1549-2973-1-SM
Transcript of 1549-2973-1-SM
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
1/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
394
ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (7) (2013)
J ournal of Physical Education, Sport, Health and
Recreation
http:/ / journal.unnes.ac.id/ sju/ index.php
SURVEI PELAKSANAA N KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKA N
(KTSP) PADA PROSES PEMBELAJ ARAN PENJASORKES DI SLB NEGERI
SE-KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012
Tri Aji Santoso, Sulaiman, Ipang Setiawan
Prodi Pendidikan Jasmani,Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel________________Sejarah Arti kel:
Diterima Agustus 2012
Disetujui September 2012
Dipublikasikan J uni 2013
________________Keywords:
KT SP, Learning, and
Penjasorkes
SLB__________________
__
Abstrak
___________________________________________________________________Permasalahan utama yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (K TSP) pada proses pembelajaran penjasorkes di SLB Negeri
se-K abupaten Banjarnegara tahun 2012? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada proses pembelajaran
penjasorkes di SLB N egeri se-Kabupaten Banjarnegara tahun 2012. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode peneli tian deskriptif kuantitatif. Metode Pengumpulan data dalam
peneltitian ini adalah 1) A ngket, 2) Observasi dan 3) Dokumentasi. Kemudian data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan KTSP pada proses pembelajaran penjasorkes di sekolah luar
biasa se-K abupaten Banjarnegara sebagian besar termasuk dalam kategori baik. Hal iniditunjukkan oleh hasil dari penilaian Guru Penjasorkes yang memberi penilaian dalam kategori
baik 2 guru (100%). Hasil ini juga didukung oleh hasil dari penilaian kepala sekolah yang memberi
penilaian dalam kategori baik 1 kepala sekolah (50%) dan cukup baik 1 kepala sekolah (50%).
Sedangkan Pelaksanaan KTSP menurut guru non penjasorkes memberikan penilaian dalam
kategori baik 19 guru non penjasorkes (54,29%) dan kategori cukup baik 16 guru non penjasorkes
(45,71%). Dalam penelitian yang didapatkan terjadi angka yang cukup seimbang antara kategori
baik dan cukup baik.Simpulan yang didapat dari skripsi adalah pelaksanaan KTSP di SLB Negeri
se-Kabupaten Banjarnegara sudah baik. Hal ini di tunjukkan dari hasil analisis penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif persentase bahwa Kepala Sekolah, Guru Penjasorkes dan Guru
Non Penjasorkes telah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing dalam
melaksanakan KTSP. Saran yang disampaikan adalah, 1) Sekolah harus lebih meningkatkan mutu
pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum,
mengelola dan mengembangkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan dari K TSP. 2)
Guru Penjasorkes SLB hendaknya menyadari arti pentingnya melakukan telaah terhadap Silabus
dan RPP yang pada dasarnya digunakan untuk membantu siswa mencapai hasil belajar yang
optimal dan juga dapat membantu kelancaran kegiatan pembelajaran yang dilaksankan sekolah
secara umum. 3) Sebaiknya Guru Penjasorkes yang mengajar di SLB merupakan guru lulusan dari
pendidikan jasmani atau pendidikan olahraga yang khusus untuk mengajar di SLB.
Abstract
___________________________________________________________________The main problem are formulated in this research is how the implementation of the curr iculum unit level
education (KTSP) in the learni ng process in SLB Stat e penjasorkes a Banjarnegara distr ict i n 2012? The
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
2/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
395
purpose of thi s study was to determine the conduct of the educational uni t l evel curr iculum (K TSP) i n the
learning process in SLB State penjasorkes a Banjarnegara distri ct i n 2012.In this study the authors used
descriptive quantit ati ve research methods. The method used in th is reseach are 1) Questi onnai re, 2)
Observati on and 3) Documentation. The data obtained were analyzed using quant itative descript ive analysis
by a percentage.The result s showed that the impl ementat ion of KTSP in the learni ng process in schools
penjasorkes remarkable as most Banjar negara di str ict i ncluded in either category. This is demonstrated by the
result s of teacher assessments Penjasorkes who gave judgment i n either category 2 teachers (100%). These
resul ts are also supported by the results of the assessment pr incipal who gave judgment in eit her category 1
principals (50%) and a pretty good one pri ncipal (50%).W hil e the implementation of KTSP in non penjasorkes
teachers give good rat ings in the category of non penjasorkes 19 teachers (54.29%) and category pr etty well non
penjasorkes 16 teachers (45.71%). I n a study t hat found a suffi cient bal ance occurs between both categories and
was pretty good.The conclusions derived from the thesis is the implementation of KTSP i n a Stat e SLB
Banjarnegara distri ct is good. It was shown from the anal ysis of research using descri pti ve method that the
percentage of the Pri ncipal, Teachers and Teachers Non Penjasorkes Penjasorkes been carryi ng out t he duti es
and responsibi li ti es of each in implement ing KTSP. The advice given i s, 1) Schools should furt her improve the
quali ty of education through self-reli ance and init iat ive in developing school curri culum, manage and develop
the resources available to achieve the goals of the KTSP. 2) Teachers Penjasorkes SLB should realize the
importance of doing research on syllabus and lesson plans that are basically used to help students achieve
optimal learning outcomes and also can help smooth the learni ng acti vit ies carri ed out in their school in
general. 3) Should Teachers who teach in special schools Penjasorkes a graduate teacher of physical education
or sport s specifi c trai ni ng to teach in special schools.
2013 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
Universitas Negeri Semarang
Semarang 50229, I ndonesia
E-mail: [email protected]
ISSN 2252-6773
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
3/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
396
PENDAHULUAN
Pemerintah Indonesia selalu berusaha
meningkatkan pelaksanaan pengembangan di
segala bidang.Hal ini dilakukan untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan pancasila.Pembangunan
bidang pendidikan selalu mendapat perhatian
yang serius dari pemerintah.Pendidikan
merupakan aspek penting bagi perkembangan
sumber daya manusia, sebab pendidikan
merupakan wahana atau salah satu instrumen
yang digunakan bukan saja membebaskan
manusia dari keterbelakangan, melainkan juga
dari kebodohan dan kemiskinan.Pendidikan
diyakini mampu menanamkan kapasitas barubagi semua orang untuk mempelajari
pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga
dapat diperoleh manusia produktif.
Menyadari hal tersebut, pemerintah telah
melakukan upaya penyempurnaan sistem
pendidikan.Salah satunya adalah dengan
diberlakukannya kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang diharapkan dapat
mengantisipasi dan memberikan solusi terhadap
rendahnya mutu pendidikan.Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan
demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu
pembentukan manusia yang sesuai dengan
falsafah hidup bangsa yang memegang peranan
penting dalam suatu sistem pendidikan.
Pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan menjadi bagian integral dari
pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas
jasmani untuk mewujudkan tujuan pendidikan
yang aplikasinya di lapangan harus sesuai
dengan kurikulum. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pasal 1 butir 19).
Kurikulum yang diaplikasikan saat ini
adalah KTSP, dengan menyesuaikan potensi dan
sarana-prasarana yang dimilikinya. Sekolah
harus bisa merencanakan suatu proses
pembelajaran yang menarik dan memudahkan
siswanya menangkap materi. Secara umum
tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
mendirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum (Mulyasa,
2006:22).Pendidikan olahraga yang dilakukan disekolah, pembinaan dan pengembangannya
dilakukan dan diarahkan sebagai satu kesatuan
yang sistematis dan berkesinambungan dengan
sistem pendidikan nasional.
Kurikulum pendidikan jasmani kesehatan
dan olahraga di sekolah saat ini mewujudkan
paradigma baru bahwa siswa harus aktif dan
inovatif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
harus diaplikasikan dalam semua jenjang dan
jenis pendidikan baik disekolah umum maupun
di sekolah khusus seperti sekolah luar biasa
(SLB). Siswa yang memilik kecacatanmempunyai hak yang sama dengan semua yang
tidak cacat dalam memperoleh pendidikan dan
pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan
(Tarigan, 2000:8). Khusus untuk pendidikan di
sekolah luar biasa (SLB) cara penyampaiannya
tentu berbeda dengan sekolah umum. Pada
sekolah jenis ini diperlukan improvisasi pada
model pembelajarannya untuk mensukseskan
jalannya kurikulum.
Dalam pendidikan luar biasa model
pembelajaran pendidikan khusus sangat penting
karena mereka mempunyai kemampuan yang
berbeda dengan anak yang normal. M odel-
model pembelajaran pendidikan khusus yang
inovatif ditujukan agar proses pembelajaran
tidak monoton dan mudah dipahami siswa
mengingat mereka mempunyai permasalahan
dengan komunikasi dan pemahaman. Untuk
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
4/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
397
mewujudkan proses implikasi tersebut
dibutuhkan tenaga pengajar yang profesional
dengan perpaduan antara pendidikan luar biasa
dan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Kabupaten Banjarnegara mempunyai 2
SLB negeri yaitu SLB Negeri Banjarnegara yang
berada di J l. Raya Kenteng Kec.Madukara dan
SDLB Negeri Kebakalan yang berada di Desa
Kebakalan Kec.M andiraja. Pada observasi awal
yang dilakukan pada tanggal 14 Juni sampai 15
Juni tahun 2012 di SLB Negeri Banjarnegara
guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
memberikan pernyataan mengenai kendala yang
dihadapi saat mereka mengampu mata pelajaran
Penjasorkes karena berbagai aspek, diantaranya:
1.
Kurangnya sarana prasarana apabilaPenjasorkes yang dilakukan harus sesuai
dengan special olympics, yaitu olahraga
untuk orang cacat.
2. Kurangnya pengetahuan untuk
berkomunikasi dengan siswa, terutama
siswa tuna rungu.
3. Terlalu banyak siswa didik, terdapat 18
siswa pada SLB B dan terdapat 15
siswa pada SLB C dalam satu kelas
yang harus ditangani oleh satu orang
guru pengajar dalam satu mata
pelajaran sedangkan menurut gurutersebut jumlah maksimal untuk siswa
SLB yang di ajar oleh satu guru adalah
12 orang dalam satu kelas.
Standar kompetensi dan kompetensi
dasar SLB Negeri di Kabupaten Banjarnegara
mengadopsi dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar sekolah umum yang
implikasinya jauh berbeda dengan SLB.
Struktur kurikulum pada satuan pendidikan
khusus SDLB dan SMPLB mengacu pada
struktur kurikulum SD dan SMP dengan
penambahan program khusus sesuai jenis
kelainan dengan alokasi waktu 2 jam/minggu
(Mulyasa, 2006:69). Hal ini yang menuntut
kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan di SLB harus melakukan kreatifitas
dan inovasi yang tinggi untuk mengimplikasikan
KTSP pada proses pembelajaran.
Pada kenyatannya di SL B Negeri
Banjarnegara memang terdapat perbedaan teori
dan peraturan yang ada.Contohnya adalah
mengenai jumlah siswa dalam 1 kelas yang
melebihi kemampuan mengajar guru. Menurut
Amin dan Dwijosumarto (1979:10) menyatakan
bahwa, sebagai akibat adanya perbedaan-
perbedaan dari individu yang kadang-kadang
cukup tajam, seorang guru di sekolah luar biasa
hanya mampu mengajar maksimal 12 orang
murid, melebihi jumlah tersebut membawa
akibat anak didiknya tidak mungkin
mendapatkan perhatian secara baik. Kenyataan
di lapangan menunjukan 1 guru harus mengajar
lebih dari 12 siswa dalam 1 kelas, ini
mengakibatkan terhambatnya proses belajarpeserta didik.
Bukti pendukung yang lain adalah
pengakuan dari kepala sekolah SLB Negeri
Banjarnegara menyatakan bahwa selama ini
KTSP dalam SLB hanya digunakan untuk
persyaratan administrasi, sedangkan aplikasinya
di lapangan masih banyak kekurangan. Sekolah
yang baik dan bermutu dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran
yang baik adalah implikasi dari K TSP yang baik
pula, sehingga keduanya selalu saling
berkaitan.Dari keterangan di atas dapatdisimpulkan bahwa seorang Guru Penjasorkes
SLB harus mempunyai kreativitas dan inovasi
yang sangat tinggi agar implikasi KTSP dapat
berjalan dengan baik. Kelebihan dan kekurangan
pada implikasi K TSP menjadi hal yang sangat
menarik karena dihadapkan dengan murid yang
beragam kelainan kondisi fisik dan mentalnya.
Sesuai dengan permasalahan di atas maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) pada proses
pembelajaran penjasorkes di SLB Negeri se-
Kabupaten Banjarnegara tahun 2012.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan atau tujuan
penelitian ini metode yang digunakan adalah
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
5/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
398
metode deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian
survei , kemudian data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif
dengan persentase (Arikunto, 2002:213). Survei
merupakan penelitian yang mengambil sampel
dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data yang
pokok.Dalam survei, informasi dikumpulkan
dari responden dengan menggunakan
kuesioner.(Masri, 1989:3).Dalam penelitian
untuk dapat menetapkan pengumpulan datanya
harus dapat diketahui variabel-
variabelnya.Variabel adalah objek penelitian
atau yang menjadi titik perhatian penelitian
(Arikunto, 2006:96).Pada dasarnya variabel
suatu kunci yang sangat mempengaruhi hasildari penelitian tersebut. Variabel pada penelitian
ini adalah pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) pada proses pembelajaran
penjasorkes di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
se-Kabupaten Banjarnegara tahun 2012.Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah
semua kepala sekolah, guru penjasorkes, dan
guru non penjasorkes di Sekolah Luar Biasa
(SLB) Negeri Se-Kabupaten Banjarnegara.
Jumlah keseluruhan adalah populasi adalah 2
kepala sekolah, 2 guru penjasorkes, dan 35 guru
non penjasorkes. Di Kabupaten Banjarnegaraterdapat 2 SLB, yaitu SLB Negeri Banjarnegara
dan SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja.
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampli ng yang artinya objek penelitian diambil
semua sebagai sampel yaitu semua kepala
sekolah, guru panjasorkes, dan guru non
penjasorkes di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
Se-Kabupaten Banjarnegara. Jumlah
keseluruhan sampel adalah 2 kepala sekolah, 2
guru penjasorkes, dan 35 guru non
penjasorkes.M etode pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu observasi, angket, dan
dokumentasi.
Teknik analis data dalam penelitian ini
menggunakan Analisis data atau pengolahan
data merupakan suatu langkah penting dalam
penelitian dalam pelaksanaannya terdapat dua
bentuk analisis data berdasarkan jenis
data.Apabila datanya telah terkumpul, lalu
diklasifikasikan menjadi dua kelompok data,
yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-
angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam
kata-kata atau simbol (Arikunto, 2006:239).
Dalam penelitian ini jenis data yang
digunakan dan didapatkan adalah data deskriftif
kuantitatif yang berwujud angka-angka dari
angket (kuesioner) dan data dari observasi serta
dokumentasi, yang kemudian dideskripsikan
sesuai kenyataan di lapangan.
Alasan penggunaan metode analisis data
kuantitatif pada penelitian ini adalah karena data
yang didapat berupa jawaban-jawaban yang
diakumulasikan dengan teknik perhitunganstatistika melalui data hasil jawaban dari para
Guru Penjasorkes, Kepala Sekolah dan Guru
non Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Negeri se-Kabupaten Banjarnegara.
Setelah data terkumpul, maka dilakukan
kegiatan-kegiatan pendahuluan dari analisis
kuantitatif deskriptif sebagai berikut:
1. Verivikasi data atau pengecekan data
yaitu proses yang dilakukan setelah
angket (kuesioner) terkumpul secara
keseluruhan, kemudian dilihat apakah
jawaban-jawaban dalam kuesionertersebut telah diisi atau belum.
2. Mengelompokkan data dari angket
dalam penelitian ini merupakan data
yang akan dianalisis secara deskriptif
persentase dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menghitung persentase dengan rumus:
DP=
x 100%
Ket:DP: Deskriptif Persentase (%)
II : Skor Empirik,
N : Skor Ideal atau jumlah total nilairesponden
(Ali,1987:184).
b. Skor yang diperoleh (dalam %) dengan
analisis deskriptif persentase
dikonsultasikan dengan tabel kriteria.
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
6/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
399
Tabel 1.1
Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
Sumber : Sutrisno Hadi dalam Riyadi, (2010:56).
3. Menarik kesimpulan, yaitu membuat
kesimpulan dari hasil data dan diskusi
dengan pakar yang kemudian menjadi
kesimpulan dari penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada observasi awal yang dilakukan
pada tanggal 14 Juni sampai 15 Juni tahun
2012 di SLB Negeri Banjarnegara guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
memberikan pernyataan mengenai kendala yang
dihadapi saat mereka mengampu mata pelajaran
Penjasorkes karena berbagai aspek, diantaranya:
1. Kurangnya sarana prasarana apabila
Penjasorkes yang dilakukan harus sesuaidengan special olympics, yaitu olahraga
untuk orang cacat.
2. Kurangnya pengetahuan untuk
berkomunikasi dengan siswa, terutama
siswa tuna rungu.
3. Terlalu banyak siswa didik, terdapat 18
siswa pada SLB B dan terdapat 15
siswa pada SLB C dalam satu kelas
yang harus ditangani oleh satu orang
guru pengajar dalam satu mata
pelajaran sedangkan menurut guru
tersebut jumlah maksimal untuk siswaSLB yang di ajar oleh satu guru adalah
12 orang dalam satu kelas.
Standar kompetensi dan kompetensi
dasar SLB Negeri di Kabupaten Banjarnegara
mengadopsi dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar sekolah umum yang
implikasinya jauh berbeda dengan SLB.Kepala
sekolah SLB Negeri Banjarnegara juga
menyatakan bahwa selama ini KTSP dalam SLB
hanya digunakan untuk persyaratan
administrasi, sedangkan aplikasinya di lapangan
masih banyak kekurangan.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti melihat bahwa pembinaanketenagaan yang ada di SLB Negeri se-
Kabupaten Banjarnegara telah berjalan dengan
baik, hal tersebut ditunjukkan dengan
tersedianya sumber-sumber belajar bagi guru
Penjasorkes yang sangat bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas kompetensi dan untuk
memperlancar pelaksanaan tugas guru
Penjasorkes di sekolah. Bukti pendukung lain
juga dapat dilihat dari keaktifan guru
Penjasorkes dalam membina hubungan dengan
wali murid di sekolah. Namun apabila dilihat
dari kesesuaian latar belakang dan jenjangpendidikan tenaga kerja untuk guru Penjasorkes
SLB Negeri se-Kabupaten Banjarnegara belum
dapat dikatakan baik karena semua guru
Penjasorkes yang mengajar bukan merupakan
guru lulusan dari pendidikan khusus SLB, jadi
dalam pengajarannya guru Penjasorkes tidak
dapat maksimal dalam menyampaikan isi dari
pelajaran Penjasorkes yang diberikan pada
siswa.
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa
pembinaan kesiswaan yang telah berjalan di SLB
Negeri se-Kabupaten Banjarnegara dapatdikategorikan baik, hal tersebut dapat dilihat dari
peran guru Penjasorkes dalam mengembangkan
minat siswa pada olahraga sehingga siswa selalu
antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran
penjasorkes. Pada penelitian ini diambilnya data
dari kepala sekolah karena kepala sekolah
No Persentase Kriteria
1 81,5%-100% Sangat Baik2 62,5%-81,5% Baik
3 43,75%-62,5% Cukup Baik
4 25%-43,75% Kurang Baik
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
7/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
400
berperan sebagai pemimpin yang harus
mengawasi dan mengontrol bawahannya dan
guru penjasorkes untuk melaksanakan KTSP di
sekolah.
Berdasarkan dari hasil observasi diperoleh
gambaran bahwa dalam pelaksanaannya guru
Penjasorkes telah melaksanakan KTSP dengan
baik, mulai dari menyusun satuan pembelajaran,
penyediaan sumber-sumber belajar, evaluasi atau
penilaian hasil belajar, pembinaan bimbingan
penyuluhan maupun pembinaan administrasi.
Hal tersebut dapat dilihat dari kesiapan guru
dalam pemilihan meteri penjasorkes, pengusaan
materi, menyusun prota dan promes,
menyiapkan alat peraga, sampai dengan evalusi
pada saat akhir pembelajaran.Pendidikan merupakan upaya
memanusiakan manusia melalui pengembangan
kemampuan atau potensi individu sehingga bisa
hidup secara optimal, baik secara pribadi
maupun sebagai anggota masyarakat serta
memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai
pedoman hidupnya.Kurikulum merupakan
segala bentuk pengalaman belajar yang
dituangkan dalam rencana atau program
pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.Pengembangan kurikulum
merupakan esensial dalam programpendidikan.Sasaran yang ingin dicapai bukanlah
semata-mata memproduksi bahan pelajaran
melainkan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Jenis kurikulum yang saat ini sedang
dikembangkan adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan memfokuskan pada
perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh
peserta didik, Karena pelaksanaan KTSP
didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik.Oleh karena itu, kurikulum
ini mencakup sejumlah kompetensi dan
seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemekian rupa sehingga
pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai
suatu kriteria keberhasilan.Kegiatan
pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu
peserta didik menguasai sekurang-kurangnya
tingkat kompetensi minimal, agar mereka
mencapai tujuan yang telah diterapkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan KTSP pada proses pembelajaran
penjasorkes di sekolah luar biasa se-Kabupaten
Banjarnegara sebagian besar termasuk dalam
kategori baik, hal ini ditunjukkan dengan
pengisian butir angket yang mewakili indikator-
indikator penelitian yang dijawab dengan
keadaan yang sebenarnya oleh kepala sekolah,
guru penjasorkes dan guru non penjasorkes.
Kepala sekolah adalah seorang pemimpin
dalam sebuah instansi sekolah, yang harus
profesional dalam tugas dan tanggung jawabnyademi terwujudnya tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan.Peran kepala sekolah dalam
pelaksanaan KTSP yaitu dalam pengawasan dan
kebijaksanaan baik dalam aspek pembinaan,
administrator, koordinator dan menejemen
pelaksaan kurikulum.Berdasarkan hasil
penelitian dari jawaaban angket kepala sekolah
menunjukkan bahwa untuk indikator pembinaan
kesiswaan dan pembinaan sistem pengajaran
memiliki kemampuan dalam kategori
baik.Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
untuk indikator kesiswaan dibuktikan sudahadanya perhatian yang baik dari sekolah
terhadap siswa terutama guru Penjasorkes, di
mana hal tersebut sangat berpengaruh pada
pengembangan minat, dan kreatifitas para siswa
baik dalam kegiatan kurikuler maupun kegiatan
ekstrakurikuler.Untuk indikator pembinaan
sitem pengajaran dibuktikan dengan
tercapainnya pembelelajaran yang baik dan
efektif oleh guru Penjasorkes pada anak
didiknya. Sedangkan untuk indikator-indikator
yang lain seperti pembinaan ketenagaan,
pembinaan sarana intruksional, pembinaan
lingkungan, dan pembinaan keuangan kepala
sekolah memberikan penilan terhadap guru
Penjasorkes dengan kategori cukup baik dan
baik.
Hasil analisisDeskripti f Prosentasepenilaian
kepala sekolah terhadap peaksanaan KTSP pada
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
8/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
401
proses pembelajaran penjasorkes secara
keseluruhan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
se-Kabupaten Banjarnegara dapat disimpulkan
bahwa yang termasuk dalam kategori cukup baik
ada 1 kepala sekolah (50%) dan yang termasuk
dalam kategori baik ada 1 kepala sekolah (50%).
Guru adalah pelaksana dalam proses
pembelajaran, dalam proses kurikulum peran
guru sangat penting demi terwujudnya tujuan
sekolah maupun tujuan pendidikan. Peran guru
dalam pelaksanaan KTSP yaitu guru harus
mengetahui kurikulum sekolah, paham terhadap
KTSP, menguasai bahan atau membuat program
perencanaan, melaksanakan dan membuat
metode pembelajaran, melakukan penelitian
atau evaluasi, meningkatkan kualitaspembelajaran sampai menyediakan layanan
khusus.
Berdasarkan hasil penelitian dari jawaban
angket guru Penjasorkes dan pengamatan
peneliti bahwa untuk indikator menelaah Silabus
dan RPP, menyusun satuan pelajaran, dan
pembinaan administrasi bulum terlaksana
dengan maksimal.Hal tersebut ditunjukkan
dengan jawaban angket dari guru Penjasorkes
yang memberikan penilaian dalam kategori
cukup baik dan baik.Sedangkan untuk indikator
menyediakan sumber-sumber belajar, evaluasidan penilaian hasil belajar, dan pembinaan
bimbingan penyuluhan guru Penjasorkes
memberikan penilaian dalam kategori baik.
Dalam proses pembelajaran peran guru sangat
menentukan untuk mencapai keberhasilan
pelaksanaan kurikulum, karena kelengkapan
sarana prasarana tidak mutlak menentukan
keberhasilan pembelajaran apabila guru tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Dari hasil analisis Deskripti f Prosentase
pelaksanaan KTSP guru Penjasorkes secara
keseluruhan pada proses pembelajaran
penjasorkes di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
se-Kabupaten Banjarnegara dapat disimpulkan
bahwa yang termasuk dalam kategori baik ada
2 guru penjasorkes (100%).
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa
sebaiknya perencanaan pembelajaran KTSP oleh
guru penjasorkes di SLB Negeri se-Kabupaten
Banjarnegara ditunjukkan dari telah
dilaksanakannya pelaksanaan KTSP oleh pihak
sekolah dan telah digunakannya KTSP dalam
setiap pembelajaran penjasorkes disekolah,
diantaranya adalah program tahunan, program
semester, dan program pengayaan, serta
sebaiknya guru Penjasorkes telah melaksanakan
pre tes sebelum proses pembelajaran berlangsung
untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebagai dasar tindakan saat pelaksanaan proses
pembelajaran. Disaat akhir pembelajaran guru
selalu melakukan evaluasi untuk mengukur daya
serap siswa terhadap materi yang disampaikan
dan hasil ini akan dijadikan sebagai
pertimbangan perlu tidaknya pengayaan materiterhadap siswa.
Seperti diketahui bahwa tujuan proses
pembelajaran adalah untuk membantu
menguasai sekurang-kurangnya tingkat
kompetensi minimal sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik
sekolah, wali murid, dan instansi yang terkait
dalam hal penyediaan sarana dan prasarana
yang diperlukan yang dibutuhkan dalam KTSP
tersebut.Guru non penjasorkes juga sangat
berperan penting dalam pelaksanaan kurikulumdisekolah karena guru merupakan faktor penentu
keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Hasil
analisis Deskriptif Prosentase penilaian guru non
penjasorkes terhadap peaksanaan KTSP pada
proses pembelajaran penjasorkes secara
keseluruhan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
se-Kabupaten Banjarnegara dapat disimpulkan
bahwa yang termasuk dalam kategori cukup baik
ada 16 guru non penjasorkes (45,71%) dan yang
termasuk dalam kategori baik ada 19 guru non
penjasorkes (54,29%).
Pada penelitian ini diambilnya data dari
guru non penjasorkes, bertujuan untuk
memberikan penilaian atau persepsi mengenai
kinerja guru Penjasorkes disekolah dalam
melaksanakan KTSP selaku rekan kerja. Proses
belajar mengajar adalah operasionalisasi dari
kurikulum. Beberapa upaya yang harus
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
9/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
402
dilakukan oleh seorang guru agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan rambu-rambu yang ada dalam GBPP
adalah:
a. Menelaah Silabus dan RPP
b. Menyusun satuan pelajaran
c. Penyediaan sumber-sumber belajar
d. Evaluasi atau penilaian hasil belajar
e. Pembinaan bimbingan penyusunan
f. Pembinaan administrasi guru
Pelaksanaan KTSP penjasorkes
harus didukung oleh semua elemen sekolah baik
peran dari kepala sekolah karena kepala sekolah
bertanggung jawab penuh terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagaiadministrator, koordinator dan menejemen
pelaksanaan kurikulum yang artinya kepala
sekolah harus merencanakan bagaimana
pelaksanaan kurikulum di sekolah, berusaha
mendorong guru agar melaksanakan kurikulum
dengan baik dan benar, mengorganisasi semua
sumber demi terlaksanya kurikulum dan
memantau atau menilai pelaksanaan kurikulum
pada sekolah yang dipimpinnya. Pelaksanaan
KTSP sangat didukung oleh peran seorang guru,
dimana seorang guru sebagai pelaksana dalam
proses pembelajaran yang berusaha untukmeningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar yang dicapai siswa. Seorang guru harus
paham dan mengerti kurikulum, merencanakan
pembelajaran, dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan KTSP pada proses pembelajaran
penjasorkes di sekolah luar biasa se-Kabupaten
Banjarnegara sebagian besar termasuk dalam
kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil dari
penilaian Guru Penjasorkes yang memberi
penilaian dalam kategori baik 2 guru
(100%).Hasil ini juga didukung oleh hasil dari
penilaian kepala sekolah yang memberi
penilaian dalam kategori baik 1 kepala sekolah
(50%) dan cukup baik 1 kepala sekolah (50%).
Sedangkan Pelaksanaan KTSP menurut guru
non penjasorkes memberikan penilaian dalam
kategori baik 19 guru non penjasorkes (54,29%)
dan kategori cukup baik 16 guru non penjasorkes
(45,71%). Dalam penelitian yang didapatkan
terjadi angka yang cukup seimbang antara
kategori baik dan cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1987. Peneli ti an Kependidikan
Prosedur Dan Strategi. Bandung: Aksara.
Amin, M. dan Dwidjosumarto, A.
1979.Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
PT. Aqua Press.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Prakti k (Edisi Revisi V ).jakarta: PT.Rineka Cipta.
Hadi, S. 1990. Metedologi Research.
Yogyakarta: Andi Offest.
Mulyasa, E. 2006.Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Bandung:Rosadakarya.
Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1989.
Metode Peneli ti an Survei. J akarta: LP3ES.
Tarigan, B. 2000.Penjaskes Adapti f.Jakarta:
Departemen pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Bagian Proyek Penataran Guru SLT Setara D-
III.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 butir
19.
-
7/23/2019 1549-2973-1-SM
10/10
Tri Aji Santoso/ J ournal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (6) (2013)
403