat mengikat tanda kaulnya. Tanda kaul yang diikat dulu dilepas dengan tangannya sendiri. Selanjutnya ia menyusul anggota kerabat menuju tempat hidangan untuk makan bersama.

Para peziarah yang membayar kaul dengan amat sederhana juga banyak dilakukan. Misalnya, Sadiah dan suaminya yang datang ke beberapa makam untuk berziarah dan membayar kaul setelah anaknya Syahrul Ramadan sembuh dari derita penyakitnya. Ia berkaul di makam Batu Layar, Loang Baloq, dan makam Ketaq. Setelah anaknya sembuh ia merasa wajib membayar kaul, jika itu tidak dilakukan secara moral dan spiritual ia merasa bersalah dan akan terbebani seumur hidup. Oleh sebab itu ia segera membayar kaul setelah anaknya sembuh. Sesuai kemampuan ekonomi keluarganya, kaul atau nazar yang mereka ikrarkan relatif sederhana yakni memandikan anaknya dengan air kembang di depan makam, kemudian membayar uang amal seikhlasnya dan semampunya di kotak amal di depan makam. Pembayaran kaul dilakukan seperti yang dinazarkan tampak dalam gambar berikut.

98

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

C. PENUTUPMasyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Sasak di Lombok Nusa Tenggara Barat umumnya

masih percaya terhadap hal-hal yang bersifat keramat dan memiliki kekuatan adikodrati. Dalam kehidupan masyarakat Sasak berkembang berbagai bentuk tradisi yang merupakan perpaduan antara pelaksanaan ajaran agama Islam dan tradisi lokal masyarakat setempat. Keyakinan akan kekuatan adikodrati kesakralan berkaitan dengan keyakinan masyararkat prasejarah yang masih meneruskan kepercayaan-kepercayaan kuna. Konsep-konsep kepercayaan kuna mengajarkan manusia untuk tunduk terhadap alam, sebab alam dianggap memiliki keuatan supranatural yang tidak dapat ditembus dengan akal manusia. Kepercayaan kuna meyakini bahwa benda-benda di sekeliling manusia mempunyai jiwa atau roh dan kekuatan sakti. Hal ini merupakan unsur religi manusia kuna yang mendorong praktek-praktek upacara religi pada masa kini (Koentjaraningrat,1992:262).

Tradisi ziarah makam dilakukan menjelang bulan Ramadhan atau beberapa hari menjelang puasa atau menjelang Idul Fitri. Ziarah menuju makam-makam keramat sekarang insitasnya mengalami penurunan dan semakin ditinggalkan seiring dengan semakin membaiknya pemahaman agama sebagian warga. Mereka kini cenderung melakukan ziarah kubur di pemakaman umum. Ziarah kubur ini bertujuan untuk mendoakan arwah yang meninggal supaya tenang di sisi Allah SWT (Lombok Post, Minggu, 14 Juni 2015 halaman 16).

Meskipun tradisi ziarah makan mengalami penurunan, bukan berarti tidak ada lagi warga yang melakukan ziarah menuju makam-makam keramat. Tradisi ziarah pada makam-makam keramat merupakan salah satu bentuk kesinambungan kehidupan manusia masa lampau sampai kini untuk mencari hubungan dengan kekuatan adikodrati yang ada di luar batas jangkauan kemampuan manusia. Dalam tataran demikian, aktivitas budaya manusia merupakan aktivitas magis yang berada pada tahap mitis, yang dipengaruhi nilai-nilai supranatural. Manusia merasakan kekuatan-kekuatan gaib alam sekitarnya mempengaruhi kelangsungan hidup manusia (Peursen,1989:18; Maran, 2000:52).

Dasar-dasar keyakinan demikian mendorong adanya perilaku berdoa, bersaji atau tradisi berziarah dan berkaul pada makam keramat. Tradisi berziarah dan berkaul pada intinya memiliki tujuan mendekatkan diri kehadapan Allah selaku dzat yang maha dahsyat dan memiliki kekuatan adikodrati. Melalui doa-doa dan dzikir yang dipanjatkan di hadapan makam orang-orang yang memiliki kekuatan sakti, maka diharapkan semua doa dan keinginan akan didengan dan terkabul.

Sadiah dan suaminya sedang membayar nazar memandikan anaknya di Makam Ketaq

(Dokumentasi I Gusti Ayu Armini tahun 2012)

99

(I Gusti Ayu Armini) Tradisi Ziarah dan Berkaul pada Makam Keramat di Lombok Nusa Tenggara Barat

Sebagai tempat ziarah, makam keramat digunakan sebagai media memohon petunjuk serta bimbingan dari nenek moyang meraka. Makam digunakan untuk penghormatan bagi roh leluhur yang telah meninggal dunia yang dianggap telah berjasa dalam menyebarluaskan ajaran Islam. Ziarah makam dilaksanakan sebagai rasa hormat untuk mengenang segala jasa dan perjuangannya. Dalam hal ini masyarakat selalu eling (ingat dan menghargai) terhadap jerih payah leluhur yang telah memberikan anugerah serta bimbingan dan motivasi kepada anak cucunya sehingga dapat hidup berdampingan, aman, rukun, tenteram, dan sejahtera.

Sehubungan dengan keyakinan demikian secara manifes makam keramat memiliki berfungsi sebagai 1) tempat ziarah 2) tempat berkaul, 3) wisata religi. Makam keramat sebagai tempat zirah, berkaul, dan wisata religi dapat meningkatkan pemahaman serta ketaatan masyarakat terhadap ajaran agama. Peningkatan ketaatan dan pemahaman agama, mengantarkannya menuju gerbang kemaslahatan umat. Secara simbolik makam keramat berfungsi sebagai ajang internalisasi nilai-nilai budaya lokal yang berkembang secara turun-temurun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sasak. Internalisasi nilai-nilai budaya mengajarkan agar manusia berperilaku sesuai aturan dan norma-norma yang berlaku. Melalui tradisi ziarah makam mengajarkan manusia agar selalu ingat akan kematian dan dunia akherat, sehingga dalam kehidupannya di dunia fana ini manusia harus selalu ingat pada perintah Alllah dan menjauhi larangan Nya.

Sehubungan dengan hal tersebut makam-makam keramat yang ada di Lombok perlu dikembangkan sebagai objek wisata religi. Adanya objek wisata religi yang dikunjungi para wisatawan domestik maupun asing mampu memberi kemajuan ekonomi bagi masyarakat setempat. Guna mendukung pengembangan wisata religi pemerintah daerah perlu turun tangan membantu pengembangan dan penataan kawasan makam keramat agar layak digunakan sebagai objek wisata spiritual. Beberapa pengembangan yang cukup penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan adalah membangun fasilitas umum untuk kenyamanan para peziarah seperti sarana jalan yang memadai, tempat parkir, toilet, penataan kawasan, serta menata warung-warung yang umumnya merangsek mendekati lokasi makam.

DAFTAR PUSTAKAArmini, I Gusti Ayu. 2013.“Figur Ketokohan Tuan Guru Lopan dalam Kehidupan Masyarakat

Sasak di Lombok” dalam Jnana Budaya Media Informasi Sejarah, Sosial, dan Budaya Vol.18 No.2 Hlm. 175-356. Denpasar : Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB, NTT.

Azhar, H. Lalu Muhammmad dan H. Lalu Moh. Sholeh Tsalis. 2003. Tuan Guru Lopan : Waliyullah dengan Kiprah dan Karomahnya. Lombok Tengah : Yayasan Pondok Pesantren Assholehiyah Lopan Desa Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah.

Bartholomev, John Ryan. 2001. Alif Lam Min Kearifan Masyarakat Sasak. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Dahri, Harapandi. 2004. Wali dan Keramat dalam Persepsi Tradisional dan Modern. Mataram: IAIN Mataram Press.

Durkheim, Emile. 1992. The Elementary Form of The Religious Life. New York : Free Press.Hendraswati. 2013. “Budaya Spiritual di Lingkungan Makam Syekh Muhammad Arsyad Al

Banjari” dalam Jnana Budaya Media Informasi Sejarah, Sosial dan Budaya Vol.18 No.1 Halaman:1-174. Denpasar : Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB, NTT.

Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rhineka Cipta.Koentjaraningrat.1992.Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

100

Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Volume 23, Nomor 1, Maret 2016 (81 - 100)

Kumbara, A.A. Ngurah, dkk. 2012. Roah Adat Ruwatan Cara Sasak di Loang Baloq Kota Mataram.Yogyakarta : Ombak.

Lombok Post. 2015. Mengenal Kebudayaan NTB, Ziarah Kubur Menjelang Ramadhan. Minggu, 14 Juni 2015 halaman 16.

Lukman, H. Lalu. 2005. Pulau Lombok dalam Sejarah Ditinjau dari Aspek Budaya. Mataram : Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Maran, Rafael Raga. 2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Budaya Dasar. Jakarta : Rhineka Cipta.

Moertjipto. 2007. Pandangan Peziarah Terhadap Tradisi Satu Sura di Makam Kyai Sampoerna Salatiga (Kelurahan Randuacir, Kecamatan Argomulyo, Kabupaten Salatiga)” dalam Patrawidya Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya Vol.8 No.1 Maret 2007. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Nuryahman dkk. 2012. Situs Makam Selaparang di Lombok Timur (Dalam Perspektif Pengajaran Sejarah dan Pengembangan Wisata Sejarah). Yogyakarta : Ombak.

Peursen, Ch. van. 1989. Strategi Kebudayaan. Jakarta : Rhineka Cipta.Pusat Bahasa, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Sirikan, Gora. 1956. “Sejarah Balirajya”. Naskah tidak diterbitkan.Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta: Kanisius.Soekmono, R. 2012. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius.Sutiyono. 2010. Benturan Budaya Islam : Puritan dan Sinkretis. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara.Tempo Edisi Khusus. 2014 “Makam Keramat Favorit Calon Legislator”, Jumat 28 Maret 2014

halaman 11. Tim Penyusun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat. t.t. Welcome to West

Lombok a Culture of Colours. Mataram : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat.

Tim Penyusun Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat. 1977. “Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat Jilid I”. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim Penyusun Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat. 1977. “Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat Jilid II”. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Turmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan. Yogyakarta. LkiS.