repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view...

124
SKRIPSI FRAGMENTASI KEPEMILIKAN LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI BAWAH BATAS MINIMUM MELALUI JUAL BELI DI KABUPATEN LUWU OLEH MARDHATILLAH RUSTAM B 111 13 072 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view...

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

SKRIPSI

FRAGMENTASI KEPEMILIKAN LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI BAWAH BATAS MINIMUM

MELALUI JUAL BELI DI KABUPATEN LUWU

OLEH

MARDHATILLAH RUSTAM

B 111 13 072

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

HALAMAN JUDUL

FRAGMENTASI KEPEMILIKAN LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DIBAWAH BATAS

MINIMUM MELALUI JUAL BELI DI KABUPATEN LUWU

OLEH

MARDHATILLAH RUSTAM

B111 13 072

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Tugas Akhir Dalam Rangka Penyelesaian Studi

Sarjana Dalam Bagian Hukum Keperdataan

Program Studi Ilmu Hukum

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

i

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

ii

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

iii

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

iv

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

ABSTRAK

MARDHATILLAH RUSTAM (B111 13 072), ‘’Fragmentasi Kepemilikan Lahan Pertanian Berkelanjutan di Bawah Batas Minimum Melalui Jual Beli di Kabupaten Luwu’’. Dibawah bimbingan Ibu SRI SUSYANTI NUR sebagai pembimbing I dan bapak MUHAMMAD ILHAM ARISAPUTRA sebagai pembimbing II.

Penelitian ini berbentuk normatif hukum empiris, berlokasi di Kecamatan Walenrang Timur Kabupten Luwu dengan dasar pertimbangan di Kecamatan Walenrang Timur Kabupaten Luwu terdapat jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah batas minimum. Melalui penelitian ke tiga instansi yaitu Kantor Pertanahan Kabupaten Luwu, Dinas Pertanian Kabupaten Luwu dan Kantor Kecamatan Walenrang Timur Kabupaten Luwu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah batas minimum dapat dilakukan dengan adanya izin perubahan penggunaan tanah (IPPT). Izin perubahan penggunaan tanah (IPPT) dapat dikeluarkan untuk lahan pertanian biasa dan tidak dapat dikeluarkan untuk kawasan Lahan Pertanian Berkelanjutan. Dampak jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah batas minimum mengakibatkan berlangsungnya kepemilikan lahan pertanian dibawah batas minimum yang tidak dapat mendukung kedaulatan pangan dan tidak memberikan kesejahteraan kepada petani.

v

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

ABSTRACT

MARDHATILLAH RUSTAM (B111 13 072), ‘’The Fragmentation of Sustainable Agricultural Land under the Minimum Limit by Buying and Selling in Luwu Regency’. Under the guidance of SRI SUSYANTI NUR as Supervisior I and MUHAMMAD ILHAM ARISAPUTRA as Supervisior II.

This research was conducted by emperical normative approach and located in East Walenrang, Luwu Regency with the consideration that it had buying and selling sustainable agricultural land under the minimum limit. There were three agencies where this research was taken place namely Land Office of Luwu, Department of Agriculture of Luwu, Sub-district Office of Walenrang Timur, Luwu.

The result of this research showed that the procedure of buying and selling the sustainable agricultural land under the minimum limit could be done with Land Use Change Permit (IPPT). Land Use Change Permit (IPPT) may be issued for ordinary agricultural land and cann’t be issued for sustainable agricultural land area. It resulted fragmentation of sustainable agricultural land under the minimum limit which could not support food sovereignty and did not provide welfare to farmers.

vi

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul FRAGMENTASI

KEPEMILIKAN LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI BAWAH

BATAS MINIMUM MELALUI JUAL BELI DI KABUPATEN LUWU.

Sholawat dan salam kepada baginda Rasulullah Muhammad saw beserta

para keluarga sahabat dan pengikutnya.

Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir dalam rangka penyelesaian

studi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Strata Satu (S1) bagian

Hukum Perdata program Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin Makassar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan dan dalam penyusunan skripsi ini penulis

mengalami kesulitan, hambatan, dan rintangan. Akan tetapi berkat

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak serta tekad, cita-cita dan

dengan harapan yang orang tua dan keluarga titipkan maka skripsi ini

dapat tersusun walaupun masih saja terdapat beberapa kekurangan.

vii

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Dengan segala kerendahan hati penulis haturkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada ke dua orang tua penulis yaitu ayahanda

tercinta Drs. Rustam dan Ibunda tercinta Saenab Saing atas kasih

sayang, nasehat serta doa yang tidak pernah putus. Terima kasih pula

penulis haturkan kepada kedua saudara penulis, kakak tercinta penulis

Maghfirah Rustam, S.Pd dan adik tercinta penulis Muthawakkilah Rustam.

Pada kesempatan ini pula, Penulis dengan segala kerendahan hati

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. selaku Rektor

Universitas Hasanuddin beserta staf dan jajarannya.

2. Ibu Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H.,M.Hum. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin, Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H.,

M.H. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin, Bapak Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H.,M.H. selaku

Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, dan

Bapak Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

3. Ibu Dr. Sri Susyanti Nur, S.H., M.H. selaku Pembimbing I dan

Bapak Dr. Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn. selaku Pembimbing II,

terima kasih atas segala petunjuk, saran, bimbingan dan waktu

yang diluangkan untuk penulis.

viii

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

4. Bapak Prof. Dr. Aminuddin Salle, S.H.,M.H., Bapak Dr. Kahar

Lahae, S.H., M.Hum. Bapak Dr. Ramli Rahim, S.H., M.H. selaku

penguji, terima kasih atas masukan dan saran-sarannya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Segenap dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

atas ilmu pengetahuannya yang diberikan kepada penulis selama

menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

6. Staf Akademik Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin atas

bantuannya dalam melayani segala kebutuhan Penulis selama

perkuliahan hingga penyusunan Skripsi ini.

7. Pengelola Perpustakaan baik Perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin maupun Perpustakaan Pusat Universitas

Hasanuddin. Terima kasih atas waktu dan tempat selama penelitian

berlangsung sebagai penunjang skripsi Penulis.

8. Sahabat-sahabat terbaik panulis sewaktu mondok di ma’had Datok

Sulaiman Palopo. Untuk seluruh angkatan 013 yang tidak mampu

penulis sebutkan namanya satu persatu terima kasih untuk support

yang tidak pernah putus, nasehat yang selalu membangun serta

silaturahmi yang senantiasa terjaga. Semoga Allah menjaga

persahabatan kita hingga ke surgaNya. Amin.

9. Sahabat seperjuangan penulis sejak awal memasuki Fakultas

Hukum hingga akhir penyelesaian studi penulis. Marselina Watruty,

ix

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

S.H, Natalia Pongbala, Rahma, Istiqamah, S.H, Nur Hasanah, S.H,

Harmonika dan Andi Ayu Hadrani.

10. Sahabat-sahabat penulis di keluarga besar TRM Nining, Anci,

Alisyah, Rini, Lia, Windi, Kembar, Pungki, Uni, Apri, Ria. Terima

kasih untuk segala kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis.

11. Sahabat-sahabat penulis di Pergerakan Mahasiwa Islam Indonesia

(PMII) cabang Makassar Raya.

12. Teman-teman KKN kak Mel, Kak Oda, Kak Rezing, Kak Fadly dan

Kak Ilo, terima kasih atas kerjasamanya selama KKN.

13. Kakak-kakak relawan LN (Lentera Negeri) kak Akiro, Kak Nunu,

terima kasih untuk selalu diingatkan bahwa dengan berbagi kita

selalu bisa menebar kebermanfaatan bagi orang lain.

14. Keluarga besar rombongan kafilah Sulawesi Selatan pada

Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional Mataram Tahun 2016.

15. Dan juga semua pihak yang telah banyak membantu penulis tapi

tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan amal kebaikan yang telah diberikan

mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Tidak ada manusia yang

luput dari kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun dalam rangka perbaikan skripsi ini.

x

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat di masa

yang akan datang bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para

pembaca pada umumnya.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Makassar, Oktober 2017

Penulis

xi

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

PENGESAHAN SKRIPSI.............................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................ii

PERSETUJUAN MENEMPUH SKRIPSI.......................................................iii

ABSTRAK..................................................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................vi

DAFTAR ISI..................................................................................................xi

DAFTAR TABEL...........................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................8

C. Tujuan Penelitian................................................................................8

D. Manfaat Penelitian..............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSATAKA.....................................................................9

A. Fragmentasi Lahan............................................................................9

B. Tinjauan Umum Tentang Kepemilikan Atas Tanah............................10

1. Pengertian Penguasaan Tanah.................................................... 10

..........................................................................................................

2. Hierarki Penguasaan Atas Tanah.................................................13

3. Ruang Lingkup Hak Atas Tanah...................................................19

4. Hak Milik Atas Tanah....................................................................22

C. Tinjauan Umum Tentang Tanah Pertanian.........................................29

1. Pengertian Tanah Pertanian.........................................................29

2. Jenis Tanah Pertanian..................................................................30

3. Lahan Pertanian Berkelanjutan.....................................................31

4. Luas Minimum dan Maksimum Kepemilikan Tanah Pertanian......32

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................33

A. Lokasi Penelitian................................................................................33

xii

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

B. Jenis dan Sumber Data......................................................................35

C. Teknik Pengumpulan Data.................................................................36

D. Populasi dan Sampel..........................................................................37

E. Analisis Data.......................................................................................38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................39

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................39

B. Prosedur Jual Beli Kepemilikan Lahan Pertanian di Bawah Batas

Minimum Di Kabupaten Luwu.............................................................44

C. Dampak Fragmentasi Kepemilikan Lahan Pertanian Melalui Jual

Beli di Kabupaten Luwu......................................................................58

BAB V PENUTUP....................................................................................67

A. Kesimpulan..........................................................................................67

B. Saran...................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................69

LAMPIRAN

xiii

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Kecamatan Walenrang Timur dilihat dari tiap-tiap

desa/kelurahan Tahun 2015

Tabel 2. Luas lahan sawah dan lahan kering dirinci per desa/kelurahan

di Kecamatan Walenrang Timur Tahun 2015

Tabel 3. Luas lahan sawah menurut jenis pengairan dirinci per

desa/kelurahan di Kecamatan Walenrang Timur Tahun 205

(ha)

Tabel 4. Luas kepemilikan lahan

Tabel 5. Luas lahan pertanian yang terfragmentasi

Tabel 6. Daftar peralihan hak milik atas lahan pertanian di Kabupetan

Luwu tahun 2016-2017

Tabel 7. Tingkat pengetahuan responden terhadap larangan fragmentasi

lahan pertanian kurang dari 2 ha

Tabel 8. Rata-rata produksi gabah yang dihasilkan per ton menurut luas

lahan dan jenis pengairan

xiv

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

xv

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah sebagai permukaan bumi memiliki peran dan

kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain

sebagai tempat bagi manusia dalam menjalankan aktivitasnya,

tanah juga menjadi sumber penghidupan manusia. Tanah memiliki

fungsi yang sangat vital dalam penyediaan bahan sandang, pangan

dan papan bagi manusia. Oleh karena itu, tanah menjadi sesuatu

yang sangat dibutuhkan, berharga,dan bernilai bagi manusia.

Manusia dengan tanah diyakini memiliki hubungan magis

religius, yakni sebagai tempat tinggal roh leluhur dan yang mereka

anggap sebagai pelindung persekutuan. Tanah dipandang sebagai

suatu harta kekayaan bersifat kekal karena tidak akan musnah

dalam keadaan apapun.1

Di atas sebidang tanah manusia dapat melakukan aktivitas

bertani, seperti menanam dan memanen hasil pertanian. Sektor

pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan.

Di Indonesia sektor pertanian pada umumnya menjadi tumpuan

kehidupan bagi masyarakat, mengingat Indonesia merupakan

1 Muhammad Ilham Arisaputra. 2015. Reforma Agraria Di Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika.. Hlm. 75

1

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah dan

potensi pertanian yang mendukung.

Berdasarkan landasan politik hukum agraria Indonesia,

yaitu Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan

bahwa “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”. Kemudian sebagai pelaksana dari ketentuan

diatas dipertegas dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, bahwa hak

menguasai Negara tersebut memberi wewenang untuk:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.2

Berkaitan dengan kewenangan tersebut, maka pemanfaatan

tanah harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi

generasi sekarang maupun generasi mendatang dalam

mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mengatur

pemanfaatan, pemilikan dan penguasaan lahan pertanian, Undang-

Undang Pokok Agraria pada Pasal 17 selain menentukan luas

2 Boedi Harsono. 2008. Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaanya). Jakarta. Djambatan. Hlm. 232

2

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

maksimum, menghendaki juga pengaturan tentang luas minimum

lahan pertanian yang boleh dimiliki dan dikuasai oleh suatu

keluarga, baik dengan hak milik atau hak-hak lainnya. Ketentuan ini

dimaksudkan agar lahan pertanian yang dikuasai oleh suatu

keluarga dapat mencukupi kebutuhan dasar rumah tangga petani

serta dapat mempertinggi taraf hidup dan memberikan

kesejahteraan bagi para petani.

Sebagai bentuk pelaksanaan dari ketentuan yang dimuat

dalam Pasal 17 Undang-undang Pokok Agraria Tahun 1960

kemudian diundangkan Undang-undang No 56 Tahun 1960 tentang

Penetapan Luas Lahan Pertanian. Dalam pasal 8 dan Pasal 9

Undang-undang No 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Lahan

Pertanian mengatur tentang penetapan batas minimum lahan

pertanian yakni 2 ha sekaligus larangan melakukan pemindahan

hak atas tanah pertanian yang mengakibatkan berlangsungnya

kepemilikan tanah kurang dari 2 ha.

Fragmentasi lahan pertanian yang terjadi sebagai akibat

dari jual beli lahan pertanian tidak hanya berpeluang terhadap

sulitnya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup

petani tetapi juga mengancam eksistensi keberadaan lahan

pertanian pangan berkelanjutan. Persepsi dan opini yang selama ini

berkembang di kalangan akademisi maupun pengambil keputusan

pada umumnya adalah bahwa fragmentasi lahan pertanian di

3

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Indonesia telah berada pada level yang dianggap menghambat

upaya peningkatan efisiensi usaha tani. Oleh karena itu, konsolidasi

lahan usaha tani harus segera diwujudkan. Persepsi tersebut

berpijak dari deduksi teoritis dan konfirmasi dari sejumlah kasus

yang menunjukkan bahwa fragmentasi lahan pertanian ikut

berkontribusi pada:

1. Terhambatnya peningkatan produktivitas usaha tani;2. faktor-faktor penyebab rendahnya efisiensi pemasaran

sarana produksi maupun produksi pertanian;3. salah satu faktor pendorong laju meningkatnya

konversi lahan pertanian;4. inefisiensi yang terjadi pada ongkos pengelolaan

program-program berbantuan, subsidi, dan lain-lain di bidang pertanian;

5. potensi sebagai salah satu sumber inefisiensi dalam pengelolaan asuransi pertanian (jika asuransi pertanian diterapkan).3

Menurut Hermas E Prabowo bahwa:

‘’Fragmetasi kepemilikan lahan pertanian menyebabkan skala usaha petani terus menurun. Penurunan skala usaha mengakibatkan lahan semakin tidak produktif. Para petani beranggapan bahwa lahan yang sudah tidak produktif lebih baik dijual. Keputusan menjual lahan ini mengakibatkan petani memiliki luas lahan yang semakin kecil. Lahan pertanian yang dimiliki petani semakin kecil sehingga tidak akan dapat memberikan kesejahteraan terhadap petani. Dengan demikian, persoalan kepemilikan lahan pertanian dan penyediaan pangan akan menjadi masalah besar di masa yang akan datang. Hal ini didukung karena peran lahan pertanian sebagai basis produksi pangan tidak tergantikan. Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, lahan merupakan sumber daya pokok dalam usaha tani

3 Sumaryanto dan Helena J. Purba. Fragmentasi Lahan Pertanian dan Hubungannya dengan Produktivitas Usaha Tani. Sumber: www.litbang.pertanian.go.id. diakses pada tanggal 27 Maret 2017

4

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

karena usaha yang dikembangkan bersifat land base agricultural’'.4

Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009

tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada

bagian menimbang huruf b dan d menyatakan bahwa fragmentasi

lahan pertanian pangan telah mengancam daya dukung wilayah

secara nasional dalam menjaga kemandirian, ketahanan dan

kedaulatan pangan. Selanjtnya dalam Pasal 1 angka 3 Undang-

undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan menyatakan bahwa:

Lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.

Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu tahun 2015

menunjukkan bahwa Kabupaten Luwu memiliki wilayah

administrasi seluas 3.000,25 km2, dengan jumlah penduduk

sebanyak 350.218 jiwa dan kepadatan penduduk 116,73 km2.

Mencapai 268.976,9 (89,6 %) hektar dari keseluruhan luas wilayah

administrasi Kabupten Luwu digunakan untuk usaha pertanian.5

4 Hermas E Prabowo. Penyusutan Lahan Isu Utama Ketahanan Pangan. Sumber: http://cetak.kompas.com/read/ diakses pada tanggal 28 Maret 2017

5 Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu. Kabupaten Luwu Dalam Angka 2016. Sumber: https://luwukab.bps.go.id diakses pada tanggal 24 Februari 2017

5

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Luas lahan yang digunakan untuk usaha pertanian di suatu

daerah tidak selalu dapat menjadi jaminan dan tolak ukur terhadap

kesejahteraan hidup para petani di daerah tersebut. Seperti halnya

di Kabupaten Luwu. Di Kabupaten Luwu terdapat petani yang

memiliki lahan garapan yang sempit. Hal tersebut tentu

berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan kemampuan petani

dalam mencukupi kebutuhan dasar rumah tangganya. Petani yang

memiliki lahan garapan yang sempit atau luas lahan garapannya

kurang dari batas minimum harus menjaga luas lahan garapannya

agar tidak terfragmentasikan menjadi persil-persil yang lebih kecil

lagi.

Namun faktanya fragmentasi kepemilikan lahan pertanian

terjadi di salah satu kecamatan di Kabupaten Luwu, yaitu di

Kecamatan Walenrang Timur. Dari data yang diperoleh sementara,

sepanjang Tahun 2016-2017, ada sekitar 31 kasus jual beli lahan

pertanian kurang dari 2 hektar atau dibawah batas minimum yang

dilakukan di hadapan camat selaku pejabat pembuat akta tanah

(PPAT).6

Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu dalam rangka

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009

tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan telah

mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Nomor 6 Tahun 6 Data hasil observasi pra penelitian di kantor Kecamatan Walenrang Timur Kabupaten

Luwu pada tanggal 18 Februari 2017

6

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu

Tahun 2011-2031. Sebagai bentuk dukungan terhadap program

perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, Kabupaten

Luwu dalam RTRWnya sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat

(2) dan pasal 37 huruf a angka 17 Peraturan Daerah Kabupaten

Luwu Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Luwu Tahun 2011-2031 telah menetapkan 17

kecamatan yang menjadi kawasan pertanian pangan berkelanjutan

dengan luas kurang lebih 52.738 (lima puluh dua ribu tujuh ratus

tiga puluh delapan) hektar dan salah satu diantaranya adalah

kecamatan Walenrang Timur di mana penulis memperoleh data

awal terjadinya fragmentasi kepemilikan lahan pertanian di bawah

batas minimum.

Berdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan

penelitian tentang apa yang menjadi dasar pertimbangan sehingga

camat selaku pejabat pembuat akta tanah (PPAT) memberikan izin

jual beli kepemilikan lahan pertanian yang berakibat terhadap

7 Pasal 27 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu 2011-2031 mengatur bahwa ‘’kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di setiap wilayah kecamatan ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan, dengan luas kurang lebih 52.738 (tujuh puluh dua ribu tujuh ratus tiga puluh delapan) hektar. Pasal 37 huruf a angka 1 Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu 2011-2031 mengatur bahwa ‘’kawasan pertanian pangan berkelanjutan khususnya beras terdapat di Kecamatan Ponrang, Ponrang Selatan, Bupon, Bajo, Kamanre, Walanrang, Walenrang Timur, Walenrang Utara, Lamasi, Lamasi Timur dan jagung di Kecamatan Bajo Barat, Latimojong, Bupon, Suli Barat, Larompong, Walenrang dan Lamasi Timur’’

7

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

terfragmentasinya lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan

Walenrang Timur Kabupaten Luwu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur jual beli kepemilikan lahan pertanian

berkelanjutan di bawah batas minimum di Kabupaten Luwu?

2. Bagaimana dampak dari fragmentasi kepemilikan lahan

pertanian berkelanjutan di bawah batas minimum melalui jual

beli di Kabupaten Luwu?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prosedur jual beli kepemilikan lahan

pertanian berkelanjutan di bawah batas minimum di Kabupaten

Luwu.

2. Untuk mengetahui dampak dari fragmentasi kepemilikan lahan

pertanian berkelanjutan di bawah batas minimum melalui jual

beli di Kabupaten Luwu.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan di bidang hukum,

khususnya mengenai fragmentasi kepemilikan lahan pertanian

di Kabupaten Luwu.

2. Menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat pada

penelitian yang sama dengan penelitian ini.

8

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fragmentasi Lahan

Dalam kepustakaan, fragmentasi didefinisikan menurut

berbagai cara. Fragmentasi lahan sebagai suatu tahapan dalam

evolusi pengelolaan pertanian di mana suatu unit usaha tani terdiri

dari sejumlah persil lahan yang terpisah, sering kali terpencar-

pencar dalam suatu area yang luas. Fragmentasi dipandang

sebagai bagian dari evolusi penguasaan lahan dan dalam

pandangan tersebut tidak dikaitkan dengan implikasinya terhadap

efisiensi.8

Fragmentasi lahan merupakan proses semakin mengecilnya

penguasaan lahan per unit manajemen usaha. Jika rumah tangga

merupakan unit manajemen usaha pertanian, maka fragmentasi

lahan adalah semakin berkurangnya luas penguasaan lahan oleh

rumah tangga.9 Dalam kamus besar bahasa Indonesia fragmentasi

didefinisikan sebagai pengambilan sebagian cerita.10

Fragmentasi lahan pertanian dikelompokkan berdasarkan

karakteristiknya menurut waktu, yaitu permanen dan sementara.

Fragmentasi lahan pertanian yang bersifat permanen terjadi karena

8 Sumaryanto dan Helena J. Purba,Op.cit9 Syahyuti. Delandreformasi Sebagai Gejala Anti Landreform di Indonesia. Sumber:

http://websyahyuti.blogspot.co.id diakses pada tanggal 25 Maret 201710 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016.Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta. Difa Publisher. Hlm. 264

9

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

adanya sistem pewarisan dan jual beli lahan pertanian dalam

masyarakat. Warisan memberikan hak secara penuh kepada ahli

waris untuk tetap mempertahankan lahan yang telah dimiliki atau

melakukan aktivitas tertentu terhadap lahannya. Petani

menganggap bahwa lahan sebagai sarana dan sumberdaya untuk

mencari nafkah salah satunya dengan melakukan transaksi jual beli

lahan.11

Fragmentasi lahan yang bersifat sementara terjadi karena

adanya pranata sewa-menyewa lahan, bagi hasil dan sistem gadai

lahan pertanian. Dalam sewa menyewa lahan apabila pemilik lahan

menyewakan sebagian dari lahannya maka akan terjadi

pemecahan lahan.12

B. Tinjauan Umum Tentang Kepemilikan Atas Tanah

1. Pengertian Penguasaan Tanah

Secara etimologi, penguasaan berasal dari kata ‘’kuasa’’

yang berarti kemampuan atau kesanggupan untuk berbuat

sesuatu, kekuatan atau wewenang atas sesuatu untuk

menentukan (memerintah, mewakili, mengurus dan sebagainya)

sesuatu itu, sedangkan ‘’penguasaan’’ dapat diartikan sebagai

suatu proses, cara, perbuatan menguasai atau kesanggupan

untuk menggunakan sesuatu.13

11 Susanti A, Hidayat K, Sukesi K. 2013. Struktur Penguasaan Lahan Pertanian dan Hubungan Kerja Agrarian Pada Masyarakat Trengger. Jurnal Habitat. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Volume 14. Hlm. 39

12 Ibid., 13 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta. Difa Publisher. Hlm. 457

10

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Pasal 529 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

mengatur bahwa:

Kedudukan berkuasa ialah kedudukan seseorang yang menguasai suatu kebendaan, baik dengan diri sendiri maupun dengan perantaraan orang lain, dan yang mempertahankan atau menikmatinya selaku orang yang memiliki kebendaan itu.

Dari rumusan Pasal 529 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya

kedudukan berkuasa atau hak menguasai memberikan

kewenangan kepada pemegang kedudukan berkuasa untuk

mempertahankan atau menikmati suatu benda yang dikuasai

sebagaimana layaknya seorang pemilik.14

Pengertian penguasaan dapat dipakai dalam arti fisik,

juga dalam arti yuridis. Penguasaan dalam arti yuridis adalah

penguasaan yang dilandasi hak yang dilindungi oleh hukum

dan pada umumnya memberi kewenangan kepada pemegang

hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki, misalnya

pemilik tanah mempergunakan atau mengambil manfaat dari

tanah yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak lain.15

Menurut Erna Sri Wibawanti dan R. Murjiyanto bahwa:

Hak atas tanah pada asasnya adalah hak atas permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Seseorang yang mempunyai hak atas tanah pada dasarnya hanya mempunyai hak

14 Kartini Muljadi, dkk. 2004. Kedudukan Berkuasa dan Hak Milik. Jakarta. Kencana. Hlm. 13

15 Urip Santoso (I). 2008. Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah. Jakarta. Kencana. Hlm.78

11

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

atas permukaan bumi saja, tidak secara otomatis berhak juga atas tubuh bumi, air maupun ruang yang ada di atas permukaan bumi, hal ini bisa dilihat bahwa pemegang hak atas tanah tidak dengan sendirinya wenang untuk menggunakan tubuh bumi, air maupun ruang yang ada diatasnya. Meskipun demikian karena tidak mungkin pemegang hak atas tanahnya hanya menggunakan permukaan bumi saja, maka kewenangan dari pemegang hak atas itu diperluas, tidak hanya wenang menggunakan permukaan bumi saja, akan tetapi wenang juga menggunakan tubuh bumi, termasuk wenang menggunakan air dan juga ruang yang ada diatas permukaan bumi akan tetapi penggunaannya ada syaratnya, yaitu sepanjang penggunaan tubuh bumi, air serta ruang udara yang ada diatas permukaan bumi digunakan untuk keperluan yang berhubungan langsung dengan penggunaan tanahnya (dalam arti permukaan bumi) dan juga menurut batas-batas yang ditentukan dalam peraturan perundangan yang berlaku. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (2) UUPA.16

2. Hierarki Penguasaan Atas Tanah

Hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam

hukum tanah nasional, antara lain sebagai berikut:

1. Hak Bangsa Indonesia Atas Tanah16 Erna Sri Wibawanti dan R. Murjiyanto. 2013. Hak Atas Tanah dan Peralihannya.

Yogyakarta. Liberty Yogyakarta. Hlm. 37-38. Pasal 4 ayat (2) UUPA mengatur bahwa ‘’hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi, air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang berhubungan langsung dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum yang lebih tinggi’’

12

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Hak bangsa Indonesia atas tanah merupakan hak

penguasaan atas tanah yang tertinggi dan meliputi semua

tanah yang ada dalam wilayah negara kesatuan republik

Indonesia, yang merupakan tanah bersama, bersifat abadi

dan menjadi induk bagi lahirnya hak penguasaan yang lain

atas tanah.17

Menurut Urip Santoso bahwa:

Hak bangsa Indonesia atas tanah juga mempunyai sifat religius yang berarti bahwa seluruh tanah yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia merupakan karunia Tuhan yang Maha Esa. Hal ini termaktub dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA. Sifat yang lain adalah sifat abadi yang berarti bahwa antara bangsa Indonesia dan tanah akan berlangsung tiada terputus untuk selamanya. Hal ini bermakna bahwa selama rakyat Indonesia masih bersatu sebagai bangsa Indonesia dan selama tanah bersama tersebut masih ada pula, dalam keadaan bagaimanapun tidak ada sesuatu kekuasaan yang akan dapat memutuskan atau meniadakan hubungan tersebut. Hubungan abadi ini termaktub dalam Pasal 1 ayat (3) UUPA.18

2. Hak Menguasai Dari Negara Atas Tanah

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 mengatur bahwa ‘’bumi,

air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat’’. Ada 3 unsur penting dalam

penjelasan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tersebut, yaitu:

17 Muhammad Ilham Arisaputra. Op.cit., Hlm. 6718 Urip Santoso (II) dalam Ibid., Hlm. 68

13

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

1) Materi pokok-pokok kemakmuran rakyat yang dikelola adalah bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

2) Cara pengelolaan dikuasai oleh negara.3) Tujuan pengelolaan adalah untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.19

Hak menguasai negara yang dinyatakan dalam Pasal

33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 memposisikan

negara sebagai pengatur dan penjamin kesejahteraan

rakyat. Fungsi negara tidak dapat dipisahkan satu dengan

lainnya, artinya melepaskan suatu bidang usaha atas

sumber daya alam kepada koperasi, swasta harus disertai

dengan bentuk-bentuk pengaturan dan pengawasan yang

bersifat khusus, karena itu kewajiban mewujudkan sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat tetap dapat dikendalikan oleh

negara.20

3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat

Hak ulayat diatur dalam pasal 3 UUPA yang mengatur

bahwa:

Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan 2, pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasar atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.

19 Muhammad Ilham Arisaputra. Loc. Cit.,20 Ibid.,

14

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Pemegang hak ulayat adalah masyarakat hukum adat.

Masyarakat hukum adat ada yang teritorial dan adapula

yang genealogik. Masyarakat hukum adat yang teritorial

adalah masyarakat hukum adat yang bertempat tinggal di

wilayah yang sama, seperti nagari di Minangkabau.

Sedangkan masyarakat hukum adat yang genealogik adalah

masyarakat hukum adat yang para warganya terikat oleh

pertalian darah, seperti suku.21

Menurut Muhammad Ilham Arisaputra bahwa:

Penguasaan atas tanah melalui hak ulayat oleh masyarakat hukum atau persekutuan hukum adalah penguasaan yang isi utamanya adalah menjaga, mengurus serta mengatur tentang bagaimana tanah lingkungan yang bersangkutan dapat memenuhi fungsinya bagi masyarakat. Penguasaan atas tanah lingkungan melalui hak ulayat oleh masyarakat hukum tersebut bukan berarti wilayah itu adalah hak milik dalam arti yang sama dengan hak perorangan. Penguasaan itu adalah hak asasi masyarakat hukum yang dasarnya ialah prinsip yang bersumber pada ketentuan alam. Adanya hak ulayat pada suatu masyarakat hukum adat hanya dapat diketahui dengan memerhatikan proses yang dijalani masyarakat hukum adat yang bersangkutan tentang kapan mulai adanya dan bagaimana adanya masyarakat hukum adat yang bersangkutan.22

Hak ulayat diakui eksistensinya bagi suatu

masyarakat hukum adat tertentu, sepanjang menurut

kenyataannya masih ada. Masih adanya hak ulayat pada

suatu masyarakat hukum adat tertentu, antara lain dapat

21 Ibid., Hlm. 28122 Muhammad Ilham Arisaputra. Op.cit., Hlm. 76

15

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

diketahui dari kegiatan sehari-hari kepala adat dan tetua

adat dalam kenyataanya masih diakui sebagai pengemban

tugas kewenangan mengatur penguasaan dan memimpin

penggunaan tanah-ulayat, yang merupakan tanah bersama

para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan.

Selain diakui, pelaksanaannya dibatasi, dalam arti harus

sedemikian rupa sehingga sesuai kepentingan nasional dan

negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak

boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-

peraturan yang lebih tinggi.23

4. Hak Perseorangan Atas Tanah

Hak individu atas tanah adalah hak yang memberi

wewenang kepada pemegang haknya (baik secara sendiri-

sendiri, secara bersama maupun badan hukum) untuk

memakai dalam arti menguasai, menggunakan dan atau

mengambil manfaat dari bidang tanah tertentu.24

Penguasaan tanah secara individual dijamin oleh

undang-undang, baik dalam UUD Tahun 1945 maupun

dalam UUPA. Dasar hak untuk kepemilikan individu atas

tanah secara umum adalah hak universal yang mengakui

kepemilikan atas hak-hak pribadi.25 Dalam Undang-undang

Dasar Tahun 1945 amandemen kedua pada Pasal 28 G

23 Ibid., Hlm. 28224 Erna Sri Wibawanti dan R. Murjiyanto, Op.cit, Hlm. 4125 Ibid., Hlm. 42

16

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

mengatur bahwa ‘’setiap orang berhak atas perlindungan

harta benda yang dibawah kekuasaaanya’’.

Sedangkan pada Pasal 28 H ayat 426 UUD 1945

mengatur bahwa setiap orang berhak mempunyai hak milik

pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara

sewenang-wenang oleh siapa pun. Termasuk hak milik

pribadi yang dilindungi adalah hak milik yang berupa tanah.

Adapun hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki secara

individual diatur dalam Pasal 16 UUPA ayat (1) yang

mengatur bahwa:

a. Hak milikb. Hak Guna Bangunanc. Hak Pakaid. Hak Sewae. Hak Membuka Tanahf. Hak Memungut Hasil Hutang. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut

di atas yang akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.

Pasal 53 ayat (1) UUPA mengatur bahwa:

Hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang dimaksud dalam pasal 16 ayat 1 huruf h, ialah hak gadai, hak usaha-bagi-hasil, hak menumpang dan hak sewa tanah pertanian diatur untuk membatasi sifat-sifatnya yang bertentangan dengan Undang-undang ini dan hak-hak tersebut diusahakan hapusnya dalam waktu yang singkat.

26 Pasal 28 H ayat (4) UUD 1945 mengatur bahwa ‘’ Setiap  orang  berhak mempunyai  hak milik  pribadi  dan  hak milik  tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang wenang oleh siapa pun’’

17

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Supriyadi membedakan hak atas tanah menjadi 2

(dua) yaitu: hak primer dan hak sekunder. Hak primer adalah

hak atas tanah yang dapat dimiliki atau dikuasai langsung

oleh seseorang atau badan hukum yang mempunyai waktu

lama dan dapat dipindahtangankan kepada orang lain atau

ahli warisnya. Termasuk hak primer adalah hak milik, hak

guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai. Sedangkan

hak sekunder adalah hak atas tanah yang bersifat

sementara, karena hak tersebut dinikmati dalam waktu

terbatas, lagi pula itu dimiliki oleh orang lain. Termasuk hak

yang bersifat sekunder adalah hak gadai, hak bagi hasil, hak

menumpang dan hak sewa tanah pertanian.27

Sedangkan menurut Booedi Harsono, yang dimaksud

dengan hak primer adalah hak-hak yang diberikan oleh

negara, hak yang langsung dari tanah negara. Termasuk

hak primer adalah, hak milik, hak guna usaha, hak guna

bangunan dan hak pakai yang diberikan oleh negara.

Sedangkan hak sekunder adalah hak-hak yang bersumber

dari pihak lain, hak yang diberikan oleh pemegang hak.

Termasuk hak sekunder adalah hak guna bangunan atas

tanah hak pengelolaan, hak guna bangunan atas hak milik,

hak pakai atas hak pengelolaan dan hak pakai atas hak

27 Erna Sri Wibawanti dan R. Murjiyanto, Op.cit, Hlm. 45

18

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

milik, serta hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak sewa dan

hak menumpang yang diberikan oleh pemilik tanah.28

3. Ruang Lingkup Hak Atas Tanah

Dasar hukum ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam

Pasal 4 ayat (1) UUPA yang mengatur bahwa:

Atas dasar hak menguasai dari Negara atas tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum.

Menurut Soedikno Mertokusumo29, wewenang yang

dipunyai oleh pemegang hak atas tanah terhadap tanahnya

dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Wewenang UmumWewenang yang bersifat umum yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya, termasuk juga tubuh bumi dan air dan ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi (Pasal 4 ayat (2) UUPA).

b. Wewenang KhususWewenang yang bersifat khusus yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan macam hak atas tanahnya, misalnya wewenang pada tanah hak milik adalah dapat untuk kepentingan pertanian dan atau mendirikan bangunan, wewenang pada tanah Hak Guna Bangunan adalah menggunakan tanah hanya untuk mendirikan dan mempunyai bangunan diatas tanah yang bukan miliknya, wewenang pada tanah hak guna usaha adalah menggunakan tanah hanya untuk kepentingan perusahaan dibidang pertanian, perikanan, peternakan, atau perkebunan.

28 Ibid.,29 Urip Santoso (I), Op.cit, Hlm. 87

19

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Hak atas tanah juga dimuat dalam Pasal 16 dan Pasal 53

UUPA, yang dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu:

a. Hak atas tanah yang bersifat tetap yaitu hak-hak atas tanah

ini akan tetap ada selama UUPA masih berlaku atau belum

dicabut dengan undang-undang yang baru.

b. Hak atas tanah yang ditetapkan dengan undang-undang

yaitu hak atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan

ditetapkan dengan undang-undang.

c. Hak atas yang bersifat sementara yaitu hak atas tanah yang

dalam waktu singkat akan dihapuskan karena mengandung

sifat-sifat pemerasan, mengandung sifat feudal, dan

bertentangan dengan jiwa UUPA.

Dari segi asal tanahnya, hak atas tanah dibedakan

menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Hak atas tanah yang bersifat primer

Hak atas tanah yang bersifat primer yaitu, hak-hak

atas tanah yang dapat dimiliki atau dikuasai secara langsung

oleh seorang atau badan hukum yang mempunyai waktu

yang lama dan dapat dipindahtangankan kepada orang lain

atau ahli warisnya. Dalam UUPA terdapat beberapa hak atas

tanah yang bersifat primer, yaitu:

a. Hak Milik adalah hak yang turun temurun, terkuat dan

terpenuh.

20

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

b. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan

tanah negara, selama jangka waktu yang berbatas.

c. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan

mempunyai bangunan diatas tanah negara atau milik

orang lain, selama jangka waktu yang berbatas.

d. Hak Pakai adalah ‘’nama kumpulan’’ dari hak-hak untuk

menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah

negara atau tanah milik orang lain, yang memberi

wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam surat

keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang

memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik

tanahnya, yang bukan gadai tanah, perjanjian sewa-

menyewa atau perjanjian pengolahan ataupun

penggunaan tanah yang lain.

2. Hak atas tanah yang bersifat sekunder

Hak atas tanah yang bersifat sekunder adalah hak-

hak atas tanah yang bersifat sementara karena hak tersebut

dinikmati dalam waktu terbatas, dan merupakan hak atas

tanah yang diberikan oleh pemilik tanah. Dalam pasal 53

UUPA diatur mengenai hak-hak atas tanah yang bersifat

sementara, yaitu:

21

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

a. Hak gadai adalah hak untuk menggunakan tanah

kepunyaan orang lain karena orang tersebut mempunyai

hutang kepada sang pemegang gadai.

b. Hak usaha bagi hasil adalah hak untuk mengusahakan

tanah pertanian berdasarkan perjanjian antara pemilik

lahan dan penggarap dengan pembagian hasil yang

disesuaikan dengan perjanjian yang diadakan

sebelumnya.

c. Hak sewa adalah hak untuk mempergunakan tanah milik

orang lain dengan membayar sewa kepada pemilik

lahan.

4. Hak Milik Atas Tanah

Pasal 20 ayat (1) UUPA mengatur bahwa ‘’Hak milik

adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam

Pasal 6’’. Turun temurun artinya hak milik atas tanah dapat

berlangsung selama pemiliknya masih hidup dan bila pemiliknya

meninggal dunia, maka hak miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli

warisnya sepanjang memenuhi syarat sebagai subjek hak milik.

Terkuat, artinya hak milik atas tanah lebih kuat dibandingkan

dengan hak atas tanah yang lain, tidak mempunyai batas waktu

tertentu, mudah dipertahankan dari ganggungan pihak lain, dan

tidak mudah hapus. Terpenuh artinya, hak milik atas tanah

22

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

memberi wewenang kepada pemilknya paling luas dibandingkan

dengan hak atas tanah yang lain, dapat menjadi induk lahirnya

hak-hak atas tanah lain dan penggunaan tanahnya lebih luas

dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain.

Dalam pasal 21 UUPA ditentukan subjek hak milik, yaitu:

(1) Hanya warga negara Indonesia(2) Oleh pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang

dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya(3) Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-undang

ini memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan, demikian pula warganegara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah berlakuknya undang-undang ini kehilangan kewarganegarannya wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegarannya itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum dan tanahnya jatuh kepada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain membebaninya tetap berlangsung.

(4) Selama seseorang disamping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik dan baginya berlaku ketentuan ayat (3) pasal ini.

Berdasarkan Pasal 1 PP No. 38 Tahun 1963,

badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik,

yaitu:

a) Bank-bank yang didirikan oleh Negara (selanjutnya disebut bank Negara);

b) Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian yang didirikan berdasarkan atas undang-undang Nomor 79 Tahun 1985 (Lembaran Negara Nomor 139Tahun 1958 );

c) Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria setelah mendengarkan Menteri Agama;

23

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

d) Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria setelah mendengarkan Menteri Kesejahteraan Sosial.

Hak milik atas tanah dapat beralih atau dialihkan. Hal

tersebut diatur dalam Pasal 20 ayat (2) UUPA.30 Peralihan hak

atas tanah adalah pindahnya hak atas tanah dari satu pihak ke

pihak lain, baik karena adanya perbuatan hukum yang disengaja

maupun tidak disengaja. Peralihan hak milik atas tanah yang

umum terjadi di masyarakat, yaitu:

1. Jual Beli

a. Pengertian Jual Beli

Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata mengatur bahwa:

Jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain membayar harga yang telah dijanjikan.

Jual beli tanah menurut hukum agraria

nasional yang menggunakan dasar hukum adat

adalah jual beli yang bersifat tunai, terang dan ril.

Tunai berarti bahwa penyerahan hak oleh penjual

kepada pembeli dilakukan bersamaan dengan

pembayaran harganya oleh pembeli. Dengan

perbuatan tersebut maka seketika itu juga terjadi

peralihan haknya. Harga yang dibayarkan pada saat

30 Pasal 20 ayat (2) UUPA mengatur bahwa ‘’hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain’’

24

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

penyerahan tidak harus lunas, sisanya akan dianggap

sebagai hutang dari pemberi kepada penjual yang

tunduk pada hukum utang piutang. Sifat ril berarti

bahwa kehendak atau niat yang diucapkan harus

diikuti dengan perbuatan yang nyata untuk

menunjukkan tujuan jual beli tersebut, sedangkan

terang berarti bahwa perbuatan hukum tersebut

haruslah dilakukan di hadapan PPAT sebagai tanda

bahwa perbuatan tersebut tidak melanggar hukum

yang berlaku.

b. Syarat Jual Beli

a. Syarat yang berkaitan dengan subyek hukumnya- Adanya kecakapan bertindak dari penjual dan

pembeli- Penjual harus wewenang untuk menjual- Pembeli harus wewenang untuk membeli

b. Syarat berkaitan dengan obyek jual beli- Tanah tidak dalam masalah/ sengketa- Bukan tanah pertanian yang dilarang dialihkan

Peralihan hak atas tanah untuk tanah pertanian ada ketentuan khusus yang berlaku, yaitu mengenai pembatasan maksimum pemilikan tanah pertanian, pembatasan minimum pemilikan tanah disertai larangan pemecahan tanah menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil (kurang dari 2 hektar) serta larangan pemilikan tanah secara absentee (guntai).31

2. Pewarisan

Peralihan hak milik atas tanah melalui pewarisan

terjadi karena meninggalnya pemegang hak atas tanah, 31 Ibid., Hlm. 130

25

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

sehingga hak atas tanah tersebut secara otomatis akan

beralih kepada ahli waris pemilik hak atas tanah.

Peralihan tersebut terjadi tanpa adanya perbuatan hukum

yang sengaja dilakukan, akan tetapi terjadi dengan

sendirinya karena hukum beralih kepada ahli warisnya.

3. Hibah

Pasal 1666 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

mengatur bahwa;

Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan ini. Undang-undang tidak mengakui lain-lain hibah selain hibah diantara orang-orang yang masih hidup.

Hibah tanah merupakan pemberian seseorang

kepada orang lain dengan tidak ada penggantian apapun

dan dilakukan secara suka rela, tanpa ada kontraprestasi

dari pihak penerima pemberian, dan pemberian itu

dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup.32

4. Tukar-menukar

Pasal 1541 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

mengatur bahwa:

32 Adrian Sutedi. 2010.Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta. Sinar Grafiko. Hlm. 99

26

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Tukar menukar ialah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik sebagai ganti suatu barang lain.

Peralihan hak milik atas tanah karena tukar

menukar secara umum diartikan sebagai perbuatan

hukum yang dilakukan antara seseorang yang

mempunyai suatu hak atas tanah dimana orang yang

satu akan memindahkan hak atas tanahnya kepada

pihak lain. Atau dengan kata lain perbuatan hukum yang

berupa pengalihan pemilikan dan/penguasaan tanah

milik satu pihak kepada pihak lain dengan menerima

penggantian dalam bentuk tanah, jadi tanah ditukar

dengan tanah.33

5. Inbreng (pemasukan ke dalam perusahaan)

Secara umum, penyetoran setiap bagian dari

modal saham yang diambil bagiannya dilakukan dengan

uang tunai, tetapi dalam pasal 34 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas terdapat ketentuan bahwa penyetoran atas

modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang

dan/atau dalam bentuk lainnya. Menurut penjelasan

pasal ini, pada umumnya penyetoran modal adalah

dalam bentuk uang. Namun, tidak ditutup kemungkinan

33 Erna Sri Wibawanti dan R. Murjiyanto, Op.cit, Hlm. 143

27

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

penyetoran modal dalam bentuk lain, baik berupa benda

atau barang, yang dapat dinilai dengan uang dan yang

secara nyata diterima oleh Perseroan. Penyetoran modal

dalam bentuk lain selain uang harus disertai rincian yang

menerangkan nilai atau harga, jenis atau macam, status,

tempat kedudukan, dan lain-lain yang dianggap perlu

demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut. Hal ini

dilakukan semata-mata dengan tujuan untuk memberikan

modal (harta kekayaan) pada Perseroan dan

memisahkannya dari harta kekayaan pribadi masing-

masing para pendiri Perseroan. Bentuk penyetoran

modal bentuk lain, biasa disebut “pemasukan barang”

atau “pemasukan modal” atau “inbreng’’.34

Untuk menentukan nilai pasar suatu tanah

dan/atau bangunan memerlukan proses penilaian

tertentu. Nilai pasar ditentukan oleh penilai independen

yang terlepas dari berbagai kepentingan atas objek tanah

dan/atau bangunan yang dinilai. Dengan demikian nilai

yang dihasilkan oleh penilai independen akan dapat

mencerminkan nilai pasar tanah dan/atau bangunan yang

sebenarnya. Proses penilaian untuk mendapatkan nilai

pasar yang sebenarnya umumnya tidak dapat dilakukan

34 Tri Budiyono. 2011. Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis Terhadap Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jakarta. Griya Media. Hlm. 79-80

28

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

oleh semua orang, karena memerlukan pengetahuan dan

pengalaman tentang tanah, bangunan dan metode

penilaian. Karena itu untuk menentukan nilai pasar tanah

dan/atau bangunan biasanya dimintakan bantuan jasa

penilai/ahli independen yang tidak terafiliasi dengan

Perseroan yang akan melakukan penilaian.35

Menurut Cipto Soenaryo bahwa:

Penyetoran modal saham dalam bentuk lain berupa tanah dan/atau bangunan tersebut dilakukan dalam bentuk tertulis baik dalam bentuk akta otentik maupun akta dibawah tangan yang bermaterai cukup dan ditandatangani oleh para pendiri Perseroan sebagai bentuk persetujuan mereka atas taksiran penilaian oleh ahli penilai.36

C. TINJAUAN UMUM TENTANG TANAH PERTANIAN

1. Pengertian Tanah Pertanian

Dalam Undang-Undang No. 56 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria tidak diberikan

penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan tanah

pertanian, sawah dan tanah kering. Berhubungan dengan hal

tersebut dalam Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan

Otonomi Daerah dengan Menteri Agraria tanggal 5 Januari 1961

No.Sekra 9/1/12 diberikan penjelasan sebagai berikut: ‘’yang

dimaksud dengan ‘’tanah pertanian’’ ialah juga semua tanah

35 Aini Halim. 2014. Analisis Yuridis Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) Atas Inbreng Pendirian Perseroan Terbatas. Tesis. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Medan. Hlm. 40-41

36 Cipto Soenaryo dalam ibid.,

29

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

perkebunan, tambak untuk perikanan, tanah tempat

pengembalaan ternak, tanah belukar bekas ladang dan hutan

yang menjadi tempat mata pencaharian bagi yang berhak. Pada

umumnya tanah pertanian adalah semua tanah yang menjadi

hak orang, selainnya tanah untuk perumahan dan perusahaan.

Bila atas sebidang tanah luas berdiri rumah tempat tinggal

seseorang, maka pendapat setempat itulah yang menentukan,

berapa luas bagian yang dianggap halaman rumah dan berapa

yang merupakan tanah pertanian’’.37

Menurut Boedi Harsono bahwa:

Tidaklah sukar untuk menentukan apakah sebidang tanah itu termasuk golongan sawah atau tanah kering. Tambak untuk perikanan dimasukkan ke dalam golongan tanah kering, sesuai dengan praktek Instansi Pajak Hasil Bumi pada waktu itu.38

2. Jenis Tanah Pertanian

Jenis-jenis tanah pertanian berdasarkan Instruksi

Bersama Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan

Menteri Agrarian tanggal 5 Januari 1961 No. Sekra 9/1/12,

yaitu:

1. Tanah Keringa. Tanah perkebunan. Tidak ada penjelasan mengenai

tanah perkebunan dalam UUPA maupun UU No. 56 Tahun 1960 akan tetapi dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, menjelaskan perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan

37 Boedi Harsono, Op.cit, Hlm. 37238 Ibid.,

30

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

b. Tambak untuk perikanan. Tambak untuk perikanan dimasukkan kedalam golongan tanah kering, sesuai dengan praktek instansi pajak hasil bumi pada waktu itu.

c. Tanah tempat pengembalaan ternak, dand. Hutan yang menjadi tempat mata pencaharian bagi yang

berhak2. Tanah Basah, yaitu sawah.39

3. Lahan Pertanian Berkelanjutan

Jika kita mengadopsi definisi pembangunan

berkelanjutan dari WCED (Word Commision on Enviroment and

Development) maka pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan yang diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan

generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi

yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk

mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan terdapat empat

prinsip yang harus dipenuhi, yaitu pemenuhan kebutuhan

dasar, memelihara integritas ekologi, keadilan sosial dan

kesempatan menentukan nasib sendiri.40

39 Muh Yamin. 2011. Kepemilikan Atas Tanah Pertanian Yang Melebihi BatasMaksimum Di Kabupaten Kolaka Ditinjau Dari Undang-Undang No. 56 Prp Tahun 1960. Skripsi. Sarjana Hukum. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Makassar. Hlm. 46

40 MF. Anita Widhy Handari. 2012. Implementasi Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Di Kabupaten Magelang. Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Semarang. Hlm. 15

31

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Pasal 3 angka 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009

tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

mengatur bahwa:

Lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.

Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

diartikan sebagai sistem dan proses dalam merencanakan dan

menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina,

mengendalikan dan mengawasi lahan pertanian pangan dan

kawasannya secara berkelanjutan.41

4. Luas Minimum dan Maksimum Kepemilikan Tanah

Pertanian

Penetapan luas minimum kepemilikan lahan pertanian

disertai larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah-tanah pertanian

menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil merupakan salah

satu dari program landreform di Indonesia. Penetapan luas

minimum dimaksudkan untuk dapat mempertinggi taraf hidup

petani.

Oleh karena itu maka Pasal 17 (UUPA) selain luas

maksimum, menghendaki juga pengaturan tentang luas

minimunya. Berhubung dengan itu dalam Pasal 8 Undang-41 Ibid., Hlm. 21

32

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

undang No. 56 Prp Tahun 1960 diperintahkan kepada

Pemerintah untuk mengadakan usaha-usaha agar supaya

petani sekeluarga memiliki tanah pertanian minimum 2 hektar.42

Sehubungan dengan apa yang diatur dalam Pasal 8

Undang-undang No. 56 Prp Tahun 1960 diatas, dalam Pasal 9

dijumpai ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk mencegah

pemecahan pemilikan tanah-tanah pertanian menjadi bagian-

bagian yang kurang dari 2 hektar, dengan mengadakan

pembatasan terhadap pemindahan hak milik atas tanah-tanah

pertanian.43

Milik bersama, jika 2 orang atau lebih pada waktu mulai

berlakunya Undang-undang No. 56 Prp Tahun 1960 memiliki

tanah pertanian yang luasnya kurang dari 2 hektar, dalam waktu

satu tahun mereka diwajibkan untuk menunjuk salah seorang

dari antaranya yang selanjutnya akan memiliki tanah yang

bersangkutan atau memindahkannya kepada pihak lain.44

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria mengatur bahwa ‘’untuk

tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan

penguasaan tanah yang melampaui batas tidak

diperkenankan’’.

42 Boedi Harsono, Op.cit, Hlm. 39643 Ibid., Hlm. 39644 Ibid., Hlm. 397

33

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Dari penjelasannya kita dapat mengetahui, bahwa pasal

tersebut bermaksud untuk mengakhiri dan mencegah

tertumpuknya tanah di tangan golongan-golongan dan orang-

orang tertentu saja. Yang dilarang dalam Pasal 7 tersebut

bukan hanya kepemilikan tanah yang melampaui batas, tetapi

juga penguasaannya.45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh informasi atau data yang akurat, yang

berkaitan dan relevan dengan permasalahan dan penyelesaian

45 Ibid., Hlm. 368-369

34

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

penulisan ini, maka penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten

Luwu dengan mengambil daerah tertentu sebagai sumber data

yaitu di kecamatan Walenrang Timur.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh data awal yang

didapatkan oleh penulis yang menemukan adanya kegiatan

fragmentasi kepemilikan lahan pertanian berkelanjutan di bawah

batas minimum di lokasi tersebut.

B. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan data yang mempunyai

hubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Adapun

jenis dan sumber data yang digunakan dibagi menjadi dua jenis

data yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah jenis dan sumber data yang

diperoleh melalui field research, langsung dari sumber asli

tanpa melalui perantara. Pengumpulan data primer ini

umumnya dilakukan dengan menggunakan metode

wawancara dan dengan memberikan kosioner yang

berkaitan dengan masalah yang dibahas. Data primer dapat

berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok,

hasil obeservasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau

kegiatan, dan hasil pengujian.

2. Data Sekunder

35

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Data sekunder adalah jenis dan sumber data penelitian

yang diperoleh melaui library research, dilakukan secara

tidak langsung dan melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa

bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun

dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang

tidak dipublikasikan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Lapangan

Dalam melakukan penelitian lapangan penulis

menggunakan teknik wawancara. Yaitu dengan

mewawancarai langsung pihak-pihak yang terkait dalam

penelitian ini, yaitu pejabat instansi terkait di Kabupaten

Luwu dan narasumber yaitu warga masyarakat di

Kecamatan Walenrang Timur Kabupaten Luwu.

2. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara

membaca dan menelaah beberapa buku serta aturan

perundang-undangan yang terkait dengan masalah yang

diteliti dalam penelitian ini.

36

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

D. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di

Kabupten Luwu di lokasi penelitian yang melakukan jual beli

kepemilikan lahan pertanian berkelanjutan di bawah batas

minimum yang berjumlah 31 petani.

Dalam penelitian ini juga melibatkan pejabat terkait

yaitu Kepala Kantor Kecamatan Walenrang Timur, Dinas

Pertanian Kabupaten Luwu, dan Badan Pertanahan (BPN)

Kabupaten Luwu.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Metode penentuan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang mana setiap

anggota populasi mempunyai kemungkinan dan kesempatan

yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian.

Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian ini

penulis mengambil sampel 15% dari jumlah populasi, yaitu 4

petani dari keseluruhan populasi yang berjumlah 31 petani.

E. Analisis Data

Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi suatu

informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut

37

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

lebih mudah untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan

dengan masalah penelitian. Data yang diperoleh dan

dikumpulkan selama proses penelitian, baik data primer maupun

data sekunder, kemudian diolah secara content analysis, yaitu

mengolah data-data untuk menghasilkan kesimpulan yang

berlaku secara umum. Kemudian disajikan secara deskriptif

kualitatif yaitu dengan menggambarkan, menguraikan, dan

menjelaskan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya

dengan penelitian ini.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Luwu merupakan salah satu wilayah yang

berada dalam wilayah administratif Provinsi Sulawesi Selatan yang

38

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

berjarak sekitar 400 km dari Kota Makassar. Latak wilayah

Kabupaten Luwu berada pada 2 34’45’’ - 3 30’30’’ Lintang Selatan⁰ ⁰

dan 120 21’15’’ - 121 43’11’’ Bujur Timur dari Kutub Utara.⁰ ⁰

Kabupaten Luwu berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Luwu Utara dan Kota Palopo

Sebelah Timur : Teluk Bone

Sebelah Selatan : Kota Palopo dan Kabupaten Wajo

Sebelah Barat : Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang

Daerah Kabupaten Luwu sebagian besar terletak pada

ketinggian 100 m ke atas. Luas wilayah yang berada diatas 100 m

tercatat sekitar 63,99%, sisanya sekitar 36,01% wilayah berada

pada ketinggian 0-100 m. Di Kabupaten Luwu terdapat 48 sungai,

dimana sungai terpanjang dengan panjang mencapai 80 km dan

lebar 50 m, sedangkan sungai terkecil dengan panjang sekitar 1 km

dan lebar 5 m. Adapun rata-rata curah hujan di Kabupaten Luwu

selama tahun 2012 berkisar 203,14 mm per bulan.

Kabupaten Luwu memiliki wilayah administrasi dengan luas

kurang lebih 3.000,25 km2 terdiri dari 22 kecamatan, yakni:

- Kecamatan Larompong

- Larompong Selatan

- Suli

- Suli Barat

- Belopa

- Kamanre

- Belopa Utara

- Bajo

39

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

- Bajo Barat

- Bassesangtempe

- Latimojong

- Bassesangtempe Utara

- Bupon

- Ponrang

- Ponrang Selatan

- Bua

- Walenrang

- Walenrang Timur

- Lamasi

- Walenrang Utara

- Walerang Barat

- Lamasi Timur

Akan tetapi yang menjadi fokus perhatian penulis untuk

diteliti adalah Kecamatan Walenrang Timur dengan luas wilayah

63,65km2.

Kecamatan Walenrang Timur memiliki luas wilayah yang

meliputi 8 desa sebanyak 42 Dusun dan 74 RT yang tersebar di

setiap desa. Setiap desa dan kelurahan memiliki luas wilayah yang

berbeda. Data tentang luas Kecamatan Walenrang Timur dilihat

dari tiap-tiap desa/kelurahan tahun 2015 disajikan pada tabel.1

40

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Tabel.1 Luas Kecamatan Walenrang Timur dilihat dari tiap-tiap desa/kelurahan Tahun 2015

No Nama Desa Luas (Km2)Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk

1 Tabah 9,66 2.719 281,47

2 Lamasi Pantai 13,08 1.880 143,73

3 Seba-Seba 5,77 2.230 386,48

4 Kendekan 12,28 1.542 125,57

5 Suka Damai 7,08 1.653 233,47

6 Rante Damai 4,7 1.961 417,23

7 Pangalli 5,2 1.479 284,42

8 Tanete 5,88 1.799 305,95

Jumlah 63,65 15.263 239,80

Sumber: Data sekunder BPS Kec. Walenrang Timur. 2016

Berdasarkan tabel.1 di atas, desa yang memiliki wilayah

paling luas adalah Desa Lamasi Pantai dengan luas wilayah 13,08

km2 sedangkan desa yang memiliki wilayah paling sempit adalah

Desa Rante Damai dengan luas wilayah 4,7 km2.

Luas keseluruhan dari wilayah administratif Kecamatan

Walenrang Timur adalah 63,65 km2 dengan jumlah penduduk

sebanyak 15.100 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan

41

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Walenrang Timur tergolong dalam wilayah yang kurang padat

dengan tingkat kepadatan 239,80 km2.

Berdasarkan penggunaan lahan di Kecamatan Walenrang

Timur, lahan yang dijadikan persawahan seluas 3660 sisanya

seluas 2705 merupakan lahan kering. Data mengenai Luas lahan

sawah dan lahan kering dirinci per desa/kelurahan di Kecamatan

Walenrang Timur Tahun 2015 disajikan pada tabel.3.

Tabel.2 Luas lahan sawah dan lahan kering dirinci per desa/kelurahan di Kecamatan Walenrang Timur Tahun 2015

Desa/kelurahan Lahan Sawah Lahan kering Total

Tabah 623 343 966

Lamasi Pantai 125 1183 1.308

Seba-seba 459 118 577

Kendekan 787 441 1.228

Sukadamai 552 156 708

Rante Damai 387 83 470

Pangalli 384 136 520

Tanete 343 245 588

Total 3.660 2.705 6.365Sumber: Data Sekunder Kec. Walenrang Timur Dalam angka. 2016

Kecamatan Walenrang Timur merupakan salah satu dari 14

kecamatan yang ditetapkan sebagai kawasan lahan pertanian

42

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

pangan berkelanjutan (LP2B) dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Luwu Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Luwu Tahun 2011-2031.

Dalam melakukan penelitian Penulis memilih 3 desa yang

dijadikan sampel penelitian. Penelitian ini tidak difokuskan penulis

pada kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutannya melainkan

lebih kepada proses fragmentasi lahan yang terjadi. Adapun 3 desa

yang dijadikan sampel penelitian yaitu Desa Seba-seba, Desa

Kendekan dan Desa Pangalli. Ketiga desa tersebut dipilih secara

purposive sampling dengan dasar pertimbangan bahwa ketiga desa

tersebut dapat mewakili setiap desa yang memiliki lahan sawah

yang beririgasi teknis, semi teknis, dan tadah hujan. Dari ke tiga

desa tersebut dipilih 4 orang petani yang telah melakukan jual beli

kepemilikan lahan pertanian di bawah batas minimum sebagai

responden. Pemilihan responden dipilh secara random sampling.

Data mengenai luas lahan sawah menurut jenis pengairan dirinci

per Desa/Kelurahan di Kecamatan Walenrang Timur Tahun 2015

disajikan pada tabel 3.

43

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Tabel.3 Luas lahan sawah menurut jenis pengairan dirinci per Desa/Kelurahan di Kecamatan Walenrang Timur Tahun 2015 (ha)

Desa TeknisSemi

TeknisSederhana

Tada

HujanLebak Total

Tabah - 453 170 623

Lamasi

Pantai

- - 110 15 125

Seba-seba - 343 - 101 15 459

Kendekan - 567 - 220 787

Suka

Damai

352 200 - - 552

Rante

Damai

287 100 - - 387

Pangalli 348 - - - 384

Tanete - 330 - 13 343

Jumlah 1,023 1993 280 349 3,660

Sumber: Data sekunder BPS kec. Walenrang Timur Tahun. 2016

B. Prosedur Jual Beli Kepemilikan Lahan Pertanian Berkelanjutan

di Bawah Batas Minimum di Kabupaten Luwu

Penetapan luas minimum kepemilikan lahan pertanian

disertai larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan pemecahan pemilikan lahan pertanian menjadi

bagian-bagian yang terlampau kecil merupakan salah satu dari

program landreform. Oleh karena itu Pasal 17 Undang-Undang

Pokok Agraria Tahun 1960 selain luas maksimum, menghendaki

44

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

juga pengaturan tentang luas minimumnya. Berhubung dengan hal

tersebut dalam pasal 8 Undang-Undang No 56 prp Tahun 1960

tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian diperintahkan kepada

pemerintah untuk mengadakan usaha-usaha agar supaya petani

sekeluarga memiliki lahan pertanian minimum 2 hektar. Selanjutnya

dalam Pasal 9 Undang-Undang No 56 prp Tahun 1960 tentang

Penetapan Luas Lahan Pertanian dijumpai ketentuan-ketentuan

yang bertujuan mencegah pemecahan pemilikan lahan pertanian

menjadi bagian-bagian yang kurang dari 2 hektar, dengan

mengadakan pembatasan terhadap pemindahan hak milik atas

lahan pertanian, termasuk didalamnya larangan pemindahan hak

milik atas lahan pertanian yang luasnya kurang dari 2 hektar

melalui jual beli.

Dalam konsideran ‘’Menimbang’’ Undang-undang Nomor

41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dijelaskan bahwa Indonesia sebagai negara agraris

perlu menjamin penyediaan lahan pertanian pangan secara

berkelanjutan sebagai sumber pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan dengan mengedepankan prinsip

kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, dan kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan,

kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. Pertambahan

penduduk serta perkembangan ekonomi dan industri

45

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi, dan fragmentasi

lahan pertanian pangan telah mengancam daya dukung wilayah

secara nasional dalam menjaga kemandirian, ketahanan dan

kedaulatan pangan.

Fenomena jual beli kepemilikan lahan pertanian di bawah

batas minimum yang berakibat terhadap fragmentasi kepemilikan

lahan pertanian sudah banyak ditemukan di berbagai wilayah di

Indonesia. Pelaksanaan jual beli kepemilikan lahan pertanian di

Kabupaten Luwu pada dasarnya sama dengan jual beli tanah pada

umumnya. Dalam transaksi jual beli terjadi perbuatan hukum yang

mana pihak penjual yang dalam hal ini adalah pemilik atas lahan

pertanian yang akan dijual menyerahkan lahan pertanian yang

akan dijualnya kepada pihak pembeli pada waktu si pembeli

membayar harga lahan secara keseluruhan atau sebagian (cicil).

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam jual

beli kepemilikan lahan pertanian yaitu syarat yang berkaitan

dengan subjek hukumnya dan syarat yang berkaitan dengan objek

jual belinya. Syarat mengenai subjek hukum adalah berkaitan

dengan pihak-pihaknya, yaitu penjual dan pembeli. Adapun syarat

mengenai objek jual beli adalah berkaitan dengan tanah yang akan

diperjual belikan.

46

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Pihak penjual harus berhak dan berwenang untuk menjual

tanah, artinya penjual adalah pemilik yang sah atas lahan pertanian

yang akan dijual dan pihak pembeli harus memenuhi syarat

sebagai pemegang hak. Selain itu, tidak semua tanah dapat

diperjual-belikan secara bebas oleh si pemilik tanah. Dalam hal

tanah pertanian menjadi objek daripada jual beli maka harus

memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam landreform,

yaitu antara lain tentang larangan kepemilikan lahan pertanian

secara absentee, ketentuan batas maksimum pemilikan atau

penguasaan lahan pertanian dan larangan fragmentasi lahan

pertanian kurang dari 2 hektar.

Tanah pertanian yang luasnya kurang dari 2 hektar dilarang

untuk dialihkan. Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 9 ayat (1)

Undang-undang No.56 prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas

Lahan Pertanian yang mengaur bahwa :

‘’pemindahan hak atas tanah pertanian, kecuali pembagian warisan, dilarang apabila pemindahan hak itu mengakibatkan timbulnya atau berlangsungnya pemilikan tanah yang luasnya kurang dari 2 hektar. Larangan termaksud tidak berlaku, kalau si penjual hanya memiliki bidang tanah yang luasnya kurang dari 2 hektar dan tanah itu dijual sekaligus.’’

Berbeda dengan hasil penelitian yang telah penulis lakukan

di Kecamatan Walenrang Timur Kabupaten Luwu. Di Kecamatan

47

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Walenrang Timur terdapat jual beli kepemilikan lahan pertanian

yang luasnya kurang dari 2 hektar. Jual beli tersebut dilakukan

dihadapan camat selaku pejabat pembuat akta tanah sementara

(PPATS). Camat yang dalam hal ini berfungsi sebagai pengendali

terhadap meningkatnya laju fragmentasi lahan pertanian

menebirtkan akta jual beli kepemilikan lahan pertanian kurang dari

2 hektar.

Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan terdapat

ketidaksesuaian antara aturan-aturan yang ditetapkan dalam

prosedur jual beli kepemilikan lahan pertanian di Kabupaten Luwu

dengan pelaksanaan jual beli kepemilikan lahan pertanian yang

terjadi di Kecamatan Walenrang Timur.

Dalam rangka pendaftaran pemindahan hak, maka jual beli

hak atas tanah harus dibuktikan dengan akta jual beli yang dibuat

oleh dan di hadapan PPAT atau PPATS. Jual beli yang terjadi di

kecamatan Walenrang Timur umumnya dilakukan di hadapan

PPATS yang dalam hal ini adalah camat. Mengingat Kecamatan

Walenrang Timur merupakan daerah yang belum cukup terdapat

PPAT.

Dengan telah dibuatnya akta jual beli atau surat pernyataan

pengoperan penguasaan tanah dengan ganti rugi oleh PPAT atau

PPATS, maka pada saat itu telah terjadi pemindahan hak atas

tanah dari pemegang haknya sebagai penjual kepada pihak lain

48

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

sebagai pembeli. Pemindahan hak tersebut hanyalah diketahui oleh

kedua belah pihak (penjual dan pembeli), pihak ketiga tidaklah

mengetahui tentang adanya jual beli tersebut. Agar pihak ketiga

mengetahuinya, maka jual beli tersebut harus didaftarkan ke kantor

pertanahan kabupaten/kota setempat karena pendaftaran tanah

mempunyai sifat terbuka.

Prosedur dalam pendaftaran pemindahan hak atas tanah

pertanian melalui jual beli ke kantor pertanahan kabupaten luwu

adalah tahapan-tahapan yang dilalui mulai dari pembuatan surat

keterangan jual beli tanah yang dibuat di desa/kelurahan sampai

dengan pemindahan hak atas tanah dari penjual ke pembeli.

Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :

- Para pihak penjual dan pembeli mendatangi kepala

desa/kelurahan untuk dibuatkan surat keterangan jual beli

tanah. Dalam surat keterangan jual beli tanah tersebut memuat

identitas para pihak penjual dan pembeli juga memuat data

mengenai letak tanah dan luas tanah yang akan dijual.

- Surat keterangan dari desa/kelurahan tersebut menjadi

pengantar untuk dibuatkan akta jual beli untuk tanah yang

sudah bersertifikat atau surat pernyataan pengoperan

penguasaan tanah dengan ganti rugi untuk tanah yang belum

bersertifikat oleh camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah

Sementara (PPATS).

49

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

- Akta jual beli atau surat pernyataan pengoperan hak tersebut

kemudian diserahkan ke Badan Kantor Pertanahan untuk

keperluaan pembuatan sertifikat, balik nama sertifikat atau untuk

pemecahan sertifikat yang pengalihan haknya hanya sebagian.

Dalam jual beli kepemilikan lahan pertanian terdapat

beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pembuatan akta

dilakukan, yaitu :

- pembeli harus berdomisili di wilayah satu kecamatan dengan

objek tanah yang akan dibelinya.

- Tidak boleh dilakukan pemecahan, apabila menyebabkan

kepemilikan lahan pertaniannya menjadi kurang dari 2 ha,

kecuali si penjual masih memiliki lahan pertanian tidak kurang

dari 2 ha setelah dilakukan jual beli lahan pertanian tersebut

atau si pembeli sebelumnya telah memiliki lahan pertanian yang

jumlah mecapai atau lebih dari 2 hektar setelah jual beli

kepemilikan lahan pertanian tersebut.

- Untuk lahan pertanian yang kurang dari 2 ha dan hanya akan

diijual sebagian dapat dilakukan dengan cara merubah status

kelas tanah dari pertanian menjadi non pertanian dengan izin

perubahan penggunaan tanah (IPPT) terlebih dahulu agar dapat

beralih haknya. Pemberian izin perubahan penggunaan tanah

(IPPT) dilakukan sesuai dengan kebijaksanaan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

50

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Mengacu pada prosedur dan ketentuan tersebut,

maka jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah 2 ha yang

pengalihan haknya hanya sebagian hanya dapat dilakukan

dengan adanya permohonan Izin Perubahan Penggunaan

Tanah (IPPT). Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) tidak

serta merta dapat diberikan. Pemberian izin perubahan

penggunaan tanah (IPPT) harus disesuaikan dengan peta pola

ruang rencana tata ruang wilayah. Jika lahan yang dimohonkan

Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) pada peta pola

ruang wilayah merupakan lahah pertanian yang berada pada

kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) maka

oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) izin perubahan

penggunaan tanah (IPPT) tersebut tidak akan diproses. Akan

tetapi jika lahan yang dimohonkan izin perubahan penggunaan

tanah merupakan sawah dengan sistem irigasi teknis namun

menurut peta pola ruang rencana tata ruang wilayah merupakan

wilayah permukiman maka izin perubahan penggunaan tanah

(IPPT) dapat diproses oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).46

Akan tetapi dalam kenyataannya di Kecamatan

Walenrang Timur petani yang dipilih penulis sebagai responden

telah melakukan jual beli kepemilikan lahan pertanian kurang

dari 2 ha di hadapan camat selaku pejabat pembuat akta tanah

46 Wawancara dengan Bapak Hamri Yahya, S.Sos. selaku Kepala Seksi Penataan Pertanahan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Luwu

51

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

sementara (PPATS). Pada tabel 4 disajikan data luas

kepemilikan lahan yang dimiliki oleh respoden.

Tabel.4 Luas Kepemilikan Lahan

Luas Lahan

(ha)

Jumlah

Responden

(Jiwa)

presentase

(%)

Total Luas

Kepemilikan Lahan

(ha)

0,5-1,0 3 75 2,14

>1,0-1,5 1 25 1,50

Total 4 100 3,90

Sumber: Data primer. 2017

Berdasarkan tabel 4 di atas luas lahan pertanian yang

dimiliki oleh masing-masing responden kurang dari batas

minimum atau dibawah 2 hektar. Presentase terbesar luas lahan

yang dimiliki oleh responden adalah berkisar 0,5-1,0 hektar

yakni 75% di mana masing-masing luas lahan yang dimiliki oleh

responden adalah 0,76 hektar, 0,63 hektar dan 0,75 hektar.

Sedangkan presentase terkecil luas lahan yang dimiliki oleh

responden adalah >1,0-1,5 yakni 25% dengan luas lahan 1,50

hektar. Lahan yang dimiliki oleh responden 1 diantaranya

diperoleh karena mendapatkan warisan dan 3 lainnya diperoleh

dengan cara membeli lahan. Tabel 4 menunjukkan bahwa

keseluruhan responden memiliki lahan pertanian kurang dari

batas minimum atau dibawah 2 hektar. Hal ini berarti bahwa jual

52

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

beli kepemilikan lahan pertanian tidak dapat dilakukan tanpa

adanya Izin Perubahan Penggunaan Tanah jika responden

hanya berniat menjual sebagian dari lahan yang dimilikinya dan

tidak menjual keseluruhan lahannya. Sedangkan berdasarkan

peneltian yang penulis lakukan, responden telah menjual

sebagian lahan pertanian yang dimilikinya di hadapan camat

selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara. Pada tabel 5

disajikan data tentang luas keseluruhan lahan yang

terfragmentasi melalui jual beli.

Tabel.5 Luas Lahan Pertanian yang Terfragmentasi

Luas Lahan

(m2)

Jumlah

Responden

(Jiwa)

Presentase

(%)

Luas lahan

Yang

Terfragmentasi

(m2)

<1.000 2 50 690

1.000-10.000 2 50 5.000

Total 4 100 5.690

Sumber: Data primer. 2017

Berdasarkan tabel 5 di atas luas lahan yang terfragmentasi

oleh responden melalui jual adalah sebanyak 50% berada pada

kisaran angka <1000 m2 dengan luas <690 m2 masing-masing

memiliki luas 300 m2 dan 390 m2. Sedangkan 50% lainnya

berada pada kisaran angka 1.000-10.000 m2 dengan total luas

5.000 m2 masing-masing memiliki luas 2.500 m2.

53

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Pada tabel 4 dan tabel 5 menunjukkan bahwa responden

hanya menjual sebagian dari keseluruhan luas lahan yang

dimilikinya. Sementara untuk lahan pertanian yang kurang dari

batas minimum dapat dialihkan jika pemilik lahan mengalihkan

keseluruahan luas lahan yang dimilikinya atau dapat dialihkan

sebagian dari keseluruhan luas lahan yang dimiliki yang disertai

dengan izin perubahan penggunaan tanah (IPPT). Akan tetapi

dalam penelitian yang dilakukan penulis ditemukan bahwa tidak

satu pun dari jual beli yang dilakukan respoden tersebut yang

disertai dengan izin perubahan penggunaan tanah (IPPT).

Sebagaimana data yang diperoleh penulis dari Badan

Pertanahan Nasional Kabupaten Luwu yang disajikan pada

tabel 6 menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2016-2017 tidak

terdapat pendaftaran peralihan hak milik atas tanah pertanian

yang disertai dengan izin perubahan penggunaan tanah yang

berasal dari Kecamatan Walenrang Timur.

Proses jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah batas

minimum yang dilakukan oleh responden hanya sampai pada

tahap pembuatan akta jual beli pada camat selaku Pejabat

Pembuat Akta Tanah Sementara (PPATS) dan tidak dilanjutkan

pada tahap pendaftaran peralihan hak atas tanah pada kantor

Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Luwu. Data mengenai

54

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

daftar peralihan hak milik atas lahan pertanian di Kabupaten

Luwu disajikan pada tabel 6.

Tabel.6 Daftar Peralihan Hak milik Atas Lahan Pertanian Di BPN Luwu 2016-2017

Tahun 2016

NamaLokasi Lahan

(Kecamatan)

Status LahanketeranganBersertifikat Tidak

Halijah Belopa Utara √ IPPT

Sugeng H Belopa Utara √ IPPT

Kasrang Belopa Utara √ IPPT

Harianto Belopa Utara √ IPPT

Zulkifli Belopa Utara √ IPPT

Agus Salim Suli √ IPPT

Hj. Rasdiana Belopa √ IPPT

Imran Kadir Belopa Utara √ IPPT

Drs.Tauhid Belopa Utara √ Izin Lokasi

Rosdiana Belopa Utara √ IPPT

Pitria Patma Suli √ IPPT

Masnani Bajo √ IPPT

Andi Indriani Larompong Selatan

√ IPPT

Drs.Syamsu J Belopa √ IPPT

Samsidaris Belopa Utara √ IPPT

Hj.Ariati SE Belopa Utara √ IPPT

Haeruddin Belopa Utara √ IPPT

Irwan Belopa √ IPPT

55

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Irwan Belopa √ IPPT

Saenal Ahmad Belopa Utara √ IPPT

Bustamin Belopa √ IPPT

Andi Rahmawati Belopa Utara √ IPPT

2017Tasniati Suli √ IPPTSelfiani Nurdin Belopa √ IPPTWilson Maknawi Bastem √ Izin Lokasi

Abdul Kadir Belopa Utara √ IPPTDra. St Hasna Belopa Utara √ IPPTDr. Evi Mustika Wati B Belopa √ IPPT

Bure Teguh Satria SH

Walenrang √ Izin Lokasi

Andarias Dondeng Bupon √ IPPT

Asril dg. Patompo Bua √ IPPT

Ansar Abbas Belopa Utara √ Izin LokasiDesi Sangka Ponrang √ IPPT

Sumber: Data Sekunder Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Luwu

Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa

sepanjang tahun 2016-2017 tidak terdapat pendaftaran

peralihan hak milik atas tanah pertanian yang disertai dengan

izin perubahan penggunaan tanah yang berasal dari Kecamatan

Walenrang Timur. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden telah melakukan jual beli kepemilikan lahan

pertanian yang luasnya kurang dari batas minimum atau

dibawah 2 ha dan hanya responden hanya menjual sebagian

dari jumlah lahannya. Seharusnya jual beli tersebut harus

disertai dengan Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT).

56

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan,

terjadinya jual beli kepemilikan lahan pertanian kurang dari 2 ha

yang tidak disertai dengan izin perubahan penggunaan tanah

(IPPT) disebabkan karena ketidaktahuan camat selaku PPATS

secara rinci mengenai prosedur jual beli kepemilikan lahan

pertanian, bahwa untuk lahan pertanian yang kurang dari 2 ha

kemudian akan dialihkan sebagian hanya dapat dilakukan

dengan adanya izin perubahan penggunaan tanah (IPPT).

Banyaknya kasus jual beli kepemilikan lahan pertanian

dibawah batas minimum yang terjadi di Kecamatan Walenrang

Timur tidak hanya disebabkan oleh ketidaktahuan camat terkait

ketentuan yang berlaku dalam jual beli kepemilikan lahan

pertanian dibawah batas minimun, namun juga disebabkan

karena ketidaktahuan masyarakat terkait larangan menjual

lahan pertanian dibawah batas minimum yang tidak disertai

dengan izin perubahan penggunaan tanah (IPPT). Pada tabel 7

dapat dilihat bahwa keseluruhan dari responden tidak satupun

mengetahui aturan mengenai larangan pemecahan lahan

pertanian dibawah batas minimum melalui jual beli. Selain itu

jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah batas minimum

menjadi sulit untuk dikendalikan sebab dalam jual beli

kepemilikan lahan pertanian yang penulis dapati, penjual hanya

melaporkan jumlah lahan yang akan dijualnya sehingga tidak

57

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

diketahui berapa jumlah lahan pertanian yang dimiliki oleh

petani tesebut. Hal tersebut menjadi pemicu terjadinya

fragmentasi lahan pertanian. Data mengenai tingkat

pengetahuan responden terhadap larangan fragmentasi lahan

pertanian kurang dari 2 ha disajikan pada tabel 7.

Tabel.7 Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Larangan Fragmentasi Lahan Pertanian Kurang Dari 2 Ha

Tingkat Pengetahuan

Jumlah

Responden

(Jiwa)

Presentase

(%)

Mengetahui 0 0

Tidak mengetahui 4 100

Total 4 100

Sumber : Data primer. 2017

Berdasarkan tabel 7 di atas disumpulkan bahwa keseluruhan

dari jumlah populasi tidak mengetahui adanya laranganya

fragmentasi lahan pertanian kurang dari 2 hektar.

C. Dampak Fragmentasi Kepemilikan Lahan Pertanian

Berkelanjutan Di Bawah Batas Minimum Melalui Jual Beli Di

Kabupaten Luwu.

Penetapan luas minimum kepemilikan lahan pertanian

disertai larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah-tanah pertanian

58

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil merupakan salah satu

dari program landreform. Adapun tujuan mendasar

diselenggarakannya landreform adalah untuk mempertinggi

penghasilan dan taraf hidup para petani terutama petani kecil dan

buruh tani. Untuk mempertinggi taraf hidup petani kepada mereka

perlu diberikan tanah garapan yang cukup luasnya. Oleh karena itu

pada Pasal 8 Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960

diperintahkan kepada pemerintah untuk mengadakan usaha-usaha

agar petani sekeluarga memiliki tanah pertanian minimum 2 hektar.

Sehubungan dengan ketetapan yang diatur dalam Pasal 8

Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960, maka dalam Pasal 9

dimuat aturan mengenai larangan melakukan pemecahan

pemilikan lahan pertanian menjadi bagian yang kurang dari 2

hektar, dengan mengadakan pembatasan terhadap pemindahan

hak milik atas tanah pertanian.

Fragmentasi kepemilikan lahan pertanian yang terjadi

sebagai akibat dari jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah

batas minimum telah menyalahi amanat Pasal 8 dan Pasal 9

Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960. Hal tersebut

menyebabkan semakin sulitnya mencapai luas minimum 2 hektar

untuk petani. Padahal tujuan ditetapkannya pembatasan peralihan

hak milik dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun

59

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

1960 adalah agar batas minimum 2 hektar untuk petani dapat

tercapai secara berangsur.

Tidak tercapainya batas minimum 2 hektar secara langsung

juga berakibat terhadap sulitnya meningkatkan kesejahteraan

petani, sebab 2 hektar merupakan lahan yang dianggap cukup

untuk menghidupi petani sekeluarga. Proses jual beli kepemilikan

lahan pertanian dibawah batas minimum yang dapat dilakukan

dengan sangat mudah menjadi pemicu meningkatnya laju

fragmentasi. Jika fragmentasi kepemilikan lahan pertanian terus

menerus terjadi tanpa adanya upaya yang dilakukan untuk

mengendalikan laju fragmentasi, maka tidak menutup kemungkinan

petani akan kehilangan lahan pertaniannya yang menjadi sumber

penghidupan keluarganya dan amanat Pasal 8 Undang-undang

Nomor 56 Prp Tahun 1960 menjadi semakin sulit untuk diwujudkan.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, rata-

rata jumlah gabah yang dihasilkan untuk lahan seluas 0,5 ha

adalah sekitar 3 ton (3.000 kg) gabah dengan harga jual gabah

per kilogramnya adalah Rp. 4.200.00. Data tentang rata-rata

produksi gabah yang dihasilkan per ton menurut luas lahan (ha)

disajikan pada tabel 8.

Tabel. 8 Rata-rata Produksi Gabah Yang Dihasilkan per ton Menurut Luas Lahan (ha) dan Jenis Pengairan

Jenis pengairan Produksi gabah per ton menurut luas lahan

(ha)

60

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

0,5 1,0 1,5 2,0

Irigasi teknis 3 6 9 12

Semi teknis 3 6 9 12

Tada Hujan 2 4 7 10

Sumber: Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Luwu. 2017

Berdasarkan tabel diatas, maka penerimaan yang akan

diperoleh petani yang memilki lahan sawah seluas 0,5 ha dengan

sistem pengairan irigasi teknis dan semi teknis adalah Rp.

12.600.000,00 untuk satu musim tanam. Adapun untuk lahan

sawah seluas 0,5 ha dengan sistem pengairan tadah hujan akan

menerima pendapatan sebesar Rp. 8.400.000,00 untuk satu

musim tanam. Hasil tersebut diperoleh dengan cara mengalikan

jumlah gabah perkg yang dihasilkan dengan harga gabah

perkilogramnya. Hasil yang diperoleh tersebut kemudian

dikurangkan dengan jumlah komponen biaya produksi selama

satu musim tanam yakni Rp.4.670.000,00. Maka akan diperoleh

hasil sebagai berikut:

- Lahan seluas 0,5 ha dengan sistem pengairan irigasi teknis

dan semi teknis.

(jumlah penerimaan – jumlah komponen produksi)

12.600.00,00 - 4.670.000,00 = 7.930.000,00

- Lahan seluas 0,5 ha dengan sistem pengairan tada hujan

8.400.000,00 – 4.670.000,00 = 3.730.000,00

61

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Sesuai dengan hasil perhitungan tersebut petani pemilik

lahan seluas 0,5 ha dengan sistem pengairan irigasi teknis dan

semi teknis mendapat keuntungan sebesar Rp. 7.930.000,00

untuk satu musim tanam. Sedangkan petani pemilik lahan seluas

0,5 ha dengan sistem pengairan tada hujan hanya memperoleh

keuntungan sebesar Rp.3.730.00,00 per satu musim tanamnya.

Satu musim tanam biasanya berlangsung selama 6 bulan untuk

lahan sawah yang sistem pengairannya menggunakan irigasi

teknis dan semi teknis. Sedangkan untuk yang sistem

pengairannya menggunakan tada hujan hanya dapat melakukan

panen sekali dalam setahun.

Untuk dapat mengetahui apakah keuntungan yang

diperoleh petani dari hasil panen tersebut dapat mencukupi

kebutuhan rumah tangganya, maka perlu dilakukan perhitungan

terhadap jumlah harga kebutuhan rumah tangga petani

sekeluarga. Hasil dari penerimaan petani kemudian dikurangkan

dengan jumlah kebutuhan rumah tangga petani sekeluarga

tersebut. Harga kebutuhan rumah tangga sehari-hari mencapai

nominal sekitar Rp. 521.000,00 per orang per bulannya.

Jika dalam satu keluarga terdiri dari 5 orang anggota

keluarga maka nominal pengeluaran perbulannya adalah Rp.

2.605.000.00. Sawah dengan sistem pengairan irigasi teknis dan

semi teknis dalam satu tahun bisa 2 kali panen. Sehingga dalam

62

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

setahun petani dapat memperoleh penerimaan sebanyak dua kali

dari hasil panen yakni per 6 bulan sekali. Sedangkan untuk sawah

yang sistem pengairannya menggunakan sistem tada hujan hanya

memperoleh penerimaan dari hasil panen setahun sekali yakni

pada saat musim hujan berlangsung.

Jika mengandalkan hasil panen untuk mencukupi

seluruh kebutuhan rumah tangga petani, maka kebutuhan tersebut

tidak akan tercukupi. Sebab untuk lahan seluas 0,5 ha dengan

sistem pengairan irigasi teknis atau semi teknis hanya

memperoleh penerimaan sebesar Rp. 7.930.000,00 per satu

musim tanam yakni per 6 bulan. Sedangkan kebutuhan rumah

tangga petani dalam kurun waktu 6 bulan mencapai nominal Rp.

15.630.00,00. Pada lahan sawah yang menggunakan sistem

pengairan tada hujan dalam setahun hanya bisa panen satu kali

dengan hasil produksi yang lebih sedikit.

Fragmentasi yang terjadi sebagai akibat jual beli

kepemilikan lahan pertanian dibawah batas minimum pada

akhirnya memberi dampak yang besar terhadap kesanggupan

petani dalam mencukupi kebutuhan dasar rumah tangganya. Jika

fragmentasi kepemilikan lahan pertanian terus menerus terjadi

tanpa adanya upaya yang dilakukan untuk mengendalikan laju

fragmentasi, hal tersebut akan menjadi penyebab sulitnya

meningkatkan kesejahteraan hidup petani.

63

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Fragmentasi kepemilikan lahan yang terjadi juga

memberi dampak terhadap kedaulatan pangan. Dalam konsideran

‘’Menimbang’’ Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dijelaskan

bahwa fragmentasi lahan pertanian pangan telah mengancam

daya dukung wilayah secara nasional dalam menjaga

kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan. Isi konsideran

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tersebut jelas

memperlihatkan bahwa salah satu kewajiban negara adalah

menjamin kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan.

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 18 tahun

2012 tentang pangan dijelaskan bahwa kedaulatan pangan adalah

hak negara dan bangsa yang secara mendiri menentukan

kebijakan pangan yang yang menjamin hak atas pangan bagi

rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk

menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber

daya lokal.

Reforma agraria akan membawa Indonesia berdaulat

pangan. Agar bisa bedaulat pangan, pertama-tama petani sebagai

pelaku utama harus berdaulat. Petani akan berdaulat jika mereka

memiliki tanah, bukan bertindak sebagai buruh atau penggarap.

64

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Oleh karena itu untuk menjamin tegaknya kedaulatan pangan,

akses kontrol petani kecil terhadap sumber daya produksi harus

dijamin lewat reforma agraria.47

Untuk dapat berdaulat pangan, pertama-tama petani

sebagai pelaku utama harus berdaulat pangan. Petani akan

berdaulat jika memiliki lahan garapan. Memiliki lahan saja tidak

cukup untuk menjadikan petani berdaulat pangan. Tetapi

dibuhkan lahan yang luasnya cukup untuk memenuhi kebutuhan

pangan dan kebutuhan hidup petani sekeluarga.

Reforma agraria yang berhasil ditandai dengan adanya

kepastian penguasaan tanah yang menjamin penghidupan dan

kesempatan kerja bagi petani, tata guna tanah yang mampu

memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian

mutu lingkungan hidup, kedaulatan pangan, kemampuan

produktivitas yang mampu membuat keluarga petani mampu

melakukan re-investasi dan memiliki daya beli yang tinggi. Kalau

hal ini terjadi, sektor pertanian di Indonesia akan menjadi

sandaran hidup mayoritas rakyat dan juga sekaligus penyokong

industrialisasi nasional dan reforma agraria akan menghasilkan

revitalisasi sektor pertanian dan pedesaan yang kokoh.48

47 Muhammad Ilham Arisaputra. 2015. Reforma Agraria Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan. Rechtidee Jurnal Hukum. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Vol.10. Hlmm. 54

48 Ibid., Hlm. 56

65

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Fragmentasi kepemilikan lahan pertanian dibawah batas

minimum melalui jual beli jika terus menerus terjadi tanpa adanya

upaya pencegahan yang dilakukan akan memberi dampak

terhadap kedaulatan pangan bagi petani. Sebab akan sulit

menjadikan petani berdaulat pangan apabila petani tersebut tidak

memiliki lahan pertanian dan hanya bertindak sebagai buruh tani.

66

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah batas

minimum dapat dilakukan dengan adanya Izin Perubahan

Penggunaan Tanah (IPPT). Pemberian Izin Perubahan

Penggunaan Tanah (IPPT) mengacu pada peta pola ruang

rencana tata ruang wilayah. Jika lahan yang dimohonkan Izin

Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) pada peta pola ruang

merupakan lahan pertanian biasa maka Izin Perubahan

Penggunaan Tanah (IPPT) dapat dikeluarkan. Akan tetapi

jika lahan yang dimohonkan Izin Perubahan Penggunaan

Tanah (IPPT) pada peta pola ruang merupakan lahan

pertanian berkelanjutan maka Izin Perubahan Penggunaan

Tanah (IPPT) tidak dapat dikeluarkan mengingat bahwa

dalam Undang-undang No 41 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

67

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

melarang untuk melakukan alihfungsi pada lahan pertanian

berkelanjutan.

2. Dampak dari jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah

batas minimum mengakibatkan berlangsungnya kepemilikan

lahan pertanian dibawah batas minimum yang tidak dapat

mendukung kedaulatan pangan dan tidak memberikan

kesejahteraan kepada petani.

B. Saran

1. Kantor Pertanahan seharusnya benar-benar melakukan

pembinaan secara berkelanjutan terhadap Camat selaku

Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara (PPATS) terkait

aturan-aturan yang berlaku dalam prosedur jual beli

kepemilikan lahan pertanian. Sehingga camat selaku Pejabat

Pembuat Akta Tanah Sementara (PPATS) mengerti dan

memahami secara penuh prosedur-prosedur yang berlaku

dalam jual beli kepemilikan lahan pertanian. Khususnya pada

lahan pertanian berkelanjutan.

2. Perlu dilakukan sosialisasi secara terus-menerus kepada

masyarakat khususnya petani terkait larangan melakukan

jual beli kepemilikan lahan pertanian dibawah batas

minimum dan dampak yang timbul dari jual beli kepemilikan

68

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

lahan pertanian dibawah batas minimum yang dampaknya

lebih besar merugikan petani itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku

Adrian Sutedi.2010.Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya.Sinar Grafiko.Jakarta.

Boedi Harsono.2008.Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya) Djambatan.Jakarta.

Erna Sri Wibawanti Dan R.Murjiyanto.2013.Hak Atas Tanah Dan Peralihannya.Liberty Yogyakarta.Yogyakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.2016.Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta

Kartini Muljadi, Dkk.2004.Kedudukan Berkuasa Dan Hak Milik.Kencana. Jakarta.

Muhammad Ilham Arisaputra.2015.Reforma Agraria di Indonesia.Sinar Grafika.Jakarta.

Tri Budiyono.2011.Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis Terhadap Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.Griya Media.Jakarta

Urip Santoso.2008.Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah.Kencana. Jakarta

Skripsi/Tesis

Aini Halim.2014.Analisis Yuridis Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Atas Inbreng Pendirian Perseroan Terbatas.Tesis.Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.Medan.

MF.Anita Widhy Handari.2012.Implementasi Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Di Kabupaten Magelang.

69

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Tesis.Program Studi Ilmu Lingkungan.Universitas Diponegoro. Semarang.

Muh Yamin.2011.Kepemilikan Atas Tanah Pertanian Yang Melebihi Batas Maksimum Di Kabupaten Kolaka Ditinjau Dari Undang-Undang No. 56 Prp Tahun 1960.Skripsi.Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.Makassar.

Jurnal Imliah

Susanti A, Hidayat K, Sukesi K.2013.Struktur Penguasaan Lahan Pertanian dan Hubungan Kerja Agrarian Pada Masyarakat Trengger.Jurnal.Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.Vol.14. Nomor 1 April 2013

Muhammad Ilham Arisaputra.2015.Reforma Agraria Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan.Rechtidee Jurnal Hukum.Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.Vol.10.Nomor 1 Juni 2015

Peraturan perundang-undangan

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu Tahun 2011-2031

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Sumber internet :

Hermas E Prabowo. Penyusutan Lahan Isu Utama Ketahanan Pangan.Pada http://cetak.kompas.com/read/.Selasa 28 Maret 2017.Pukul 16.35

Sumaryanto dan Helena J. Purba.Fragmentasi Lahan Pertanian Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Usaha Tani.Pada www.litbang.pertanian.go.id.Senin 27 Maret 2017.Pukul 21.22

70

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

Syahyuti. Delandreformasi Sebagai Gejala Anti Landreform di Indonesia.Pada http://websyahyuti.blogspot.co.id. Sabtu 25 Maret 2017.Pukul 16:56

71

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

72

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

73

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idBerdasarkan fenomena tersebut Penulis akan melakukan penelitian tentang apa yang

74