260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

download 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

of 5

Transcript of 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

  • 8/19/2019 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

    1/8

    Maret 2016

    Analisis Kualitatif Bahan Baku Paracetamol Metode Konvensional

    Frederick Alexander

    Universitas Padjajaran, Fakultas Farmasi, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia

    Abstrak

    Paracetamol merupakan turunan senyawa sintesis dari p-aminofenol yang memberikan efek

    analgesia dan antipiretika. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur

    dan senyawa-senyawa secara efektif. Metode uji yang digunakan antara lain: uji organoleptis,

    uji kelarutan, susut pengeringan, dan uji warna. Hasil yang didapatkan sebagian besar bernilai

     positif yang menunjukkan bahwa sampel uji adalah sampel parasetamol. Hal ini dibuktikan

    dari kesamaan organoleptis; kelarutan sampel dengan etanol, aseton, dan NaOH; rendahnyakadar air; dan reaksi warna dengan reagen FeCl3, K2Cr 2O7, dan Liebermann. Hasil negatif

    hanya terlihat dari kelarutan sampel dengan air dan gliserol, serta uji warna dengan reagen

     Nessler.

    Kata kunci: parasetamol, analisis kualitatif, metode uji, dan positif.

    Qualitative Analysis of Raw Material Paracetamol by Conventional

    Methods

    Abstract

    Paracetamol is a synthetic compound derived from p-aminophenol which provide analgesia

    and antipiretics. Qualitative analysis aims to effectively identify the elements and

    compounds. Test methods used include: organoleptic test, solubility test, loss on drying andcolor test. The results obtained showed that the majority of the samples tested were positively

    samples of paracetamol. This is evidenced from the organoleptic similarities; the solubility of

    the sample with ethanol, acetone, and NaOH; low levels of water in sample; and the color

    reaction with a reagent FeCl3, K 2Cr 2O7, and Liebermann. Negative results are only visible on

    the solubility of the sample with water and glycerol, as well as a color test with Nessler

    reagent.

    Keywords: paracetamol, qualitative analysis, test methods, and positive. 

  • 8/19/2019 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

    2/8

    Maret 2016

    Pendahuluan

    Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa

    sakit/nyeri) dan antipiretik (penurun

     panas/demam) adalah obat yang paling

     banyak dikonsumsi masyarakat, karena

    obat ini dapat berkhasiat menyembuhkan

    demam, sakit kepala dan rasa nyeri.

    Umumnya obat yang bersifat analgesik

    dan antipiretik ini mengandung zat aktif

    yang disebut asetaminofen atau yang lebih

    dikenal dengan parasetamol.1  Paracetamol

    merupakan turunan senyawa sintesis dari

     p-aminofenol yang memberikan efek

    analgesia dan antipiretika. Senyawa ini

    dikenal dengan nama lain asetaminofen,

    merupakan senyawa metabolit aktif

    fenasetin, namun tidak memiliki sifat

    karsinogenik (menyebabkan kanker).

    Senyawa ini memilik nama kimia N-asetil-

     p-aminofenol atau p-asetamidofenol atau

    4’-hidroksiasetanilida.2  Parasetamol

    memiliki sebuah cincin benzena,

    tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan

    atom nitrogen dari gugus amida pada

     posisi para. Senyawa ini dapat disintesis

    dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan

    menggunakan asam sulfat dan natrium

    nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk

    apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan

    dengan senyawa asetat anhidrat.3 

    Analisis kualitatif merupakan suatu proses

    dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur

    kimia dalam cuplikan yang tidak di

    ketahui. Analisis kualitatif merupakan

    suatu cara yang paling efektif untuk

    mempelajari kimia dan unsur-unsur serta

    ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode

    analisis kualitatif, kita menggunakan

     beberapa pereaksi, di antaranya pereaksi

    golongan dan pereaksi spesifik. Analisis

    kualitatatif dapat digunakan untuk

    menganalisis reaksi-reaksi khusus senyawa

    yang mengandung C,H,N,O.5

    Metode

    Alat yang digunakan dalam praktikum ini

    antara lain: plat tetes, gelas kimia, pipet

    tetes, oven, penangas air, neraca analitik,

    tabung reaksi, dan rak tabung reaksi.

    Sedangkan bahan yang digunakan dalam

     praktikum antara lain: aseton, aquadest,

    etanol, gliserol, HCl, FeCl3, K 2Cr 2O7,

    reagen Liebermann, NaOH, reagen

     Nessler, dan paracetamol. Metode

     pengujian kualitatif yang dilakukan dalam

     praktikum adalah sbb:

  • 8/19/2019 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

    3/8

    Maret 2016

    Uji Organoleptis

    Sifat-sifat fisik paracetamol

    diamati dari mulai warna, bau,

    tekstur, dan rasa.

    Uji Kelarutan

    0,5 gr paracetamol dimasukkan

     pada 5 tabung reaksi yang berbeda.

    Pada tabung 1 dimasukkan 35 ml

    air; pada tabung 2 dimasukkan 3,5

    ml etanol; pada tabung 3

    dimasukkan 6,5 ml aseton; pada

    tabung 4 dimasukkan 20 ml

    gliserol; pada tabung 5 dimasukkan

    5 ml NaOH. Kemudian kelarutan

     paracetamol diamati pada setiap

    tabung reaksi.

    Susut Pengeringan

    Sebanyak 1 gr paracetamol

    dimasukkan ke dalam oven dengan

    suhu 105oC selama 1 jam. Lalu

     perubahan massa yang terjadi

    dihitung dan dibandingkan dengan

    standar.

    Uji Kualitatif dengan reagen FeCl3

    Sebanyak 100 mg parasetamol

    dilarutkan dalam 10 ml aquadest.

    Kemudian ditambahkan 0,05 ml

    FeCl3  kedalam larutan. Perubahan

    warna yang terjadi diamati.

    Uji Kualitatif dengan reagen

     Nessler

    Sebanyak 5 mg parasetamol

    dimasukkan kedalam tabung reaksi.

    Kemudian ditambahkan 1 tetes

    etanol dan pereagen Nessler.

    Perubahan warna yang terjadi

    diamati.

    Uji Kualitatif dengan reagen

    K 2Cr 2O7 

    Sebanyak 100 mg parasetamol

    dimasukkan dalam tabung reaksi

    dan ditambahkan 1 ml HCl.

    Kemudian didihkan selama 3 menit

    diatas penangas air dan

    ditambahkan 10 ml aquadest.

    Didinginkan. Lalu ditambahkan

    0,05 ml K 2Cr 2O7  0,1 N dan

     perubahan warna yang terjadi

    diamati.

    Uji Kualitatif dengan reagen

    Liebermann

    Sebanyak 5 mg parasetamol

    dilarutkan dengan 1 tetes etanol

    dan dimasukkan dalam tabung

    reaksi. Kemudian ditambahkan 2

    tetes reagen Lieberman. Perubahan

    warna yang terjadi diamati.

     

  • 8/19/2019 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

    4/8

    Maret 2016

    Hasil

    No Uji Hasil Foto

    1. OrganoleptisHablur putih, halus, tidak berbau,

    rasa pahit.

    2. Kelarutan

    Tidak larut dalam air

    Larut dalam etanol

    Larut dalam asetonLarut dalam NaOH

    Terdispersi dalam gliserol

    3.Susut

    Pengeringan

    Massa awal = 1,0021 gr

    Massa akhir 1,0010 gr

    Susut Pengeringan = 0,1%

    -

    4.Warna dengan

    FeCl3 Hasil positif. Warna biru pekat.

  • 8/19/2019 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

    5/8

    Maret 2016

    5.Warna dengan

     NesslerHasil negatif. Warna kuning. -

    6.Warna dengan

    K 2Cr 2O7 

    Hasil positif. Warna hijau pekat

    menuju kecoklatan.

    7.Warna dengan

    Liebermann

    Hasil positif. Warna pink-violet

    untuk PCT + Etanol + Liebermann.

    Warna coklat kehitaman untuk PCT

    + Liebermann

    Pembahasan

    Pada percobaan ini dilakukan pengujian

    kualitatif pada sampel bahan baku

     paracetamol. Uji kualitatif bertujuan untuk

    memastikan bahwa kriteria zat yang telah

    diuji sesuai dengan kriteria zat yang

    diharapkan. Kriteria-kriteria tersebut

    antara lain dapat berupa bentuk fisik,

    aroma, rasa, tekstur, kelarutan zat, susut

     pengeringan, dan kemampuan bereaksi

    dengan senyawa kimia lain.

    Dilihat dari struktur yang dimilikinya,

     paracetamol memiliki sebuah cincin

     benzena dengan gugus fenol (-OH) dan

    gugus amina sekunder (-NH) yang

    tersubtitusi pada posisi para. Gugus amina

    tersebut terhubung dengan gugus metil (-

  • 8/19/2019 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

    6/8

    Maret 2016

    CH3) dan gugus karboksilat (-CO). Hal ini

    membuat parasetamol memiliki rumus

    kimia C8H9NO2 dengan berat molekul

    151,163 gr/mol.

    Pengujian kualitatif pertama adalah

     pengujian organoleptis. Sampel

     parasetamol ditempatkan dalam kertas

     perkamen kemudian warna, rasa, bau, dan

     bentuknya diamati tanpa menggunakan

    alat bantu. Hasilnya serupa dengan

    literatur Farmakope Indonesia Ed. III,

    1979, bahwa parasetamol berbentuk hablur

    atau serbuk hablur, berwarna putih, tidak

     berbau, dan rasanya pahit. Pengujian

     berikutnya adalah pengujian kelarutan.

    Dalam pengujian ini, sampel parasetamol

    ditempatkan pada masing-masing tabung

    reaksi dengan berat sesuai perbandingan

     pada literatur. 100 mg sampel dilarutkan

    dalam 7 ml air dan 10 ml NaOH 0,1N. 1 gr

    sampel masing-masing dilarutkan dalam 7

    ml etanol 95%P, 13 ml aseton P, dan 40 ml

    gliserol. Hasil yang didapat menunjukkan

    sampel parasetamol larut dalam NaOH,

    etanol, dan aseton. Sedangkan sampel

    tidak larut dalam air dan terdispersi dalam

    gliserol. Parasetamol dalam literatur tertera

    larut dalam 70 bagian air, nilai tersebut

    merupakan kelarutan jenuhnya. Sampel

     parasetamol yang digunakan,

    dimungkinkan akan larut dalam air dengan

     perbandingan nilai yang lebih besar atau

    dengan mempercepat kelarutan

    (dipanaskan). Sedangkan dalam gliserol,

     parasetamol sulit larut karena viskositas

    gliserol yang tinggi. Semakin tinggi

    viskositas suatu zat, semakin sulit

    dilakukan pencampuran zat untuk

    menghasilkan kehomogenan.

    Pengujian ketiga adalah susut pengeringan.

    Susut pengeringan bertujuan untuk

    menentukan tingginya kadar air atau kadar

    zat pengotor yang mudah menguap dalam

     bahan baku sampel. Kadar air dan zat

     pengotor yang mudah menguap dihitung

    sebagai massa sampel yang hilang setelah

     pengujian. Sebanyak 1 gram sampel

     parasetamol ditimbang dengan neraca

    analitik kemudian dipanaskan dalam oven

    dengan suhu 105oC. Suhu tersebut

    digunakan untuk menguapkan air yang

    menguap pada suhu 100oC, selain itu suhu

    tersebut bertujuan untuk memastikan

     bahwa didalam sampel sudah tidak ada

    lagi air dan zat pengotor mudah menguap

    yang masih tersisa. Hasil yang didapatkan

    sesuai dengan literatur yaitu perubahan

    massa sampel tidak lebih dari 0,5%.

    Selisih massa awal dan massa akhir sampel

    seberat 0,0011 gr dibandingkan dengan

    massa awal sampel 1,0021 gr dan

    dihasilkan nilai susut pengeringan sampel

     parasetamol sebesar 0,1%. Nilai ini

    menunjukkan kadar air dan zat pengotor

    yang mudah menguap pada sampel awal

     parasetamol memiliki kadar air yang

    rendah, bahkan sangat rendah.

  • 8/19/2019 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

    7/8

    Maret 2016

    Pengujian terakhir adalah dengan

     pengujian warna. Hal ini dinilai pengujian

    yang spesifik, karena pada pengujian ini,

    struktur kimiawi parasetamol akan

    membentuk struktur baru yang mudah

    diamati, tidak seperti pengujian lainnya

    yang bersifat pengujian fisik (tidak

    spesifik). Mudah diamati karena sampel

    akan membentuk reaksi dengan reagen

    membentuk kompleks senyawa yang

     berwarna.

    Pengujian warna yang pertama dengan

    menggunakan FeCl3. Sebanyak 100 mg

    sampel parasetamol dilarutkan dalam 10

    ml air kemudian ditambahkan reagen

    FeCl3. Hasil positif menunjukkan warna

     biru, dimana gugus fenol pada paracetamol

    tergantikan oleh gugus baru (-OFeCl2)

    dengan produk samping HCl. Pengujian

    warna berikutnya dilakukan dengan reagen

     Nessler. Reagen Nessler berisi HgCl2, KI,

    dan NaOH. Sebanyak 1 tetes etanol

    ditambahkan kedalam 50 mg sampel

     parasetamol kemudian ditambahkan

    reagen Nessler. Hasil yang didapatkan

    negatif dengan warna kuning pekat.

    Menurut literatur, hasil positif uji warna

    dengan reagen Nessler akan menghasilkan

    warna coklat-hitam. Parasetamol memiliki

    gugus amida dan gugus hidroksil yang

    sesuai dengan reagen Nessler. Akan tetapi,

    gugus amida pada parasetamol sangat

    dekat dengan rantai aromatiknya, semakin

    dekat gugus amida pada cincin aromatik,

    reaksi berlangsung semakin lambat. Hal ini

    yang memungkinkan hasil yang didapat

     berwarna kuning pekat karena reaksi

     belum sepenuhnya berlangsung.

    Pengujian selanjutnya dilakukan dengan

    reagen K 2Cr 2O7. Sebanyak 1 ml HCl

    ditambahkan kedalam 100 mg sampel

     parasetamol kemudian dididihkan,

    ditambah 10 ml aquadest, lalu didinginkan

    dan ditambah reagen K 2Cr 2O7. Hasil yang

    didapatkan positif dengan warna hijau

     pekat. Ikatan (-CH3COOH) terlepas

    dengan adanya HCl. Gugus amin primer

     berubah menjadi gugus amin sekunder dan

    gugus hidroksil berubah menjadi gugus

    (=O) ketika ditambahkan reagen K 2Cr 2O7.

    Sampel parasetamol memiliki 1 gugus

    fenol, sedangkan reagen K 2Cr 2O7  hanya

    spesifik untuk sampel dengan 2 atau lebih

    gugus fenol untuk menunjukan aminofenol

    yang memiliki dua atau lebih gugus

    hidroksil pada posisi bersebelahan pada

    cincin. Selain itu, reaksi yang terjadi, baik

     pada monofenol, fenol terhalogenasi,

    maupun fenol dengan gugus hidroksil pada

     posisi meta dapat berlangsung lambat atau

    tidak sama sekali. Pengujian terakhir

    dilakukan dengan reagen Liebermann.

    Sebanyak 1 tetes etanol ditambahkan

    kedalam 5 mg sampel parasetamol

    kemudian ditambahkan reagen

    Liebermann. Hasil yang didapatkan positif

    dengan warna pink-violet. Reagen

    Liebermann mengandung NaNO2  dan

  • 8/19/2019 260110140103_Frederick Alexander_Kualitatif Paracetamol.pdf

    8/8

    Maret 2016

    H2SO4. Parasetamol mengandung cincin

     benzene yang tidak mengikat NO2,

    halogen, atau substituen  – O- pada posisi

    orto terhadap subtituen oksi. Selain itu,

    reagen Liebermann juga spesifik terhadap

    senyawa yang mengandung gugus

    hidroksil, O-alkil, atau O-CH2-O yang

    terikat pada cincin benzene atau pada

    struktur yang mengandung cincin benzene.

    Simpulan 

    Pengujian kualitatif parasetamol

    menunjukkan hasil sbb:

    1. 

    Pengujian organoleptis parasetamol

    menunjukkan hasil yang sama persis

    dengan literatur (Farmakope Indonesia

    Ed. III, 1979).

    2. 

    Pengujian kelarutan yang sesuai

    dengan literatur ditunjukkan oleh

    larutan parasetamol dalam etanol,

    aseton, dan NaOH. Sedangkan

    kelarutan parasetamol dalam gliserol

    dan air tidak sesuai dengan literatur

    (sangat sukar larut).

    3. 

    Pengujian susut pengeringan

    menunjukkan hasil positif dengan nilai

    susut pengeringan sebesar 0,1%. Hal

    ini sesuai dengan literatur yaitu tidak

    lebih dari 0,5%.

    4.  Pengujian warna yang positif

    ditunjukkan oleh reagen FeCl3,

    K 2Cr 2O7, dan Liebermann. Sedangkan

    uji warna dengan reagen Nessler

    menunjukkan hasil negatif.

    Daftar Pustaka

    1. 

    Rachdiati, H., Ricson P. H. dan

    Erna R. 2008.  Penentuan Waktu

     Kelarutan Parasetamol Pada Uji

     Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol.8

     No.1 : 1-6. FMIPA UNB.

    2.  Depkes RI. 1979.  Farmakope

     Indonesia Edisi III.  Jakarta:

    Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

    3. 

    Hardman, J.G. 2001. The

     Pharmacological Basis of

    Therapeutics 10th Edition.  New

    York : McGraw Hill Publisher.

    Page. 687-731.

    4.  Ellis, F. 2002.  Paracetamol: A

    Curriculum Resource.  UK: Royal

    Society of Chemistry.

    5.  Miessler, G.L. dan Tarr D.A. 1991.

     Inorganic Chemistry. London:

    Prentik Hal inc.