repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web...

22
KARAKTERISTIK SPASIAL LOKASI RETAIL MODERN MINIMARKET DI KOTA MAKASSAR Dr. Ir. Syafruddin Rauf, MT. 1) dan Ir. Achmad Faisal Aboe, MT. 1) , Ardiansyah 2) 1) Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171, Indonesia 2) Mahasiswa, Departemen Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171, Indonesia ABSTRAK Persebaran minimarket di Kota Makassar mempunyai pola tersendiri dalam menangkap peluang pasarnya yang selanjutnya diolah oleh Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pola persebaran minimarket di kota Makassar dan menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap persebaran minimarket, yang didukung oleh pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menjelaskan keberadaan minimarket yang kebanyakan beraglomerasi di satu lokasi. Pengelompokan titik pola persebaran Clustered Point Process merupakan persebaran Minimarket yang terjadi di Kota Makassar. Clustered Point Process adalah sangat banyak kuadran yang kosong, sangat sedikit kuadran yang memiliki satu atau dua titik dan beberapa kuadran mempunyai banyak titik. Dan dengan menggunakan SPSS ( Statistical Package for the Social Sciences) diketahui bahwa Jumlah Bangunan menjadi faktor utama persebaran Minimarket. Dari hasil penelitian ini menunjukan analisis spasial berupa Buffer, Heatmap, Voronoi dan Interpolasi. Keywords: Sistem Informasi Geografis, Retail Modern Minimarket, Open Street Map, Quantum GIS ABSTRACT The minimarket spread in Makassar City has its own pattern in capturing market opportunity which further processed by Geographic Information System (GIS). Geographic Information System (GIS) is an information system designed to work 1

Transcript of repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web...

Page 1: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

KARAKTERISTIK SPASIAL LOKASI RETAIL MODERN MINIMARKET DI KOTA MAKASSAR

Dr. Ir. Syafruddin Rauf, MT.1)dan Ir. Achmad Faisal Aboe, MT.1), Ardiansyah2)

1)Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171, Indonesia2)Mahasiswa, Departemen Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171, Indonesia

ABSTRAK

Persebaran minimarket di Kota Makassar mempunyai pola tersendiri dalam menangkap peluang pasarnya yang selanjutnya diolah oleh Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pola persebaran minimarket di kota Makassar dan menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap persebaran minimarket, yang didukung oleh pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menjelaskan keberadaan minimarket yang kebanyakan beraglomerasi di satu lokasi. Pengelompokan titik pola persebaran Clustered Point Process merupakan persebaran Minimarket yang terjadi di Kota Makassar. Clustered Point Process adalah sangat banyak kuadran yang kosong, sangat sedikit kuadran yang memiliki satu atau dua titik dan beberapa kuadran mempunyai banyak titik. Dan dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) diketahui bahwa Jumlah Bangunan menjadi faktor utama persebaran Minimarket. Dari hasil penelitian ini menunjukan analisis spasial berupa Buffer, Heatmap, Voronoi dan Interpolasi.

Keywords: Sistem Informasi Geografis, Retail Modern Minimarket, Open Street Map, Quantum GIS

ABSTRACT

The minimarket spread in Makassar City has its own pattern in capturing market opportunity which further processed by Geographic Information System (GIS). Geographic Information System (GIS) is an information system designed to work with spatial or geo-coordinated reference data or in other words a GIS is a database system with special ability to handle spatial reference data simultaneously with a set of work operations (Barus and Wiradisastra, 2000). This paper aims to analyze the pattern of minimarket distribution in Makassar city and analyze the factors that influence the minimarket distribution, supported by the use of Geographic Information System (GIS) in explaining the existence of minimarket which mostly agglomerated in one location. Clustered Point Process is divided into Minimarket in Makassar. Clustered Point Process is so many empty quadrants, very few quadrants have one or two dots and some quadrants have multiple dots. And by using SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) it is known that Building Number is the main factor of Minimarket distribution. From the results of this study shows the spatial analysis of Buffer, Heatmap, Voronoi and Interpolation.

Keywords: Geographic Information System, Modern Minimarket Retail, Open Street Map, QuantumGIS

1

Page 2: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kota merupakan pusat kegiatan penduduk, yang terdiri dari kegiatanpemerintahan hingga kegiatan sosial budaya, seperti pusat perdagangan, pusatindustri, pusat pertumbuhan, simpul distribusi, wilayah modal dan pusat permukiman. Dari sudut pandang ekonomi, bahwa pertumbuhan ekonomi suatu kota merupakan faktor pendorong terhadap berkembangnya kota tersebut. Faktor yang bersifat ekonomi merupakan penyebab terpenting dari timbulnya urbanisasi dan perkembangan kota (Sukirno, 2000).

Pertumbuhan ritel modern yang cukup pesat terjadi setelah dicanangkannya era otonomi daerah. Pendirian ritel modern yang berkapasitas besar (minimarket, supermarket dan hypermarket) merupakan salah satu sumber bagi pemerintah Kabupaten dan Kota untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Menjamurnya persebaran ritel modern (minimarket) di permukiman penduduk dan di kawasan pinggiran kota-kota besar di Indonesia merupakan salah satu bukti nyata.

Minimarket merupakan salah satu bentuk sarana perdagangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan individu maupun keluarga. Pada umumnya minimarket berlokasi di dekat permukiman penduduk yang merupakan target pasarnya (Jones and Simmons, 1990).

Dari uraian diatas diketahui adanya perkembangan minimarket di suatu lokasi dan tidak pada lokasi lain maka penulis dalam penelitian ini tertarik mengambil judul “Karakteristik Spasial Lokasi Retail Modern Minimarket Di Kota Makassar” Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi dan melihat kecenderungan, faktor-faktor yang mendorong pemilihan persebaran lokasi retail modern di Kota Makassar.

Kota Makassar tidak terlepas dari maraknya pembukaan gerai-gerai minimarket. Minimarket tersebut merupakan lokasi bangkitan dan tarikan

lalulintas. Hal tersebut dapat menyebabkan permasalahan transportasi seperti kemacetan lalulintas dan polusi suara dan polusi udara. Dampak lainnya adalah bila lokasi minimarket tersebut berdekatan dengan lokasi pasar tradisional. Hal tersebut akan berdampak pada pasar tradisional dalam hal besarnya omset dan pelanggan. Pemilihan lokasi diduga erat kaitannya dengan kepadatan penduduk dan tersedianya jarangan jalan yang memadai.1.2 Tujuan penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut di atas, maka peneliti mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Menganalisis pola sebaran retail modern Minimarket di Kota Makassar dengan pendekatan spasial

2. Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap persebaran Minimarket di kota Makassar

1.2 Batasan MasalahBatasan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Makassar

2. Survei hanya di lakukan pada lokasi retail modern Minimarket pada bulan Januari 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Tinjauan Umum

Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dari hari–kehari berimplikasi pada kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang yang semakin meningkat. Selain itu juga pertumbuhan jumlah penduduk ini juga berimplikasi pada mobilisitas penduduk yang semakin tinggi. Pembangunan retail guna pemenuhan kebutuhan sehari hari bagi masyarakat.2.2 Konsep dan Defenisi Retail

Perkembangan dunia bisnis belakangan ini sangat mendukung perkembangan bagi para retailer yang berada di pasar, terutama para retailer besar. Meningkatnya tingkat konsumsi dan hasrat berbelanja masyarakat membuat

2

Page 3: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

industri ini semakin dilirik oleh para pelaku bisnis. Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari Bahasa Perancis diambil dari kata retailer yang berarti “memotong menjadi kecil-kecil” (Risch,1991:2). 2.2.1 Aturan dan Undang Undang

Adapun peraturan dan undang-undang yang mengatur tentang retail modern, yaitu:1. Keppres No. 99 Tahun 1998

tentang bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan (Keppres ini sekarang sudah tidak berlaku lagi).

2. Keppres No. 96 Tahun 2000 tentang bidang usaha tertutup dan terbuka bagi penanaman modal asing. Dalam regulasi tersebut, usaha perdagangan eceran merupakan salah satu bidang usaha yang terbuka bagi pihak asing (Keppres ini sekarang sudah tidak berlaku lagi).

3. Perpres No. 77 Tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal. Di mana dalam Perpres tersebut disebutkan kepemilikan asing diperbolehkan 100% untuk perdagangan besar, yaitu bidang usaha mall, supermarket, department store, pusat perbelanjaan, dan hypermarket. Sementara itu usaha ritel yang tertutup untuk asing adalah perdagangan eceran, mencakup kaki lima, eceran keliling, eceran luar supermarket, department store, toserba, community store, convenience store, minimarket, hingga eceran melalui media.

4. Perpres No. 112 Tahun 2007 pasal 5 ayat 1 dan 2, sebagai berikut:

a. Perkulakan hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan arteri/kolektor primer atau arteri sekunder

b. Hypermarket & pusat perbelanjaan :1. Hanya boleh berlokasi pada

atau pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor dan

2. Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal/lingkungan di dalam kota/perkotaan

3. Supermarket dan Department Store :

Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan;

Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam kota/perkotaan

4. Minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan

2.2.2. Faktor Pemilihan Lokasi Retail ModernDalam menyeleksi suatu lokasi,

apakah itu bagi retail skala kecil (small neighbourhood) atau sampai dengan retail skala besar (super regional shopping center), perlu mempertimbangkan kombinasi terbaik dari beberapa karateristik, sebagai berikut: (Klimert, 2004:75-79).

1. Demographics. 2. Location and distance.

Neigbourhood center Community center Regional center

3. Access Neigbourhood center Community center Regional center

4. Visibility5. Size

3

Page 4: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

6. Topography7. Utilities8. Surroundings9. Environmental impacts10. Zoning11. Financial benefits to the

community2.3. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta merupakan data dalam kaitannya aspek analisis keruangan dimana barisnya adalah data keruangan, sekumpulan data spasial yang telah dapat kemudian dianalisis menjadi peta, maka peta tersebut merupakan informasi, misalnya telah dilakukan analisis ovelay (tumpangan susun) antara satu data spasial dengan data spasial lainnya. Ovelay merupakan fungsi analisis spasial dalam sistem informasi geografi yang menghasilkan data spasial baru dari minimal data spasial yang menjadi masukannya. Semua data spasial ini akan digabungkan menjadi satu, membentuk sebuah data spasial yang baru, jadi didalam sistem informasi geografi (GIS) data spasial ini digambarkan dalambentuk layer dan pada ovelay layer-layer yang telah dibuat akan digabung menjadi satu layer yang memuat data spasial baru.

Dalam kaitannya dengan pemahaman data dan informasi keruangannya pada hakikatnya peta adalah suatu alat peraga untuk menyampaikan sebuah ide, yang dapat berupa gambaran suatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, jaringan jalan, dan semua hal-hal yang berhubungan dengan kedudukan dalam ruang. Karena berfungsi sebagai alat peraga maka peta akan dengan mudah mengetahui data/fakta yang berkaitan dengan keruangan, legenda judul, skala indeks peta tersebut. Peta dapat diartikan juga sebagai gambaran dari data atau fakta yang bersifat keruangan yang diwakili dalam bentuk titik, garis dan poligon. Tujuan pembuatan peta akan menunjukkan jenis peta tersebut. Misalnya peta kota Makassar, maka dibuat peta digitasi

pemetaan kota makassar yang memberikan informasi yang dibutuhkan dalam peta tersebut. Adapun persyaratan-persyaratan geometrik yang harus dipenuhi suatu peta sehingga menjadi peta yang ideal adalah:

Jarak antara titik-titik yang terletak diatas peta harus sesuai dengan jarak aslinya dipermukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala tertentu).

Luas suatu unsur yang direpresentasikan diatas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya (juga dengan mempertimbangkan skalanya).

Sudut atau arah suatu garis yang di representasikan diatas peta harus sesuai dengan arah yang sebenarnya (seperti dipermukaan bumi).

Bentuk suatu unsur yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya (juga dengan mempertimbangkan faktor skalanya).

Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon (2001) Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference).

Pengertian GIS/SIG saat ini lebih sering diterapkan bagi teknologi informasi spasial atau geografi yang berorientasi pada penggunaan teknologi komputer. Dalam hubungannya dengan teknologi komputer, Arronoff (1989) dalam Anon

4

Page 5: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

(2003) mendifinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), memanipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Sedangkan Burrough, 1986 mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi kedalam 4 komponen utama yaitu: perangkat keras (digitizer, scanner, Central Procesing Unit (CPU), hard-disk, dan lain-lain), perangkat lunak (ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain), organisasi (manajemen) dan pemakai (user). Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis.2.3.1. Analisis Spasial

Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi. Berikut beberapa plugin dari analisis spasial:1. Plugin Buffer

Buffer adalah analisis spasial yang akan menghasilkan unsur-unsur spasial yang bertipe poligon. Buffer digambarkan dalam bentuk poligon yang mempunyai ketentuan jarak tertentu pada bentang kenampakan tertentu.

Gambar 2.1 Buffer2. Plugin Heatmap

Plugin Heatmap menggunakan Kernel Density Estimation untuk menciptakan kepadatan (heatmap) raster dari titik masukan lapisan vektor. Kepadatan tersebut dihitung berdasarkan jumlah poin di lokasi, dengan jumlah poin berkerumun yang lebih besar menghasilkan nilai yang lebih besar. Heatmaps memudahkan identifikasi “hotspot” dan pengelompokan poin. Pengelompokan pola titik secara spasial terbagi atas :

a. Regular Point Process adalah sejumlah besar kuadran berisi satu titik. Hanya beberapa kuadran yang kosong, dan sangat sedikit kuadran yang berisi lebih dari satu titik.

b. Clustered Point Process adalah sangat banyak kuadran yang kosong, sangat sedikit kuadran yang memiliki satu atau dua titik dan beberapa kuadran mempunyai banyak titik.

c. Random Point Process adalah penengah dari dua hal diatas (Muhammad Nur Aidi, 2009).

3. Plugin Voronoi

Gambar 2.2 Diagram VoronoiMetode veronoi dalam Gis

merupakan metode yang digunakan untuk membuat diagram lokasi kedekatan suatu objek di banding objek yang lain. Salah satu penggunaan diagram voronoi yang paling spektakuler adalah analisis penyakit kolera di London pada tahun 1854, dimana fisikawan John Snow menemukan hubungan yang kuat anatara kematian dengan penggunaan air pompa yang terinfeksi di Broad Street.4. Plugin Interpolation

5

Page 6: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

Interpolasi adalah proses menggunakan poin dengan nilai yang diketahui untuk memperkirakan nilai pada titik tak diketahui lainnya. Plugin Interpolasi dapat digunakan untuk membuat interpolasi TIN atau IDW dari suatu layer vektor titik. Plugin ini sangat sederhana serta menyediakan tampilan antarmuka yang intuitif untuk membuat layer raster terinterpolasi .2.4 Jalan2.4.1 Pengertian Jalan

Jalan adalah. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).2.4.2. Klasifikasi Jalan

1. Klasifikasi menurut fungsi jalanKlasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan yaitu:a) Jalan arteri b) Jalan kolektor c) Jalan lokal

2. Klasifikasi menurut kelas jalan`Tabel 2.2. Klasifikasi jalan raya

menurut kelas jalan

Fungsi kelasMuatan Sumbu Terberat/MST

(ton)

Arteri

I >10

II 10

IIIa 8

KolektorIIIa

8IIIb

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina

Marga, 1997.3. Klasifikasi menurut medan jalan'

Tabel 2.3. Klasifikasi Menurut Medan Jalan

No JenisMedan Notasi Kemiringan Medan (%)

1 Datar D < 3

2 Berbukit B 3-25

3 Pegunungan G >25

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina

Marga 1997.4. Klasifikasi menurut wewenang

pembinaan jalanKlasifikasi menurut wewenang

pembinaannya terdiri dari Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya dan Jalan Desa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1. Tahap Penelitian

Untuk mencapai tujuan dan sebagai kerangka pemikiran dari penelitian ini telah direncanakan metode penelitian dengan bagan alir dengan empat tahap yaitu tahap studi pendahuluan, tahap persiapan peralatan, bahan, dan sumberdaya manusia, tahap pengumpulan atau survey dan kompilasi data, dan juga tahap analisa data dan permodelan.3.2. Kerangka Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahap. Tahap pertama dimulai dengan pendahuluan dengan menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan manfaat penelitian. Kemudian mulai melakukan kerangka teoritis penelitian yang disusun berdasarkan referensi penelitian sebelumnya, jurnal, artikel penelitian dan sejenisnya. Kemudian dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer berupa data yang didapatkan dari hasil survei lapangan, dan dokumentasi. Data sekunder berupa data kependudukan, data spasial Kota Makassar

6

Page 7: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

dan sejenisnya. Kemudian dilakukan analisis dan pemetaan lokasi retail modern Minimarket di Kota Makassar.3.3. Persiapan Lokasi Penelitian Waktu, Alat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2017– Juni 2017, Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :Tabel 3.1 Peralatan yang akan digunakan

No Alat Fungsi

1 KameraPerekam visual pada saat survei lapangan

2 GPS (Global Positioning System)

Menentukan titik koordinat

3 Microsft office Word

Mengediting data

4 Microsoft office Excel

Mentabulasi data

5 Spss Statistics Menganalisis data

6 Software Qgis View.2.10

Pembuatan peta digital

3.4. Pengumpulan DataPenelitian kali ini memerlukan

beberapa data, yang dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari hasil percobaan atau pengamatan di lapangan ataupun langsung dari tangan pertama, sedangkan data sekunder merupakan data penunjang yang tidak didapatkan dalam penelitian wilayah melainkan dari literature-literatur bersumber buku, jurnal, maupun data dari instansi terkait.3.5. Pengolahan Data

a. Editing data b. Koding datac. Tabulasi data

3.6. Metode Analisis3.6.1. Analisis Spasial

Hukum pertama tentang geografi dikemukakan oleh Tobler, menyatakan bahwa segala sesuatu saling berhubungan

satu dengan yang lainnya, tetapi sesuatu yang dekat lebih mempunyai pengaruh daripada sesuatu yang jauh (Anselin, 1988). Hukum tersebut merupakan dasar pengkajian permasalahan berdasarkan efek lokasi atau metode spasial. Pendekatan spasial yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis spasial ekonometri dan Geographical Information System (GIS).

Menurut Anselin (1999) dalam Hadiarta (2013), spasial ekonometri digunakan untuk menganalisis efek spasial yang merupakan fenomena yang lazim terjadi pada data cross section, dimana penggunaan metode ekonometri yang lain seringkali gagal untuk menggambarkan hal tersebut. Analisis spasial ekonometri digunakan untuk menguji seberapa besar interaksi atau hubungan antara variabel-variabel independen maupun dependen di suatu lokasi terhadap variabel dependen di lokasi lain.

Adapun analisis model spatial yang akan dilakukan dengan bantuan program QGIS open Source dalam hal:

Analisis dan pemetaan lokasi retail Minimarket terhadap jalan arteri makassar

Analisis dan pemetaan kepadatan penduduk Kota Makassar

Analisis dan pemetaan kepadatan pemukiman penduduk Kota Makassar

Analisis dan pemetaan kepadatan lokasi Retail Minimarket

Analisis dan pemetaan kedekatan lokasi Retail Minimarket dengan metode Voronoi

Analisis dan pemetaan Interpolasi hubungan Minimarket dengan Jumlah Bangunan

3.7. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

7

Page 8: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

Batas Utara : Kota Maros Batas Selatan : Kota Serdang

Bedagai Batas Timur : Kota Maros Batas Barat : Selat

MakassarLuas keseluruhan wilayah Kota

Makassar adalah 175,77 km2, yang terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan.

Gambar 3.2 Peta Kota MakassarBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Lokasi Retail Modern

Gambar 4.1 Peta Lokasi Alfamart/Alfamidi di Kota Makassar

Gambar 4.2 Peta Lokasi Indomaret di Kota Makassar

Dari hasil survey lapang, terdapat 279 Alfamart/Alfamidi dan 228 Indomaret yang tersebar di kota Makassar. Persebaran minimarket tersebut berada di 14 kecamatan di Kota Makassar, yaitu Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, Kecamatan Rappocini, Kecamatan Panakukang, Kecamatan Mariso, Kecamatan Manggala, Kecamatan Mamajang, Kecamatan Makassar, dan Kecamatan Bontoala. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 4.3 dibawah ini.

WAJO

UJUNG PANDANG

TAMALANREA

RAPPOCINI

MARISO

MAMAJANG

BONTOALA05

101520253035404550

12

4

9

35

2017

3032

13

35

1613 12

31

3 3

12

32

17

7

2730

5

16

7

14

9

46

Jumlah Minimarket Di Kota Makassar

Jumlah Alfamart/AlfamidiJumlah Indomaret

(sumber : survey lapangan)Gambar 4.3 Jumlah Minimarket di Kota

MakassarBerdasarkan data Gambar 4.3

dapat diketahui jumlah Alfamart/Alfamidi paling banyak terdapat pada Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Manggala sebanyak 35 unit dan Indomaret paling banyak pada Kecamatan Biringkanaya sebanyak 46 unit, hal ini dikarenakan Kecamatan tersebut merupakan gerbang menuju pusat kota Makassar, sehingga lalu lintas daerah tersebut cukup padat yang memungkinkan bertambahnya konsumen dari waktu ke waktu. Sedangkan jumlah Alfamart/Alfamidi paling sedikit terdapat pada Kecamatan Ujung Tanah sebanyak 4 unit dan Indomaret paling sedikit pada

8

Page 9: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

Kecamatan Wajo dan Kecamatan Ujung Tanah sebanyak 3 unit, hal ini dikarenakan letak daerah tersebut yang kurang strategis dan terpencil, serta kurangnya penduduk yang bermukim di kecamatan tersebut.4.2. Demografi

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan (Jones and Simmons, 1990).4.2.1 Populasi Penduduk Makassar

WAJO

UJUNG TA

NAH

UJUNG PANDANG

TAMALA

TE

TAMALA

NREATA

LLO

RAPPOCINI

PANAKKUKANG

MARISO

MANGGALA

MAMAJANG

MAKASSAR

BONTOALA

BIRING KANAYA

050000

100000150000200000250000

30,72248,882

28,278

190,694

110,826138,598

162,539146,968

58,815

135,049

60,77984,396

56,243

196,612

Populasi 2015

Sumber : (Badan Pusat Statistik 2015)Gambar 4.4 Populasi Makassar 2015

Dari data kependudukan dan populasi penduduk diatas dapat kita tunjukkan daerah atau lokasi terpadat yang ditempati atau di tinggali oleh penduduk dengan melihat langsung gambar heatmap di bawah ini :

Gambar 4.5 Peta Heatmap Building Makassar

4.2.2. Kepadatan Penduduk

Biringk

anay

a

Makass

ar

Mangg

ala

Panak

kukan

gTall

o

Tamala

te

Ujng Tan

ah0

20000400006000080000

100000120000140000

4077

267823349028942

5594

32316

8619

77400

27773

3481 9436 10752

134722

15438

Gambar 4.6 Diagram Batang Kepadatan Perkecamatan

Paccerakkang Maradekaya Tamangapa Lakkang Lajangiru Malimongan

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

Gambar 4.7 Diagram Batang Kepadatan Perkelurahan

Gambar 4.8 Peta Kepadatan Penduduk Per Kecamatan

4.3. Indeks Minimarket4.3.1 Indeks Minimarket dengan

9

Page 10: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

Jaringan JalanJaringan jalan menjadi bagian

penting dalam system transportasi nasional pemeliharaan dan pembangunan terus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas layanan jaringan jalan. Jaringan jalan juga merupakan penunjang utama dalam melakukan kegiatan perekonomian serta dapat menjadi media untuk menjalin komunikasi dan interaksi antar masyarakat agar terjaga kesatuan dan dapat berkembang secara lebih merata. Pada bagian ini dilakukan perhitungan rasio atau perbandingan jumlah Minimarket dengan panjang jalan. Berikut Rasio Jumlah Minimarket dengan Panjang Jalan:

BIRINGKANAYA

UJUNG TANAH

TAMALA

TETA

LLO

PANAKKUKANG

MANGGALA

MAKASSAR

0.000.100.200.300.400.500.600.70

0.25

0.40

0.25

0.57

0.240.140.18

0.290.27

0.43

0.22

0.540.530.59

Rasio Jumlah Minimarket dengan Panjang Jalan

Gambar 4.9 Rasio Jumlah Minimarket dengan Panjang Jalan

Rasio jumlah Minimarket dengan panjang jalan diperoleh dengan membagi jumlah Minimarket dengan panjang jalan (km) daerah terkait. Nilai rasio ini memiliki arti Minimarket yang terdapat di setiap panjang jalan perkilometer. Rasio yang tertinggi terdapat pada kecamatan Bontoala dan yang terendah terdapat pada kecamatan Tamalanrea.

Berdasarkan data diatas di setiap jalan pada kecamatan Bontoala sudah mencukupi terdapat unit-unit Minimarket yang dapat memudahkan masyarakat dalam berbelanja. Sedangkan pada kecamatan Tamalanrea menjadi tolak ukur agar perusahaan-perusahaan Minimarket dapat membuka lebih banyak lagi unit

Minimarket mengingat kecamatan Tamalanrea merupakan jalan akses masyarakat dari berbagai wilayah kabupaten disekitar Kota Makassar.4.3.2 Indeks Minimarket dengan Luas Wilayah

Berdasarkan data populasi tahun 2015 diketahui populasi terbesar ada pada kecamatan Biringkanaya dan populasi terkecil ada pada kecamatan Ujung Pandang. Sehingga kebutuhan masyarakat pada Minimarket sangat berpengaruhi untuk kelangsungan hidup dimana masyarakat sangat ingin selalu dimudahkan dalam aktifitas berbelanja. Indeks Minimarket dengan Luas Wilayah dicari agar diketahui apakah luas daerah suatu kecamatan sudah mencakup akan pembangunan Minimarket. Sehingga dapat dijadikan acuan pada pembangunan minimarket kedepannya. Pada bagian ini dilakukan perhitungan rasio antara Jumlah Minimarket dengan Luas Wilayah (km2) daerah terkait. Berikut rasio antara Jumlah Minimarket dengan Luas Wilayah :

BIRINGKANAYA

UJUNG TANAH

TAMALA

TETA

LLO

PANAKKUKANG

MANGGALA

MAKASSAR

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.00

2.07

7.204.87

8.05

2.740.95

2.43

5.183.92

5.89

2.17

9.279.6911.78

Rasio Jumlah Minimarket dengan Luas Wilayah

Gambar 4.10 Rasio Jumlah Minimarket dengan Luas Wilayah

Rasio jumlah Minimarket dengan luas wilayah diperoleh dengan membagi jumlah Minimarket dengan luas wilyah daerah terkait (km²). Nilai rasio ini memiliki arti Minimarket yang terdapat di suatu daerah dalam 1 km² luas wilayah. Rasio yang tertinggi terdapat pada kecamatan Bontoala dan yang terendah terdapat pada kecamatan Tamalanrea.

10

Page 11: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

4.4. Analisis Lokasi Minimarket4.4.1. Analisis Kepadatan Minimarket

Gambar 4.11 Peta Heatmap Lokasi Minimarket

4.4.2. Analisis Minimarket di jalan arteri

Pemilihan lokasi yang tepat sangat menentukan kesuksesan ekonomi dari suatu proyek retail. Dalam menyeleksi suatu lokasi perlu mempertimbangkan kombinasi terbaik dari beberapa karateristik salah satunya adalah aksebilitas dan visibilitas yang baik. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya titik retail yang tersebar sepanjang jalan arteri di Makassar. Jalan arteri yang dimaksud adalah Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. AP. Pettarani, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. S. Alauddin, Jl. Tentara Pelajar, Jl. Nusantara, Jl. Bandang, Jl. Andalas, Jl. Ahmad Yani, Jl. G. Bulusaraung, Jl. Masjid Raya, Jl. G. Latimojong, Jl. Bawakaraeng, Jl. Penghibur, Jl. Pasar Ikan, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Veteran Utara, Jl. Veteran Selatan, Jl. RW. Monginsidi, Jl. Sam Ratulangi dan Jl. Rappocini Raya. Berikut lokasi Minimarket di jalan arteri:

Gambar 4.12 Jumlah Minimarket pada Jalan Arteri Perkilo Meter

Dari Gambar 4.13 diketahui bahwa jumlah minimarket disetiap kilo meter terbanyak terdapat pada kilo meter

1, 8, 13, 14, 21, 25 dan 37 yaitu sebanyak 6 minimarket. Hal ini membuktikan bahwa tingginya aktifitas transportasi pada lokasi-lokasi tersebut. Memungkinkan terjadinya kemacetan lalu lintas akibat bangkitan dan tarikan minimarket tersebut. Adapun lokasi disetiap kilometer jalan arteri yang tidak terdapat Minimarket yaitu pada kilometer 4, 11, 16, 31 dan 35. Tidak menutup kemungkinan bahwa pada lokasi-lokasi tersebut tidak terjadinya permasalahan lalulintas walaupun Minimarket tidak menempati lokasi tersebut. Berikut lokasi Minimarket di jalan arteri :

Gambar 4.13 Peta Sebaran Lokasi Minimarket di Jalan Arteri

(sumber : Qgis)Dari Gambar 4.13 diatas

menunjukkan jumlah minimarket pada buffer 50 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 106 unit dan Indomaret 50 unit. Pada buffer 100 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 126 unit dan Indomaret 55 unit. Pada buffer 200 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 154 unit dan Indomaret 72 unit. Pada buffer 300 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 190 unit dan Indomaret 85 unit. Pada buffer 400 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 214 unit dan Indomaret 96 unit. Pada buffer 500 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 236 unit dan Indomaret 109 unit. Pada buffer 1200 yang dimana

11

Page 12: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 259 unit dan Indomaret 181 unit. Pada buffer 2400 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 269 unit dan Indomaret 216 unit. Pada buffer 3600 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 275 unit dan Indomaret 221 unit. Pada buffer 4800 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 277 unit dan Indomaret 225 unit. Pada buffer 6000 yang dimana jumlah minimarket adalah Alfamart/Alfamidi 279 unit dan Indomaret 228 unit. Pada buffer 6000 kondisi minimarket mengalami kondisi konstan dimana semua minimarket telah diketahui jaraknya dari jalan arteri.

Gambar diatas menunjukkan retail dalam Buffer 50, 100. 200, 300, 400, 500, 1200, 2400, 3600, 4800 dan 6000 yang direkap dalam bentuk grafik persentase perbuffernya. Sehingga menghasilkan data Jumlah minimarket dijalan arteri yang konstan. Digunakan Buffer 50 sebagai buffer terkecil dan Buffer 6000 sebagai buffer terbesar agar kita dapat mengetahui jarak terdekat dan terjauh minimarket pada jalan arteri. Berikut grafik jumlah Minimarket dijalan arteri :

50100

200300

400500

12002400

36004800

60000%

20%40%60%80%

100%

Persentase Minimarket Pada Jalan Arteri

ALFAMART/ALFAMIDI

INDOMARET

MINIMARKET

Buffer

Gambar 4.14 Jumlah Minimarket di Jalan Arteri

4.4.3. Analisis Wilayah Minimarket

Gambar 4.15 Diagram Veronoi Lokasi Alfamart/Alfamidi

Gambar 4.16 Luas Wilayah Lokasi Alfamart/Alfamidi

Gambar 4.17 Diagram Veronoi Lokasi Indomaret

12

Page 13: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

Gambar 4.18 Luas Wilayah Lokasi Indomaret

Gambar 4.19 Diagram Veronoi Lokasi Alfamart/Alfamidi & Indomaret

Gambar 4.20 Luas Wilayah Lokasi Alfamart/Alfamidi & Indomaret

Dari Gambar 4.26 dapat dilihat luas area jangkauan setiap minimarket di kota Makassar, sedangkan Gambar 4.27 menunjukkan cakupan luas wilayah dari terkecil hingga terbesar dari jarak jangkauan titik retail, warna putih menunjukkan luas wilayah terkecil Minimarket dan warna gelap menunjukkan luas wilayah terbesar Minimarket.

Adapun penentuan hubungan antara pertumbuhan minimarket sejalan dengan arah pembangunan di Kota Makassar. Dengan menggunakan Interpolasi Spasial kita dapat menunjukkan daerah pertumbuhan Minimarket dengan pembangunan tersebut.

Gambar 4.21 Interpolasi Minimarket & Bangunan

Dari Gambar 4.28 diketahui bahwa garis merah merupakan daerah minimarket yang berada di Kota Makassar dan garis hijau merupakan daerah bangunan terbanyak. Pada gambar lokasi pertumbuhan Minimarket berada pada seluruh kecamatan kecuali kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Wajo. Hal ini sejalan dengan pembangunan di Kota Makassar. BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei dan pembahasan yang telah di paparkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pola sebaran Minimarket adalah Clustered Point Process, adalah sangat banyak kuadran yang kosong, sangat sedikit kuadran yang memiliki satu atau dua titik dan beberapa kuadran mempunyai banyak titik, yang membuat persebaran minimarket beraglomerasi pada satu lokasi.

2. Penentuan faktor yang mempengarui persebaran minimarket di Kota Makassar dianalisis menggunakan SPSS

13

Page 14: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

(Statistical Package for the Social Sciences) diketahui bahwa Jumlah Bangunan menjadi faktor utama persebaran Minimarket dari beberapa faktor lain seperti Populasi, Luas (km²), dan Panjang Jalan (km²).

5.2 SaranSaran peneliti kepada pembaca dan

penelitian selanjutnya :a) Memperbanyak referensi-referensi

tentang penelitian sehingga dapat menambah materi penelitian.

b) Lebih mengaitkan dengan aplikasi program lain yang terkait dengan penelitian agar supaya mempermudah menganalisis data.

c) Sebaiknya menambah variabel penelitian lain yang saling berpengaruh agar dapat memperluas cakupan materi.

DAFTAR PUSTAKAAidi, Muhammad Nur. 2009.

Perbandingan Deteksi Pola Sebaran Titik Spasial Secara Acak Dengan Metode Kuadran Dan Tetangga Terdekat. Institut Teknoligi Sepuluh Nopember.

Anonim, 2001 dalam As-syakur, A.R. 2007. Sistem Informasi Geografi (SIG) Anselin, L. 1999. Spatial Econometrics.

Dallas: University of Texas.Aronoff, S. 1989. Geographic Information

System: A Management Perspective. Ottawa. WDI Publications.

Barus, B dan U. S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen Sumberdaya. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB : Bogor.

Berman, Barry dan Evans, Joel R. 2001. Retail Management eight edition. Jakarta : Penerbit Intermedia (terjemahan).

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Departemen

Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi ke-4. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Gilbert, David. 2003. Retail marketing management. England: Prentice Hall.Hadiarta, A. P. 2013. Spatial Hedonic

Price Model untuk Penilaian Harga Tanah, Studi Kasus Kota Depok. Tesis PPIE UI.

Jones, Ken dan Simmons, Jim. 1990. Location Location Location Analyzing the Retail Environment. Canada : Nelson Canada.

Kementrian Riset dan Teknologi. 2013. Modul 3 Analisis Spasial.

Keppres No. 99 Tahun 1998. Tentang bidang/jenis usaha yang dicadangkanuntuk usaha kecil dan bidang /jenis usaha yang terbuka untuk usahamenengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan. Lembaran Negara Presiden Republik Indonesia, 1998. (Keppres ini sekarang sudah tidak berlaku lagi)

Keppres No. 96 Tahun 2000. Tentang bidang usaha tertutup dan terbuka bagi

penanaman modal asing. Lembaran Negara Presiden Republik Indonesia,

2000. (Keppres ini sekarang sudah tidak berlaku lagi).

Klimert, Stephen A. 2004. Building TypeBasic For retail and Mixed Use Facilities. New Jersey, USA : John Wiley and Son Inc.

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta :

Prehallindo.Levy and Weitz. 2004. Retailing Management, Mc. Graw Hill, New YorkMa’ruf, Hendri. 2006. Pemasaran Ritel.

Jakarta: Gramedia.Nurshanti, N. 1995. Sistem Informasi

Geografis. Dikutip dari

14

Page 15: repository.unhas.ac.id › ... › 26281 › jurnal.docx?sequence=1  · Web viewrepository.unhas.ac.id2017-11-22 · Peta dapat berupa data dan data pula sebagai informasi. Peta

http://library.binus.ac.id pada hari Jum’at 3 April, 2015.

Oglesby, Clarkson H. 1999. Teknik Jalan Raya. Jakarta : Gramedia.

Perpres No. 112 Tahun 2007. Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Lembaran NegaraPresiden Republik Indonesia, 2007.

Perpres No. 77 Tahun 2007, Tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan

bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman

modal, Lembaran Negara Presiden Republik Indonesia, 2007.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006. Tentang Jalan.

QGIS Project. 2014. QGIS User Guide Rilis 2.2.

Risch, Ernest H. 1991. Retail merchandising. USA: MacMillan Publishing Company.

Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan Pembangunan. UI-Press. Jakarta.

Utami, Christina Whidya. 2006. Manajemen Ritel, Strategi dan Implementasi Ritel Modern. Jakarta: Salemba Empat.

15