1549-2973-1-SM

download 1549-2973-1-SM

of 10

Transcript of 1549-2973-1-SM

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    1/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    394

    ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (7) (2013)

    J ournal of Physical Education, Sport, Health and

    Recreation

    http:/ / journal.unnes.ac.id/ sju/ index.php

    SURVEI PELAKSANAA N KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKA N

    (KTSP) PADA PROSES PEMBELAJ ARAN PENJASORKES DI SLB NEGERI

    SE-KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012

    Tri Aji Santoso, Sulaiman, Ipang Setiawan

    Prodi Pendidikan Jasmani,Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

    Info Artikel________________Sejarah Arti kel:

    Diterima Agustus 2012

    Disetujui September 2012

    Dipublikasikan J uni 2013

    ________________Keywords:

    KT SP, Learning, and

    Penjasorkes

    SLB__________________

    __

    Abstrak

    ___________________________________________________________________Permasalahan utama yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan

    kurikulum tingkat satuan pendidikan (K TSP) pada proses pembelajaran penjasorkes di SLB Negeri

    se-K abupaten Banjarnegara tahun 2012? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui pelaksanan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada proses pembelajaran

    penjasorkes di SLB N egeri se-Kabupaten Banjarnegara tahun 2012. Dalam penelitian ini penulis

    menggunakan metode peneli tian deskriptif kuantitatif. Metode Pengumpulan data dalam

    peneltitian ini adalah 1) A ngket, 2) Observasi dan 3) Dokumentasi. Kemudian data yang diperoleh

    dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase.Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa pelaksanaan KTSP pada proses pembelajaran penjasorkes di sekolah luar

    biasa se-K abupaten Banjarnegara sebagian besar termasuk dalam kategori baik. Hal iniditunjukkan oleh hasil dari penilaian Guru Penjasorkes yang memberi penilaian dalam kategori

    baik 2 guru (100%). Hasil ini juga didukung oleh hasil dari penilaian kepala sekolah yang memberi

    penilaian dalam kategori baik 1 kepala sekolah (50%) dan cukup baik 1 kepala sekolah (50%).

    Sedangkan Pelaksanaan KTSP menurut guru non penjasorkes memberikan penilaian dalam

    kategori baik 19 guru non penjasorkes (54,29%) dan kategori cukup baik 16 guru non penjasorkes

    (45,71%). Dalam penelitian yang didapatkan terjadi angka yang cukup seimbang antara kategori

    baik dan cukup baik.Simpulan yang didapat dari skripsi adalah pelaksanaan KTSP di SLB Negeri

    se-Kabupaten Banjarnegara sudah baik. Hal ini di tunjukkan dari hasil analisis penelitian dengan

    menggunakan metode deskriptif persentase bahwa Kepala Sekolah, Guru Penjasorkes dan Guru

    Non Penjasorkes telah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing dalam

    melaksanakan KTSP. Saran yang disampaikan adalah, 1) Sekolah harus lebih meningkatkan mutu

    pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum,

    mengelola dan mengembangkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan dari K TSP. 2)

    Guru Penjasorkes SLB hendaknya menyadari arti pentingnya melakukan telaah terhadap Silabus

    dan RPP yang pada dasarnya digunakan untuk membantu siswa mencapai hasil belajar yang

    optimal dan juga dapat membantu kelancaran kegiatan pembelajaran yang dilaksankan sekolah

    secara umum. 3) Sebaiknya Guru Penjasorkes yang mengajar di SLB merupakan guru lulusan dari

    pendidikan jasmani atau pendidikan olahraga yang khusus untuk mengajar di SLB.

    Abstract

    ___________________________________________________________________The main problem are formulated in this research is how the implementation of the curr iculum unit level

    education (KTSP) in the learni ng process in SLB Stat e penjasorkes a Banjarnegara distr ict i n 2012? The

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    2/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    395

    purpose of thi s study was to determine the conduct of the educational uni t l evel curr iculum (K TSP) i n the

    learning process in SLB State penjasorkes a Banjarnegara distri ct i n 2012.In this study the authors used

    descriptive quantit ati ve research methods. The method used in th is reseach are 1) Questi onnai re, 2)

    Observati on and 3) Documentation. The data obtained were analyzed using quant itative descript ive analysis

    by a percentage.The result s showed that the impl ementat ion of KTSP in the learni ng process in schools

    penjasorkes remarkable as most Banjar negara di str ict i ncluded in either category. This is demonstrated by the

    result s of teacher assessments Penjasorkes who gave judgment i n either category 2 teachers (100%). These

    resul ts are also supported by the results of the assessment pr incipal who gave judgment in eit her category 1

    principals (50%) and a pretty good one pri ncipal (50%).W hil e the implementation of KTSP in non penjasorkes

    teachers give good rat ings in the category of non penjasorkes 19 teachers (54.29%) and category pr etty well non

    penjasorkes 16 teachers (45.71%). I n a study t hat found a suffi cient bal ance occurs between both categories and

    was pretty good.The conclusions derived from the thesis is the implementation of KTSP i n a Stat e SLB

    Banjarnegara distri ct is good. It was shown from the anal ysis of research using descri pti ve method that the

    percentage of the Pri ncipal, Teachers and Teachers Non Penjasorkes Penjasorkes been carryi ng out t he duti es

    and responsibi li ti es of each in implement ing KTSP. The advice given i s, 1) Schools should furt her improve the

    quali ty of education through self-reli ance and init iat ive in developing school curri culum, manage and develop

    the resources available to achieve the goals of the KTSP. 2) Teachers Penjasorkes SLB should realize the

    importance of doing research on syllabus and lesson plans that are basically used to help students achieve

    optimal learning outcomes and also can help smooth the learni ng acti vit ies carri ed out in their school in

    general. 3) Should Teachers who teach in special schools Penjasorkes a graduate teacher of physical education

    or sport s specifi c trai ni ng to teach in special schools.

    2013 Universitas Negeri Semarang

    Alamat korespondensi:

    Universitas Negeri Semarang

    Semarang 50229, I ndonesia

    E-mail: [email protected]

    ISSN 2252-6773

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    3/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    396

    PENDAHULUAN

    Pemerintah Indonesia selalu berusaha

    meningkatkan pelaksanaan pengembangan di

    segala bidang.Hal ini dilakukan untuk

    mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

    makmur berdasarkan pancasila.Pembangunan

    bidang pendidikan selalu mendapat perhatian

    yang serius dari pemerintah.Pendidikan

    merupakan aspek penting bagi perkembangan

    sumber daya manusia, sebab pendidikan

    merupakan wahana atau salah satu instrumen

    yang digunakan bukan saja membebaskan

    manusia dari keterbelakangan, melainkan juga

    dari kebodohan dan kemiskinan.Pendidikan

    diyakini mampu menanamkan kapasitas barubagi semua orang untuk mempelajari

    pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga

    dapat diperoleh manusia produktif.

    Menyadari hal tersebut, pemerintah telah

    melakukan upaya penyempurnaan sistem

    pendidikan.Salah satunya adalah dengan

    diberlakukannya kurikulum tingkat satuan

    pendidikan (KTSP) yang diharapkan dapat

    mengantisipasi dan memberikan solusi terhadap

    rendahnya mutu pendidikan.Kurikulum

    mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan

    demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat

    untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu

    pembentukan manusia yang sesuai dengan

    falsafah hidup bangsa yang memegang peranan

    penting dalam suatu sistem pendidikan.

    Pendidikan jasmani olahraga dan

    kesehatan menjadi bagian integral dari

    pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas

    jasmani untuk mewujudkan tujuan pendidikan

    yang aplikasinya di lapangan harus sesuai

    dengan kurikulum. Kurikulum adalah

    seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

    tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

    digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

    kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

    pendidikan tertentu (Undang-Undang Nomor

    20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

    nasional, pasal 1 butir 19).

    Kurikulum yang diaplikasikan saat ini

    adalah KTSP, dengan menyesuaikan potensi dan

    sarana-prasarana yang dimilikinya. Sekolah

    harus bisa merencanakan suatu proses

    pembelajaran yang menarik dan memudahkan

    siswanya menangkap materi. Secara umum

    tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk

    mendirikan dan memberdayakan satuan

    pendidikan melalui pemberian kewenangan

    (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan

    mendorong sekolah untuk melakukan

    pengambilan keputusan secara partisipatif dalam

    pengembangan kurikulum (Mulyasa,

    2006:22).Pendidikan olahraga yang dilakukan disekolah, pembinaan dan pengembangannya

    dilakukan dan diarahkan sebagai satu kesatuan

    yang sistematis dan berkesinambungan dengan

    sistem pendidikan nasional.

    Kurikulum pendidikan jasmani kesehatan

    dan olahraga di sekolah saat ini mewujudkan

    paradigma baru bahwa siswa harus aktif dan

    inovatif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut

    harus diaplikasikan dalam semua jenjang dan

    jenis pendidikan baik disekolah umum maupun

    di sekolah khusus seperti sekolah luar biasa

    (SLB). Siswa yang memilik kecacatanmempunyai hak yang sama dengan semua yang

    tidak cacat dalam memperoleh pendidikan dan

    pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan

    (Tarigan, 2000:8). Khusus untuk pendidikan di

    sekolah luar biasa (SLB) cara penyampaiannya

    tentu berbeda dengan sekolah umum. Pada

    sekolah jenis ini diperlukan improvisasi pada

    model pembelajarannya untuk mensukseskan

    jalannya kurikulum.

    Dalam pendidikan luar biasa model

    pembelajaran pendidikan khusus sangat penting

    karena mereka mempunyai kemampuan yang

    berbeda dengan anak yang normal. M odel-

    model pembelajaran pendidikan khusus yang

    inovatif ditujukan agar proses pembelajaran

    tidak monoton dan mudah dipahami siswa

    mengingat mereka mempunyai permasalahan

    dengan komunikasi dan pemahaman. Untuk

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    4/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    397

    mewujudkan proses implikasi tersebut

    dibutuhkan tenaga pengajar yang profesional

    dengan perpaduan antara pendidikan luar biasa

    dan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

    Kabupaten Banjarnegara mempunyai 2

    SLB negeri yaitu SLB Negeri Banjarnegara yang

    berada di J l. Raya Kenteng Kec.Madukara dan

    SDLB Negeri Kebakalan yang berada di Desa

    Kebakalan Kec.M andiraja. Pada observasi awal

    yang dilakukan pada tanggal 14 Juni sampai 15

    Juni tahun 2012 di SLB Negeri Banjarnegara

    guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

    memberikan pernyataan mengenai kendala yang

    dihadapi saat mereka mengampu mata pelajaran

    Penjasorkes karena berbagai aspek, diantaranya:

    1.

    Kurangnya sarana prasarana apabilaPenjasorkes yang dilakukan harus sesuai

    dengan special olympics, yaitu olahraga

    untuk orang cacat.

    2. Kurangnya pengetahuan untuk

    berkomunikasi dengan siswa, terutama

    siswa tuna rungu.

    3. Terlalu banyak siswa didik, terdapat 18

    siswa pada SLB B dan terdapat 15

    siswa pada SLB C dalam satu kelas

    yang harus ditangani oleh satu orang

    guru pengajar dalam satu mata

    pelajaran sedangkan menurut gurutersebut jumlah maksimal untuk siswa

    SLB yang di ajar oleh satu guru adalah

    12 orang dalam satu kelas.

    Standar kompetensi dan kompetensi

    dasar SLB Negeri di Kabupaten Banjarnegara

    mengadopsi dari standar kompetensi dan

    kompetensi dasar sekolah umum yang

    implikasinya jauh berbeda dengan SLB.

    Struktur kurikulum pada satuan pendidikan

    khusus SDLB dan SMPLB mengacu pada

    struktur kurikulum SD dan SMP dengan

    penambahan program khusus sesuai jenis

    kelainan dengan alokasi waktu 2 jam/minggu

    (Mulyasa, 2006:69). Hal ini yang menuntut

    kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan

    kesehatan di SLB harus melakukan kreatifitas

    dan inovasi yang tinggi untuk mengimplikasikan

    KTSP pada proses pembelajaran.

    Pada kenyatannya di SL B Negeri

    Banjarnegara memang terdapat perbedaan teori

    dan peraturan yang ada.Contohnya adalah

    mengenai jumlah siswa dalam 1 kelas yang

    melebihi kemampuan mengajar guru. Menurut

    Amin dan Dwijosumarto (1979:10) menyatakan

    bahwa, sebagai akibat adanya perbedaan-

    perbedaan dari individu yang kadang-kadang

    cukup tajam, seorang guru di sekolah luar biasa

    hanya mampu mengajar maksimal 12 orang

    murid, melebihi jumlah tersebut membawa

    akibat anak didiknya tidak mungkin

    mendapatkan perhatian secara baik. Kenyataan

    di lapangan menunjukan 1 guru harus mengajar

    lebih dari 12 siswa dalam 1 kelas, ini

    mengakibatkan terhambatnya proses belajarpeserta didik.

    Bukti pendukung yang lain adalah

    pengakuan dari kepala sekolah SLB Negeri

    Banjarnegara menyatakan bahwa selama ini

    KTSP dalam SLB hanya digunakan untuk

    persyaratan administrasi, sedangkan aplikasinya

    di lapangan masih banyak kekurangan. Sekolah

    yang baik dan bermutu dapat dilihat dari proses

    pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran

    yang baik adalah implikasi dari K TSP yang baik

    pula, sehingga keduanya selalu saling

    berkaitan.Dari keterangan di atas dapatdisimpulkan bahwa seorang Guru Penjasorkes

    SLB harus mempunyai kreativitas dan inovasi

    yang sangat tinggi agar implikasi KTSP dapat

    berjalan dengan baik. Kelebihan dan kekurangan

    pada implikasi K TSP menjadi hal yang sangat

    menarik karena dihadapkan dengan murid yang

    beragam kelainan kondisi fisik dan mentalnya.

    Sesuai dengan permasalahan di atas maka

    tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui pelaksanan kurikulum tingkat

    satuan pendidikan (KTSP) pada proses

    pembelajaran penjasorkes di SLB Negeri se-

    Kabupaten Banjarnegara tahun 2012.

    METODE PENELITIAN

    Sesuai dengan permasalahan atau tujuan

    penelitian ini metode yang digunakan adalah

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    5/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    398

    metode deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian

    survei , kemudian data yang diperoleh dianalisis

    menggunakan analisis deskriptif kuantitatif

    dengan persentase (Arikunto, 2002:213). Survei

    merupakan penelitian yang mengambil sampel

    dari satu populasi dan menggunakan kuesioner

    sebagai alat pengumpulan data yang

    pokok.Dalam survei, informasi dikumpulkan

    dari responden dengan menggunakan

    kuesioner.(Masri, 1989:3).Dalam penelitian

    untuk dapat menetapkan pengumpulan datanya

    harus dapat diketahui variabel-

    variabelnya.Variabel adalah objek penelitian

    atau yang menjadi titik perhatian penelitian

    (Arikunto, 2006:96).Pada dasarnya variabel

    suatu kunci yang sangat mempengaruhi hasildari penelitian tersebut. Variabel pada penelitian

    ini adalah pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

    pendidikan (KTSP) pada proses pembelajaran

    penjasorkes di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri

    se-Kabupaten Banjarnegara tahun 2012.Dalam

    penelitian ini yang menjadi populasi adalah

    semua kepala sekolah, guru penjasorkes, dan

    guru non penjasorkes di Sekolah Luar Biasa

    (SLB) Negeri Se-Kabupaten Banjarnegara.

    Jumlah keseluruhan adalah populasi adalah 2

    kepala sekolah, 2 guru penjasorkes, dan 35 guru

    non penjasorkes. Di Kabupaten Banjarnegaraterdapat 2 SLB, yaitu SLB Negeri Banjarnegara

    dan SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja.

    Teknik pengambilan sampel yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah total

    sampli ng yang artinya objek penelitian diambil

    semua sebagai sampel yaitu semua kepala

    sekolah, guru panjasorkes, dan guru non

    penjasorkes di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri

    Se-Kabupaten Banjarnegara. Jumlah

    keseluruhan sampel adalah 2 kepala sekolah, 2

    guru penjasorkes, dan 35 guru non

    penjasorkes.M etode pengumpulan data dalam

    penelitian ini yaitu observasi, angket, dan

    dokumentasi.

    Teknik analis data dalam penelitian ini

    menggunakan Analisis data atau pengolahan

    data merupakan suatu langkah penting dalam

    penelitian dalam pelaksanaannya terdapat dua

    bentuk analisis data berdasarkan jenis

    data.Apabila datanya telah terkumpul, lalu

    diklasifikasikan menjadi dua kelompok data,

    yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-

    angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam

    kata-kata atau simbol (Arikunto, 2006:239).

    Dalam penelitian ini jenis data yang

    digunakan dan didapatkan adalah data deskriftif

    kuantitatif yang berwujud angka-angka dari

    angket (kuesioner) dan data dari observasi serta

    dokumentasi, yang kemudian dideskripsikan

    sesuai kenyataan di lapangan.

    Alasan penggunaan metode analisis data

    kuantitatif pada penelitian ini adalah karena data

    yang didapat berupa jawaban-jawaban yang

    diakumulasikan dengan teknik perhitunganstatistika melalui data hasil jawaban dari para

    Guru Penjasorkes, Kepala Sekolah dan Guru

    non Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa (SLB)

    Negeri se-Kabupaten Banjarnegara.

    Setelah data terkumpul, maka dilakukan

    kegiatan-kegiatan pendahuluan dari analisis

    kuantitatif deskriptif sebagai berikut:

    1. Verivikasi data atau pengecekan data

    yaitu proses yang dilakukan setelah

    angket (kuesioner) terkumpul secara

    keseluruhan, kemudian dilihat apakah

    jawaban-jawaban dalam kuesionertersebut telah diisi atau belum.

    2. Mengelompokkan data dari angket

    dalam penelitian ini merupakan data

    yang akan dianalisis secara deskriptif

    persentase dengan langkah-langkah

    sebagai berikut:

    a. Menghitung persentase dengan rumus:

    DP=

    x 100%

    Ket:DP: Deskriptif Persentase (%)

    II : Skor Empirik,

    N : Skor Ideal atau jumlah total nilairesponden

    (Ali,1987:184).

    b. Skor yang diperoleh (dalam %) dengan

    analisis deskriptif persentase

    dikonsultasikan dengan tabel kriteria.

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    6/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    399

    Tabel 1.1

    Kriteria Analisis Deskriptif Persentase

    Sumber : Sutrisno Hadi dalam Riyadi, (2010:56).

    3. Menarik kesimpulan, yaitu membuat

    kesimpulan dari hasil data dan diskusi

    dengan pakar yang kemudian menjadi

    kesimpulan dari penelitian.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada observasi awal yang dilakukan

    pada tanggal 14 Juni sampai 15 Juni tahun

    2012 di SLB Negeri Banjarnegara guru

    pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

    memberikan pernyataan mengenai kendala yang

    dihadapi saat mereka mengampu mata pelajaran

    Penjasorkes karena berbagai aspek, diantaranya:

    1. Kurangnya sarana prasarana apabila

    Penjasorkes yang dilakukan harus sesuaidengan special olympics, yaitu olahraga

    untuk orang cacat.

    2. Kurangnya pengetahuan untuk

    berkomunikasi dengan siswa, terutama

    siswa tuna rungu.

    3. Terlalu banyak siswa didik, terdapat 18

    siswa pada SLB B dan terdapat 15

    siswa pada SLB C dalam satu kelas

    yang harus ditangani oleh satu orang

    guru pengajar dalam satu mata

    pelajaran sedangkan menurut guru

    tersebut jumlah maksimal untuk siswaSLB yang di ajar oleh satu guru adalah

    12 orang dalam satu kelas.

    Standar kompetensi dan kompetensi

    dasar SLB Negeri di Kabupaten Banjarnegara

    mengadopsi dari standar kompetensi dan

    kompetensi dasar sekolah umum yang

    implikasinya jauh berbeda dengan SLB.Kepala

    sekolah SLB Negeri Banjarnegara juga

    menyatakan bahwa selama ini KTSP dalam SLB

    hanya digunakan untuk persyaratan

    administrasi, sedangkan aplikasinya di lapangan

    masih banyak kekurangan.

    Berdasarkan hasil observasi yang

    dilakukan peneliti melihat bahwa pembinaanketenagaan yang ada di SLB Negeri se-

    Kabupaten Banjarnegara telah berjalan dengan

    baik, hal tersebut ditunjukkan dengan

    tersedianya sumber-sumber belajar bagi guru

    Penjasorkes yang sangat bermanfaat untuk

    meningkatkan kualitas kompetensi dan untuk

    memperlancar pelaksanaan tugas guru

    Penjasorkes di sekolah. Bukti pendukung lain

    juga dapat dilihat dari keaktifan guru

    Penjasorkes dalam membina hubungan dengan

    wali murid di sekolah. Namun apabila dilihat

    dari kesesuaian latar belakang dan jenjangpendidikan tenaga kerja untuk guru Penjasorkes

    SLB Negeri se-Kabupaten Banjarnegara belum

    dapat dikatakan baik karena semua guru

    Penjasorkes yang mengajar bukan merupakan

    guru lulusan dari pendidikan khusus SLB, jadi

    dalam pengajarannya guru Penjasorkes tidak

    dapat maksimal dalam menyampaikan isi dari

    pelajaran Penjasorkes yang diberikan pada

    siswa.

    Hasil observasi juga menunjukkan bahwa

    pembinaan kesiswaan yang telah berjalan di SLB

    Negeri se-Kabupaten Banjarnegara dapatdikategorikan baik, hal tersebut dapat dilihat dari

    peran guru Penjasorkes dalam mengembangkan

    minat siswa pada olahraga sehingga siswa selalu

    antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran

    penjasorkes. Pada penelitian ini diambilnya data

    dari kepala sekolah karena kepala sekolah

    No Persentase Kriteria

    1 81,5%-100% Sangat Baik2 62,5%-81,5% Baik

    3 43,75%-62,5% Cukup Baik

    4 25%-43,75% Kurang Baik

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    7/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    400

    berperan sebagai pemimpin yang harus

    mengawasi dan mengontrol bawahannya dan

    guru penjasorkes untuk melaksanakan KTSP di

    sekolah.

    Berdasarkan dari hasil observasi diperoleh

    gambaran bahwa dalam pelaksanaannya guru

    Penjasorkes telah melaksanakan KTSP dengan

    baik, mulai dari menyusun satuan pembelajaran,

    penyediaan sumber-sumber belajar, evaluasi atau

    penilaian hasil belajar, pembinaan bimbingan

    penyuluhan maupun pembinaan administrasi.

    Hal tersebut dapat dilihat dari kesiapan guru

    dalam pemilihan meteri penjasorkes, pengusaan

    materi, menyusun prota dan promes,

    menyiapkan alat peraga, sampai dengan evalusi

    pada saat akhir pembelajaran.Pendidikan merupakan upaya

    memanusiakan manusia melalui pengembangan

    kemampuan atau potensi individu sehingga bisa

    hidup secara optimal, baik secara pribadi

    maupun sebagai anggota masyarakat serta

    memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai

    pedoman hidupnya.Kurikulum merupakan

    segala bentuk pengalaman belajar yang

    dituangkan dalam rencana atau program

    pendidikan untuk mencapai tujuan

    pendidikan.Pengembangan kurikulum

    merupakan esensial dalam programpendidikan.Sasaran yang ingin dicapai bukanlah

    semata-mata memproduksi bahan pelajaran

    melainkan untuk meningkatkan kualitas

    pendidikan.

    Jenis kurikulum yang saat ini sedang

    dikembangkan adalah Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan (KTSP).Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan memfokuskan pada

    perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh

    peserta didik, Karena pelaksanaan KTSP

    didasarkan pada potensi, perkembangan dan

    kondisi peserta didik.Oleh karena itu, kurikulum

    ini mencakup sejumlah kompetensi dan

    seperangkat tujuan pembelajaran yang

    dinyatakan sedemekian rupa sehingga

    pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk

    perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai

    suatu kriteria keberhasilan.Kegiatan

    pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu

    peserta didik menguasai sekurang-kurangnya

    tingkat kompetensi minimal, agar mereka

    mencapai tujuan yang telah diterapkan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    pelaksanaan KTSP pada proses pembelajaran

    penjasorkes di sekolah luar biasa se-Kabupaten

    Banjarnegara sebagian besar termasuk dalam

    kategori baik, hal ini ditunjukkan dengan

    pengisian butir angket yang mewakili indikator-

    indikator penelitian yang dijawab dengan

    keadaan yang sebenarnya oleh kepala sekolah,

    guru penjasorkes dan guru non penjasorkes.

    Kepala sekolah adalah seorang pemimpin

    dalam sebuah instansi sekolah, yang harus

    profesional dalam tugas dan tanggung jawabnyademi terwujudnya tujuan sekolah dan tujuan

    pendidikan.Peran kepala sekolah dalam

    pelaksanaan KTSP yaitu dalam pengawasan dan

    kebijaksanaan baik dalam aspek pembinaan,

    administrator, koordinator dan menejemen

    pelaksaan kurikulum.Berdasarkan hasil

    penelitian dari jawaaban angket kepala sekolah

    menunjukkan bahwa untuk indikator pembinaan

    kesiswaan dan pembinaan sistem pengajaran

    memiliki kemampuan dalam kategori

    baik.Berdasarkan hasil pengamatan peneliti

    untuk indikator kesiswaan dibuktikan sudahadanya perhatian yang baik dari sekolah

    terhadap siswa terutama guru Penjasorkes, di

    mana hal tersebut sangat berpengaruh pada

    pengembangan minat, dan kreatifitas para siswa

    baik dalam kegiatan kurikuler maupun kegiatan

    ekstrakurikuler.Untuk indikator pembinaan

    sitem pengajaran dibuktikan dengan

    tercapainnya pembelelajaran yang baik dan

    efektif oleh guru Penjasorkes pada anak

    didiknya. Sedangkan untuk indikator-indikator

    yang lain seperti pembinaan ketenagaan,

    pembinaan sarana intruksional, pembinaan

    lingkungan, dan pembinaan keuangan kepala

    sekolah memberikan penilan terhadap guru

    Penjasorkes dengan kategori cukup baik dan

    baik.

    Hasil analisisDeskripti f Prosentasepenilaian

    kepala sekolah terhadap peaksanaan KTSP pada

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    8/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    401

    proses pembelajaran penjasorkes secara

    keseluruhan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri

    se-Kabupaten Banjarnegara dapat disimpulkan

    bahwa yang termasuk dalam kategori cukup baik

    ada 1 kepala sekolah (50%) dan yang termasuk

    dalam kategori baik ada 1 kepala sekolah (50%).

    Guru adalah pelaksana dalam proses

    pembelajaran, dalam proses kurikulum peran

    guru sangat penting demi terwujudnya tujuan

    sekolah maupun tujuan pendidikan. Peran guru

    dalam pelaksanaan KTSP yaitu guru harus

    mengetahui kurikulum sekolah, paham terhadap

    KTSP, menguasai bahan atau membuat program

    perencanaan, melaksanakan dan membuat

    metode pembelajaran, melakukan penelitian

    atau evaluasi, meningkatkan kualitaspembelajaran sampai menyediakan layanan

    khusus.

    Berdasarkan hasil penelitian dari jawaban

    angket guru Penjasorkes dan pengamatan

    peneliti bahwa untuk indikator menelaah Silabus

    dan RPP, menyusun satuan pelajaran, dan

    pembinaan administrasi bulum terlaksana

    dengan maksimal.Hal tersebut ditunjukkan

    dengan jawaban angket dari guru Penjasorkes

    yang memberikan penilaian dalam kategori

    cukup baik dan baik.Sedangkan untuk indikator

    menyediakan sumber-sumber belajar, evaluasidan penilaian hasil belajar, dan pembinaan

    bimbingan penyuluhan guru Penjasorkes

    memberikan penilaian dalam kategori baik.

    Dalam proses pembelajaran peran guru sangat

    menentukan untuk mencapai keberhasilan

    pelaksanaan kurikulum, karena kelengkapan

    sarana prasarana tidak mutlak menentukan

    keberhasilan pembelajaran apabila guru tidak

    melaksanakan tugasnya dengan baik.

    Dari hasil analisis Deskripti f Prosentase

    pelaksanaan KTSP guru Penjasorkes secara

    keseluruhan pada proses pembelajaran

    penjasorkes di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri

    se-Kabupaten Banjarnegara dapat disimpulkan

    bahwa yang termasuk dalam kategori baik ada

    2 guru penjasorkes (100%).

    Peneliti dapat menyimpulkan bahwa

    sebaiknya perencanaan pembelajaran KTSP oleh

    guru penjasorkes di SLB Negeri se-Kabupaten

    Banjarnegara ditunjukkan dari telah

    dilaksanakannya pelaksanaan KTSP oleh pihak

    sekolah dan telah digunakannya KTSP dalam

    setiap pembelajaran penjasorkes disekolah,

    diantaranya adalah program tahunan, program

    semester, dan program pengayaan, serta

    sebaiknya guru Penjasorkes telah melaksanakan

    pre tes sebelum proses pembelajaran berlangsung

    untuk mengetahui kemampuan awal siswa

    sebagai dasar tindakan saat pelaksanaan proses

    pembelajaran. Disaat akhir pembelajaran guru

    selalu melakukan evaluasi untuk mengukur daya

    serap siswa terhadap materi yang disampaikan

    dan hasil ini akan dijadikan sebagai

    pertimbangan perlu tidaknya pengayaan materiterhadap siswa.

    Seperti diketahui bahwa tujuan proses

    pembelajaran adalah untuk membantu

    menguasai sekurang-kurangnya tingkat

    kompetensi minimal sesuai dengan tujuan yang

    ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut

    diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik

    sekolah, wali murid, dan instansi yang terkait

    dalam hal penyediaan sarana dan prasarana

    yang diperlukan yang dibutuhkan dalam KTSP

    tersebut.Guru non penjasorkes juga sangat

    berperan penting dalam pelaksanaan kurikulumdisekolah karena guru merupakan faktor penentu

    keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Hasil

    analisis Deskriptif Prosentase penilaian guru non

    penjasorkes terhadap peaksanaan KTSP pada

    proses pembelajaran penjasorkes secara

    keseluruhan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri

    se-Kabupaten Banjarnegara dapat disimpulkan

    bahwa yang termasuk dalam kategori cukup baik

    ada 16 guru non penjasorkes (45,71%) dan yang

    termasuk dalam kategori baik ada 19 guru non

    penjasorkes (54,29%).

    Pada penelitian ini diambilnya data dari

    guru non penjasorkes, bertujuan untuk

    memberikan penilaian atau persepsi mengenai

    kinerja guru Penjasorkes disekolah dalam

    melaksanakan KTSP selaku rekan kerja. Proses

    belajar mengajar adalah operasionalisasi dari

    kurikulum. Beberapa upaya yang harus

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    9/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    402

    dilakukan oleh seorang guru agar proses

    pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai

    dengan rambu-rambu yang ada dalam GBPP

    adalah:

    a. Menelaah Silabus dan RPP

    b. Menyusun satuan pelajaran

    c. Penyediaan sumber-sumber belajar

    d. Evaluasi atau penilaian hasil belajar

    e. Pembinaan bimbingan penyusunan

    f. Pembinaan administrasi guru

    Pelaksanaan KTSP penjasorkes

    harus didukung oleh semua elemen sekolah baik

    peran dari kepala sekolah karena kepala sekolah

    bertanggung jawab penuh terhadap

    penyelenggaraan pendidikan di sekolah, yang

    mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagaiadministrator, koordinator dan menejemen

    pelaksanaan kurikulum yang artinya kepala

    sekolah harus merencanakan bagaimana

    pelaksanaan kurikulum di sekolah, berusaha

    mendorong guru agar melaksanakan kurikulum

    dengan baik dan benar, mengorganisasi semua

    sumber demi terlaksanya kurikulum dan

    memantau atau menilai pelaksanaan kurikulum

    pada sekolah yang dipimpinnya. Pelaksanaan

    KTSP sangat didukung oleh peran seorang guru,

    dimana seorang guru sebagai pelaksana dalam

    proses pembelajaran yang berusaha untukmeningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil

    belajar yang dicapai siswa. Seorang guru harus

    paham dan mengerti kurikulum, merencanakan

    pembelajaran, dan meningkatkan kualitas

    pembelajaran.

    KESIMPULAN

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    pelaksanaan KTSP pada proses pembelajaran

    penjasorkes di sekolah luar biasa se-Kabupaten

    Banjarnegara sebagian besar termasuk dalam

    kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil dari

    penilaian Guru Penjasorkes yang memberi

    penilaian dalam kategori baik 2 guru

    (100%).Hasil ini juga didukung oleh hasil dari

    penilaian kepala sekolah yang memberi

    penilaian dalam kategori baik 1 kepala sekolah

    (50%) dan cukup baik 1 kepala sekolah (50%).

    Sedangkan Pelaksanaan KTSP menurut guru

    non penjasorkes memberikan penilaian dalam

    kategori baik 19 guru non penjasorkes (54,29%)

    dan kategori cukup baik 16 guru non penjasorkes

    (45,71%). Dalam penelitian yang didapatkan

    terjadi angka yang cukup seimbang antara

    kategori baik dan cukup baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali, M. 1987. Peneli ti an Kependidikan

    Prosedur Dan Strategi. Bandung: Aksara.

    Amin, M. dan Dwidjosumarto, A.

    1979.Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:

    PT. Aqua Press.

    Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu

    Pendekatan Prakti k (Edisi Revisi V ).jakarta: PT.Rineka Cipta.

    Hadi, S. 1990. Metedologi Research.

    Yogyakarta: Andi Offest.

    Mulyasa, E. 2006.Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan. Bandung:Rosadakarya.

    Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1989.

    Metode Peneli ti an Survei. J akarta: LP3ES.

    Tarigan, B. 2000.Penjaskes Adapti f.Jakarta:

    Departemen pendidikan Nasional Direktorat

    Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah

    Bagian Proyek Penataran Guru SLT Setara D-

    III.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

    tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 butir

    19.

  • 7/23/2019 1549-2973-1-SM

    10/10

    Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)

    403