Web viewlaboratorium kimia farmasi. jurusan farmasi. universitas hasanuddin. laporan lengkap....
Transcript of Web viewlaboratorium kimia farmasi. jurusan farmasi. universitas hasanuddin. laporan lengkap....
LABORATORIUM KIMIA FARMASIJURUSAN FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAPSPEKTROFOTOMETERI UV-VIS
OLEH :
KELOMPOK III EDWIND (N111 12 114)
IKA RESKIA (N111 12 221)
JENI RUSTAN (N111 12 009)
KRISMAWATI SIMON (N111 12 311)
NURUL FAJARYANTI (N111 12 344)
AYU ISTIQOMAH (N111 12 321)
ARMALA SAHID (N111 12 902)
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB
AMELIA
MAKASSAR2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kita sering melihat benda-benda bercahaya seperti matahari atau
benda lainnya atau bola lampu listrik yang dapat memancarkan spektrum
luas yang terdiri dari banyak panjang gelombang. Panjang-panjang
gelombang itu yang berhubungan dengan cahaya tampak adalah mampu
untuk mempengaruhi retina mata manusia dan karenanya menyebabkan
kesan-kesan subyektif dari penglihatan. Tetapi banyak dari radiasi yang
dipancarkan oleh benda-benda panas terletak di luar daerah di mana
mata peka, dan kita mengatakan tentang daerah-daerah ultranya (ultra
ungu) dan spektrum yang terletak di kedua sisi sinar tampak.
Salah satu alat yang digunakan dalam analisis instrumen pada
prakteknya antara lain spektrofotometer. Sesuai dengan namanya,
spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer. Metode analisis
dengan alat ini disebut juga spektrofotometri karena menggunakan
bantuan cahaya dalam pelaksanaannya.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar suatu
senyawa dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan paracetamol dengan cara mengukur absorbannya
pada panjang gelombang maksimal dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
I.3 Prinsip Percobaan
Penentuan kadar paracetamol dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis yang disinari dengan cahaya tampak pada
panjang gelombang maksimal. Sinar polikromatik yang ditangkap oleh alat
kromator diubah menjadi sinar monokromatik yang diteruskan ke sel yang
berisi larutan yang diuji kemudian diterima oleh detektor lalu amplifier dan
hasilnya dibaca oleh recorder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar
dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah
alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai
fungsi sebagai panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih dideteksi
dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah
optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai
spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. (1:215)
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah
cahaya. Suatu daerah akan diabsorpsi oleh atom atau molekul, dan
panjang gelombang cahaya yang diabsorpsi dapat menunjukkan struktur
senyawa yang diteliti. Spektruk elektromagnetik meliputi suatu daerah
panjang gelombang yang luas dari sinar gamma gelombang pendek
berenergi tinggi sampai pada pada panjang gelombang mikro dan panjang
gelombang sangat penting (2:345)
Sinar tampak dari 400 sampai 800 nm dan sinar UV yang
berbatasan sekitar 250 sampai 400 nm akan diabsorpsi oleh elektron
terliar molekul dan atom spektroskopi absorbsi dalam bidang ini disebut
spektroskopi elektron. Pada penentuan fotometer nyala logam alkali dan
alkali tanah, emisi cahaya juga diukur dalam daerah sinar tampak dan
sinar ultraviolet. (2:346)
Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar
tampak umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorpsi yang lebar,
semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh
karena itu mereka mengandung elektron, baik yang dipakai bersama atau
tidak, yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang
gelombang pada waktu absorpsi terjadi tergantung pada bagaimana erat
elektron terikat di dalam molekul. Elektrton dalam satu ikatan kovalen
tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energi tinggi, atau panjang
gelombang pendek, diperlukan untuk eksitasinya. (3:390)
Suatu zat tertentu pada kadar 1 % diukur dengan
spektrtofotometer dalam kuvet sepanjang 1 cm harganya tetap, konstanta
ini disebut sebagai molar absortivitas E1cm1%
E1cm1% mempunyai kesalahan kira-kira 10 % sehingga harga yang
tercantum dapat sebagai pengarahan saja. Lagipula, kondisi peralatan
khusus (spektrofotometer, alat ukur) tidak selalu sama,
dianjurkan untuk meneranya kembali dengan tepat untuk
penentuan kuantitatif, atau sebelumnya ditentukan kembali harga E1cm1% :.
(4)
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa
metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat
yang sangat kecil. Contoh-contoh spektrofotometer yang biasa digunakan
(6)
1. Spektrofotometer ultraviolet Unicamp SP 600. Spektrofotometer ini
meliputi jangka 220-1000 nm yakni ultraviolet, nampak dan merah
dekat
2. Spektrofotometer Unicamp SP500 Series 2. Ini merupakan
spektrofotometer dengan jangka penerapan yang luas mencakup
mengalurkan kurva absorpsi cairan lewat daerah nampak dan
ultraviolet, menetapkan absorpsi ataupun transmisi pada panjang
gelombang yang telah dipilih sebelumnya
3. Spektrofotometer Ultraviolet dan nampak Beckman DV.
Spektrofotometer ini meliputi jangka pengukuran 320 nm untuk yang
pertama dan yang kedua untuk pengukuran dalam daerah ultraviolet
dibawah 360 nm.
Adapun mekanisme kerja dari spektrofotometer adalah mula-mula
sumber radiasi dari berbagai macam sinar tanda (λ) yang berbeda-beda,
masuk ke dalam monokromator. Di monokromator ini cahaya diubah dari
cahaya polikromatik menjadi monokromatik, jadi sinar yang ada pada
monokromator sudah ada λ tertentu. Kemudian dari monokromator sinar
menembus kuvet atau sampel dimana sampel telah dilarutkan dengan
pelrut yang sesuai, yaitu pada percobaan kali ini memakai pelarut etanol.
Di kuvet ini, ada cahaya yang diserap oleh sampel (absorban) dan ada
yang diteruskan disebut transmitan. (2)
Pengukuran absorbans atau transmittan dalam spektroskopi
ultraviolet daerah tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
untuk beberapa senyawa kimia. (7)
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode
ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang
sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka
yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk
angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan.
Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut
spektrofotometer terdiri dari : (8)
sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out
(pembaca).
Fungsi masing-masing bagian: (8)
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis
dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk
sepktrofotometer
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monaokromatis.
Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar
cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya
dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada
gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses
dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
- UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel.
Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa
yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini
disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV
sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak
(VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
- IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya
dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam
bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan
dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika
sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal. (9)
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Macam-macam detector yaitu
Detektor foto (Photo detector),Photocell, misalnya CdS, Phototube,
Hantaran foto, Dioda foto, Detektor panas (8)
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektorAdapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam spektrofotometri adalah :
a. Pada saat pengenceran alat alat pengenceran harus betul-betul
bersih tanpa adanya zat pengotor
b. Dalam penggunaan alat-alat harus betul-betul steril
c. Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah
ditentukan
d. Dalam penggunaan spektrofotometri uv, sampel harus jernih dan
tidak keruh
e. Dalam penggunaan spektrofotometri uv-vis, sampel harus
berwarna. (8)
Aspek Kualitatif dan Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis (7)
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan
sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
1. Aspek Kualitatif ;
Data spektra UV-Vis bila digunakan secara tersendiri, tidak dapat
digunakan unutk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi,
bila digabung dengan cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi
magnet inti, dan spektroskoppi massa, maka dapat digunakan untuk
maksud analisis kualitatif suatu senyawa tersebut.
Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang
gelombang maksimal, intensitas, efek, pH, dan pelarut yang kesemuanya
dapat dibandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan.
Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat, misalnya :
a. Serapan (absorbansi) berubah atau tidak karena perubahan pH. Jika
berubah bagaimana perubahannya apakah batokromik ke hipsokromik
dan sebaliknya atau dari hipokromik ke hiperkromik, dsb.
b. Obat-obat yang netral misalnya kafein, kloramfenikol atau obat-obat
yang berisi ausokrom yang tidak terkonjugasi seperti amfetamin,
siklizin, dan pensiklidin. (7)
2. Aspek Kuantitatif ;
Suatu berkas radiasi dikenakan pada larutan sampel (cuplikan) dan
intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Intensitas atau
kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui
satu satuan luas penampang per detik.
Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan
memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk
menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Jika sinar monokromatik
dilewatkan melalui suatu lapisan larutan dengan ketebalan db, maka
penurunan intesitas sinar (dl) karena melewati lapisan larutan tersebut
berbanding langsung dengan intensitas radiasi (I), konsentrasi spesies
yang menyerap (c), dan dengan ketebalan lapisan larutan (db). Secara
matematis, pernyataan ini dapat dituliskan :
-dI = kIcdb
bila diintergralkan maka diperoleh persamaan ini :
I = I0 e-kbc
dan bila persamaan di atas diubah menjadi logaritma basis 10, maka akan
diperoleh persamaan :
I = I0 10-kbc
dimana : k/2,303 = a ,
maka persamaan di atas dapat diubah menjadi persamaan :
Log I0/I = abc atau A = abc (Hukum Lambert-Beer)
Dimana :
A= Absorban
a= absorptivitas
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Bila Absorbansi (A) dihubungkan dengan Transmittan (T) = I/I0 maka
dapat diperoleh A=log 1/T . Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta
yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi
yang mengenai larutan sampel. Tetapi tergantung pada suhu, pelarut,
struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. (7)
Hukum lambeert-beer : (9)
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan
cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan
dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi:
“Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan
sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan
merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan”.
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk
menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan:
T = ¿Io atau %T = ¿
Io x 100 %
dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:
A= - log T = -log ¿Io
dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah
intensitas cahaya setelah melewati sampel.
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:
A= a . b . c atau A = ε . b . c
dimana:
A = absorbansi
b / l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur
dalam molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
ppm).
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam
menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang
akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat
yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan). (9)
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber
cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut: (7)
1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber
sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk
spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia.
Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga
semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau,
apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk
ke dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya
dipakai pada spektro visible adalah lampuTungsten. Sample yang dapat
dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii warna. Hal ini
menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh
karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu
dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik. (7)
2.Spektrofotometri UV (ultraviolet)
Pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan
sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai
sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka
senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa
yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan. Oleh karena itu,
sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan
reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun
tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat
jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri
adalah sample harus jernih dan larut sempurna. (7)
3. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri
UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber
cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih
canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber
UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling
populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik
untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. (7)
4.Spektrofotometri IR (Infra Red)
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini
berdasar pada penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra
merah terbagi menjadi infra merah dekat, pertengahan, dan jauh. Infra
merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan pertengahan
yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 μm. Pada spektro IR
meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih
kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa
organik. Perlu juga diketahui bahwa sample untuk metode ini harus dalam
bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi kontaminan
akan mengganggu signal kurva yang diperoleh. (8)
II.2 Uraian Bahan
1. Etanol (5; 65)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Etanol
Rumus molekul : C2H5OH
Bobot molekul : 47,07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih mudah
menguap, mudah bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah terbakar, memberikan
nyala biru yang tak berasap.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis
bercampur dengan semua pelarut organik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari
nyala api.
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Paracetamol (5: 245)
Nama Resmi : Acetaminophenum
Nama Lain : Asetaminofen, Parasetamol
RM/BM : C8H9NO2 / 151,16
Pemerian : Hablur/serbuk hablur putih, tidak berbau,
rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) dalam 40 bagian gliserol dan
dalam 9 bagian propilenglikol, larut dalam
larutan alkali hdroksida
Kegunaan : Sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutupbaik, terlindung dari
cahaya
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 98% dan
tidak lebih dari 101% C8H9NO2 dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
II.3 Prosedur Kerja
1. Sebanyak 0,2000 g sample paracetamol yang sebelumnya
dikeringkan pada suhu 100o C selama 1 jam, ditimbang dan
dilarutkan dalam 15 ml alcohol dan diencerkan dengan air 1 L cairan
5, 10, 15, 20 & 25 ml ditempatkan dalam botol dengan volume 100
ml, 5 ml, Larutan yang dihasilkan akan optimum pada pH antara 5-6.
absorban dari larutan spektrofotometri Beckman dengan panjang
gelombang 347 nm dan air sebagai blanko atau dengan tebal 1 cm.
hasil yang diperoleh diplotkan antara absorban dengan konsentrasi
yang cocok untuk 0,001; 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005%. (3)
2. Ditimbang 0,2 g sample paracetamol secara teliti, dilarutkan dalam
15 ml alkohol dicukupkan volumenya hingga 1 liter dengan air
menunjukkan absorbansi maksimal pada 264 nm. Disaring kalau
perlu, 50 ml pertama dari filtrat dibuang. Larutan dari 2,5 ml larutan
bersih ditempatkan labu takar 100 ml, 5 ml larutan besi nitrat
ditambahkan larutan yang dibuat untuk volume tersebut dibaca pada
spektrofotometer dalam keadaan kurva yang dikalibrasi. (4)
3. Paracetamol menunjukkan absorbansi maksimum pada 237 nm
dalam larutan netral, kemaksimuman ini bergerak ke 245 nm oleh
jajak-jajak asam mineral. Ion tembaga sangat mempengaruhi
stabilitas paracetamol ; itu telah ditunjukkan bahwa efek ini bias di
eliminasi dengan penambahan KCN ke air sebagai pelarut dalam
penentuan spektrofotometri (65) metode-metode untuk estimosi dari
paracetamol dalam kehadiran dari absorbs kotoran berdasarkan
pembacaan absorban yang di ambil sebelum dan sesudah
penghancuran di paracetamol sehingga menghasilkan kotoran. (6)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Labu tentukur (labu ukur) 5,0 ml, 10,0 ml, 25,0 ml, 50,0 ml., pipet
volume 1,0 ml, 2,0 ml, 3,0 ml, 4,0 ml, 5,0 ml, spektrofotometer, timbangan
analitik, sendok tanduk, kertas timbang, kuvet, pipet tetes.
III.1.2 Bahan
Paracetamol, alkohol (etanol absolute), aluminium foil, dan
aquadest.
III.2 Cara Kerja
1. Pembuatan lariutan deret standar (Paracetamol)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang 50 mg paracetamol dilarutkan ke dalam labu ukur 50 ml
dengan pelarut etanol absolute untuk mendapatkan pengenceran
1000 ppm
c. Dipipet larutan tersebut sebanyak 1 ml ke dalam labu ukur 10 ml
dan di ad hingga tanda meniscus dengan etanol (diperoleh 100
ppm)
d. Dipipet lagi larutan tersebut 5 ml ke dalam labu ukur 50 ml dan di
ad dengan etanol hingga tanda meniskus sehingga diperoleh nilai
ppm 10 ppm.
e. Dibuat deret standar dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4
ppm, 5 ppm, dan 6 ppm dengan menggunakan etanol absolut
masing-masing 3 replikasi.
f. Diukur absorbansi deret standar pada alat spektrofotometer
2. Pembuatan larutan sampel dan pengukuran λmax
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipipet 4 ml dari larutan 10 ppm. Dicukupkan volumenya hingga
10 ml dengan etanol. Dibuat tga replikasi
c. Dimasukkan larutan sampel 4 ppm dimasukkan dalam kuvet
dengan di ukur λmax menggunakan spektrofotometri uv-vis
d. Dilakukan pengamatan nilai absorbansi pada spektrofotometer
dari λmax = 237 nm (studi pustaka untuk sampel PCT)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
Konsentrasi (ppm) Absorban (A)
4 0,243175
5 0,397123
6 0,42104
Absorbansi sampel : y = 0,45567
IV.2 Skema Kerja
Pembuatan larytan standar
sampel 50 gram ad 50 ml (1000 ppm)
1 ml ad 10 ml (100 ppm)
5 ml ad 50 ml
1 ml 10 ml
2 ml 10 ml
3 ml 10 ml
4 ml 10 ml
5 ml 10 ml
3 ml 5 ml
IV.3. Perhitungan
Regresi : a = 0,0223
b = 0,0547
Persamaan :
Y = a + bx
Y = 0,0268 + 0,0654x
0,45567 = 0,0268 + 0,0654x
X = 0,428570,0654
= 0,3476
Persentase kadar :
% kadar = bobot praktekbobot teori
= x
konsentrasi acuan(4 ppm ).100%x 100%
= 0,34764 x 100%
= 139,04 %
BAB V
PEMBAHASAN
Istilah spektrofotometri mengingatkan pengukuran berapa jauh
energi radiasi diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang
gelombang dari radiasi, maupun pengukuran absorpsi terisolasi pada
suatu panjang gelombang tertentu.
Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah
spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrumen ini
sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam satu kotak sebuah
spektrometer dan sebuah fotometer. Spektrofotometer adalah alat untuk
mengukur transmittans atau absorbans suatu contoh fungsi panjang
gelombang, pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada panjang
gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat demikian dapat
dikelompokkan baik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar
tunggal atau sinar rangkap.
Dalam percobaan ini, dilakukan penentuan kadar sampel
paracetamol .Sampel tersebut akan ditentukan kadarnya dengan
melarutkannya pada pelarut yang cocok, dengan konsentrasi tertentu,
yang kemudian akan diukur transmitannya dengan alat spektrofotometer
berdasarkan besar transmittan yang terbaca pada alat yang berasal dari
proses penyinaran sumber cahaya, monokromator yang melalui senyawa
tersebut menuju detektor dan diperkuat oleh amplifier sehingga dapat
terbaca pada recorder sebagai angka absorban.
Terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi
yaitu 1,2,3,4,5,dan 6 ppm. Setelah itu diukur absorban masing-masing
larutan pada spektrofotometer pada panjang gelombang maksimal. Dari
larutan standar ini diperoleh kurva baku. Kurva baku yaitu kurva yang
diperoleh dengan memplotkan nilai absorban dengan konsentrasi larutan
standar yang bervariasi menggunakan panjang gelombang maksimum.
Alasan kenapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal adalah
pada panjang gelombang maksimal memiliki kepekaan maksimal karena
terjadi perubahan absorbansi yang paling besar
dan pada panjang gelombang maksimal bentuk kurva absorbansi
memenuhi hukum Lambert-Beer.
Untuk sampel paracetamol mula-mula dibuat dulu pengencerannya
yaitu ditimbang 50 mg paracetamol dalam 50 ml larutan etanol absolut,
diperoleh nilai ppm 1000 ppm, lalu dipipet 1 ml kedalam labu tentukur 10
ml dan diperoleh nilai ppm 100 ppm, lalu dipipet lagi 5 ml kedalam labu
tentukur 50 ml dan diperoleh nilai ppm 10 ppm, lalu masing-masing dipipet
3 ml, 4 ml, 5ml, dan 3 ml dan masing-masing di tambah larutan etanol
absolut 10 ml kemudian dimasukkan kedalam botol vial dan dibuat
masing-masing 3 replikasi karena agar mendapatkan nilai absorbansi
yang akurat. Setelah itu, larutan diukur absorbannya dengan alat
spektrofotometer.
Dari hasil percobaan, diperoleh nilai absorban (A) dengan panjang
gelombang maksimum 237 nm. Pada konsentrasi 4 ppm nilai
absorbannya 0,243175, pada konsentrasi 5 ppm nilai absorbannya adalah
0,397123 dan pada konsentrasi 6 ppm nilai absorbannya adalah 0,42104
dan absorbansi sampel yang diambil dan sesuai adalah 0,45567.
Penetapan kadar sampel paracetamol 4 ppm diketahui % kadar
sebesar 163,94 %, sedangkan dalam farmakope III, kadar PCT
seharusnya mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari
101,0 %. Jadi sampel paracetamol tidak memenuhi persyaratan kadar.
Adapun faktor-faktor yang mengurangi ketelitian hasil yang
diperoleh adalah ketidaktelitian praktikan dalam menimbang sampel atau
cara kerja praktikan yang kurang baik, kurang bersihnya alat-alat yang
digunakan, atau mungkin juga karena adanya zat-zat pengotor dalam
sampel.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar
paracetamol adalah 163,94 % dan kadar sampel tidak memenuhi
persyaratan kadar dari PCT sesuai dengan literatur.
VI.2 Saran
Sebaiknya kelompok alat lebih memperhatikan kebersihan alat-alat
dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
2. Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua
Satu Press
3. Wunas, Yeanny dan Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi
Kuantitatif (revisi kedua). Makassar : Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi UNHAS
4. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta ; gadjah mada
university press.
5. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
6. Higuchi, T., (1961), “Pharmaceutical Analysis”, Intersciens Publ,
New York
7. Hariadi.Arsyad.PRINSIP SPEKTROFOTOMETER-UV-VIS. Diakses tanggal 8 mei 2013 pukul 20.35.
8. Yahya.sripatundita. JURNAL SPEKTROFOTOMETER-UV-VIS. Diakses tanggal 8 mei 2013 pukul 21.00.
9. Srisuryono.HUKUM-BEER. Diakses tanggal 8 mei 2013 pukul 21.23..