2107100171-Paper
-
Upload
ulil-albab-fida-husain -
Category
Documents
-
view
27 -
download
0
Transcript of 2107100171-Paper
Prototyping an Autonomous Underwater Vehicle (ITS
AUV-01) Based on Application Using IMU, Compass
and GPS Module Hendro Nurhadi, Agus Setiawan
Abstract - The ocean takes two-third portion of earth
surfaces and has an important role in the
development of all living things. Huge amount of
ocean natural resources is very important for human
future. On the other hands, underwater ocean
resources survey has a lot of problem in both
equipment and human as the subject. Therefore, the
needs of equipment for ocean underwater survey
rapidly increase. AUV (Autonomous Underwater
Vehicle) was an unmanned robot and it has
capability to move autopilot or autonomous. There
are seven important aspects of AUV design which is:
stucture analysis, navigation system, propulsin
sistem, payload sistem, remote sensing, power
management and control system. It is essential that
the AUV has a good stability and waterproof. This
research conclude that for operating depth of 50
metres, the ideal weight of ITS AUV-01 were 19.8 kg
with Xi = 0.001 mm and Yi = 0.00103 mm.
Instumentation of ITS AUV-01 using ATMEGA8535
microcontroller with velocity angle comparation
utilize compass censor.
Keywords - autonomous underwater vehicle,
Compass, ATMEGA8535, Autopilot.
PENDAHULUAN
Laut mencakup sekitar dua-pertiga dari
bumi dan memiliki efek yang besar terhadap
kelangsungan hidup dan pengembangan semua
makhluk hidup. Sumber daya yang melimpah di
laut sangatlah penting untuk masa depan
manusia. laut umumnya diabaikan di karenakan
fokus perhatian manusia hanya pada tanah dan
atmosfer. Sampai saat ini, pengetahuan tentang
laut sangat terbatas.
Seringkali kita jumpai berbagai masalah
dan kendala dalam hal underwater survey baik
dalam peralatan yang digunakan ataupun sumber
daya manusia sebagai subjeknya. Padahal
monitoring bawah laut perlu dilakukan secara
berkala dan teratur untuk mendapatkan data-data
dan informasi yang lengkap dan akurat,namun
dengan sumber daya manusia dan teknologi yang
masih ada sekarang ini hal tersebut terasa sulit
untuk dicapai dan berakibat pada minimnya
informasi dan data yang dihasilkan baik secara
kualitas ataupun kuantitas. Hal itu disebabkan
oleh metode yang seringkali dilakukan masih
terlalu bergantung pada ketrampilan dan keahlian
manusia.
Oleh karena itu dirasa perlu adanya suatu
teknologi untuk mempermudah pekerjaan ini
yakni dengan underwater AUV. AUV
(Autonomous Underwater Vehicle) Autonomous
underwater vehicle (AUV) merupakan salah satu
jenis robot bawah air yang telah menarik minat
banyak penelitian beberapa tahun terakhir. AUV
adalah kendaraan yang digerakkan melalui air
dengan sistem propulsi, dikendalikan dan
dikemudikan oleh komputer onboard dengan
enam derajat kebebasan (DOF) manuver. Hal ini
dapat melaksanakan tugas yang telah ditentukan
sepenuhnya dengan sendirinya. Sampai saat ini,
teknologi AUV dapat dibagi ke dalam 7 kategori:
analisa struktur rangka dan body, sistem navigasi,
sistem propulsi, sistem payload, remote sensing,
power management, dan sistem kendali.
Dengan AUV ini monitoring bawah laut
dapat di lakukan secara berkala dan aman karena
proses survey bisa dilakukan. Tentunya dengan
hasil informasi yang lebih baik daripada dengan
metode yang sering digunakan sekarang ini. Oleh
karena itu perlu di bangun sebuah “Rancang
Bangun Kapal Selam Tanpa Awak (ITS AUV-
01) dengan Aplikasi IMU, Compas, dan GPS
module” sebagai tahap awal membangun robot
cerdas bawah air untuk underwater survey.
Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana
membuat prototype ITS AUV-01 dengan sitem
payload Autonomous dengan kestabilan AUV
yang baik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dengan mendesain bentuk
kapal selam mini menggunakan software
MAXSURF. Pemodelan kapal selam
menggunakan software maxsurf akan
memudahkan dalam mencari koefisien-koefisien
pada perhitungan performa kapal selam mini.
Perhitungan tahanan yang dialami kapal selam
menggunakan metode holtrop. Pada sistem
propulsi dilakukan perhitungan daya motor.
Setelah dilakukan pemodelan dan perhitungan
denga menggunakan softwere MAXSURF. Di
lakukan desain mendetail ITS AUV-01. Mulai
dari mekanisme mekanik hingga mekanisme
elektrik dari robot cerdas tanpa awak bawah air
ini.
Maxsurf adalah program desain khusus
pembuatan Kapal digital. Program ini sangat
berguna dalam bidang perkapalan. Dalam
perancangan dan pembuatan ITS AUV-01 perlu
dimodelkan terlebih dahulu bentuk dari kapal
selam mini tersebut dengan Maxsurf agar
mendapatkan nilai dari berat displacement atau
syarat kapal selam mini untuk bisa melayang.
Dan dengan sofware Maxsurf dapat di peroleh
nilai koefisien–koefisien pendukung dalam
perhitungan yang lebih akurat seperti koefisien
prismatic, koefisien bouyancy, dan lain-lain.
Setelah di ketahui Berat displacement
dalam kondisi melayang dari software maxsurf.
Kemudian merancang secara detail dari prototype
ITS AUV-01. Dalam mendesain ITS AUV-01
juga diperhatikan proses pembuatannya.
Sehingga metode trial and error terus di gunakan
dalam mendesain prototype ITS AUV-01. Desain
ini harus mempunyai kekedapan yang baik. Agar
kapal selam tetap dalam kondisi melayang di
permukaan air.
Gambar 1. Rancangan AUV
Perancangan berat dan titik berat sangat di
perlukan agar posisi kapal selam berada pada
garis horizontal sehingga memudahkan dalam
pergerakannya. Perancangan ini termasuk dalam
penempatan komponen-komponen yang berada di
dalam ITS AUV-01 seperti motor DC, Servo,
sensor dan lain-lain. Dengan menggunakan
software maxsurf akan didapat nilai-nilai volume
kapal, luas area basah (wetted surface), serta
koefisien-koefisien pendukung perhitungan yang
lebih akurat. Dari data-data yang telah didapat,
selanjutnya dilakukan perhitungan hambatan total
yang dialami kapal selam. Dari hambatan total
dapat dicari kebutuhan daya motor. Kebutuhan
daya motor pada AUV dimulai dengan
menghitung daya efektif untuk melawan
hambatan AUV saat melakukan gerak maju
dibawah permukaan laut.
HASIL DAN DISKUSI
Pada perancangan AUV hal yang utama yang
perlu diperhitungkan adalah besar daya yang
dibutuhkan untuk menggerakkan AUV saat di
dalam dan dipermukaan air.
Tabel 1 Hasil Pemodelan dengan software
Maxsurf
Dari tabel diatas dapat diketahu berat maksimal
kapal selam agar bisa melayang di permukaan air.
V =
Dimana;
V = Volume
f(x) = jari-jari luar
g(x) = jari-jari dalam
Volume benda padat dengan metode cincin [8].
Dari perhitungan diatas diperoleh Berat total
dan titik berat dari ITS AUV-01. Titik Berat arah
bidang X di hiting mulang belakang buritan
sehingga kalau di hitung berdasarkan titik tengah
pada body ITS AUV-01 adalah
Xi = 0,75118 – 0,75000
= 0,00118 m
Yi = -0,00103 m
Dengan Berat AUV 18,9 kg
kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja pada
kapal sedemikian rupa sehingga melawan arah
gerakan kapal tersebut. Tahanan tersebut sama
dengan komponen gaya fluida yang bekerja
sejajar dengan sumbu gerakan kapal. Tahanan
yang terjadi pada AUV yaitu hambatan gesek
(frictional force) dan hambatan appendages.
Besar hambatan gesek/ appendages didapat dari
persamaan:
Rgesek/appendages =½ . ρ. V2. S. Ct (1)
dimana:
ρ = massa jenis fluida
S = luasan permukaan basah badan/ appendages
kapal selam di dalam air(m2)
V = kecepatan kapal selam (m/s)
Ct = koefisien drag nondimensional
Dari perhitungan didapat besar hambatan total
yang terjadi pada AUV rancangan kami sebesar
6,256 N. Dari gaya hambat yang terjadi, maka
dapat dicari kebutuhan daya pada AUV melalui
persamaan:
EHP = RT . V (2)
THP =EHP/ηH (3)
DHP = EHP/η (4)
SHP = DHP/ηSηB (5)
BHPscr = EHP / ηt (6)
BHPMCR = BHPSCR / 0,85 (7)
Dari persamaan diatas, maka didapat
Hambatan total Kapal Selam adalah 6,256 N
dengan kemampuan motor untuk melaju adalah
0,0259 Hp
No Pengukuuran Nilai Unit
1 Berat 19,8 Kg
2 Volume 19280556,1 Mm3
3 Cp 0,819
4 Cb 0,643
5 Cm 0,785
6 Cwp 0,871
Gambar 4.16 ITS AUV-01a
Gambar 4.15 ITS AUV-01b
Instrumentasi pada wahana ITS AUV-01
terdiri dari rangkaian elektronik yang
mengendalikan gerakan dari wahana saat
beroperasi. Instrumentasi terdiri dari
mikrokontroler sebagai pusat pengolahan data
dan aktuator sebagai respon dari mikrokontroler.
Aktuator yang ada pada wahana ini adalah motor
servo dan motor dc. Pengembangan instrumen
wahana dimaksud agar dapat mengendalikan
AUV secara autonomous. Oleh karena itu
instrumentasi dilengkapi dengan sensor-sensor
sebagai respon yang dapat mendukung kinerja
wahana dalam beroperasi. Sistem instrumentasi
dapat digambarkan pada gambar 5.1 dibawah ini:
± Minimum System Motor Servo Fin Kendali
Kompas
Input Output
Gambar 5.1 Block Diagram Instrumentasi motor ServoITS
AUV
± Minimum System Motor DC Propeler
OutputInput
Gambar 5.2 Block Diagram Instrumentasi Motor DC ITS AUV
elektronika yang dibangun melalui teknologi
semikonduktor dengan wujud relatif kecil juga
dari segi harga terjangkau, sangat besar
kemampuannya dalam pengendalian peralatan
secara digital. Mikrokontroler juga merupakan
sebuah komputer dalam chip yang digunakan
untuk untuk mengontrol peralatan elektronik.
Sebuah mikrokontroler umumnya berisi seluruh
memori dan antarmuka I/O yang dibutuhkan,
sedangkan mikroprosesor serba guna
membutuhkan chip tambahan untuk menyediakan
fungsi yang dibutuhkan. Mikrokontroler hanya
bisa menjalankan satu program aplikasi saja yang
tersimpan pada memory programnya. Oleh
karena itu mikro-system sering disebut pula
sebagai minimum system.
Mikrokontroler ATMEGA8535 didukung saluran
I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port
C dan port D. Mempunyai ADC 8 bit sebanyak 8
chanel. Untuk penggunaan minimum system ini
pada Port A digunakan sebagai inputan sensor
IMU, Port B untuk mengerakkan actuator, Port C
untuk tampilan LCD, dan Port D untuk imputan
sensor kompas.
Proses Pembuatan Minimum System dimulai
dengan pembuatan rancangan dengan
menggunakan softwere Eagle seperti yang
ditunjukkan pada gambar 5.2. Kemudian hasil
rancangan yang sudah selesai di dilakukan proses
menyetak dipapan PCB. Hasil dari cetakan
tersebut kemudian dilakukan pemasangan
komponen-komponen yang digunakan
Minimum system yang sudah selesai dirakit
kemudian dilakukan pengujian terhadap integrasi
dari komponen-komponen yang dipasang.
Pengujian pertama dilakukan dengan memberi
catu daya sebesar 12 volt. Indikasi bahwa
minimum system bekerja adalah lampu LED
yang menyala. Setelah itu pengujian LCD display
di hubungkan dengan pin port C. Ini
menunjukkan bila LCD menyala maka rangkaian
minimum system sudah siap digunakan.
Gambar 5.6 Minimum System ATMEGA8535
Minimum system yang sudah selesai selanjutnya
dilakukan integrasi awal terhadap sensor dan aktuator
sebelum dipasang pada wahana ITS AUV-01.
Integrasi awal dilakukan agar mendapatkan hasil yang
baik sebelum ujicoba saat dipasangkan di wahana ITS
AUV-01. Pengujian integrasi untuk menguji
pembacaan sensor dan pergerakan aktuator. Sebelum
melakukan pengujian dilakukan pemograman terhadap
minimum system agar dapat menjalankan aktuator dan
dapat melakukan pembacaan sensor yang ada. Pada
gambar 5.4 menunjukkan integrasi awal pemasangan
sensor dan aktuator.
Bahasa pemograman yang diapakai adalah bahasa c
dengan bantuan software codecvision. Bahasa c
dipakai karena penggunaan yang lebih mudah dalam
melakukan pemograman pengendalian. Untuk
program minimum sytem yang sudah dibuat dapat
dilihat di lampiran.
Gambar 5.7 Integrasi Awal Minimum System, Sensor, dan
aktuator
Pengujian Sensor 1. kompas
Pengujian sensor kompas dilakukan
dengan pembacaan sensor di tampilan LCD
display. Pengambilan data dilakukan 3 kali dalam
1 sudut. Sensor kompas memiliki peranan
penting dalam pembacaan arah gerak kapal.
Sehingga harus mempunyai akurasi yang tinggi.
Berikut hasil pembacaan sensor kompas pada
tabal 5.1 di bawah ini: Table 5.1 tabel pembacaan sudut Kompas
No Data
I2C
Sudut
hadap kapal
kompas
Tam
pilan
LCD
%
ero
r
%
Akur
asi 1 238 0
0(utara) 0
0 0 100
2 225 300 32
0 6,6
7
93,3
3 3 213 600 63
0 5 95
4 200 900(barat) 90
0 0 100
5 186 1200 122
0 1,6
7
98,3
3 6 166 1500 151
0 0,6
7
99,3
3 7 144 1800(selata
n)
1790 0,5
5
99,4
5 8 117 2100 207
0 1,4
2
98,5
8 9 84 2400 240
0 0 100
10 46 2700(timur) 273
0 1,1 98,9
11 16 3000 299
0 0,3 99,7
12 252 3300 328
0 0,7
1
99,2
9
Dari tabel diatas menunjukkan nilai dari
pembacaan sensor kompas mempunyai
keakuratan yang cukup baik. Ini dilihat dari nilai
akurasi dari pembacaan sensor kompas rata-rata
diatas 95%. Pada pembacaan sensor pada sudut
00, 90
0, 240
0, memiliki nilai akurasi hingga
100%. Hasil akurasi merupakan hasil rata2 dari
pengambilan data sebanyak 3 kali setiap sudut
yang diukur. Sensor kompas digunakan untuk
membaca arah dari gerakan wahana. Dan juga
bisa dijadikan set point arah gerakan wahana.
2. IMU dan GPS Module
Pada tugas akhir ini seharusnya memakai
sensor IMU dan GPS module. Namum
permasalahan yang dihadapi adalah interface dari
sensor ke minimum system yang sudah dibuat.
Interface tersebut tidak compatible dengan
interface sensor tersebut. Sehingga komponen
sensor tidak dapat digunakan. Permasalahan
interface dalam minimum system dapat diatasi
dengan cara merubah desain ulang minimum
system. Desain tersebut harus disesuaikan dengan
interface dari sensor yang dipakai.
Pemodelan Motor DC dan Servo Pada Matlab
Simulink
Pemodelan pada DC motor
Pemodelan motor DC dibuat berdasarkan
persamaan di bawah ini. Masukan motor berupa
voltage dengan keluaran yang diharapkan berupa
putaran dalam rad/s. Putaran pada motor DC akan
digunakan sebagai penggerak pada AUV
Gambar 6.1 Simulink Motor DC
Pemodelan Motor Servo
Pemodelan motor servo dibuat berdasarkan
persamaan di bawah ini. Masukan motor berupa
voltage dengan keluaran yang diharapkan berupa
putaran dalam rad/s. Putarn pada motor DC akan
digunakan sebagai kendali pada AUV
Gambar 6.2 Pemodelan Motor Servo
Analisa simulasi pemodelan pada MATLAB
Simulink
Simulasi Pemodelan Motor DC
Dari gambar 6.1 dapat dilihat bahwa grafik
kecepatan motor DC menunjukkan putaran RPM
motor langsung menuju RPM motor yang di set.
Namum disana terjadi overshot, tapi tidak terlalu
besar. Dalam berjalannya waktu kecepatan motor
yang di set sebesar 50 rpm ternyata tidak stabil
pada 50 rpm. Terjadi eror sebesar 0,01% selama
motor itu bekerja. Hal ini dapat menyebabkan
kecepatan AUV tidak stabil. Hal ini dikarenakan
sifat dari motor DC itu sendiri yang tidak stabil
bila hanya beri tegangan ataupun pulsa pwm.
Oleh karena itu perlu adanya kontroler yang bisa
meyeimbangkan atau menstabilkan kecepatan
putaran motor. Selain kontroler perlu adanya
suatu feedback dari sensor rpm sehingga putaran
motor akan stabil pada putaran rpm yang
diinginkan.
Gambar 6.3 Grafik kecepatan RPM Motor DC
Dalam mengontrol kecepatan motor
menggunakan kontrol PWM(pulse Width
Modulation). Dimana mengontrol kecepatan
motor dengan mengontrol pengiriman pulsa.
Dengan panjang pulsa sebesar 20ms seperti pada
perhitungan pada bab 5. Motor dapat berjalan
dengan pulsa sebesar 1 – 5 ms. Namum pulsa
yang dikirimkan dari mikrokontroler hanya
mempunya tegangan sebesar 5 volt. Sehingga
pulsa tersebut harus dikuatkan dengan tegangan
12 volt. Agar motor DC dapat berputar.
Dari gambar 6.2 dapat dilihat grafik pulsa
pwm motor DC. Dari grafik menunjukkan bahwa
pulsa yang dikirim untuk menggerakkan motor
DC tidak mempunya lebar pulsa yang sama. Dari
grfik terdapat eror sebesar 1% . saat lebar pulsa
tidak sesuai lebarnya maka putaran motor DC
mempunya kecepatan yang berbeda saat berputar.
Hal ini bisa diatasi dengan memberikan kontroler
pada sistem motor DC. Saat pemograman
mikrokontroler kecepatan motor dc dapat di
feedback menggunakan sensor rpm. Sehingga
putaran motor akan stabil.
Gambar 6.4 Grafik PWM Motor DC
Simulasi Pemodelan Motor Servo
Gambar 6.5 Grafik Simulasi Motor Servo
Dari gambar 6.3 dapat dilihat grafik simulasi
motor servo. Dari grafik menunjukkan bahwa
sudut motor servo di set sebesar 45 derajat.
Hanya dalam waktu set 1 second motor servo
menunjukkan sudut 45 derajat. Terdapat
ketidakstabilan namum hanya sebesar range
0.001 – 0.01. hal ini tidak mempengaruhi kendali
dalam AUV. Motor servo mempunyai kelebihan
dibanding dengan motor dc karena motor servo
mempunya feedback sensor. Sehingga saat motor
servo di set sesuai keinginan kita maka hasil
sesuai dengan yang kita harapkan.
Namum bila melakukan gerakan sesuai dengan
sensor maka motor servo membutuhkan kontroler
agar respon terhadap sensor lebih cepat.
Kemampuan motor servo lumayan baik. Torsi
yang dikeluarkan juga besar. Tapi bila gaya yang
di terima motor servo terlalu besar. Maka
gearbox pada motor servo akan mengalami
kerusakan.
Time (sekon)
Gambar 6.6 Grafik Simulasi Pulsa Motor Servo
Dari gambar 6.4 dapat dilihat grafik simulasi
pulsa motor servo. Dari grafik dapat dilihat
bahwa pulsa lebih stabil. Saat motor servo di
inginkan sudut 45 derajat maka lebar dan panjang
pulsa stabil sesuai yang diinput di awal. Hal ini di
karenakan motor servo mempunyai encoder atau
feedback yang baik. Sehingga pulsa yang dikirim
untuk menggerakan sudut motor servo akan stabil
tetap menunjukkan sudut yang diinginkan.
Respon perubahan sudut juga cepat tergantung
pada spesifikasi motor servo yang di pakai.
Hasil Simulasi Motor Servo
Tabel hasil simulasi motor Servo yang
dikendalikan Minimum System
No Lebar
Pulsa
Sudut yang
di input
(reference)
Sudut yang
sebenarnya
1 1 ms 0 0
2 1,10
ms
30 30
3 1,23
ms
45 45
4 1,34
ms
60 60
5 1,5 ms 90 90
6 1,65
ms
120 120
7 1,73
ms
135 135
8 1,82
ms
150 150
9 2 ms 180 180
Dari tabel 6.1 dapat dilihat bahwa hasil simulasi
sudut servo dengan yang sebenarnya adalah
sama. Hal ini sesuai dengan karakteristik motor
servo itu sendiri yang mempunyai feedback
dalam motor tersebut. Hasil ini sesuai dengan
perhitungan timer clock dan informasi datasheet
dari jenis motor servo tersebut. Dari tabel
tersebut saat pulsa menunjukkan lebar 1 ms servo
membentuk sudut o0sedangkan saat lebar pulsa
1,5 ms motor servo membentuk sudut 900. Begitu
juga dengan lebar pulsa yang lainnya.
Komparasi Sudut Motor Servo Terhadap Sudut
Fin Penggerak
Tabel 6.2 Sudut Motor Servo Terhadap Sudut Fin
No Sudut Motor
Servo
Sudut Fin
Kendali
1 900 1
0 (CCW)
2 450 46
0 (CCW)
3 1350 44
0 (CW)
4 600 36
0 (CCW)
5 1200 34
0 (CW)
Dari tabel 6.2 dapat dilihat sudut servo terhadap
sudut fin penggerak mengalami eror. Seharusnya
saat servo menunjukkan sudut 90 derajat maka
sudut fin membentuk sudut 0 derajat seperti yang
ditunjukan pada gambar 6.9 dibawah ini. Hal
yang menyebabkan sudut fin kendali tidak
membentuk sudut 00 adalah faktor manufaktur
atau pembuatan mekanisme Fin kendali
mengalami kesalahan. Namum hal ini bisa diatasi
dengan merubah program mikrokontroler dalam
mengontrol motor servo. Sehingga sudut servo
mengikuti sudut fin yang diinginkan. Motor servo
yang dimiliki mempunyai kemampuan
membentuk sudut 0-1800. Dan dalam pergerakan
AUV dalam berbelok atau bermanuver
menggunakan sudut fin kendali hanya sebesar 0-
300. Sehingga pengontrolan dapat dilakukan
sesuai dengan sudut fin kendali yang diinginkan.
Fin yang satu dengan yang lain juga memiliki
eror motor servo terhadap sudut fin kendali.
Sehingga pemograman sudut servo yang satu
dengan yang lain berbeda. Hal ini diharapkan
agar posisi sudut fin membentuk 00 pada saat
awal posisi bergerak.
Gambar 6.11 Posisi Sudut Fin Penggerak 0 derajat
7.1 Kesimpulan
Pada perancangan dan pembuatan kapal selam
tanpa awak ITS AUV-01a dan ITS AUV-01b
diperoleh beberapa kesimpulan.
1. ITS AUV-01a memiliki berat 39 kg sedangkan
ITS AUV-01b hanya 19 kg dengan kondisi
operasi yang berbeda. Kedalaman operasi dari
ITS AUV-01a bisa mencapai 300 meter
sedangkan pada ITS AUV-01b hanya bisa
beroperasi hingga kedalaman 50 meter.
2. Kesimbangan dari 2 wahana tersebut juga
memiliki perbedaan. Wahana ITS AUV-01 b
lebih seimbang dibanding ITS AUV-01a. ITS
AUV-01b memiliki titik tengah gravitasi di xi
= 0,001 mm dan yi= -0,001 mm. Sedangkan
pada ITS AUV-01b mempunyai titik tengah
gravitasi xi= 0,09 mm dan yi = -1,5 mm.
3. Kedua wahana tersebut mempunyai hambatan
total yang sama dan nilai daya motor yang
sama. Karena yang mempengaruhi laju
kecepatan adalah luasan basah kapal yang
terkena air. Berat kapal mempengaruhi posisi
wahana kapal selam dalam kondisi
mengapung, melayang atau tenggelam.
4. Dari perhitungan secara teoritis diperoleh nilai
hambatan total kapal selam ITS AUV-01
adalah 6,256 N dan Nilai BHP motor yang
dipakai adalah 0,029 HP
5. Rangkain interface Minimum System
ATMEGA 8535 hanya kompatible dengan
sensor kompas. Sedangkan pada sensor IMU
dan GPS tidak kompatible.
6. Simulasi Motor servo dengan menggunakan
software matlab dan simulasi program dengan
software Proteus menunjukkan Motor servo
mempunyai akurasi yang sangat baik
dikarenakan mempunyai system feedback
didalamnya.
7. Hasil uji eksperimen pengambilan data
perubahan sudut servo yang dikendalikan
menunjukkan hasil yang baik. Data
pemograman dengan hasil yang diharapkan
sesuai.
8. Hasil uji ekpemerintal darat sudut fin kapal
selam tidak menunjukkan hasil yang sama
dengan perubahan sudut motor servo. Hal ini
dikarenakan sistem mekanisme yang
digunakan dalam fabrikasinya belum presisi.
DAFTAR PUSTAKA
1. von Alt, C. J., Allen, B., Austin, T., Stokey, R.
(1994), Remote Environmental Measuring
Units, Autonomous Underwater Vehicle
Conference ’94, Cambridge, MA
2. Griffiths, G., Birch, K., et al, Oceanographic
surveys with a 50 hour endurance autonomous
underwater vehicle, Proceeding of the
Offshore Technology Conference, Houston,
TX May 2000.
3. Allmendinger, E.Eugene. 1990.
Submersible Vehicle System Design. Jersey
City ; University of new Hampshire.
4. Louis Andrew Gonzalez. 2004. Design,
Modelling and Control of an Autonomous
Underwater Vehicle, mobile Robotics
Laboratory, center for Intelligent Information
Processing Systems, School of Electrical,
Electronic and Computer engineering, The
University of Western Australia.
5. Tim penyusun buku. Kalkulus 2 edisi ke 4.
Surabaya. Institute Teknologi Sepuluh
Nopember.
6. Wehausen,JV. Theory of marine
Hydrodynamic. University of California
7. M. Ary Heryanto, ST & Ir. Wisnu Adi P.
2008. Pemograman Bahasa C untuk
Mikrokontroler ATMEGA8535. Yogyakarta:
Andi
8. Holtrop.1988. “principles Naval Architecture
Second Edition”. Resistance, Propulsion and
Vibration. Jersey City; Edward V Lewis
9. P.Ananthakrishnan and S.decron.2000.
“Dynamic of Small and Mini Autonomous
Underwater Vehicle”. Analysis and
Simulation for Midwater Application. USA;
Florida Atlantic University.
10. Budiyanto,D. 2001. Sistem Permesinan Kapal
Selam
11. Sabiha Wadoo, Pushkin Kachroo,
Autonomous Underwater Vehicles, CRC
Press; 1 edition, 3 December 2010
12. Centrums ITB Research Groups.
13. www.mekatronikaugm.com