47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

40
1 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012

Transcript of 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

Page 1: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

1

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Page 2: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

2

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Media Komunikasi Masyarakat

Perlindungan

PELINDUNG Sesditjen Tanaman Pangan

PENANGGUNG JAWAB

Kepala BBPOPT

PIMPINAN REDAKSI Kabid

Pelayanan Teknik Informasi Dan Dokumentasi

WK.PIMPINAN REDAKSI

Kasi Informasi dan Dokumentasi

REDAKTUR PELAKSANA

Sarsito Wahono Gaib Subroto Firdaus Natanegara

Baskoro Sugeng Wibowo Elwidar Is

Antulat Taufiqurahman Edi Suwardiwijaya Urip Slamet Riyadi

STAF REDAKSI

Dulhalim

DOKUMENTASI & GRAFIS

[email protected]

SIRKULASI

Eri Budiyanto

ALAMAT REDAKSI Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari

Karawang - Jawa Barat (41374) Telp/Fax: (0264) 360581

E-mail: [email protected] http://bbpopt.tanamanpangan.deptan.go.id

Catatan

S ebuah email mampir ke kotak surat elektronik

[email protected] pada bulan Februari

2011. Pengirimnya ialah Prof. Yunita T.

Winarto, guru besar Antropologi UI. Berangkat dari

keprihatinan beliau terhadap maraknya serangan hama

wereng batang coklat dua tahun terakhir ini. Yunita T.

Winarto adalah seorang antropolog dari Fakultas Ilmu

Sosial-Ilmu Politik Universitas Indonesia yang pada

tahun 1990 –1992 pernah melakukan penelitian

tentang pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengendalian

Hama Terpadu di Subang (Ciasem), dan beberapa kali

mengikuti kegiatan pelatihan bagi pemandu di Sentra

PHPTPH (sekarang BBPOPT Jatisari). Beliau bersama

Tim Peneliti dari Antropologi (FISIP) dan Biologi

(FMIPA) Universitas Indonesia bekerja sama dengan

antropolog dari The Australian National University,

Prof. James J. Fox (salah seorang penggagas Program

Nasional Pengendalian Hama Terpadu di Indonesia)

pada akhir tahun 1980-an tengah melakukan

pemantauan hal serangan hama wereng batang coklat

dan penyakit di berbagai wilayah di Pulau Jawa

selama 2 tahun terakhir. Menurut beliau, cukup mem-

prihatinkan kondisi ini setelah dua puluh dua tahun

program PHT di laksanakan di Indonesia. Kepri-

hatinan beliau akhirnya tertuang dalam film doku-

menter berdurasi kurang lebih 30 menit yang memba-

has bioekologi dan karakteristik wereng batang coklat

berikut pengendalian hayati yang dilakukan petani.

Sengaja catatan Redaksi mengangkat kompilasi

Video Dokumenter serangan WBC dan pengendali-

annya menjadi info khusus dalam edisi kali ini.

(USR)***

Page 3: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

3

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang maksimum 3 halaman kuarto dengan spasi 1,5, termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya. Alamat Redaksi: Buletin Peramalan Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari—Karawang, Jawa Barat (41374) Telp/Fax : (0264) 360581, E-mail: [email protected], [email protected], Website http://bbpopt.tanamanpangan.deptan.go.id

Kepada Redaksi Majalah Peramalan OPT Di Tempat (send via Inbox Facebook) Salam…, Apakah yang dimaksud dengan agens hayati Trichoderma sp, dan Gliocladium sp. Mohon pen-jelasannya Trima kasih…! Moh. Faiq Pekalongan, Jawa Tengah Jawab: Agens Hayati (AH) Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. telah banyak dikembangkan saat ini. Cendawan Trichoderma sp, efektif pada tanah masam. Cendawan ini sangat menyukai bahan yang banyak mengandung selulosa, seperti sisa-sisa tanaman. Trichoderma sp aktif menyerang penyakit Rhi-zoctonia solani dan Phytium sp. Sedangkan Gliocladium sp. bersifat antagonis ter-hadap beberapa pathogen tular tanah seperti -

Fusarium sp. dan Sclerotium rolfsii dengan cara kerja parasitisme, kompetisi, dan antibiosis.

Cara aplikasi:

Cendawan Gliocladium sp, dapat diaplikasikan me-lalui tanah dan melalui perlakuan benih. Cendawan Trichoderma sp diaplikasikan dengan kompos ke tanah. Demikian jawabannya semoga puas, untuk cara perbanyakannya anda bisa download brosur-brosur tersebut di website BBPOPT, silahkan klik http://bbpopt.tanamanpangan.deptan.go.id Salam kembali…!!!

1 CATATAN REDAKSI 2 SURAT PEMBACA 3 INFO PERAMALAN 9 REPORTASE 11 TIPS 12 KLIPING BERITA 15 HOT NEWS 18 FOKUS (INFO KHUSUS) 22 TEKNOLOGI PERLINTAN 24 TOPIK UTAMA 28 MIMBAR PROTEKSI 31 PROFIL PETANI 33 INTERMEZZO 34 KOLOM NABATI 35 RESEP TRADISIONAL 36 KLINIK TANAMAN 38 SKETSA

Judul Cover: Tanam MK.2012 Foto : Urip SR Lokasi: Kec. Sumber Cirebon.

Page 4: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

4

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MT.2011 dan MT. 2011/2012 serta Prakiraan luas

Serangan MT. 2012 di Indonesia.

No. OPT KLTS

MT. 2011

(ha)

KLTS

MT. 2011/12

(ha)

Prakiraan

MT. 2012

(ha)

Minimum Rerata Maksimum

1 PBP 73.733 57.875 44.771 51.404 59.020

2 WBC 172.458 11.351 7.515 9.907 13.060

3 TIKUS 87.366 54.300 49.639 56.993 65.437

4 TUNGRO 7.177 4.994 2.962 3.644 4.483

5 BLAS 9.170 31.383 3.525 4.238 5.095

6 BLB 46.731 43.719 16.542 18.993 21.807

Jumlah 396.604 203.622 124.955 145.179 168.902

P rakiraan serangan kompleks OPT utama padi di Indonesia pada

MK.2012 diperkirakan maksimum mencapai sebesar 168.902

hektar. Prakiraan luas serangan tertinggi untuk Tikus mencapai

luas 65.437 hektar menyusul hama Penggerek Batang Padi mencapai

59.020 hektar dan Wereng Batang Coklat mencapai 13.060 hektar.

Untuk penyakit, ramalan serangan tertinggi adalah BLB seluas 21.807

hektar menyusul Blas 5.095 hektar dan Tungro 4.483 hektar. Secara

rinci ramalan serangan OPT utama padi dapat dilihat pada

tabel 1 berikut:

Oleh : Ulfah Nuzulullia, Dwitya Rizqillah Gabriel, Suwarman

Secara global angka prakiraan MK.

2012 ini menurun dibandingkan dari angka

ramalan MH. 2011/2012.

Kenyataan dilapang menunjukkan bahwa

kondisi agroklimat sangat berpengaruh ter-

hadap turun naiknya serangan OPT utama

tanaman padi, terutama di Pulau Jawa, Bali

dan Sumatra.

Page 5: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

5

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Prakiraan serangan OPT utama pada

tanaman padi MK. 2012 di masing-masing

Propinsi secara lengkap disajikan pada tabel

2. Secara singkat dapat diuraikan sebagai

berikut:

Prakiraan Serangan Penggerek Batang

Padi

Prakiraan serangan penggerek batang

padi tertinggi terdapat di 3 (tiga) propinsi

yaitu Jawa Barat mencapai luas maksimum

14.536 ha, diikuti Jawa Tengah mencapai

10.127 ha, dan Sulawesi Selatan 4.526 ha.

Prakiraan Serangan Wereng Batang Coklat

Serangan wereng batang coklat

tertinggi diprakirakan akan terjadi di

Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan

Banten. Di Jawa Timur serangan WBC di-

perkirakan mencapai luas maksimum 5.524

Ha, Jawa Tengah seluas 3.166 ha, dan

Banten 1.094 ha.

Prakiraan Serangan Tikus

Serangan tikus tertinggi

diprakirakan akan terjadi di

3 (tiga) propinsi yaitu di Ja-

wa Barat, Jawa Tengah, dan

Sulawesi Selatan. Di Jawa

Barat diprakirakan akan

mencapai luas maksimum 13.556 ha, di Jawa

Tengah mencapai luas 11.239 ha, sedangkan

di Sulawesi Selatan mencapai luas 7.043

hektar.

Prakiraan Serangan BLB/Kresek

Tiga propinsi yang diprakirakan se

rangan penyakit BLBnya tinggi adalah pro-

pinsi Jawa Timur dengan luas serangan

maksimum 4.874 ha, Jawa Tengah

4.383 ha, dan Jawa Barat seluas 3.854

hektar.

Prakiraan Serangan Blas

Serangan penyakit blas yang tinggi

akan terjadi di 3 (tiga) propinsi, yaitu pro-

pinsi Jawa Timur dengan luas maksimum

1.098 ha, Jawa Tengah seluas 587 ha, dan

Jawa Barat seluas 552 hektar.

Prakiraan Serangan Tungro

Prakiraan serangan penyakit tungro

tertinggi akan terjadi di Propinsi Jawa Bar-

at, Jawa Timur, dan Bali. Di Jawa Barat

diprakirakan akan mencapai luas maksi-

mum 715 ha, di Jawa Timur mencapai

luas maksimum 641 ha, dan di Bali men-

capai luas 605 hektar.

Page 6: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

6

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

No. Propinsi PBP

(ha)

WBC

(ha

TIKUS

(ha)

TUNGRO

(ha)

BLB

(ha)

BLAS

(ha)

1 Pem ACEH 3.217 14 6.576 2 263 227

2 Sumatra Utara 396 54 722 69 840 204

3 Sumatra Barat 39 36 596 243 45 77

4 Riau 280 9 276 5 215 84

5 Jambi 184 19 144 2 51 25

6 Sumatra Selatan 1.346 165 1.644 44 506 142

7 Bengkulu 320 12 566 112 153 75

8 Lampung 2.798 179 2.897 43 848 513

9 Kep. Babel 2 7 3 2 7 2

10 Kep. Riau 2 2 3 2 7 2

11 DKI Jakarta 69 7 3 2 89 2

12 Jawa Barat 14.536 761 13.556 715 3.854 552

13 Jawa Tengah 10.127 3.166 11.239 582 4.383 587

14 DI Jogjakarta 1.404 726 1.061 155 675 106

15 Jawa Timur 3.916 5.524 6.378 641 4.874 1.098

16 Banten 3.003 1.094 2.142 308 749 47

17 Bali 325 485 819 605 471 196

18 NTB 943 60 187 234 897 304

19 NTT 3.172 155 597 352 1.112 82

20 KALBAR 683 29 829 12 7 64

21 KALTENG 479 2 671 2 54 28

22 KALSEL 65 62 279 40 7 22

23 KALTIM 305 4 527 3 24 73

24 SULUT 658 4 274 68 164 34

25 SULTENG 1.654 344 823 45 295 12

26 SULSEL 4.526 88 7.043 95 581 234

27 SULTRA 1.883 13 3.496 21 88 207

28 GORONTALO 544 2 434 2 231 2

29 SULBAR 1.062 6 1.132 14 208 7

30 MALUKU 517 5 129 2 42 20

31 Maluku Utara 157 2 67 14 3 7

32 Papua Barat 310 22 200 7 2 7

33 PAPUA 100 4 123 42 61 55

Jumlah 59.020 13.060 65.437 4.483 5.095 21.807

Tabel 2. Prakiraan Maksimum OPT Utama Padi MK.2012

menurut Propinsi di Indonesia

Page 7: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

7

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

Page 8: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

8

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TUNGRO PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

Page 9: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

9

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLAS PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLB PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

Page 10: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

10

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

S aat ini jagung memiliki nilai strategis dan ekonomis yang sangat tinggi baik bagi

Indonesia maupun dunia. Sampai saat ini, jagung masih menjadi makanan pokok di

sejumlah daerah di Indonesia. Demikian pula, jagung merupakan bahan baku utama

untuk pakan ternak yang menyumbangkan lebih dari 50% kebutuhan untuk ternak..

Dari sisi nilai ekonomis, jagung juga merupakan komoditas yang nilai ekonomisnya

terus meningkat, sehingga sangat efektif untuk meningkatkan pendapatan petani,

masyarakat dan menggerakkan ekonomi lokal. Dewasa ini permintaan jagung dunia terus

meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan jagung untuk pangan, pakan, dan bahan

baku energi. Kondisi ini telah mendorong harga jagung terus meningkat dan tentunya akan

menguntungkan bagi petani. Akhir-akhir ini harga jagung dunia bahkan menunjukkan

peningkatan yang signifikan, sehingga dengan mengembangkan agribisnis jagung, pendapa-

tan masyarakat akan lebih meningkat, daya beli masyarakat akan lebih meningkat, dan pa-

da akhirnya dapat menggerakkan ekonomi daerah.

Saat ini, Indonesia harus mengandal-

kan produksi jagung dalam negeri karena

Negara-negara penghasil dan pengekspor

jagung seperti Amerika dan Cina sudah

mengurangi ekspor jagungnya, hal ini

disebabkan produksi jagung mereka di-

manfaatkan di dalam negeri sendiri. Oleh

karena itu pengembangan jagung dalam skala

regional penting dilakukan, apalagi melihat

potensi lahan di wilayah Jawa Barat sangat

luas dan menjanjikan. Melihat fakta ini, ka-

mi dari Pemerintah Pusat akan ikut serta

mendorong dan mendukung kegiatan

pengembangan agribisnis jagung di

Kabupaten Ciamis. Dalam program kerja

Kementerian Pertanian 2010 – 2014, telah

ditetapkan bahwa beras dan jagung ditarget-

kan swasembada -

berkelanjutan dan memanfaatkan peluang

ekspor, sedangkan kedelai mencapai

swasembada pada tahun 2014. Untuk

mencapai target tersebut, maka produksi

padi dalam 5 (lima) tahun kedepan, di-

targetkan meningkat 5 (lima) persen, ja-

gung 10,02 % dan kedelai 20,5 % per-

tahun.

Sasaran produksi 3 (tiga) komoditas

utama tanaman pangan tahun 2011 adalah

sebagai berikut : padi 70,6 juta ton GKG,

jagung 22 juta ton pipilan kering dan

kedelai 1,5 juta ton biji kering. Sedangkan

sasaran produksi di tahun 2012, padi

sebesar 72 juta ton GKG, jagung 24 juta

ton pipilan kering, dan kedelai 1,9 juta ton

biji kering.

Page 11: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

11

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Diharapkan dengan strategi ini,

sasaran utama pembangunan pertanian dapat

tercapai, yaitu : 1) Pencapaian swasembada

dan swasembada pangan berkelanjutan, 2)

Peningkatan diversifikasi pangan berke-

lanjutan, 3) Peningkatan Diversifikasi Pan-

gan, 4) Peningkatan nilai tambah, daya

saing dan ekspor, dan 5) Peningkatan kese-

jahteraan petani.

Dalam sambutannya Dirjen TP yang

diwakili oleh Kepala Balai Besar Peramalan

OPT mengemukakan bahwa khusus

pengembangan komoditas jagung,

Pemerintah menerapkan pendekatan

pengembangan agribisnis dan pola

kemitraan. Dalam konsep agribisnis ini,

seluruh pemangku kepentingan akan

dilibatkan secara terkoordinasi dan terpadu

dari hulu hingga hilir sehingga nilai tambah

produksi dapat dinikmati secara maksimal

oleh petani, seperti yang sudah dil-

aksanakan Pemerintah Kabupaten Ciamis

dengan pengusaha poultry soup yang ber-

basis jagung. Atas dasar pola kemitraan ini,

maka pemangku kepentingan ini diharapkan

akan menghasilkan satu system rantai

pasokan (supply chain management) yang

efektif. Saya mengusulkan, Pemerintah Ka-

bupaten secara aktif menggerakkan dan

mengundang para pemangku kepentingan

untuk secara bersama-sama membangun

pola kemitraan agribisnis jagung.

Demikian pula saya mengaharapkan

dukungan seluruh lapisan masyarakat

terhadap program kemitraan ini agar dapat

berjalan dengan optimal dan berkelanjutan.

Dukungan Kementerian Pertanian untuk

pengembangan agribisnis jagung di Provinsi

Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Ciamis

juga akan dilakukan melalui jalur

keprograman. Untuk meningkatkan

kapasitas dan adopsi teknologi budidaya

jagung, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan akan melaksanakan Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).

Hamparan jagung dilereng bukit Cariang Girang, Baregbeg, Kabupaten Ciamis (Foto: Urip SR)

Bantuan stimulant untuk pembinaan kepada kelompok tani yang diterima secara simbolik olek ketua kelompok disaksi-kan Bupati Ciamis (Foto: Urip SR)

Panen jagung secara simbolik dilakukan oleh Dirjen TP bersama Bupati Ciamis mengawali pembukaan acara panen raya jagung di Kab. Ciamis (Foto: Urip SR)

Page 12: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

12

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Melalui SL-PTT, secara bertahap

seluruh petani di Kabupaten Ciamis akan

dibekali pengetahuan dan ketrampilan

mengenai cara budidaya tanaman jagung

yang sehat, sehingga mencapai potensi

produktivitasnya. Tahun 2011 program

SL-PTT Padi Non Hibrida seluas 12.000

hektar, padi hibrida seluas 70 hektar, padi

lahan kering seluas 3.125 hektar dan jagung

hibrida seluas 750 hektar, selain itu,

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga

akan mendukung perluasan areal tanam

melalui program bantuan benih dari kegiatan

optimasi perluasan tanam jagung dan Ca-

dangan Benih Nasional (CBN) serta akan

memfasilitasi pengembangan pasca panen

jagung agar kabupaten Ciamis dapat

menghasilkan jagung yang memenuhi

standar kualitas serta fasilitasi yang

dibutuhkan pasar serta mengurangi ke-

hilangan hasil.

Disamping itu, melalui Direktorat Jenderal

Tanaman Prasarana dan Sarana Pertanian,

Pemerintah akan membantu pengembangan

prasarana irigasi, bantuan pupuk,

perkreditan/pembiayaan. Demikian pula

Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian akan kita dorong

mendukung dari sisi pemasaran hasil.

Untuk membangun sinergi antara

Kementerian Pertanian dan Pemerintah

Kabupaten Ciamis, kiranya dapat pula

mengalokasikan pembiayaan dari APBD

Propinsi dan Kabupaten untuk mendampingi

program/kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan Kementerian Pertanian yang

dialokasikan pada daerah ini.

Dukungan Kementerian Pertanian yang

dialokasikan pada daerah ini.

Dukungan Kementerian Pertanian terhadap

pengembangan agribisnis jagung di

Kabupaten Ciamis merupakan salah satu

bentuk apresiasi Pemerintah Pusat atas

kinerja positif Pemerintah Kabupaten

Ciamis untuk ikut serta mendukung

pencapaian sasaran produksi nasional di

sektor pertanian dan ketahanan pangan.

Konsep kemitraan pengembangan agribisnis

jagung di Ciamis ini diharapkan akan dijadi-

kan sebagai sebuah model pengembangan

agribisnis jagung secara terpadu. Model ini

nantinya akan direplikasikan ke daerah lain

dan Kabupaten Ciamis akan dijadikan

sebagai daerah percontohan.

Sejumlah teladan yang diharapkan dapat di-

petik dari Kabupaten Ciamis antara lain :

Keterpaduan dan keterlibatan seluruh

pemangku kepentingan dalam meng-

gerakkan program dan berperan sesuai

kemampuan dan porsinya. Kemampuan

pemerintah kabupaten untuk menggerak-

kan petani dan sektor swasta dari hulu

hingga hilir akan menjadi contoh dalam

pengembangan agribisnis komoditas lain

dan di kawasan lain.

Pemilihan pengembangan komoditas

unggulan strategis sebagai model untuk

percepatan strategis sebagai model untuk

percepatan strategi pengentasan kemiski-

nan, peningkatan kesejahteraan dan

menggerakkan ekonomi local khususnya

di daerah tertinggal.

Pada waktu yang akan datang, pimpinan

daerah lainnya akan kita dorong untuk

berkunjung guna mempelajari dan me-

metik pengalaman dari Kabupaten

Ciamis.

(BP)***

Penanaman pohon persahabatan dilakukan oleh yang mewakili Dirjen TP dan Bupati Ciamis disaksikan oleh

Muspida setempat, penanaman berupa pohon Manggis (Mangostana garcinia) di lereng bukit diharapkan sebagai

penangkal erosi (Foto: Urip SR)

Page 13: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

13

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

A ktor sejati produksi pangan adalah petani, peternak, pembudidaya ikan dan

nelayan. Mereka juga tulang punggung swasembada pangan tanah air. Pening-

katan produksi pangan mustahil tercapai tanpa kontribusi para aktor itu. Indikasi

pencapaian ketahanan pangan adalah akses secara fisik dan finansial semua lapisan

masyarakat terhadap sumber pangan. Akses itu bukan sekedar untuk kelangsungan hidup,

tapi juga untuk kesehatan dan produktifitas. Konsisten dengan ketersediaan akses itu, pem-

bangunan pertanian harus berorientasi pemenuhan kebutuhan pasar domestik.

Kemandirian pemenuhan kebutuhan

pangan domestik menjadi modal dasar me-

nangkal dampak krisis global. Masalahnya,

tuntutan masyarakat senantiasa berubah.

Dulu orang memelihara ayam selama ber-

bulan-bulan untuk dipotong saat hari raya,

sekarang ayam potong Cuma perlu beberapa

pekan sejak telur menetas sampai siap

potong. Peran teknologi bakal nyata kalau

digunakan dalam produksi barang atau jasa

untuk perbaikan kehidupan.

Salah satu faktor untuk memperbaiki

kehidupan adalah penyediaan pangan dalam

jumlah dan gizi cukup, aman, sesuai selera

pasar, serta terjangkau secara fisik dan

ekonomi oleh semua lapisan. Agar mudah

diterapkan, pengembangan teknologi harus

mengenali calon penguna potensial. Dalam

konteks pangan, calon pengguna primer

teknologi adalah aktor produksi pangan.

Dibawahnya pengguna teknologi tingkat

sekunder adalah pengolah bahan segar

menjadi produk olahan. Namun, kebutuhan

dan persoalan nyata yang dihadapi calon

pengguna harus dipahami supaya solusi

teknologi yang ditawarkan tidak sia-sia.

Perlu pemahaman komprehensif agar

teknologi yang ditawarkan sesuai kapasitas

pemahaman calon pengguna sehingga

teknologi bisa langsung diadopsi.

Salah satu hambatan pencapaian

ketahanan pangan adalah minimnya

kontribusi teknologi. Hal itu terutama

disebabkan teknologi yang berkembang

tidak menjawab kebutuhan dan persoalan

nyata pengguna atau tidak sesuai kapasitas

adopsi inovasi oleh pengguna. Akibatnya

banyak teknologi pertanian yang diperkenal-

kan sia-sia lantaran pengguna tidak

mengadopsi inovasi itu.

Page 14: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

14

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Hambatan paling umum seringkali bukan

kendala teknis, tapi lebih karena faktor

biaya. Kebanyakan teknologi modern

mensyaratkan biaya tinggi dalam

operasionalnya. Tantangan terbesar yang

menghadang pengembangan teknologi saat

ini adalah menciptakan teknologi yang

efisien, menguntungkan, tapi tetap rendah

biaya.

Sebenarnya hanya perlu melakukan

pendekatan berbasis pengguna untuk

menentukan teknologi yang tepat. Pasalnya,

kebanyakan permasalahan yang muncul

sebenarnya sederhana. Persoalan yang

muncul itu-itu saja : kekurangan air pada

musim kemarau, serangan hama, atau

penyimpanan produk pascapanen.

Permasalahan ditingkat pengguna

sebenarnya sederhana, tidak perlu teknologi

tinggi berbiaya tinggi.

Sayang, terdapat jurang lebar antara

preferensi pengembang teknologi dan

penggunanya dilapangan. Banyak pengem-

bangan teknologi merasa punya prestise

lebih kalau menggeluti teknologi mutakhir

meski diimpor dari negara yang punya kon-

disi agroklimat berbeda. Akhirnya saat

digunakan, teknologi berbiaya tinggi itu cu-

ma teronggok jadi tontonan.

Lebih parah lagi sebagian periset dan akade-

misi lebih sibuk meriset sesuai keinginan

sendiri, bukan berangkat dari persoalan riil

di lapangan. Akibatnya banyak riset han-

ya berujung pada laporan yang fungsinya

sekedar pertanggungjawaban keuangan.

Jika budaya periset dan akademisi seperti

itu, mana mungkin teknologi berkontribusi

positif pada pencapaian ketahanan pan-

gan?

Untuk itu, teknologi pertanian yang

dikembangkan mesti sesuai pengguna.

Teknologi itu mesti dinamis sehingga selalu

bisa menjawab tantangan yang berkembang.

Kalau saat ini menggunakan teknologi

sederhana, maka harus ada kemungkinan

menggandengkannya dengan teknologi ma-

ju.

Banyak pengembangan teknologi merasa punya prestise lebih kalau menggeluti teknologi mutakhir meski diimpor

dari negara yang punya kondisi agroklimat berbeda. Akhirnya saat digunakan, teknologi berbiaya tinggi itu cu-

ma teronggok jadi tontonan. (Foto: Urip SR)

Page 15: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

15

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

FPT sektor peternakan merosot dari 3,08%

menjadi 2,41% itu kontras di Vietnam, yang

pada periode sama FPT negatif menyatakan

nominal peningkatan hasil tidak setara nom-

inal teknologi baru yang digunakan.

Saat ini kegiatan periset dan akade-

misi lebih banyak bersifat curiousity driven

research (CDR) alias riset berdasarkan

keingintahuan peneliti. Padahal yang diper-

lukan adalah goal oriented research (GOR)

atau riset yang bermuara penemuan untuk

memenuhi kebutuhan. Seha-

rusnyanya riset untuk pengembangan ilmu

pengetahuan tidak terpisah dengan riset un-

tuk menjawab persoalan riil di masyarakat.

Dengan demikian pengetahuan dari riset

bisa menjadi modal dasar menciptakan

teknologi tepat guna untuk menjawab per-

soalan di lapangan.

Itu artinya riset akademik, meski

tidak langsung menjawab persoalan, harus-

menjadi pijakan bagi riset selanjutnya yang

lebih mengarah pada solusi akhir. Untuk itu

perlu kepedulian dan sensitivitas periset dan

akademisi terlepas dari bidang masing-

masing terhadap persoalan nyata di sektor

pertanian dan peternakan. Dunia akademik

tidak bisa berpangku tangan berdiam diri,

terisolir dari dunia nyata, dan menjadi

menara gading. Riset yang berorientasi

menjawab persoalan riil pun mempunyai

bobot akademi tinggi, asal konsisten dan

sesuai metodologi riset baku.

(Benyamin Lakitan Trubus Juli 2010)***

Contoh mudah, teknologi bajak

sawah. Dulu ditarik sapi, nantinya bisa

ditarik traktor tangan. Selanjutnya bisa

menggunakan apa lagi, tergantung perkem-

bangan kebutuhan dan teknologi. Kenapa

harus berangkat dari pengguna? Teknologi

maju dibidang pangan belum tentu lebih

baik bagi pengguna primer. Selain biaya

operasional tinggi, dapat pula menyebabkan

ketergantungan. Ambil contoh padi hibrida

yang potensi hasilnya melebihi 10 ton per

hektar. Namun, benihnya hanya bisa dibuat

produsen benih. Akibatnya kegiatan tanam

petani tergantung pada penyedia benih,

Dampak lebih jauh, muncul produsen benih

palsu yang cuma mencari keuntungan sesaat.

Ujung-ujungnya petani hanya menjadi

korban.

Merosot

Pada 2008, Badan Penelitian dan

Pengembangan, Kementerian Pertanian

mempublikasikan data kontribusi teknologi

terhadap produktifitas pertanian nasional.

Pada padi, kontribusi teknologi berhasil

meningkatkan hasil panen hingga 0,75 ton

gabah kering giling per hektar. Pada sektor

peternakan tercatat peningkatan hasil domba

komposit 17 kg per ekor per tahun dan

peningkatan produksi telur itik 219 butir

per ekor per tahun. Namun, angka itu tidak

menggambarkan apakah peningkatan

disebabkan oleh kontribusi teknologi atau

faktor lain.

Untuk memperoleh data akurat

peran teknologi terhadap hasil dilakukan

dengan menghitung faktor produktifitas total

(FPT). Prinsipnya, FPT mengukur total

produksi yang dihasilkan komponen

nonmateri seperti teknologi, ide dan

pemikiran, atau konsultasi. Nilai FPT di-

peroleh setelah mengeluarkan kontribusi

komponen materi seperti investasi modal

atau tenaga kerja.

Study Avila dan Evenson pada 2004

terhadap Negara-Negara Asia mendapati

FPT tanaman pangan Indonesia merosot dari

3,95 % pada periode 1961 - 1980 menjadi

0,78% pada periode 1980 - 2000 menjadi

–0,78% pada periode sama,

Teknologi pertanian yang dikembangkan seharusnya sesuai kebutuhan pengguna (Foto: Repro)

Page 16: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

16

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

B eberapa pekan di media cetak maupun digital hewan ini (baca: Tomcat) menjadi

buah bibir masyarakat di Jawa Timur maupun di Jawa Tengah akibat racun yang

ditimbulkannya. Apabila merasa terancam sebagai bentuk pertahanan diri maka

tomcat ini akan mengeluarkan cairan hemolimfe yang berisi zat paederin (C25H45O9N)

suatu zat iritan yang kuat yang dapat menimbulkan reaksi gatal dan rasa terbakar, eritema.

Mengingat akibat yang ditimbulkannya cukup mengkwatirkan maka kita harus mengenal

lebih dekat si Tomcat ini, agar kita bisa menghadapi wabah ini dengan bijaksana.

Dinamakan “Tomcat” karena serangga ini bentuk badannya mirip pesawat tempur buatan

USA Tomcat (F14). Disebut juga Rove Beetle atau Kumbang penjelajah/pengelana karena

aktif berjalan-jalan di habitatnya (sawah). Serangga ini apabila merasa terusik akan

menaikkan bagian abdomen sehingga nampak seperti kalajengking.

Secara ilmiah serangga ini di klasifikasi sebagai Ordo Coleoptera, family staphylinidae,

genus Paederus, species fuscipes.

Sebagai alinea pembuka pada tulisan ini ka-

mi akan mengingatkan kembali akan pent-

ingnya pendidikan lingkungan hidup (PLH).

Menurut Horn dalam Saveland (1976): PLH

adalah suatu proses pengenalan nilai

dan konsep dalam usaha mengembangkan

sikap dan ketrampilan untuk memahami

dan menghargai hubungan timbal balik an-

tara manusia dengan kebudayaan dan

lingkungan biofisiknya.

Oleh karena PLH ini adalah suatu proses,

maka yang terutama menjadi fokusnya ada-

lah belajar bagaimana memecahkan dan

mencegah masalah-masalah lingkungan

hidup secara efektif.

Dengan kata lain PLH adalah suatu proses

pengenalan nilai dan konsep dalam usaha

mengembangkan sikap dan ketrampilan

untuk memahami dan menghargai

ekosistem, dimana manusia itu tinggal,

misal di kota, desa, hutan, gunung dan se-

bagainya.

Berangkat dari definisi tersebut diat-

as maka mewabahnya tomcat ini harus

disikapi dengan pendekatan ekosistem.

Merebaknya si Tomcat ke pemukiman

penduduk disinyalir karena rusaknya habitat

yang disebabkan alih fungsi lahan sawah

menjadi pemukiman (real estate) sehingga

persediaan pakan serangga di sawah berku-

Page 17: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

17

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Beralihnya fungsi lahan dan

pemakaian pestisida yang kurang bijaksana

menyebabkan Tomcat berekspansi ke pem-

ukiman. Pestisida antara lain digunakan

petani untuk mengendalikan hama tanaman.

Penggunaan pestisida oleh petani semakin

berlebihan karena pemilihan jenis dan cara

aplikasi yang kurang efektif dan efisien se-

hingga manfaat yang diperoleh petani se-

makin menurun (Untung, 1996).

Serangan hama antara lain disebabkan

terganggunya keseimbangan populasi

organisme pada jenjang populasi tertentu.

Penyebabnya adalah faktor lingkungan dan

juga faktor di dalam populasi sendiri, yang

mengendalikan perkembangan populasi terse-

but (Sosromarsono & Untung, 2006). Salah

satu faktor lingkungan yang mengendalikan

populasi hama adalah musuh alami baik beru-

pa predator, parasitoid, maupun patogen.

Musuh alami dikenal sebagai faktor pengatur

dan pengendali populasi serangga hama yang

efektif karena sifat pengaturannya yang

tergantung kepadatan populasi (Untung,1996).

Ciri-ciri predator yang unggul adalah

mampu memangsa dan tanggap terhadap

peningkatan populasi mangsa (Taulu, 2001).

Paederus fuscipes Curtis (Coleoptera: Staph-

ylinidae) merupakan salah satu predator yang

sering ditemukan pada tanaman padi maupun

tanaman palawija lainnya.

Karakteristik Biologi

Paederus fuscipes Curt.

Siklus hidup P. fuscipes berkisar antara 18 -

38 hari, lama hidup imago 19 - 46 hari, stadia

telur adalah 4 – 7 hari, larva instar-1 selama 4

-5 hari, instar-2 selama 6-9 hari, pra pupa

selama 2-3 hari, dan pupa 3-5 hari.

Jumlah telur yang dihasilkan imago betina

P. fuscipes, berkisar antara 18-28 butir.

Menurut Claussen (1972), jumlah telur yang

dihasilkan oleh seekor betina berkisar antara

20-30 butir. Rata-rata peletakan telur tiap

betina adalah 23,7 butir telur dan rata-rata te-

lur yang menetas adalah 19,8 butir telur,

dengan persentase penetasan telur 84%.

Imago P.fuscipes sering berada di atas

permukaan tanah atau pada bagian-bagian

tersulit pada tanaman dengan berjalan

melalui dahan atau batang daun kemudian

mencari mangsa pada daun atau tajuk-

tajuk tanaman. Berhubungan dengan

kegiatannya dalam mencari mangsa dan

mobilitas yang sangat tinggi, serta

ditunjang dengan bentuk tubuh yang

cenderung pipih, P. fuscipes dapat

bergerak dengan lincah pada tempat-

tempat yang sempit, atau menyebar pada

permukaan tanah yang luas dan mencari

makanan pada tempat lain apabila pada

tanaman utama tidak ditemukan mangsa.

Pada tanaman kedelai P.fuscipes biasa

memangsa nimfa kutu kebul (Bemicia

tabaci) kecepatan memangsa terhadap

nimfa kutu kebul berkisar 0,83-8,17

nimfa per jam pada siang hari, dan 0,75-

8,00 nimfa per jam pada malam hari

(Jurnal Agrikultura, 2009 hal.204).

Sedangkan kemampuan memangsa imago

P. fuscipes terhadap wereng batang coklat

(Nilaparvata lugens) adalah sekitar 3,58

nimfa per hari, selain itu diketahui sangat

potensial sebagai musuh alami terhadap

hama putih palsu, nimfa wereng daun

hijau, dan wereng punggung putih

(BBPOPT,1992).

Kemampuan memangsa P.fuscipes

terhadap hama perusak daun/polong

kedelai diketahui sangat efektif (Winasa

W, D.Hindayana dan S. Santoso, 1999).

Page 18: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

18

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Pelepasan predator P.fuscipes pada per-

tanaman kedelai baik fase vegetatif maupun

generatif dapat menekan secara nyata

perkembangan hama perusak daun/polong

kedelai (Helicoverpa armigera) baik telur

maupun larva.

Bagaimana kumbang ini bisa berperan

sebagai “musuh” bagi manusia?

Kumbang Tomcat/Paederus fuscipes datang

ke pemukiman penduduk bukan untuk me-

nyerang manusia, tetapi karena tertarik caha-

ya lampu. Kumbang Tomcat tidak menggigit

atau menyengat apabila tergencet tubuhnya

mengeluarkan cairan hemolimfe, berisi zat

paederin yang bisa menimbulkan iritasi kuat

disertai reaksi gatal dan rasa terbakar. Ku-

lit yang terkena (biasanya daerah kulit yang

terbuka) dalam waktu singkat akan terasa

panas. Setelah 24-48 jam akan muncul

gelembung pada kulit, dengan sekitar

berwarna merah yang menyerupai luka bakar

karena tersiram air panas.

Upaya Pencegahan

Jika menemukan serangga kumbang ini

(Tomcat/Paederus), jangan di pencet,

agar racun tidak mengenai kulit. Segera

cuci dalam air mengalir dengan sabun

pada kulit yang bersentuhan dengan

serangga ini.

Datang kelayanan kesehatan terdekat,

kemudian akan diobati dengan

tatalaksana sebagaimana pengobatan

dermatitis contact irritant, seperti pem-

berian krim kortikosteroid.

Kompres kulit dengan cairan antiseptik

dingin bila timbul lesi seperti luka bakar.

Bila lesi sudah timbul pecah, dapat diberi

krim antibiotik dengan kombinasi steroid

ringan.

Jangan di garuk atau ditaburi bedak agar

tidak terjadi infeksi sekunder.

Beri antihistamin dan analgesic oral

untuk simptomatis.

Jika menemukan serangga ini jangan di-

pencet agar racun tidak mengenai kulit.

Hindari terkena kumbang ini pada kulit

terbuka.

Bila kumbang hinggap di kulit,

singkirkan secara hati-hati dengan cara

meniup atau menggunakan kertas.

Jangan menggosok kulit dan atau mata

bila kumbang ini terkena kulit.

Segera cuci dengan air mengalir dan

pakai sabun pada kulit yang bersentu-

han dengan kumbang.

Usahakan pintu tertutup dan bila ada

jendela diberi kasa nyamuk untuk

mencegah kumbang ini masuk.

Bersihkan lingkungan rumah, terutama

tanaman yang tidak terawat yang ada

disekitar rumah yang bisa menjadi

tempat kumbang Paederus.

Pemahaman yang benar dan tanggap

tentang bahaya Tomcat disikapi dengan

pendekatan ekosistem mengingat peran

serangga ini sebagai predator cukup mem-

bantu petani, namun mengaitkannya

dengan kondisi di lapangan perlu memper-

hatikan berbagai faktor. Apakah masih

mau membrantas serangga predator ini

secara membabi buta?

(Dari Berbagai Sumber)***

Page 19: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

19

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

M usim hujan yang panjang di sebagian besar wilayah Indonesia akibat fenomena

La Nina tahun 2010 - 2011 memicu ledakan populasi hama wereng batang coklat

(WBC) di ratusan ribu hektar sawah petani. Akan tetapi, apakah cuaca menjadi

satu-satunya faktor yang memicu ledakan populasi WBC? Dalam situasi terjadinya variasi

dan perubahan iklim, ekosistem sawah di Pulau Jawa berada dalam kondisi rentan oleh

berbagai faktor, antara lain oleh penggunaan pestisida secara tidak bijaksana yang mengaki-

batkan punahnya musuh alami. Di sisi lain, petani sebagai aktor utama dalam kegiatan per-

tanian acapkali menjadi sasaran pemasaran paket teknologi pertanian tanpa bekal penge-

tahuan yang memadai untuk memahami kondisi ekosistem lahannya.

Dua video dokumenter yang menyajikan

penjelasan tentang biologi dan ekologi

WBC dan penyebab terjadinya ledakan pop-

ulasi WBC. Video dokumenter ini juga

memperlihatkan upaya beberapa kelompok

petani untuk memperkaya pengetahuan dan

meningkatkan ketrampilan dalam me-

mahami berbagai persoalan seperti peru-

bahan iklim dan menumbuhkembangkan

budidaya tanaman yang tangguh.

Volume 1 dengan judul “Wereng di

Sawah Petani” menyajikan fenomena le-

dakan hama WBC tahun 2010-2011, biologi

dan ekologi hama itu, serta berbagai faktor

penyebab ledakan. Volume 2 dengan judul

“Sawah Tangguh di Tangan Petani” me-

maparkan berbagai upaya petani untuk

memperkaya pengetahuannya dalam

mengembangkan praktek budidaya padi

yang lebih tangguh dan sekaligus tanggap

terhadap variasi dan perubahan iklim,

yakni melalui kegiatan pengamatan curah

hujan dan agroekosistem sawah, praktek

pertanian organik, dan pembuatan agens

hayati dalam mengendalikan populasi

WBC.

Video dokumenter serangan WBC

ini di produksi oleh Pusat Kajian Antrologi

Universitas Indonesia, Academi Professor-

ship Indonesia Bidang Ilmu Sosial &

Humaniora, The Research School of Asia

and the Pacifik the Australian National

University dan didukung oleh PT. Medco

MEMBEDAH VIDEO DOKUMENTER SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

Page 20: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

20

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Video ini sangat bagus untuk media

penyuluhan di tingkat petani. Pada saat

sekolah lapangan, video ini diputar sebelum

acara sekolah lapangan dimulai. Setelah

melihat tayangan video ini baru diadakan

diskusi antar petani, bagaimana pandangan

petani tentang apa yang terjadi di sawah

mereka dengan membandingkan tayangan

tersebut. Hal ini sangat menarik untuk

menggugah petani agar tidak ketergantungan

terhadap pestisida kimia.

Hama wereng batang coklat tersebut mampu

menyerang tanaman padi sawah pada semua

fase pertumbuhan.

Namun apabila kondisi ekologi OPT ter-

sebut menguntungkan seperti menanam

mono varietas yang rentan, penggunaan

pupuk N yang berlebihan, penanaman yang

tidak serentak dalam hamparan, penggunaan

pestisida yang sembarangan, maka daerah

pencar OPT tersebut dapat meluas yang

mungkin berkembang menjadi wabah, status

suatu spesies OPT juga dapat berubah dari

yang tadinya kurang penting menjadi hama

utama.

Bila kita menengok sejarah pada

tahun-tahun permulaan program intensifi-

kasi data kuantitatif kehilangan hasil yang

disebabkan oleh serangan OPT sulit di-

peroleh. Kehilangan hasil sangat

bervariasi, tergantung dari spesies OPT yang

menyerang, intensitas kerusakan, reaksi va-

rietas dan fase pertumbuhan tanaman.

Misalnya IR-22 yang sangat rentan terhadap

kebanyakan OPT-nya, bila memperoleh

tekanan OPT ringan saja tanpa perlindungan

pestisida, hanya menghasilkan 66% dari

potensinya (IRRI,1979). Percobaan di

beberapa kabupaten selama beberapa musim

tanam padi kompleks OPT-nya menurunkan

produksi antara 19,4 - 24,1 %

(Sunardi,1977).

Khusus spesies OPT yang bersifat endemik

seperti WBC, virus tungro dan penggerek

batang padi putih, kerugian hasil padi di

daerah-daerah serangan lebih dari itu,

Misalnya studi kehilangan hasil padi

disebabkan WBC dan virus kerdil hampa di

kabupaten Serang dan Pandeglang pada

tahun 1975 berkisar antara 42,7 - 48,79 %

(Sunardi,1977).

Luas serangan hama WBC pada tahun 1971

- 1972 baru sekitar 4000 hektar, namun da-

lam musim-musim tanam berikutnya areal

serangan sudah melebihi 450.000 hektar dan

kehilangan hasil diperkirakan 364.500 ton

beras seharga $ 100 juta dolar Amerika. Bi-

la konsumsi 120 kg kapita/tahun, ke-

hilangan sebesar itu seharusnya dapat mem-

ber makan sekitar 3 juta orang setahun

penuh (Oka,1979).

Page 21: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

21

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Dua video dokumenter yang

menyajikan penjelasan tentang biologi dan

ekologi WBC dan penyebab terjadinya le-

dakan populasi WBC ini diharapkan mampu

menggugah para pelaku agribisnis pertanian

khussusnya budidaya padi. Video

dokumenter ini juga memperlihatkan upaya

beberapa kelompok petani untuk mem-

perkaya pengetahuan dan meningkatkan ket-

rampilan dalam memahami berbagai per-

soalan seperti perubahan iklim dan menum-

buhkembangkan budidaya tanaman yang

tangguh serta menggalakkan

pemakaian pestisida nabati yang ramah ling-

kungan. Para pengambil kebijakan diharap-

kan juga tanggap dengan keadaan ekosistem

yang selalu berubah dan tidak bersahabat

dengan petani, artinya pengambilan

keputusan serta kebijakan harus bertumpu

pada kebutuhan petani secara menyeluruh.

Dengan demikian petani merasa diper-

hatikan nasibnya. (USR)***

Kendala produksi - masalah hama

tanaman

Kita setback ke belakang,

pengalaman Indonesia menunjukkan, bahwa

sejak dilancarkannya program intensifikasi

secara besar-besaran, masalah hama dan

kehilangan hasil yang disebabkan kompleks

hama makin meningkat. Berbagai spesies

hama yang sebelum program intensifikasi

kurang penting, berubah status menjadi ha-

ma yang sangat penting dalam areal intensi-

fikasi padi, seperti hama wereng batang

coklat (WBC), Nilaparvata lugens, wereng

punggung putih (WPP) Sogatella furcifera,

dan wereng daun hijau (WDH), Nephotettix

virescens.

Dari sekitar 40 spesies hama

(Pathak, 1977) dan 70 spesies penyakit yang

menyerang tanaman padi (Ou,1985), sekitar

20 spesies dapat digolongkan organisme

pengganggu tumbuhan (OPT) pada padi

yang mempunyai arti ekonomi penting anta-

ra lain: tikus, Rattus-rattus (diketahui 3 spe-

sies), wereng (WBC, WPP,WDH, peng-

gerek batang padi (putih,Scirpophaga inno-

tata, kuning, S.incertulas, merah jambu,

Sesamia inferens, bergaris, Chilo

supressalis), ganjur, Orseolia oryzae, hama

putih palsu, Cnaphalocrosis medinalis, hama

putih, Nymphula depunctalis, kepinding

tanah, Scotiniphara lurida, walang sangit,

Leptocorisa oratorius, kepik hijau, Nezara

viridula, ulat grayak (ada beberapa spe-

sies: Pseudoletia unipuncta, Spodoptera

mauritia, Spodoptera frgiperda, Spodoptera

litura), lalat bibit, Atherigona exigua, be-

berapa penyakit padi yang penting ialah

penyakit hawar daun bakteri, Xan-

thomonas campestris, penyakit blast,

Pyricularia oryzae, penyakit hawar pelepah,

Rhizoctonia solani, penyakit-penyakit virus

yaitu kerdil rumput, kerdil hampa dan

tungro.

Spesies tertentu OPT tersebut

mempunyai daerah pencar tertentu, misal-

nya wereng batang coklat, Nilaparvata

lugens sering terdapat menyerang tanaman

padi sawah, sedangkan padi ladang (gogo)

kadang-kadang mendapat serangan.

Spot hopperburn tidak akan terjadi seandainya petani rajin mengamati lahan sawahnya, dan petugas POPT tanggap melaporkan hasil pengamatannya. Gambar ini dimbil di

Kec. Lelea, Indramayu April 2012. (Foto: Urip SR)

Page 22: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

22

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

P HT merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam program perlindungan tanaman

di Indonesia yang secara resmi tercantum pada Inpres No.3/1986, UU No.12/1992

tentang system budidaya tanaman, dan PP No.6/1995 tentang perlindungan tanaman.

Kebijakan PHT mulai berkembang sebagai koreksi terhadap usaha pengendalian hama

secara konvensional yang mengutamakan penggunaan pestisida secara tidak tepat dan ber-

lebihan. Cara ini selain meningkatkan biaya produksi juga mengakibatkan dampak

samping yang merugikan lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Penggunaan

pestisida berspektrum luas mengakibatkan timbulnya resistensi hama, resurjensi, dan

ledakan hama sekunder, serta tercemarnya lingkungan hidup.

Untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pengendalian, serta untuk mem-

batasi pencemaran lingkungan maka ke-

bijakan pengendalian secara konvensional

diubah menjadi kebijakan pengendalian ha-

ma berdasarkan pada prinsip PHT.

PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara

berpikir tentang pengendalian OPT yang

didasarkan pada pertimbangan ekologi dan

ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem

yang berwawasan lingkungan dan berke-

lanjutan.

Sasaran PHT adalah produktivitas

pertanian mantap, penghasilan dan kese-

jahteraan petani meningkat, populasi OPT

dan kerusakan tanaman tetap berada pada

aras yang secara ekonomis tidak merugikan,

dan pengurangan resiko pencemaran ling-

kungan akibat penggunaan pestisida.

Sedangkan strategi PHT adalah

memadukan semua teknik atau metode

pengendalian OPT yang kompatibel. Teknik

atau metode pengendalian yang dapat di-

manfaatkan antara lain sebagai berikut:

Pemanfaatan pengendalian alami dengan

mengurangi tindakan-tindakan yang

dapat merugikan atau mematikan

perkembangan musuh alami.

Pengelolaan ekosistem melalui usaha

bercocok tanam, bertujuan untuk

membuat lingkungan tanaman menjadi

kurang sesuai bagi perkembangan OPT

serta mendorong berfungsinya agens

hayati. Beberapa teknik bercocok tanam

antara lain: 1) penanaman varietas tahan,

2) penanaman benih sehat dan bermutu,

3) pergiliran tanaman dan pergiliran va-

rietas, 4) sanitasi, 5) pengaturan waktu

tanam, 6) penanaman tanaman

perangkap, 7) pengaturan jarak tanam, 8)

tumpang sari, 9) pengelolaan tanah dan

air, 10) pemupukan berimbang sesuai

dengan kebutuhan tanaman.(BP)***

STRATEGI PENERAPAN

PHT

Page 23: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

23

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

P emerintah mencanangkan program peningkatan produksi beras melalui program

P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). Dalam pencapaian target tersebut,

banyak kendala yang dihadapi dan salah satunya adalah adanya penyakit tanaman.

Penyakit tanaman padi yang dominan di Kabupaten Tulangbawang Barat, Provinsi

Lampung yaitu diantaranya penyakit Blas (Pyricularia grisea (Cooke) Sacc.), penyakit

Bercak Bergaris (Cercospora oryzae I. Miyake) dan penyakit Busuk Pelepah (Sarocladium

oryzae Sawada).

Pengendalian yang biasa dilakukan petani adalah dengan menggunakan fungisida

sintetik. Namun dampak negatif dari pemakaian yang tidak bijaksana dapat menyebabkan

kematian organisme bukan sasaran dan dampak lainnya terhadap lingkungan.

Corynebacterium merupakan salah satu agens antagonis hasil temuan Balai Besar Peramalan

Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) dan telah terbukti efektivitasnya terhadap

berbagai penyakit tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura, seperti

penyakit layu bakteri pada pisang, layu bakteri pada kacang tanah, hawar daun pada kentang

dan hawar daun pada jagung. Selain itu hasil kajian lapang oleh BBPOPT pada tingkat

petakan yang dilakukan pada tahun 2010 di Kab. Cianjur menunjukkan bahwa agens

antagonis mampu menekan perkembangan penyakit tanaman padi, terutama penyakit busuk

Berdasarkan hasil kajian yang

dilaksanakan di Desa Mulyajaya, Kecamatan

Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang

Bawang Barat, Provinsi Lampung pada bulan

April 2011 sampai dengan bulan Agustus

2011, bahwa secara visual pengaruh

corynebacterium terhadap penyakit utama

tanaman padi di daerah tersebut

menunjukkan hasil yang baik dalam

penekanan dan penghambatan perkembangan

penyakit (Gambar 1).

Perkembangan penyakit bercak

bergaris dan leafblast muncul pada umur 2

MST. Gejala penyakit bercak bergaris berupa

bercak pada daun dengan bentuk garis,

pendek dan berwarna coklat, sedangkan

penyakit leafblast dengan gejala pada daun

terbentuk bercak-bercak jorong dengan ujung

meruncing (Gambar 2).

Gambar 1. A Hamparan tanpa aplikasi agens antagonis corynebacyenebacterium. B. Hamparan dengan aplikasi agens coryne-bacterium

A B

A B Gambar 2. A. Gejala penyakit leafblast

B. Gejala penyakit bercak bergaris

PENGARUH CORYNEBACTERIUM TERHADAP PENYAKIT UTAMA PADI

Page 24: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

24

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Kemunculan geja la penyakit

neckblast terlihat pada leher malai yang

ditunjukkan dengan warna coklat keabuan

pada pangkal leher malai, daerah dekat

leher malai berwarna coklat, juga semua

cabang dan ranting menunjukan gejala

pengeringan, sedangkan gejala akibat

penyakit busuk pelepah berupa pelepah

yang membungkus malai muda membusuk

dengan bercak berbentuk bulat atau kadang

-kadang tidak beraturan (Gambar 3).

Gambar 3. A. Gejala penyakit neckblast B. Gejala penyakit busuk pelepah

Kemunculan penyakit neckblast

pada perlakuan aplikasi agen antagonis

corynebacterium terjadi pada umur 8 MST,

sedangkan pada kontrol mulai muncul pada

umur 6 MST. Hal tersebut menunjukkan

bahwa corynebacterium mampu

menghambat kemunculan penyakit

neckblast. Kemunculan penyakit-penyakit

tersebut menunjukkan bahwa agens

antagonis mampu menekan perkembangan

penyakit neckblast sebesar 94,52% dan

penyakit busuk pelepah sebesar 55,97%.

Tingkat intensitas penyakit juga

dapat mempengaruhi tinggi rendahnya ke-

hilangan hasil. Hal ini terbukti dengan per-

sentase kehilangan hasil dengan perlakuan

corynebacterium lebih rendah dibanding-

kan dengan perlakuan kontrol yaitu sebesar

30,54%. Hal ini mengindikasikan bahwa

aplikasi agens antagonis corynebacterium

yang dilakukan secara optimal dapat

mengurangi kehilangan hasil hingga

27,25%. (Umi Kulsum)***

Epidemiologi Penyakit Blas (Pyricularia

grisea)

Pada daun timbul bercak oval atau

elips, kedua ujung-ujungnya meruncing

mirip belah ketupat. Gejala dapat pula

muncul pada buku, malai dan gabah.

Stadia kritis tanaman terjadi mulai umur 1

bulan (padi gogo), anakan maksimum,

bunting dan awal berbunga.

Pembentukan konidia selama 14 hari,

puncaknya pada 3-8 hari setelah bercak

muncul. Pembentukan spora pada

kelembaban 89-90%. Spora dapat bertahan

pada sisa jerami dan gabah kurang lebih 1

tahun dan miselia 3 tahun pada suhu kamar.

Epidemiologi Penyakit Bercak coklat

bergaris (Cercospora oryzae)

Gejala pada daun timbul bercak

sempit dan berwarna coklat kemerah-

merahan yang sejajar dengan tulang daun.

Bercak tersebut makin ketepi daun warna

makin pucat. Pada varietas rentan, warna

daun makin pucat. Pada varietas tahan,

bercak lebih besar dengan pusat bercak yang

lebih kecil dan berwarna terang.

Epidemiologi Penyakit Busuk Pelepah

(Sarocladium oryzae)

Gejala awal terlihat dari bercak bulat

atau oval pada pelepah yang berukuran 0.5

cm s/d 1.5 cm, warna abu-abu di bagian

tengah dan coklat abu dipinggirnya. Bercak

dapat melebar menutupi seluruh permukaan

pelepah daun, mengakibatkan malai tidak

muncul atau muncul sebagian. Infeksi busuk

pelepah dapat terjadi dalam satu rumpun,

yang mengakibatkan tanaman kerdil dan

sebagian besar bulir hampa.

Berdasarkan nilai AUDPC, perlakuan

dengan aplikasi agens antagonis

corynebacterium menunjukkan nilai lebih

rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa

aplikasi corynebacterium. Hal ini

menunjukkan bahwa agens antagonis mampu

menekan penyakit leafblast hingga 56,24%

dan penyakit bercak bergaris dapat ditekan

dengan penekanan sebesar 63,02%.

Page 25: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

25

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

D alam sebuah diskusi di Saung Meeting ditengah sawah, ada pertanyaan dari salah

seorang anggota kelompok tani yang menanyakan perbedaan makna kalimat

“Pembrantasan” dan “Pengendalian”, pertanyaan spontan ini harus dijawab secara

gamblang agar keingintahuan mereka segera terpuaskan. Dalam hati kecilku perbincangan

ini sangat menarik untuk dijadikan bahan “Topik Utama”, maka dengan metode kepe-

manduan tanpa sulit jawaban itu keluar dari peserta diskusi, tentu saja dengan teknik-teknik

kepemanduan mereka kita arahkan, hasilnya sungguh luar biasa menjadi diskusi yang

menarik dan hidup.

Pengendalian dulu diartikan dengan

pembrantasan, maunya setiap ada hama

apapun ingin terus dibrantas, dimusnahkan,

tanpa tahu apakah binatang tersebut

sebetulnya memang benar-benar hama atau

sebenarnya binatang yang bermanfaat

(yang dikenal dengan musuh alami hama-

kawan petani. Semakin adanya kesadaran

perlunya kelestarian lingkungan (termasuk

di dalamnya kelestarian binatang, mes-

kipun termasuk).

Istilah pembrantasan kemudian berubah

menjadi pengendalian, yang mengandung

arti bahwa kita hanya menekan populasi

(jumlah) binatang tersebut yang berada di

lahan ke posisi tidak merugikan sehingga

ada istilah ambang pengendalian.

Tidak membrantas sampai tuntas, karena kita

yakin diluar kodratnya sebagai hama, pasti

ada manfaat lain yang baik.

Untuk memposisikan populasi binatang terse-

but tidak mesti menggunakan pestisida.

Pengendalian bisa dilaksanakan sejak awal

dan tidak harus keluar dana khusus, karena

pelaksanaannya bisa ikut dengan kegiatan

usaha tani lain.

Pengendalian hama, dalam hal ini

mempunyai arti yang luas, yaitu suatu usaha

dengan berbagai cara agar keadaan hama di

lahan tidak menimbulkan kerugian secara

ekonomi.

Page 26: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

26

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Membuat sendiri alat dan bahan belajar,

yang meliputi koleksi serangga, “Kebun

Serangga” , percobaan lapangan, poster,

dan catatan pengamatan lapangan.

Menciptakan dan menggunakan perangkat

analisis berupa bagan analisis agro-

ekosistem mingguan yang dibuat dengan

krayon diatas kertas plano dan contoh

hidup untuk melakukan analisis SWOT,

untuk mengembangkan rencana tindakan

selanjutnya.

Memecahkan permasalahan dan mengam-

bil keputusan : petani PHT belajar untuk

mengelola program mereka sendiri dan

mengadakan serta menjalankan kegiatan

belajar dan percobaan yang makin

kompleks.

Membangun organisasi petani yang lebih

kuat dengan cara mempelajari ketrampilan

dalam bidang kepemimpinan, komunikasi,

dan manajemen yang akan berguna di ma-

sa-masa berikutnya setelah sekolah lapan-

gan selesai.

Perjalanan peliputan kegiatan sekolah

lapangan di Kabupaten, Subang, Sumedang

dan Kabupaten Cilacap semua mengadopsi

cara-cara sekolah lapangan PHT karena

metode ini terbukti berhasil sehingga telah

diadopsi oleh berbagai kegiatan penyuluhan

pertanian, dan “diekspor” ke berbagai Negara

di Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Sekolah lapangan PHT

menghidupkan kembali sistem penyuluhan

dan jaringan kelompok petani yang ada

melalui pengorganisasian dan pelaksanaan

SLPHT. Dengan rancangan sekolah tanpa

dinding”, sekolah lapangan petani ini

melakukan pertemuan mingguan sebanyak

12 kali selama satu musim tanam penuh,

mulai dari tanam hingga panen. Setiap

sekolah lapangan memiliki 1000 meter

persegi “Petak Belajar”, yang terdiri dari 2

petak perbandingan, yaitu petak perlakuan

petani dan petak PHT. Setiap minggu,

petani mempraktekan analisa agro-

ekosistem yang mencakup kesehatan tana-

man, pengelolaan air, kondisi cuaca, gul-

ma, pengamatan penyakit, serta penga-

matan dan pengumpulan serangga hama

dan serangga berguna. Petani menyim-

pulkan hasil pengamatannya sesuai

dengan pengalaman mereka, mereka

menggunakan analisa agro-ekosistem un-

tuk membuat keputusan pengelolaan lahan

dan mengembangkan cara pandang ten-

tang proses ekologis yang seimbang.

Petugas sebagai fasilitator mem-

berikan kesempatan kepada petani untuk

menjadi ahli yang aktif, dan membantu

mereka untuk mengungkapkan dan

menganalisa pengalaman mereka sendiri.

Selama proses tersebut, para petani

diharapkan mampu, antara lain :

Page 27: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

27

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Pengendalian bisa dilaksanakan

sambil mengolah tanah, yaitu mem-

bersihkan sisa tanaman, singgang, turiang,

semak untuk mengurangi sumber penyakit

atau tempat hidup hama (tikus), kemudian

pada saat panen memotong batang padi

serendah mungkin, karena batang padi

bagian bawah merupakan tempat bertahan

hidup larva/pupa penggerek batang padi

(PBP).

Menyemai pun bisa sekaligus

mengendalikan hama, yaitu dengan cara

menyemai saat penerbangan serangga

pertama sudah terjadi (biasanya hujan

sebanyak 50 mm dalam 10 hari bisa

mengaktifkan beberapa serangga). Me-

nyemai secara berkelompok dan bila perlu

dipagar plastik dan bubu, bisa memu-

dahkan pengendalian tikus, dengan sistem

semai kelompok biaya yang dikeluarkan

juga relatif lebih murah, tidak kalah pent-

ing khusus daerah endemis OPT tertentu,

misalnya Wereng Batang Coklat (WBC),

varietaspun perlu dicarikan yang tahan,

karena dengan varietas tahan, WBC terse-

but akan terhambat dalam perkem-

bangannya.

Mulai di persemaian, kalau

ditemukan telur PBP harus diambil

(gampang dilihat dan diambil) masukkan

kantong plastik, atau kalau ada yang terke-

na tungro lakukan pencabutan rumpun

(eradikasi selektif). Kalau pada tahap

awal ini sudah dikendalikan maka OPT

tidak berkembang sampai pada saat nanti

ada tanaman muda.

Di persemaian menyemprot tidak di-

perbolehkan , khususnya di daerah endemis

OPT padi, tetapi jangan memakai pestisida

kimia, pakai saja dulu “agens hayati” yang

sekarang sudah bisa kita buat sendiri dijamin

murah dan aman. Gunakan Metarizium,

Beauveria bassiana di daerah rawan WBC,

tungro (untuk mengendalikan vektornya

Wereng Daun Hijau). Pada akhirnya bisa ju-

ga digunakan pestisida kimia secara selektif

(tidak menyeluruh) sehingga penggunaan

akan sedikit, dampak negatif akan berkurang.

1 Tanam serentak dalam hamparan yang

sama (artinya waktu tanam pertama

dan terakhir, tidak boleh melebihi

waktu selama 2 minggu) karena dengan

sistem ini nantinya mampu menekan kesem-

patan hidup hama.

2 Jarak tanam juga bisa membantu

mengurangi perkembangan hama,

sistem tandur jajar legowo akan me-

nyebabkan sinar matahari banyak diterima

tanaman sampai bagian bawah batang,

sehingga kelembaban udara (sekitar tanaman)

rendah dan akan kurang mendukung bagi

perkembangan hama. Keadaan ini juga

memudahkan petani untuk memudahkan

perawatan.

Berbagai bentuk rekayasa tadi meru-

pakan bagian strategi dalam PHT yaitu

melakukan pengelolaan ekosistem melalui

usaha bercocok tanam bertujuan untuk mem-

buat lingkungan tanaman menjadi kurang

sesuai bagi perkembangan OPT, serta men-

dorong berfungsinya musuh alami, strategi

lain menggunakan teknik atau metode pen-

gendalian seperti pemanfaatan pengendalian

alami, pengendalian fisik mekanik, kemudi-

an pestisida secara bijaksana dengan

melaksanakan prinsip tepat jenis, mutu, wak-

tu, cara, sasaran, dosis dan konsentrasi.

Page 28: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

28

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Langkah awal agar petani dapat

melakukan pengendalian yang tepat

sasaran serta hemat biaya, sekaligus mem-

posisikan bahwa pengendalian itu tidak

ditempatkan paling belakang, diperlukan

langkah strategis yang kita kenal dengan

istilah “pre-emtif” yaitu suatu usaha

pengendalian yang bisa dilakukan oleh

petani berdasarkan informasi keadaan

OPT pada musim-musim sebelumnya

informasi tersebut tentunya diperoleh dari

hasil pengamatan rutin dilanjutkan dengan

Peramalan (saat ini masih dilaksanakan

oleh POPT, nantinya diharapkan petani

bisa melaksanakan sendiri) langkah

pengendalian tersebut misalnya dengan

cara memundurkan/memajukan waktu

tanam, penggunaan varietas toleran/tahan,

tanam serempak, rotasi tanaman/varietas,

sanitasi, tumpang sari dan inokulasi musuh

alami. Kemudian apabila dari usaha awal

tadi ternyata masih terjadi perkembangan

serangan OPT, maka dilakukan pengen-

dalian, istilahnya “responsif atau kuratif”,

pengendalian yang dilakukan apabila ada

serangan “respon” tersebut harus berdasar-

kan hasil pengamatan, baik terhadap

tingkat serangan (intensitas dan populasi)

serta keadaan ekosistem, seperti musuh

alami. Cara pengendaliannyapun juga

berbagai macam, bias fisik mekanik,

pemanfaatan pestisida nabati, agens hayati

atau terakhir terpaksa menggunakan

pestisida kimia.

(BP)***

Pengamatan rutin saat ini dilakukan oleh POPT, nantinya diharapkan petani bisa melaksanakan sendiri di lahannya masing-masing. (Foto: Dok Indok)

Petani diajak mengamati bareng agar dapat melakukan pengendalian yang tepat sasaran dan hemat biaya. (Foto Urip SR)

Langkah pengendalian bisa dilakukan dengan cara memundur-kan atau memajukan waktu tanam. (Foto Urip SR)

Page 29: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

29

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

S erangan Organisme pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu resiko da-

lam budidaya tanaman pangan. Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya keru-

gian ekonomis karena OPT, antara lain kompleksnya jenis OPT dan teknologi pen-

gendalian OPT belum memadai. Selain itu, pengetahuan petani tentang dasar pengendalian

OPT masih terbatas.

Disadari bahwa terbatasnya pengetahuan petugas dan petani maka diperlukan upaya dalam

peningkatan pengetahuan, salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui “Pertemuan

Koordinasi Teknis Perlindungan Tanaman Pangan” yang dilaksanakan di Instalasi PPOPT

Indramayu (27/03). Dalam pembekalan tersebut hadir unsur Pembina perlindungan tana-

man pangan antara lain Direktorat Perlindungan Tanaman (DITLIN TP), Balai Besar Pera-

malan OPT (BBPOPT) Jatisari, Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, Balai Proteksi Tana-

man Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Barat, dan Instalasi PPOPT Wilayah III serta

seluruh ujung tombak perlindungan tanaman (POPT) se wilayah III (Indramayu, Cirebon,

Kuningan dan Majalengka).

Agenda rutin pertemuan koordinasi

teknis diselenggarakan setiap tiga bulan

sekali diseluruh wilayah kerja BPTPH Jawa

Barat secara bergantian. Acara membahas

program kerja Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan dalam rangka pengamanan produksi

beras nasional melalui P2BN. Dalam

sambutannya Kepala BBPOPT Sarsito

Wahono Gaib Subroto menegaskan bahwa

pertemuan seperti diharapkan mampu mem-

pererat tali silahturahmi.

Page 30: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

30

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Disamping itu sebagai wahana untuk

penyegaran kepada petugas lapang (POPT)

mengingat peran penting POPT sebagai

ujung tombak yang senantiasa melaporkan

hasil pengamatan dilapangan untuk me-

nyusun rencana operasional perlindungan

tanaman, tindakan korektif, penyempurnaan

kegiatan pengamatan (lebih intensif), dan

penyediaan sarana pengendalian. Oleh kare-

na itu, laporan tersebut perlu dibuat sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan dan

segera dikirim ke instansi yang memer-

lukannya secara periodik. Sesuai dengan ke-

bijakan perlindungan tanaman pangan dan

pembagian wewenang dalam struktur

organisasi yang berlaku, Laporan

perlindungan tanaman disampaikan oleh

POPT-PHP kepada mantra Tani (Mantan)

dan instansi vertical diatasnya. POPT-PHP

bersama Penyuluh Pertanian menyuluhkan

dan menyebarluaskan informasi kepada

petani sebagai dasar pengambilan keputusan

Kelompok Tani, dan membina petani

melaksanakan pengendalian. Instansi verti-

cal diatasnya menggunakan laporan tersebut

sebagai bahan evaluasi keadaan serangan,

kemampuan petugas membimbing petani da-

lam pengendalian, merencanakan bimbingan

dan bantuan, serta menyususn laporan

perlindungan tanaman pangan di wilayah

kerjanya.

Diakhir sambutannya kepala

BBPOPT mengetes salah satu POPT-PHP

dari Kecamatan Juntinyuat tentang jumlah

SL-PTT/PHT yang ada didaerahnya.

Dengan lantang mereka menjawab

serentak, “Ada 24 Pak.” teriaknya keras.

Seperti biasa diakhir sambutannya kepala

BBPOPT menyelipkan petatah-petitih se-

bagai bekal untuk petugas lapang.

Mencari penyebab utama

Sebelum melakukan pengendalian,

tindakan yang pertama kali adalah mencari

penyebab utama timbulnya gangguan pada

tanaman, dengan cara memperhatikan

gejala yang tampak. Misalnya, tanaman

mengalami gejala layu, penyebabnya

mungkin karena bakteri, nematoda,

cendawan, serangga penggerek akar, atau

hanya kekurangan air saja. Jika sudah

diketahui dengan pasti gejala dan penyebab

timbulnya gangguan pada tanaman, maka

kita akan lebih mudah melaksanakan alter-

natif pengendalian, dan pengendalian yang

kita lakukan tidak sia-sia. Contohnya jika

tanaman layu disebabkan serangan

cendawan, maka kita menyemprotkan fun-

gisida yang sesuai. Tetapi jika gejala layu

disebabkan serangan bakteri, dan kita me-

nyemprotkan fungisida, maka tindakan kita

akan sia-sia.

Peserta rapat sangat antusias mendengarkan sambutan dari Kepala BBPOPT seputar tupoksi POPT-PHP, peserta

meluber sampai ruang lobi instalasi PPOPT Indramayu. (Foto: Urip SR)

Sebelum melakukan pengendalian, tindakan yang pertama kali adalah mencari penyebab utama timbulnya gangguan pada tanaman, seperti yang dilakukan oleh

para POPT ini. (Foto. Urip SR)

Page 31: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

31

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Tindakan terbaik adalah pencegahan

Jika sudah diketahui gejala awal

suatu serangan pathogen/hama, tindakan

terbaik yaitu mencegah agar pathogen/

hama tidak menyebar ke bagian tanaman

lain, atau ke seluruh areal pertanaman.

Kita lebih baik memangkas satu pelepah

daun atau sebagian ranting tanaman yang

terserang, daripada seluruh tanaman itu ma-

ti. Kita juga lebih senang mencabut satu

atau dua tanaman sakit, daripada satu petak

atau satu hektar tanaman mati semua.

Bagaimana gejala awal dari suatu tanaman

yang terserang hama, cendawan, nematode,

virus, bakteri atau karena gangguan ling-

kungan akan diuraikan pada bab-bab beri-

kutnya.

Merawat tanaman secara benar

Tanaman yang dirawat secara baik

dan benar, jarang terserang hama/patogen.

Tanaman akan mengadakan penyembuhan

yang cepat terhadap serangan pathogen,

jika kesehatan dan vigor tanaman cukup

baik. Merawat tanaman yang baik meliputi

kegiatan-kegiatan pemupukan yang

seimbang, pengairan, penyiangan, dan

sebagainya.

Ada pepatah mengatakan: Pupuk yang

terbaik bagi tanaman adalah telapak kaki

anda. Maksudnya adalah : sering-

seringlah menengok, mengamati, dan men-

eliti tanaman yang baru ditanam.

Dengan begitu, kita akan cepat tahu

keadaan tanaman tersebut, apakah keku-

rangan pupuk, kelebihan air, tercemar her-

bisida (racun gulma), terkena polusi gas

pabrik dan sebagainya. Jika kita menanam

suatu tanaman, kemudian ditinggalkan be-

gitu saja beberapa minggu atau beberapa

bulan mungkin tanaman tersebut sudah

musnah diserang gajah, diserang babi hu-

tan, kutu loncat, atau wereng batang

coklat. Oleh sebab itu manjakanlah tana-

man anda, suatu saat anda pun akan di-

manjakan oleh tanaman.

([email protected])***

Page 32: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

32

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

B agi warga Desa Cikaramas, Kecamatan Tanjungmedar Sumedang, nama Akap

Sulaiman sudah tak asing lagi. Lelaki yang masih tegap di usianya yang menginjak

70 tahun itu selalu menimba ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertanian

terutama pertanian organik. Dirumahnya yang asri bersebelahan dengan hamparan sawah

miliknya, terdapat kandang domba dan kelinci , juga empang (kolam ikan) untuk memenuhi

kebutuhan dapurnya. Kebun ditanami berbagai jenis tanaman obat, baik sebagai obat untuk

manusia maupun untuk keperluan pembuatan pestisida nabati. Ketekunan dan semangat

hidupnya menjadikan kelompok tani “Bina Warga” yang diketuainya menjadi tempat ber-

tanya bagi warga tani dilingkungannya. Diujung usianya semangat hidupnya patut menjadi

tauladan bagi yang muda.

Dirumahnya yang terletak dipinggir jalan

raya, saat ditemui penulis beliau menuturkan

bahwa kemajuan suatu kelompok tani ter-

gantung dari sang ketua, kriteria seorang ket-

ua menurutnya harus bisa menyempatkan

waktu, benar dalam mengambil keputusan

untuk kemajuan anggotanya, dan pinter, yang

terakhir ini adalah pinter memimpin ada jiwa

leadership sehingga dipercaya seluruh

anggotanya. Kalau kriteria tersebut dipenuhi

Insya Allah Kelompok Tani akan maju dan

berkesinambungan.

Tak heran dirumahnya sering dijadi-

kan posko atau tempat penyuluhan bagi para

petugas seperti POPT-PHP, dan PPL. Pelati-

han-pelatihan secara swadaya juga sering

dilakukan di sekretariat Keltan “Bina Warga”

ini.

Page 33: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

33

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Konsep pertanian terpadu yang ia

rintis seperti lahan sawah, Kandang kamb-

ing, dan kolam ikan yang ia bangun di seki-

tar lahan sawahnya yang tak jauh dari ru-

mahnya merupakan sarana belajar untuk pa-

ra anggota Kelompok Tani yang sebagian

anggotanya didominasi oleh ibu-ibu.

Menurutnya kemajuan pertanian dan

kemakmuran petani bisa menjadi magnet

bagi masyarakat sekitarnya untuk terjun

menjadi petani.

Tanpa harus pergi ke kota yang tidak me-

nyediakan lapangan kerja bagi mereka.

Obrolan siang itu begitu penuh keakraban

dan mengalir lancar, setiap pertanyaan selalu

dijawab dengan guyon dan santai, maklum

saja beliau adalah pensiunan penilik sekolah

sehingga dalam bertutur kata sangat pas dan

santun.

Menurutnya melalui kelompok tani

yang maju bisa menjadi salah satu cara

untuk menghentikan maraknya kepindahan

penduduk dari desa ke kota. Dengan mem-

perbaiki prasarana pertanian dan memper-

baiki upah buruh tani yang sesuai, niscaya

arus urbanisasi dapat ditekan.

Hal ini telah terbukti di beberapa daerah

transmigran yang pertaniannya berhasil.

Masyarakat sekitar daerah transmigrasi,

mulai tertarik menerjuni dunia pertanian,

setelah melihat keberhasilan para transmi-

gran.

Adanya Keltan seperti Binawarga diharap-

kan mampu menjadi magnit bagi generasi

muda di kampung untuk lebih mencintai

dunia pertanian, sehingga mampu mengubah

wajah pertanian kita menjadi lebih menarik

untuk digeluti.

Sebagai penutup obrolan siang itu,

beliau berpesan khususnya kepada

pemerintah untuk memperhatikan nasib

petani dengan cara membangun infra-

struktur yang baik. Selain tentu saja pasar

yang menjamin komoditas pertanian bisa

terjual dengan harga yang stabil. Kalau itu

tercapai, maka ketahanan pangan yang kita

idamkan pasti dapat tercapai. Semoga..!

(USR)*** Sarana belajar Keltan Binawarga, meliputi budidaya ikan

air tawar, pembuatan pesnab, pengamatan agroekosistem sawah. (Foto: Ade Roni K)

Page 34: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

34

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

GA MAU KALAH

T iga orang tengah terdiam menikmati

kehangatan sauna, yaitu orang dari

Amerika, Jepang dan Indonesia.

Keheningan didalam ruangan sauna

dipecahkan oleh bunyi, Bip,...bip,....bip...

Orang Amerika membuka telapak tangan

kirinya, dan membaca tulisan yang tertulis

ditelapak tangannya itu. Dua rekan se 'sauna'

nya dengan kagum melihat tulisan yang

muncul ditelapak tangan orang Amerika ter-

sebut.

"Oh, telapak tangan saya telah ditanamkan

chips, saya dapat langsung menerima pesan

SMS tanpa alat , SMS nya langung tampil

ditelapak tangan saya,..." ujar si Amerika

ketika melihat kedua rekannya bengong.

Sesaat kemudian terdengar dering

telepon, orang Jepang mengangkat tangan

kanannya, jempol didekatkan ke telinga

sedangkan jari kelingking kebibirnya, "Oh

maaf, saya terima telepon dulu, tangan saya

sudah berisi chips, saya dapat menerima dan

berbicara melalui 2 jari saya tanpa

menggunakan HP" kata si Jepang.

Melihat semua itu, orang Indonesia

mulai gugup, Apa yang bisa saya tunjukkan

untuk mengalahkan orang orang ini? pikirn-

ya.

Karena stress, keinginannya untuk

buang air besar tidak tertahankan lagi.

Usai buang air, dia kembali lagi ke ruang

sauna, tetapi karena tidak biasa membasuh

bokongnya dengan kertas toilet, seuntai

kertas toilet masih berjuntai di belahan

bokongnya.

Dengan keheranan orang Jepang dan

orang Amerika menunjuk ke untaian kertas

'sisa' tsb dan berkata: "Kertas apa itu yang

tergantung dibokong anda...?"

"Oh maaf, saya baru terima Fax.." jawab

orang Indonesia tersebut.(lokerseni)***

DIALOG TARZAN DAN MONYET

S uatu hari dihutan rimba,

Monyet: "Tarzan..., kenapa sih

engkau saja yang pakai celana?

Kami semua tak pakai. Ada rahasia apa

sih?”.

Tarzan: "Nggak ada rahasia-rahasian!"

Monyet: "Kita kan berkawan baik. Masak

sama kita saja ada rahasia?"

Tarzan: "Aku bilang nggak ada..., ya nggak

ada!"

Monyet sungguh enggak puas dengan jawa-

ban Tarzan. Jadi dia pun ajak kawan-kawan

dia ke pondok Tarzan dan mengintai untuk

mencari rahasia Tarzan.

Seperti biasa, sebelum mandi Tarzan mesti

buka celananya (itulah satu²nya celana dia).

Begitu lihat Tarzan yang bugil monyet-

monyet pun ketawa sampai sakit perut.

Monyet berkata, "Pantesan saja dia pakai

celana. Rupanya dia malu, sebab ekor dia

ada di depan, pendek dan buntet lagi!!!"

(www.lokerseni.web.id)***

Trio Macan sedang mandi, sambil berdendang lagu “Iwak Peyek Nasi Jagung”. (Foto: ceritalucu.blogspot.com)

Page 35: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

35

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

DENGAN BUAH PICUNG/KLUWEK

P icung atawa Kluwak Dikenal sebagai bahan makanan populer di Indonesia , ternyata

juga bisa sebagai bahan pestisida nabati. Orang Jawa menyebutnya kluwak atau

kluwek. Orang Manado menyebutnya pangi. Bahasa botaninya disebut Pangium

edule Reinw, dari famili Flacourtiaceae. Buah ini sering dipakai untuk bumbu masak, di

antaranya untuk rawon. Selain untuk bumbu masakan ternyata buah picung/kluwek dapat

juga dimanfaatkan untuk mengendalikan walang sangit (Leptocorisa acuta) hama yang suka

menghisap biji padi pada fase masak susu menyebabkan biji padi menjadi hampa.

Bagaimana caranya?

Nah berikut cara mengendalikan wa-

lang sangit dengan buah picung caranya ada-

lah dengan mengambil dan meremas bagian

dalam kulit buah picung yang lunak sampai

hancur , kemudian direndam air selama

sehari semalam (24 jam). Hasil rendaman

kulit buah picung tersebut disaring dan

dilarutkan dalam 10 liter air untuk digunakan

menyemprot walang sangit. Untuk memper-

mudah penyemprotan dan menghemat, sebe-

lumnya walang sangit dipancing untuk

berkumpul dengan menggunakan bangkai

kepiting atau keong mas yang diletakkan di

pematang sekitar petakan sawah.

Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada

sore hari saat walang sangit sudah terkumpul

banyak.

Pestisida nabati ini mudah terurai

(Bio-degradable) di alam sehingga tidak

mencemari lingkungan dan relative aman

bagi manusia dan ternak peliharaan karena

residu mudah hilang.

Buah picung mentah sangat beracun karena

mengandung asam sianida dalam konsentrasi

tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu

menyebabkan pusing (mabuk).Racun pada

biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk

mata panah. Biji ini aman diolah untuk ma-

kanan bila telah direbus dan direndam ter-

lebih dahulu. Selamat Mencoba…! (BP)***

Buah picung mentah mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi (Foto: Urip SR)

Walang sangit hama padi yang menghisap bulir padi kabur oleh semprotan ekstrak buah picung

(Foto: Internet)

Page 36: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

36

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

T umbuhan yang tumbuh subur di

hutan, ladang atau pekarangan ini

tergolong menyukai pada tempat

yang panas dan termasuk perdu yang me-

manjat, serta bisa memiliki ketinggian hing-

ga 2,5 meter.

Dengan batang sebesar jari keling-

king dan berbintil rapat, tumbuhan ini terke-

nal memiliki rasa pahit yang teramat sangat.

Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa

nenek moyang menggunakannya sebagai

salah satu bahan obat. Berikut beberapa

penyakit yang bisa disembuhkan dengan

tanaman ini.

RHEUMATIK

Bahannya :

- 1 jari batang Brotowali

- 3 gelas air

- Madu secukupnya

Cara membuatnya : Cuci sampai bersih dan potong-potong

kemudian rebus hingga air tersisa sepa-

ruhnya. Setelah dingin, saring dan tam-

bahkan dengan Madu secukupnya. Minum

sehari 3 kali masing-masing 1/2 gelas.

Sumber:

(http://ww.ramuantradisional.com)***

DIABETES Bahannya :

- 2 genggam daun Sambiloto segar

- 2 genggam daun Kumis Kucing segar

- 3/4 jari batang Brotowali

- 3 gelas air

Cara membuatnya :

Cuci semua bahan dan potong-potong ba-

tang Brotowali, rebus hingga air tersisa 2

gelas. Saring dan minum setelah makan,

sehari 2 kali masing-masing segelas.

Sumber:

(http://ww.ramuantradisional.com)***

Tanaman Brotowali (Tinospora crispa L.Miers) sangat berkhasiat sebagai obat (Foto: Rachmadan.com)

Page 37: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

37

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Kepada Yth.

Pengasuh Klinik Tanaman

Di. Tempat

Beberapa minggu yang lalu saya

menanyakan mengenai Pupuk Hijau me-

lalui inbox di facebook BBPOPT, namun

belum ada balasan, saya memaklumi

kesibukan bapak-bapak pengelola, akhirnya

saya mengirim email via salah satu pegawai

yang saya kenal, alhamdulilah jawaban

cukup memuaskan dan saya berharap jawa-

ban tersebut di sharing di Majalah Perama-

lan OPT agar menambah pengetahuan bagi

yang lain. Terima kasih.

Hormat saya

Suwardi Mukhtar

Desa Karang Talok

Kec. Ampelgading - Pemalang

Jawab :

Bapak Suwardi di Pemalang terima kasih atas

atensinya terhadap semua bentuk publikasi

BBPOPT baik cetak maupun digitalnya. Salam

anda sudah kami sampaikan kepada pengasuh

facebook BBPOPT.

Pemanfaatan pupuk hijau dalam budidaya tana-

man telah dilakukan petani sejak lama, namun

keberadaannya mulai tersingkir sejak dimu-

lainya kegiatan intensifikasi pertanian yang

lebih banyak mengandalkan masukan energi

tinggi yang tidak terbarukan seperti pupuk

an-organic buatan pabrik.

Penggunaan pupuk an-organik menjadi

semakin meningkat seiring dengan ditemukann-

ya varietas unggul baru yang sangat respon-

sive terhadap pupuk tersebut. Penggunaan

pupuk an-organic ini memang secara mening-

katkan hasil pertanian. Namun disisi lain akibat

penggunaan pupuk ini dalam jangka panjang

telah menimbulkan permasalahan baru, yaitu

penurunan derajat kesuburan tanah dan pence-

maran lingkungan.

Page 38: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

38

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Yang termasuk tanaman jenis pupuk

hijau adalah orok-orok (Crotalaria juncea , C.

lanceolata, C. ochraleuca dan C. retusa. Tana-

man ini mudah tumbuh diberbagai jenis tanah

dan iklim. Tinggi tanaman mencapai 3 meter,

berbatang tegak, pertumbuhannya cepat, batang

bercabang-cabang, berdaun tunggal berbentuk

lonjong meruncing dengan panjang 4-10 cm,

berbunga kuning panjang 2,5 cm, berbuah dalam

bentuk polong ukuran 3 cm dan banyak

mengandung N.

Tanaman orok-orok seluas 1 hektar

menghasilkan biomassa 15-25 ton yang mampu

menambah unsure Nitrogen (N) maksimal

mencapai 113 kg urea buatan pabrik.

Cara Pemanfaatan

Tanaman orok-orok bila akan di-

manfaatkan sebagai pupuk tanaman benihnya

ditanam baik di lahan tanaman utama atau di

lahan kosong lainnya sekitar 1—atau 2 bulan

sebelum tanaman utama (padi, jagung, dll).

Cara pemanfaatannya sebagai pupuk, sebagai

berikut :

Langsung direbahkan dan dibenamkan da-

lam tanah, utamanya pada tanah sawah atau

pengolahan tanahnya menggunakan traktor.

Dicabut dan diletakkan pada alur-alur yang

sudah disiapkan, kemudian ditimbun dengan

tanah, utamanya tanah kering.

Dicabut, dipotong-potong kecil, ditebarkan

ke seluruh lahan lahan dan dinjak-injak.

Dicabut, dihamparkan disekeliling tanaman

pokok.

Nah, demikian jawaban dari kami, semoga

bermanfaat, mari kita galakkan go-organik.

Salam pedesaan. (Redaksi)***

Hal ini ditandai dengan tingkat produksi

yang melandai (leveling off) di berbagai tempat.

Sehingga harus dilakukan upaya untuk mengem-

balikan kesuburan tanah dengan cara

penggunaan pupuk organik. Pupuk organik

diketahui sebagai pembenah tanah yang lebih

baik dibanding pupuk an-organik.

Pupuk hijau sebagai salah satu jenis

pupuk organik dapat digunakan sebagai pem-

benah tanah. Penyebutan pupuk hijau karena

yang dimanfaatkan adalah hijauan, yaitu bagian-

bagian seperti daun, tangkai dan batang tanaman

tertentu yang masih muda.

Tanaman yang dikategorikan pupuk

hijau adalah tanaman yang berasosiasi dengan

bakteri penambat N di perakaran. Pada

umumnya tanaman Leguminoceae (polong-

polongan).

Adapun manfaat Pupuk Hijau sbb:

1 Sumber bahan organic, pupuk hijau ber-

peran dalam membangun dan memper-

tahankan kandungan bahan organik

da kesuburan tanah. Bahan organik akan

mendorong kehidupan mikroorganisme pengurai

maupun penambat Nitrogen, mencegah

pencucian unsur hara dan sebagai pemasok hara

Nitrogen (N), sulfur (S), dan posphat (P).

2 Sumber Nitrogen (N), melalui asosiasi

bakteri penambat N pada bintil-bintil

akar, akan meningkatkan hara N dalam

tanah, sehingga dapat memenuhi sebagian besar

kebutuhan N bagi tanaman budidaya.

3 Memperbaiki daur hara dan konservasi

tanah. Tanaman pupuk hijau yang be-

rakar dalam dapat membantu menaikkan

kembali hara yang telah tercuci kelapisan di

Pemakaian pupuk hijau orok-orok bisa langsung dipotong-potong kecil, ditebarkan ke seluruh lahan dan dinjak-injak

atau dihamparkan sekeliling tanaman budidaya. (Foto: Internet)

Page 39: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

39

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012

Seputar K ehidupan

dan

GERAKAN MELAWAN HA-MA WERENG COKLAT

Page 40: 47_Buletin Peramalan Edisi 2 2012

40

BULETIN PERAMALAN OPT

Vol.11, No.1, April 2012