61350779 Hematomesis Melena (1)

download 61350779 Hematomesis Melena (1)

of 23

description

Hematomesis MelenaPengertianHematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara drah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunun dan melenadapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas• Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.• Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.• Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.• Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.• Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain.Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %)DiagnosisAnamnesis, Pemeriksaan Fisik dan LaboratoriumDilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.Pemeriksaan RadiologikPemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum. emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelahhematemesis berhenti.Pemeriksaan endoskopikDengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakuka

Transcript of 61350779 Hematomesis Melena (1)

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    1/23

    Hematomesis Melena

    Pengertian

    Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses atau tinja yangberwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian

    atas. Warna hematemesistergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara drah

    dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi

    atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.

    Biasanya terjadi hematemesisbila ada perdarahan di daerah proksimal jejunun

    dan melenadapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit

    terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah

    yang keluar selama hematemesisatau melenasulit dipakai sebagai patokan untuk menduga

    besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesisdan melenamerupakan

    suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.

    Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas

    Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan

    lain-lain.

    Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpuratrombositopenia dan lain-lain.

    Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol,

    dan lai-lain.

    Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas,

    karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan

    bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di

    Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan

    saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %)

    Diagnosis

    Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

    http://nursing-diagnosis-nanda.blogspot.com/http://nursing-diagnosis-nanda.blogspot.com/http://nursing-diagnosis-nanda.blogspot.com/
  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    2/23

    Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau kesadaran

    menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu,

    misalnyahepatitis,penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia dan lain-lain. Biasanya pada

    perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus tidak

    dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan

    gejala hematemesistimbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan

    jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas,

    berapa kaleng dan lain-lain.

    Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu diperhatikan

    adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah,tanda-tanda anemiadan gejala-gejala

    hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan

    atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis

    hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral,

    asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.

    Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan darah

    hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat

    mengikuti perkembangan penderita.

    Pemeriksaan Radiologik

    Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esofagus

    dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum.

    emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal esofagus,

    kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil

    yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya

    segera setelahhematemesisberhenti.

    Pemeriksaan endoskopik

    Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara endoskopik

    menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan.

    Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto

    untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada

    perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopikdapat dilakukan secara darurat atau sedini mungkin setelah hematemesisberhenti.

    http://ncp-blog.blogspot.com/search/label/Hepatitis%20C%20Symptomshttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/Hepatitis%20C%20Symptomshttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/Hepatitis%20C%20Symptomshttp://signssymptoms.blogspot.com/2011/04/anemia.htmlhttp://signssymptoms.blogspot.com/2011/04/anemia.htmlhttp://signssymptoms.blogspot.com/2011/04/anemia.htmlhttp://signssymptoms.blogspot.com/2011/04/anemia.htmlhttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/Hepatitis%20C%20Symptoms
  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    3/23

    Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

    Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati kronik

    seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas.Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya

    terdapat dikota besar saja.

    Terapi

    Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan

    sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan

    yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :

    1. Pengawasan dan pengobatan umumo Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek

    sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.

    o Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bilaperdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

    o Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis selamabelum tersedia darah.

    o Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perludipasang CVP monitor.

    o Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untukmengikuti keadaan perdarahan.

    o Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang danmempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

    o Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis

    (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.

    o Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotikayang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini

    dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh

    bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    4/23

    2. Pemasangan pipa naso-gastrikTujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage

    (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada

    kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadipenurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan

    berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak

    100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat

    diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan

    aspirasi lambung sudah jernih.

    3. Pemberian pitresin (vasopresin)Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan

    mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan

    tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti.

    Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi

    vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut

    terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan

    elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantungkoroner/iskemik.

    4. Pemasangan balon SB TubeDilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya

    varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan

    kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat

    tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada

    waktu dan selama pemasangan.

    5. Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalammenanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises

    esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur

    esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    5/23

    6. Pemakaian bahan sklerotikBahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml

    dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian

    ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat

    diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu

    pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang

    disebabkan pecahnya varises esofagus.

    7. Tindakan operasiBila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan

    perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan

    operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus,

    pintasan porto-kaval.

    Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari

    membaik.

    Prognosis

    Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan

    pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/.terganggu sehingga setiap

    perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor

    yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama

    perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka kematian

    penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb

    waktu dirawat, terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati

    dan golongan menurut kriteria Child.

    Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi perdarahan

    sakuran makan bagian atas maka perlu dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif

    terutama untuk mencegah terjadinya sirosis hati.

    ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS DAN HEMATEMESIS MELENA

    A. PENGERTIAN

    http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-gastritis-dan_13.htmlhttp://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-gastritis-dan_13.htmlhttp://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-gastritis-dan_13.html
  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    6/23

    Gastritis adalah suatu penyakit inflamasi dari mukosa lambung akibat peningkatan asam

    lambung yang manifestasi klinisnya yaitu perdarahan saluran cerna atas berupa hematemesis

    melena (Mansjoer, 2000).

    Gastritis terbagi dua yaitu gastritis akut dan kronis. Gastritis akut dan kronis memiliki

    manifestasi klinis dan komplikasi yang sama yaitu dapat ditemukan terjadinya perdarahan

    saluran cerna atas atau perdarahan gastrointestinal atas berupa hematemesis melena.Hematemesis Melena inilah yang merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di

    tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Mansjoer, 2000).

    Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna

    bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung

    campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley,

    2007).

    Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar (bekuan/gumpalan

    atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim dan asam lambung, menjadi

    kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan warna

    yang telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu

    menandakan perdarahan saluran pencernaan atas yang signifikan. Melena adalah keluarnyatinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket dan

    menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya darah pada usus halus

    (Davey, 2005).

    Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat berasal dari saluran

    cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi,

    tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung, darah dapat berwarna

    merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa makanan dan bereaksi asam. Melena

    adalah feses berwarna hitamseperti ter karena bercampur darah; umumnya terjadi akibat

    perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml dan biasanya disertai

    hematemesis ( Purwadianto & Sampurna, 2000).

    Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan

    perawatan segera di rumah sakit.

    B. ETIOLOGI

    Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas seperti hematemesis biasanya terjadi bila

    ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau

    bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml,

    baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar

    selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya

    perdarahan saluran cerna bagian atas. Perdarahan pada saluran cerna bagian atas paling sering

    disebabkan oleh ulkus peptikum, varises esophagus, gastritis erosive atau ulseratif

    (mengkonsumsi alcohol dalam jumlah besar, obat-obatan yang ulserogenik: golongansalisilat, kortikosteroid, dan stress), esofagitis, karsinoma lambung, penyakit darah (leukemia,

    DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia).

    Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran cerna bagian

    atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran

    cerna bagian atas. Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yang terbanyak dijumpai di

    Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan

    saluran cerna bagian atas (http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/ asu

    han-keperawatan-hematomesis-melena.html).

    C. PATOFISIOLOGI

    Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus peptikum. Begitu juga riwayat

    muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah, konsumsi alkohol yang berlebihanmengarahkan ke dugaan gastritis serta penyakit ulkus peptikum. Adanya riwayat muntah-

    http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asu%20han-keperawatan-hematomesis-melena.html
  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    7/23

    muntah berulang yang awalnya tidak berdarah lebih kearah Mallory-Weiss. Konsumsi

    alkohol berlebihan mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%), penyakit ulkus peptikum (30-

    40%), atau kadang-kadang varises. Penurunan berat badan mengarahkan dugaan ke

    keganasan. Perdarahan yang berat disertai adanya bekuan dan pengobatan syok refrakter

    meningkatkan kemungkinan varises. Adanya riwayat pembedahan aorta abdominalis

    sebelumnya meningkatkan kemungkinan fistula aortoenterik. Pada pasien usia muda denganriwayat perdarahan saluran cerna bagian atas singkat berulang (sering disertai kolaps

    hemodinamik) dan endoskopi yang normal, harus dipertimbangkan lesi Dieulafoy (adanya

    arteri submukosa, biasanya dekat jantung, yang dapat menyebabkan perdarahan saluran

    pencernaan intermitten yang banyak) (Davey, 2005).

    Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan

    pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/.terganggu sehingga setiap

    perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor

    yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama

    perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka kematian

    penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb

    waktu dirawat, terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus danencefalopati.

    (http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/ asuhan-keperawatan-

    hematomesis-melena.html)

    D. TANDA DAN GEJALA

    Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah syok

    (frekuensi denyut jantung,suhu tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati

    purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada lambung, hiperperistaltik,

    penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada

    2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat

    pemecahan protein darah oleh bakteri usus (Purwadianto & Sampurna, 2000).

    E. PENATALAKSANAAN

    Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas

    harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan

    pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan

    saluran cerna bagian atas meliputi:

    1.Pengawasan dan pengobatan

    a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obatobat yang

    menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid

    sebaiknya dihindarkan .

    b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung

    dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.c. Infus cairan langsung dipasang dan diberikan larutan garam

    fisiologis NaCl 0,9 % selama belum tersedia darah.

    d. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran

    penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.

    e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan

    untuk mengikuti keadaan perdarahan.

    f. Transfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang

    hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50 - 70 %

    nilai normal.

    g. Pemberian obat obatan hemostatik seperti vitamin K 4x10

    mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golonganH2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna

    http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/%20asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.html
  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    8/23

    untuk menanggulangi perdarahan.

    h. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa

    disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus,

    sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini

    dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan

    produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapatmenimbulkan ensefalopati hepatik.

    2. Pemasangan pipa nasogastrik

    Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi

    cairan lambung, lavage (umbah lambung) dengan air , dan

    pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung

    akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan

    terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan

    demikian perdarahan akan berhenti. Umbah lambung ini akan

    dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml

    sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini

    dapat diulang setiap 1 - 2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapatsegera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.

    3. Pemberian pitresin (vasopresin)

    Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian

    pitresin per infuse akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga

    menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat

    berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat merangsang otot polos sehingga

    dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat

    tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan

    elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung

    koroner/iskemik.

    4. Pemasangan balon Sengstaken-Blakemore Tube

    Dilakukan pemasangan balon Sengstaken-Blakemore tube(SB

    tube) untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises.

    Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif,

    sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan tujuan pemakaian alat tersebut, cara

    pemasangannya dan kemungkinan akibat yang dapat timbul pada waktu dan selama

    pemasangan. Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB

    tube ini dalam menanggulangi perdarahan

    saluran cerna bagian atas akibat pecahnya varises esofagus.

    Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi

    jalan napas tidak pernah ditemukan.5.Pemakaian bahansklerotik

    Bahansklerotik sodium morrhuate5 % sebanyak 5 ml atausotrdecol 3 % sebanyak 3

    ml dengan bantuan fiberendoskopyang fleksibel disuntikan dipermukaan varises ke

    mudian ditekan dengan balon SB tube. Cara pengobatan ini sudah

    mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru

    dalam menanggulangi perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan pecahnya

    varises esofagus.

    6.Tindakan operasi

    Bila usaha - usaha penanggulangan perdarahan diatas

    mengalami kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan

    operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah:

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    9/23

    ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto -kaval.

    Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hati membaik.

    ( http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhankeperawatan-gratis-free.html)

    F. KOMPLIKASIKomplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena adalah koma

    hepatik(suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran,penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati),syok

    hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah

    menurun), aspirasi pneumoni(infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran

    napas), anemi posthemoragik(kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari). (Mubin,

    2006)

    G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit,

    trombosit, kadar ureum kreatinin dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala

    untuk dapat mengikuti perkembangan penderita (Davey, 2005).

    H. ASUHAN KEPERAWATANAsuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-

    aspek pemeliharaan, rehabilitative, dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada

    hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah

    menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang

    paling relevan dari system teori, dengan menggunakan metoda ilmiah (Doenges, 2000).

    Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan Hematemesis Melena,

    perawat memandang pasien sebagai individu yang utuh yang terdiri dari bio, psiko, sosial dan

    spiritual, yang mempunyai kebutuhan sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

    1. Pengkajian

    Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan

    pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat

    diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan

    membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam

    perumusan diagnosa keperawatan (Doenges,2000).

    Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu observasi,

    wawancara dan pemeriksaan fisik. Selain itu dapat juga dengan catatan klien seperti catatan

    klinik, dokumentasi dan kasus klien, dan literatur yang mencakup semua material, buku-

    buku, majalah dan surat kabar.

    Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk apa kasus Perdarahan

    Gastrointestinal atas menurut Doenges (2000):

    Aktivitas/IstirahatGejala: Kelemahan, kelelahan.

    Tanda: Takikardia, takipnea/hiperventilasi (respons terhadap

    aktivitas).

    SirkulasiGejala: Hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia

    (hipovolemia, hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan

    (vasokontriksi), warna kulit: Pucat, sianosis, (tergantung pada jumlah

    kehilangan darah, kelembaban kulit/membrane mukosa:

    berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon

    psikologik).

    Integritas EgoGejala: Faktor stress akut atau kronis (keuangan, keluarga, kerja),

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    10/23

    perasaan tidak berdaya.

    Tanda :Tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,

    perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

    EliminasiGejala : Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena

    perdarahan GI atau masalah yang berhubungan dengan GI,misalnya luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, radiasi

    area gaster, perubahan pola defekasi/ karakteristik feses.

    Tanda: Nyeri tekan abdomen; distensi, bunyi usus: sering

    hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan,

    karakter feses: diare, darah warna gelap, kecoklatan, atau kadang-

    kadang merah cerah; berbusa, bau busuk (steatore), konstipasi dapat terjadi

    (perubahan diet, penggunaan antasida), haluaran urine: menurun, pekat.

    Makanan/CairanGejala: Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga

    obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka

    duodenal), masalah menelan; cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah,tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas, coklat; diet khusus untuk

    penyakit ulkus sebelumnya, penurunan berat badan.

    Tanda: Muntah: Warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah, membran

    mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis), berat

    jenis urin meningkat.

    NeurosensoriGejala: Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar,

    kelemahan, status mental: tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung

    tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume

    sirkulasi/oksigenasi).

    Nyeri/KenyamananGejala: Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,

    perih; nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi, rasa ketidaknyamanan/distress samar-

    samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut),

    nyeri epigastrium kiri sampai tengah/atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam

    setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster), nyeri epigastrium terlokalisir di

    kanan terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan

    makanan atau antasida (ulkus duodenal), tak ada nyeri (varises esophageal atau gastritis),

    faktor pencetus: makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obat tertentu (salisilat, reserpin,

    antibiotic, ibuprofen), stressor psikologis.

    Tanda: Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.KeamananGejala: Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya ASA.

    Tanda: Peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/hipertensi

    portal).

    Penyuluhan/PembelajaranGejala : Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung ASA, alcohol, steroid,

    NSAID menyebabkan perdarahan GI, keluhan saat ini dapat diterima karena (misalnya

    anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misalnya trauma kepala); flu usus, atau

    episode muntah berat, masalah kesehatan yang lama misalnya sirosis, alkoholisme, hepatitis,

    gangguan makan.

    2. Diagnosis Keperawatan

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    11/23

    Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan setelah

    pengkajian data. Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan yang

    aktual atau potensial yang dapat ditangani dengan intervensi keperawatan yang mandiri

    (Smeltzer & Bare, 2002). Diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia

    berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow, memperhatikan respon individu/klien

    terhadap penyakit atau kondisi yang dialaminya.Menurut NANDA (1990) seperti yang dikutip dalam bukunya (Capernito, 1998),

    diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat

    sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan / proses kehidupan yang potensial atau aktual.

    Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai yang

    menjadi tanggung gugat perawat.

    Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Hematemesis Melena merujuk

    pada kasus Perdarahan Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah:

    a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara

    aktif)

    b. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

    hipovolemik karena perdarahan.c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan rasa

    panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut. atau

    spasme otot dinding perut.

    d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

    informasi tentang penyakitnya.

    e. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.

    3. Perencanaan

    Perencanaan adalah penentuan tujuan dan rencana perawatan yang disusun untuk

    membantu pasien mengatasi masalah yang sudah didiagnosa (Smeltzer & Bare).

    Rencana tindakan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan.

    Setelah merumuskan diagnosa keperawatan perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan

    dan aktivitas keperawatan.

    Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah

    keperawatan pasien. Tahapan perencanaan keperawatan adalah menentukan prioritas,

    merumuskan tujuan / sasaran dari perumusan kriteria hasil yang diinginkan, menentukan

    rencana intervensi, menuliskan rencana intervensi.

    Adapun rencana asuhan keperawatan yang dirumuskan berdasarkan kemungkinan

    diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Hematemesis Melena merujuk pada kasus

    Perdarahan Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah:

    Diagnosa I

    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif).TujuanKebutuhan cairan terpenuhi.

    Kriteria Hasil :

    Rencana

    Tindakan :1.

    Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.

    Rasional:

    Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah merah cerah menandakan adanya atau

    perdarahan arterial akut, mungkin karena ulkus gaster; darah merah gelap mungkin darah

    lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan vena dari varises.

    Tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, membran mukosa

    lembab, produksi urine output seimbang, muntah darah dan berak darah

    berhenti.

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    12/23

    2. Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal klien/sebelumnya. Ukur TD dengan

    posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungkin .

    Rasional:

    Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi.

    3. Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental,kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.

    Rasional:

    Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya

    penggantian cairan.

    4. Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur

    kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan defekasi.

    Rasional:

    Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.

    5. Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan

    aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan

    berbahaya.Rasional:

    Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan

    lanjut.

    6. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.

    Rasional:

    Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan komplikasi paru

    serius.

    Kolaborasi:

    7. Berikan cairan/darah sesuai indikasi.

    Rasional:

    Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan

    (akut/kronis).

    8. Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.

    Rasional:

    Mungkin digunakan bila infeksi penyebab gastritis kronis.

    9. Awasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht

    Rasional: Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah dan mengawasi keefektifan

    terapi.

    Diagnosa II

    Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.Tujuan :Resiko gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.

    Kriteria Hasil :Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital stabil, kulit hangat,

    nadi perifer teraba, keluaran urine adekuat.

    Rencana Tindakan :1. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit kepala.

    Rasional:

    Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan

    darah arterial.

    2. Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG kontinu ada.Rasional:

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    13/23

    Perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagai akibat hipotensi, hipoksia,

    asidosis, ketidakseimbangan elektrolit, atau pendinginan dekat area jantung bila lavase

    air dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.

    3. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat, dan nadi perifer

    lemah.

    Rasional:Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan/ atau dapat

    terjadi sebagai efek samping pemberian vasopresin.

    4. Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri hebat atau nyeri menyebar ke

    bahu.

    Rasional:

    Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdarahan akut karena efek bufer

    darah.

    5. Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan minyak. Ubah posisi dengan sering.

    Rasional:

    Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risiko kerusakan kulit.

    Kolaborasi6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi .

    Rasional:

    Mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama perdarahan akut.

    7. Berikan cairan IV sesuai indikasi.

    Rasional:

    Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi.

    Diagnosa IIIGangguan rasa nyaman: nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan rasa panas/terbakar pada

    mukosa lambung dan rongga mulut, atau spasme otot dinding perut.

    Tujuan:Nyeri terkontrol.

    Kriteria Hasil:Klien menyatakan nyerinya hilang dan tampak rileks, TTV stabil,TD=140/90 mmHg,

    N=80x/i, RR= 20x/i, T= 36-37oC, skala nyeri 0-1.

    Rencana Tindakan:1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-1).

    Rasional:

    Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri klien

    sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya

    komplikasi.2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

    Rasional:

    Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi.

    3. Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.

    Rasional:

    Makanan mempunyai efek penetralisir, juga mencegah distensi dan haluaran gastrin.

    4. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.

    Rasional:

    Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam antara individu.

    5. Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif.

    Rasional:Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/ ketidaknyamanan.

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    14/23

    Kolaborasi

    6. Berikan obat analgesik sesuai indikasi.

    Rasional:

    Mengobati nyeri yang muncul.

    Diagnosa IVKurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan

    pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.

    Tujuan :Pengetahuan klien tentang perawatan di rumah bertambah setelah diberikan pendidikan

    kesehatan tentang hematemesis melena.

    Kriteria Hasil :Klien menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya sendiri (bila tahu) dan penggunaan

    tindakan pengobatan.

    Rencana Tindakan :1. Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita.

    Rasional:Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi dan memberikan kesempatan

    untuk memberikan informasi tambahan sesuai kebutuhan.

    2. Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan kesehatan.

    Rasional:

    Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama dengan klien.

    3. Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara pengobatan dan perawatan di

    rumah serta pencegahan kekambuhan penyakit.

    Rasional:

    Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan informasi/ keputusan

    tentang masa depan dan kontrol masalah kesehatan.

    4. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan

    kesehatan.

    Rasional:

    Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk lebih memahami tentang penyakitnya.

    5. Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.

    Rasional:

    Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien setelah diberi pendidikan kesehatan.

    Diagnosa VKetakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.

    Tujuan:Ansietas berkurang / hilang.

    Kriteria Hasil:Menunjukkan rasa rileks serta melaporkan rasa ansietas hilang atau berkurang.

    Rencana Tindakan:1. Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala dan sensasi

    kesemutan.

    Rasional:

    Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan

    dengan kondisi fisik/ status syok.

    2. Catat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurang kontak mata dan perilaku melawan.

    Rasional:Indikator derajat takut yang dialami klien.

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    15/23

    3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.

    Rasional:

    Membantu klien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas

    konsep.

    4. Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.

    Rasional:Meningkatkan relaksasi dan keterampilan koping.

    5. Dorong orang terdekat tinggal dengan klien. Berespons terhadap tanda panggilan dengan

    cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan tepat.

    Rasional:

    Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan

    menjadi seorang diri.

    4. Pelaksanaan

    Pelaksanaan atau implementasi adalah aktualisasi dari rencana perawatan melalui

    intervensi keperawatan (Smeltzer & Bare, 2002).

    Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan oleh

    perawat dan klien. Hal hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalahintervensi dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penugasan

    keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnikal. Intervensi harus dilakukan dengan

    cermat dan efisien pada situasi yang tepat, kemampuan fisik, psikologis dilindungi dan

    didokumentasikan keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.

    Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan oleh

    perawat dan klien. Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu fase persiapan klien dan

    lingkungan. Kedua fase operasional merupakan puncak implementasi dengan berorientasi

    pada tujuan implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen atau mandiri, serta

    interdependen atau sering disebut intervensi kolaborasi. Bersamaan dengan ini, perawat tetap

    melakukan going asesment yang berupa pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi

    klien termasuk reaksi fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Ketiga fase interminasi,

    merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.

    Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi

    dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan

    interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien

    pada situasi yang tepat, keamanan fisik, dan psikologi dilindungi dan dokumentasi

    keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar, 1999).

    Pelaksanaan adalah implementasi atau penerapan tindakan-tindakan keperawatan yang

    telah direncanakan. Pada tahap ini ada beberapa yang perlu dikerjakan, antara lain :

    a. Melaksanakan/menerapkan tindakan-tindakan keperawatan yang ada dalam rencana.

    b. Mengisi format asuhan keperawatan.Beberapa prioritas keperawatan yang diterapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

    pada klien dengan Hematemesis Melena merujuk pada kasus Perdarahan Gastrointestinal

    Atas menurut Doenges (2000) adalah kontrol perdarahan, meningkatkan/mempertahankan

    stabilitas hemodinamik, meningkatkan penurunan stres, dan memberikan informasi tentang

    proses penyakit/prognosis, kebutuhan pengobatan, dan potensial komplikasi.

    5. Evaluasi

    Evaluasi adalah penentuan dari respon pasien terhadap intervensi keperawatan dan

    sejauh mana tujuan sudah dicapai (Smeltzer & Bare, 2002).

    Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan aktifitas

    berkesinambungan dari tahap awal (pengkajian) sampai tahap akhir (evaluasi) dan melibatkan

    pasien/keluarga. Evaluasi bertujuan untuk menilai efektifitas rencana dan strategi asuhankeperawatan. Evaluasi terdiri dari evaluasi proses, untuk menilai apakah prosedur dilakukan

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    16/23

    sesuai dengan rencana dan evaluasi hasil berfokus kepada perubahan perilaku dan keadaan

    kesehatan pasien sebagai hasil tindakan keperawatan. Ada tiga alternatif dalam menafsirkan

    hasil evaluasi yaitu :

    a. Masalah teratasi

    Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan perkembangan

    kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.b. Masalah sebagian teratasi

    Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan perkembangan

    kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

    c. Masalah belum teratasi

    Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tidak menunjukkan perubahan perilaku

    dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru (Nursalam, 2000).

    Evaluasi yang diharapkan pada klien Hematemesis Melena merujuk pada kasus

    Perdarahan Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah tanda vital dalam batas

    normal (TD=140/90 mmHg, N=80x/i, RR= 20x/i, T= 36-37oC), turgor kulit normal,

    membran mukosa lembab, produksi urine output seimbang, muntah darah dan berak darah

    berhenti, kulit hangat, nadi perifer teraba, keluaran urine adekuat, nyeri hilang, skala nyeri 0-1, pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan perawat, tampak tenang, mendiskusikan

    masalah kecemasannya dan menunjukkan rasa rileks serta melaporkan rasa ansietas hilang

    atau berkurang.

    Evaluasi dilakukan dengan melihat respon klien terhadap tindakan keperawatan yang

    telah diberikan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi

    bisa bersifat formatif yaitu dilakukan secara terus-menerus untuk menilai setiap hasil yang

    telah dicapai dan bersifat sumatif yaitu dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan

    keperawatan yang telah dilakukan.

    6. Dokumentasi

    Dokumentasi memberikan catatan tentang penggunaan proses keperawatan untuk

    memberikan perawatn secara individual. Pengkajian awal dicatat dalam riwayat atau data

    dasar pasien. Diagnosa dari masalah/kebutuhan pasien, dan perencanaan asuhan pasien

    dicatat pada rencana perawatan. Implementasi dari perencanaan dicatat dalam catatan

    kemajuan. Evaluasi asuhan dicatat dalam catatan kemajuan atau rencana perawatan.

    Dokumentasi bukan hanya persyaratan untuk akreditasi tetapi juga merupakan catatan

    permanen tentang apa yang terjadi dengan setiap pasien. Dokumentasi ini merupakan

    persyaratan legal dalam setiap lingkungan pelayanan kesehatan (Doenges, 2000).

    DAFTAR PUSTAKA

    Davey, Patrick (2005).At a Glance Medicine(36-37). Jakarta: Erlangga.

    Doenges, Marylin E, et. al. (2000).Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan

    dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (3rded.). Jakarta: EGC.

    Jhoxer (2010). Asuhan Keperawatan Hematomesis Melena. Diambil pada 13 Juli 20

    10 dari http://kumpulan-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-

    hematomesis-melena.html.

    Mansjoer, Arif (2000).Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rded.).Jakarta: Media Aesculapius.

    Mubin (2006).Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan Terapi (2ndEd.). Jakarta:

    EGC.

    NANDA Internasional (2005).Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Budi Santosa

    (Penerjemah).Philadelpia: Prima Medika.

    http://kumpulan-asuhankeperawatan/http://kumpulan-asuhankeperawatan/http://kumpulan-asuhankeperawatan/
  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    17/23

    Purwadianto & Sampurna (2000). Kedaruratan Medik Pedoman Pelaksanaan Praktis (105-

    110). Jakarta: Binarupa Aksara.

    Primanileda (2009). Askep Hematemesis Melena. Diambil pada

    13 Juli 2010 dari http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhankeperawatan-

    gratis-free.html.

    Sumber :http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-

    hematomesis-melena.html

    D O W N L O A D A S K E P H E M A T O M E S I S M E L E N A G R A T I S :

    D I S I N I D A N

    D I S I N I

    pengkajian Hematoemesis dan Melena

    A. Riwayat Kesehatan

    1. Riwayat mengidap :Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum

    2. Kanker saluran pencernaan bagian atas3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik5. Kebiasaan/gaya hidup :

    Alkoholisme, kebiasaan makan

    B. Pengkajian Umum

    1. Intake :anorexia,mual, muntah, penurunan berat badan.

    2. Eliminasi :

    http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhanhttp://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhanhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://purba-java.blogspot.com/2010/03/download-askep-gratis.htmlhttp://purba-java.blogspot.com/2010/03/download-askep-gratis.htmlhttp://download-my-ebook.blogspot.com/search/label/Download%20Ebook%20%3A%20Askephttp://download-my-ebook.blogspot.com/search/label/Download%20Ebook%20%3A%20Askephttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/NCP%20for%20Anorexia%20Nervosahttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/NCP%20for%20Anorexia%20Nervosahttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/NCP%20for%20Anorexia%20Nervosahttp://ncp-blog.blogspot.com/search/label/NCP%20for%20Anorexia%20Nervosahttp://download-my-ebook.blogspot.com/search/label/Download%20Ebook%20%3A%20Askephttp://purba-java.blogspot.com/2010/03/download-askep-gratis.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-hematomesis-melena.htmlhttp://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhan
  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    18/23

    o BAB :konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi pekat,

    jumlahnya)

    oBAK :warna gelap, konsistensi pekat

    3. Neurosensori :adanya penurunan kesadaran (bingung,halusinasi,koma).

    4. Respirasi :sesak, dyspnoe, hipoxia

    5. Aktifitas :lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot

    C. Pengkajian Fisik

    1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi

    2. Inspeksi :Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah

    Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat

    Kulit : dingin

    3. Auskultasi :Paru

    http://all-pathophysiology.blogspot.com/2011/04/pathophysiology-of-hallucination.htmlhttp://all-pathophysiology.blogspot.com/2011/04/pathophysiology-of-hallucination.htmlhttp://all-pathophysiology.blogspot.com/2011/04/pathophysiology-of-hallucination.htmlhttp://all-pathophysiology.blogspot.com/2011/04/pathophysiology-of-hallucination.html
  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    19/23

    Jantung : irama cepat atau lambat

    Usus : peristaltik menurun

    4. Perkusi :Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak

    Reflek patela : menurun

    5. Studi diagnostikPemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum, amonoiak,albumin.

    Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan

    Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.

    D. Pengkajian Khusus

    Pengkajian Kebutuhan Fisiologis

    1. OksigenYang dikaji adalah :

    o Jumlah serta warna darah hematemesis.o Warna kecoklatan : darah dari lambung kemungkinan masih tertinggal,

    potensial aspirasi.

    o Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk ke jalan nafas,mencegah renjatan.

    o Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah > 500 cc dan terjadisecara kontinyu.

    Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah, nadi,

    pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg, pernafasan

    cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 - 39 derajat Celcius, kulit dingin pucat atau

    cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal berkurang,

    menyebabkan urine berkurang.

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    20/23

    2. CairanKeadaan yang perlu dikaji pada klien dengan hematemesis melenayang

    berhubungan dengan kebutuhan cairan yaitu jumlah perdarahan yang terjadi. Jumlah

    darah akan menentukan cairan pengganti.

    Dikaji : macam perdarahan/cara pengeluaran darah untuk menentukan lokasi

    perdarahan serta jenis pembuluh darah yang pecah. Perdarahan yang terjadi secara

    tiba-tiba, warna darah merah segar, serta keluarnya secara kontinyu menggambarkan

    perdarahan yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas dan terjadi pecahnya

    pembuluh darah arteri. Jika fase emergency sudah berlalu, pada fase berikutnya

    lakukan pengkajian terhadap :

    o Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan padaklien hematemesis melenayang disebabkan oleh pecahnya varices esofagus

    sebagai akibat dari cirrochis hepatis yang sering mengalami asites dan edema.

    o Pemberian cairan infus yang diberikan pada klien.o Output urine dan catat jumlahnya per 24 jam.o Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata cekung, jumlah

    urin yang sedikit. Untuk klien dengan hemetemesis melenasering mengalami

    gangguan fungsi ginjal.

    3. NutrisiDikaji :

    o Kemampuan klien untuk beradaptasi dengan diit : 3 hari I cair selanjutnyamakanan lunak.

    o Pola makan klieno BB sebelum terjadi perdarahano Kebersihan mulut : karena hemetemesis dan melena, sisa-sisa perdarahan

    dapat menjadi sumber infeksi yang menimbulkan ketidaknyamanan.

    4. TemperaturKlien dengan hematemesis melenapada umumnya mengalami kenaikan temperatur

    sekitar 38 - 39 derajat Celcius. Pada keadaan pre renjatan temperatur kulit menjadidingin sebagai akibat gangguan sirkulasi. Penumpukan sisa perdarahan merupakan

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    21/23

    sumber infeksi pada saluran cerna sehingga suhu tubuh klien dapat meningkat. Selain

    itu pemberian infus yang lama juga dapat menjadi sumber infeksi yang menyebabkan

    suhu tubuh klien meningkat.

    5. EliminasiPada klien hematemesis melenapada umumnya mengalami gangguan eliminasi.

    Yang perlu dikaji adalah :

    o Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal terganggu. Urine berkurangdan biasanya dilakukan perawatan tirah baring.

    o Defikasi, perlu dicatat jumlah, warna dan konsistensinya.

    o PerlindunganLatar belakang sosio ekonomi klien, karena pada hematemesis melenaperlu

    dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan terapi bagi

    klien.

    o Kebutuhan Fisik dan PsiologisPerlindungan terhadap bahaya infeksi. Perlu dikaji : kebersihan diri,

    kebersihan lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun, mempersiapkan dan

    melakukan pembilasan lambung, cara pemasangan dan perawatan pipa

    lambung, cara persiapan dan pemberian injeksi IV atau IM.

    Perlindungan terhadap bahaya komplikasi :

    Kaji persiapan pemeriksaan endoscopy (informed concern). Persiapan yang berhubungan dengan pengambilan/pemeriksaan darah.

    Diagnosa Keperawatan yang Muncul

    1. Defisit volume cairan sehubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    22/23

    2. Potensial gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan hipovolemik karenaperdarahan.

    3. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan asites dan menurunnyapengembangan diafragma.

    4. Potensial inferksi sehubungan dengan berkurangnya sel darah putih.

    5. Gangguan rasa nyaman: nyeri sehubungan dengan rasa panas/terbakar pada mukosalambung dan rongga mulut. atau spasme otot dinding perut.

    6. Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentangpenyakitnya.

    7. Kecemasan sehubungan dengan penyakitnya.

    8. Risiko tinggi terjadinya gangguan kesadaaran.

    Daftar Pustaka

    Soeparman: Ilmu penyakit dalam Jilid II, FK-UI, Jakarta. 1984

    Long, Phips, Medical surgical nursing, Philadelphia, WB. Sounders. 1991

    Junadi, P. et all, Kapita selekta, Media Aesculapius, FK-UI, Jakarta. 1984

  • 5/27/2018 61350779 Hematomesis Melena (1)

    23/23