14.pdf

9
  C a ll for Pap e r  IOE 2015 1 OMG (OCEAN MARITIM BUILDING): PUSAT RISET LAUT DAN PENGAMANAN BATAS WILAYAH TERLUAR TERDEPAN INDONESIA YANG BE RSIFAT EDUKATIF DAN REKREATIF Inovasita Alifdini (1) , Riki Tristanto (2) ,Ratu Almira Kismawardhani (3) , Yochi Okta Andrawina (4)  1. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: [email protected] 2. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: [email protected] 3. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: [email protected] 4. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: [email protected] Abstrak Indonesia merupakan negara maritim dengan kekayaan laut yang sangat melimpah. Kekayaan laut yang dimiliki Indonesia dapat dijadikan sebagai lahan riset dan pariwisata. Kekayaan ini tersebar hingga daerah terluar terdepan Indonesia yang belum dijaga dengan  baik sehingga rawan terhadap persengketaan batas wilayah dengan negara tetangga. Solusi yang kami usulkan adalah membangun OMG (Ocean Maritim Building) di kawasan pesisir Pulau Marore Kepulauan Talaud Sulawesi Utara. OMG merupakan pusat riset kelautan yang terintegrasi dengan pariwisata pendidikan laut dan pengamanan wilayah  perbatasan. OMG dikelola oleh mas yarakat setempat, sehingga dapat memberdayakan potensi masyarakat. Pemilihan lokasi di Pulau Marore, dikarenakan Kepulauan Talaud memiliki keanekaragaman biodiversity yang tinggi dan daerah terluar terdepan. Langkah strategis untuk merealisasikan pembangunan OMG adalah dengan berkoordinasi dengan pemerintah dan para ahli mengenai koordinat lokasi, rancangan bangunan, serta sistem pengelolaan bangunan ini. Hasil yang diharapkan dengan adanya OMG adalah meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa Indonesia merupakan bangsa maritim dengan potensi kelautan yang besar. Selain itu, kegiatan riset yang ada diharapkan mampu meningkatkan berbagai inovasi di  bidang kelautan. OMG diharapkan dapat menjaga SDA dan batas wilayah negara Indonesia  pada daerah Terdepan Terluar. Pengelolaan OMG langsung oleh masyarakat diharapkan dapat memberdayakan masyarakat setempat dari kondisi ketertinggalan. Kata Kunci: Ocean Maritim Building, Pulau Marore, Riset Kelautan, Kepulauan Talaud I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki wilayah laut, sebesar 5,8  juta km 2 . Selain itu, Indonesia memiliki lebih dari 17.504 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 95.200 km yang terpanjang kedua setelah Kanada dan berbatasan dengan  beberapa negara. Fakta fisik inilah yang membuat Indonesia dikenal sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia (Dahuri, 2013). Namun, kekayaan dan keamanan teritorial laut terutama di daerah  perbatasan Indonesia belum dikelola dengan  baik sehingga rawan terhadap persengketaan  batas wilayah dan pencurian sumber daya oleh negara tetangga. Selain itu, perhatian  pemerintah dan pihak-pihak terkait terhadap  pengembangan pengetahuan, teknologi, dan riset laut masih lemah. Lahan penelitian di laut Indonesia justru menjadi lahan riset bagi kapal-kapal asing untuk kepentingan negaranya. Berbagai kendala ini, menyebabkan banyak peneliti enggan untuk memajukan penelitian di Indonesia. Porter (1998) dalam Dahuri (2013), menyatakan bahwa, kita harus mencari  berbagai terobosan (breakthrough) untuk mendayagunakan sumberdaya kelautan secara optimal dan lestari sebagai keunggulan kompetitif ( competitive advantage) bangsa. Menurut Dahuri (2013),

Transcript of 14.pdf

  • Call for Paper IOE 2015

    1

    OMG (OCEAN MARITIM BUILDING): PUSAT RISET LAUT DAN PENGAMANAN

    BATAS WILAYAH TERLUAR TERDEPAN INDONESIA YANG BERSIFAT

    EDUKATIF DAN REKREATIF

    Inovasita Alifdini

    (1), Riki Tristanto

    (2),Ratu Almira Kismawardhani

    (3), Yochi Okta Andrawina

    (4)

    1. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: [email protected] 2. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: [email protected] 3. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: [email protected] 4. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: [email protected]

    Abstrak

    Indonesia merupakan negara maritim dengan kekayaan laut yang sangat melimpah.

    Kekayaan laut yang dimiliki Indonesia dapat dijadikan sebagai lahan riset dan pariwisata.

    Kekayaan ini tersebar hingga daerah terluar terdepan Indonesia yang belum dijaga dengan

    baik sehingga rawan terhadap persengketaan batas wilayah dengan negara tetangga.

    Solusi yang kami usulkan adalah membangun OMG (Ocean Maritim Building) di

    kawasan pesisir Pulau Marore Kepulauan Talaud Sulawesi Utara. OMG merupakan pusat

    riset kelautan yang terintegrasi dengan pariwisata pendidikan laut dan pengamanan wilayah

    perbatasan. OMG dikelola oleh masyarakat setempat, sehingga dapat memberdayakan potensi

    masyarakat. Pemilihan lokasi di Pulau Marore, dikarenakan Kepulauan Talaud memiliki

    keanekaragaman biodiversity yang tinggi dan daerah terluar terdepan. Langkah strategis untuk

    merealisasikan pembangunan OMG adalah dengan berkoordinasi dengan pemerintah dan para

    ahli mengenai koordinat lokasi, rancangan bangunan, serta sistem pengelolaan bangunan ini.

    Hasil yang diharapkan dengan adanya OMG adalah meningkatkan pemahaman

    masyarakat bahwa Indonesia merupakan bangsa maritim dengan potensi kelautan yang besar.

    Selain itu, kegiatan riset yang ada diharapkan mampu meningkatkan berbagai inovasi di

    bidang kelautan. OMG diharapkan dapat menjaga SDA dan batas wilayah negara Indonesia

    pada daerah Terdepan Terluar. Pengelolaan OMG langsung oleh masyarakat diharapkan dapat

    memberdayakan masyarakat setempat dari kondisi ketertinggalan.

    Kata Kunci: Ocean Maritim Building, Pulau Marore, Riset Kelautan, Kepulauan Talaud

    I. PENDAHULUAN

    Indonesia merupakan negara maritim

    yang memiliki wilayah laut, sebesar 5,8

    juta km2. Selain itu, Indonesia memiliki lebih

    dari 17.504 pulau dan dikelilingi garis pantai

    sepanjang 95.200 km yang terpanjang kedua

    setelah Kanada dan berbatasan dengan

    beberapa negara. Fakta fisik inilah yang

    membuat Indonesia dikenal sebagai negara

    maritim dan kepulauan terbesar di dunia

    (Dahuri, 2013). Namun, kekayaan dan

    keamanan teritorial laut terutama di daerah

    perbatasan Indonesia belum dikelola dengan

    baik sehingga rawan terhadap persengketaan

    batas wilayah dan pencurian sumber daya

    oleh negara tetangga. Selain itu, perhatian

    pemerintah dan pihak-pihak terkait terhadap

    pengembangan pengetahuan, teknologi, dan

    riset laut masih lemah. Lahan penelitian di

    laut Indonesia justru menjadi lahan riset bagi

    kapal-kapal asing untuk kepentingan

    negaranya. Berbagai kendala ini,

    menyebabkan banyak peneliti enggan untuk

    memajukan penelitian di Indonesia.

    Porter (1998) dalam Dahuri (2013),

    menyatakan bahwa, kita harus mencari

    berbagai terobosan (breakthrough) untuk

    mendayagunakan sumberdaya kelautan

    secara optimal dan lestari sebagai

    keunggulan kompetitif (competitive

    advantage) bangsa. Menurut Dahuri (2013),

  • Call for Paper IOE 2015

    usaha yang dilakukan untuk mewujudkan

    cita-cita luhur tersebut dalam waktu dekat,

    tahun 2025, kita harus membangun ekonomi

    kelautan berbasis inovasi dan kreativitas

    yang inklusif dan ramah lingkungan. Selain

    itu, kita mesti melalukan perubahan

    paradigma (paradigm shift) pembangunan

    nasional, dari land-based development

    menjadi ocean-based development.

    Oleh karena itu, kami mengusulkan

    pembangunan OMG (Ocean Maritim

    Building) sebagai pusat penelitian berbasis

    maritim yang multifungsi sebagai pusat riset,

    pariwisata, dan pengamanan wilayah

    perbatasan terluar terdepan Indonesia. OMG

    dikelola langsung oleh masyarakat setempat.

    OMG diharapkan dapat menjadi pusat riset

    laut yang edukatif, rekreatif dan dikenal di

    seluruh dunia, serta dapat meningkatkan

    pengamanan di wilayah perbatasan terluar

    terdepan untuk menghindari sengketa batas

    wilayah dan pencurian sumber daya oleh

    negara tetangga.

    II. LANDASAN TEORI

    Indonesia Sebagai Negara Maritim

    Sesuai ketentuan UNCLOS 1982,

    Indonesia merupakan Negara Kepulauan dan

    Maritim (Kusumoprajo, 2009). Luas wilayah

    kepulauan Indonesia mencapai 7,7 juta km2,

    terdiri dari 25% teritorial daratan (1,9 juta

    km2) dan 75% teritorial laut (5,8 juta km

    2).

    Jika dikalkulasikan, potensi ekonomi sektor

    kelautan Indonesia bila digarap dengan benar

    bisa mencapai 800 miliar dolar AS atau

    setara dengan Rp7.200 triliun per tahun, alias

    enam kali lipat APBN 2011 atau setengah

    Produk Domestik Bruto (PDB). Namun,

    sampai saat ini masih nol besar (Dahwilani,

    2012). Sebagai negara maritim, Indonesia

    memiliki laut yang mengandung sumber daya

    alam melimpah.

    Kurang Berkembangnya Penelitian Laut

    Oleh Bangsa Indonesia

    Penelitian ilmiah akan kondisi laut

    Nusantara baru mulai tumbuh sekitar abad

    ke-18, ketika ekspedisi-ekspedisi ilmiah dari

    Eropa mulai meluncur ke Nusantara. Setelah

    Indonesia merdeka di tahun 1945,

    perkembangan ilmu kelautan berjalan sangat

    tersendat karena kurangnya tenaga ahli dan

    fasilitas (Ahira, 2014). Kurangnya

    pengetahuan, fasilitas dan sumber daya

    manusia dengan skill yang memadai,

    membuat Indonesia masih bergantung pada

    negaranegara maju lainnya dalam melakukan penelitian laut (Nazir, 2010).

    Pelaksana tugas Kabalitbang KKP Achmad

    Poernomo, mengatakan bahwa jumlah

    peneliti kelautan dan perikanan yang dimiliki

    Indonesia jauh dari total yang diharapkan.

    Hanya sekitar 700 peneliti yang ada pada

    2013. Padahal idealnya, Indonesia

    membutuhkan 1.500 hingga 2.000 peneliti.

    Dampak dari kurangnya peneliti tersebut,

    ilmu kelautan dan perikanan Indonesia

    menjadi tak berkembang. Lahan penelitian

    yang khas Indonesia menjadi diminati dan

    diambil alih oleh peneliti asing (Badriyah,

    2012).

    Menurut Suparno (2005), beberapa

    kendala yang dihadapi dalam penelitian

    produk alam laut di Indonesia antara lain: (a)

    Kurangnya informasi mengenai jenis biota

    yang ada di Indonesia serta tempat

    tumbuhnya, (b) Peta penyebaran potensi

    biota belum ada (c) Fasilitas penelitian dan

    pakar peneliti tersebar di berbagai lembaga,

    demikian pula sarana dan prasarana tersebar

    tidak merata di berbagai lembaga penelitian

    dan perguruan tinggi, (d) Kurangnya ahli

    taksonomi dalam bidang tertentu misalnya

    spons.

    Permasalahan di Daerah Perbatasan

    Indonesia

    Menurut Mawardi (2006), beberapa

    permasalahan di perbatasan Indonesia

    adalah:

    1. Belum disepakatinya garis-garis batas dengan negara tetangga secara

    menyeluruh.

    2. Terbatasnya jumlah aparat, sarana, dan prasarana.

    3. Terjadinya kegiatan ilegal dan pelanggaran hukum.

  • Call for Paper IOE 2015

    3

    4. Kondisi ekonomi masyarakat perbatasan terluar terdepan Indonesia yang

    umumnya masih tertinggal khususnya di

    Pulau Marore.

    5. Terbatasnya perhatian pemerintah

    terhadap potensi pariwisata lokal yang

    berada di Pulau Terluar Terdepan

    Indonesia .

    Metode yang Telah Dilakukan dalam

    Penanganan Wilayah Perbatasan

    Menurut Poetranto (2011), metode yang

    telah dilakukan dalam penanganan wilayah

    perbatasan adalah:

    a. Sosialisasi, yaitu memberikan informasi

    tentang pentingnya pengamanan daerah

    perbatasan terluar terdepan guna penegakan

    kedaulatan negara.

    b. Deregulasi, yaitu penataan atau perumusan

    kembali produk peraturan dan perundang-

    undangan yang berkaitan dengan

    pembangunan dan pengamanan daerah

    perbatasan.

    c. Pendekatan Kesejahteraan dan Keamanan

    (Prosperity and Security Approach), yaitu

    suatu paradigma baru pembangunan daerah

    perbatasan yang harus dilakukan melalui

    pendekatan kesejahteraan rakyat dan

    keamanan secara bersama-sama.

    d. Partisipasi, yaitu pengamanan daerah

    perbatasan harus melibatkan seluruh lapisan

    masyarakat, termasuk peran swasta.

    e. Diplomasi, peran yang dilaksanakan oleh

    para penyelenggara negara dalam

    memberikan informasi yang benar dan

    mampu menyakinkan pihak asing dalam

    forum regional maupun internasional,

    khususnya yang berkaitan dengan

    permasalahan garis batas negara dan

    kedaulatan NKRI.

    f. Penegakan Hukum (Law Enforcement),

    mengimplementasikan aturan-aturan hukum

    positif baik undang-undang maupun

    peraturan daerah secara konsisten dan

    konsekuen melalui pemberian sanksi hukum

    yang tegas demi tegaknya supremasi hukum

    terhadap pelanggaran atau kejahatan di

    daerah perbatasan.

    III. PEMBAHASAN

    Konsep Gagasan yang Diusulkan Konsep gagasan yang kami usulkan

    adalah dengan membangun OMG (Ocean

    Maritim Building) di Pulau Marore

    Kepulauan Talaud Sulawesi Utara. Dipilih

    lokasi ini karena wilayah tersebut memiliki

    biodiversity makhluk bawah laut yang sangat

    beragam. Selain itu, di wilayah tersebut baru

    ditemukan gunung api bawah laut

    (ditemukan oleh peneliti Indonesia-Amerika)

    yang tidak berpotensi menghasilkan gempa

    vulkanik dan tsunami. Selain itu, Pulau

    Marore merupakan salah satu daerah terluar

    terdepan NKRI di utara Pulau Sulawesi.

    Selain kondisi masyarakatnya yang masih

    tertinggal, wilayah ini juga rawan terhadap

    adanya sengketa batas wilayah dan pencurian

    sumber daya oleh negara tetangga. Maka,

    lokasi ini direkomendasikan untuk dibangun

    pusat riset terpadu dengan pengembangan

    pariwisata laut sekaligus menjadi

    pengamanan di daerah perbatasan terhadap

    ancaman sengketa batas wilayah dan

    pencurian sumber daya oleh negara tetangga.

    OMG dikelola oleh masyarakat setempat

    yang telah dibekali dengan pelatihan

    keterampilan. Hal ini tentu dapat

    memberdayakan masyarakat pulau Marore

    dan daerah sekitarnya yang selama ini

    mengalami kondisi ketertinggalan. Sumber

    dana yang digunakan untuk membangun

    OMG menggunakan APBN, APBD, serta

    dana dari organisasi dunia yang peduli pada

    riset, pendidikan dan kelautan.

    OMG terintegrasi menjadi 3 fungsi

    utama yaitu bagian Laboratorium Penelitian

    Kelautan Terpadu, Pariwisata, dan Sistem

    Informasi Pengaduan Masyarakat Terpadu

    wilayah perbatasan terluar terdepan. OMG

    memiliki luas sebesar 5672 m2. OMG terdiri

    dari 3 gedung utama, yaitu Gedung A, B, dan

    C. Gedung A dan B terdiri dari 2 lantai.

    Sedangkan gedung C hanya 1 lantai. Gedung

    A memiliki tinggi 16 meter. Tinggi masing-

    masing lantai adalah 8 meter. Gedung B

  • Call for Paper IOE 2015

    memiliki tinggi 12 meter. Tinggi masing-

    masing lantai adalah 6 meter. Gedung C

    memiliki tinggi 6 meter, kecuali tinggi Ruang

    Sosialisasi Karamba Jaring Apung (Ikan

    Kerapu) dan Ruang Sosialisasi Rumput Laut

    yang hanya memiliki tinggi 4 meter. OMG

    juga dilengkapi dengan kolam

    pembudidayaan rumput laut, penangkaran

    hiu, penangkaran ikan kerapu, dan

    penangkaran penyu. Selain itu, OMG juga

    memiliki daerah hijau cemara laut, dermaga,

    serta daerah kincir angin dan sel surya.

    Gedung A lantai ke-1, berfungsi

    sebagai pariwisata dan pengamanan wilayah

    perbatasan. Pada bagian pariwisata, terdapat

    Museum Geologi dan Peninggalan Sejarah,

    serta Ruang Pameran Produk Hasil Perikanan

    dan Kelautan yang dikelola oleh masyarakat

    sekitar. Sedangkan, pusat pengamanan

    daerah perbatasan diwujudkan dengan

    adanya Ruang Sistem Informasi Pengaduan

    Masyarakat Terpadu yang dilengkapi dengan

    jaringan internet untuk pemantauan kondisi

    daerah perbatasan terluar terdepan. Selain itu,

    masyarakat dapat memberikan pengaduan

    kepada TNI mengenai masalah-masalah yang

    muncul di daerah perbatasan, seperti adanya

    pencurian sumber daya alam yang sering

    terjadi di daerah ini. Lantai ke-2 gedung A,

    terdiri dari Laboratorium dan Auditorium.

    Bangunan ini memiliki 7 ruang laboratorium

    utama yaitu, Lab Fisika Laut, Kimia Laut,

    Biologi Laut, Geologi Laut, Meteorologi dan

    Klimatologi Laut, Astronomi, dan Rekayasa

    Kelautan. Masing-masing laboratorium

    dilengkapi dengan alat-alat yang dapat

    mendukung kemajuan penelitian kelautan di

    Indonesia.

    Gedung B pada OMG, berfungsi

    sebagai Pusat Mitigasi Bencana dan Energi

    Terbaharukan. Bangunan ini terdiri dari 2

    lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai

    Ruang Pameran Pengenalan Inovasi Energi

    Terbaharukan. Sedangkan, lantai ke-2

    berfungsi sebagai ruang sosialisasi mitigasi

    bencana dan observasi astronomi. Selain itu,

    di lantai ke-2 terdapat teropong yang dapat

    digunakan untuk melihat kondisi alam di

    sekitar Pulau Marore. Selain itu, terdapat

    teropong bintang yang berfungsi untuk

    melihat benda-benda langit.

    Gedung C pada OMG merupakan

    bangunan terapung yang memiliki 3 fungsi

    utama, diantaranya: Ruang Terbuka

    Pengenalan Rumput Laut, Ruang Terbuka

    Sosialisasi Hiu, dan Ruang Terbuka

    Sosialisasi Karamba Jaring Apung (Ikan

    Kerapu). Penangkaran biota-biota tersebut

    diharapkan dapat mempermudah proses

    penelitian tentang flora dan fauna tersebut,

    mengingat populasinya yang mulai langka

    dan dibutuhkan penanganan khusus.

    Dalam wilayah gedung C terdapat

    Rumah Apung Maritim. Konsep rumah

    apung maritim adalah pengunjung akan

    dikenalkan tentang sejarah dan potensi

    kelautan Indonesia sebagai negara maritim.

    Rumah Apung Maritim diharapkan dapat

    menambah pemahaman dan rasa cinta

    pengunjung bahwa Indonesia adalah negara

    maritim. Selain itu, gedung C juga dilengkapi

    Rumah Makan Apung Maritim yang dikelola

    oleh penduduk lokal. Rumah makan ini

    diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

    penduduk Pulau Marore sehingga pulau ini

    terhindar dari kondisi ketertinggalan.

    Kebutuhan energi listrik bangunan

    OMG menggunakan pembangkit listrik

    tenaga angin dan surya sebagai wujud

    pemanfaatan energi terbaharukan yang ramah

    lingkungan. Melalui pembangunan kincir

    angin dan sel surya di alam kompleks

    bangunan OMG. Selain pemanfaatan energi

    potensial pulau, limbah yang dihasilkan oleh

    aktivitas di OMG, diolah terlebih dahulu

    sebelum dibuang, sehingga, tercipta sistem

    pengolahan limbah terpadu yang aman bagi

    lingkungan.

    Berikut ini adalah rencana lokasi

    pembangunan OMG:

  • Call for Paper IOE 2015

    5

    Gambar 1. Lokasi Pulau Marore Sulawesi

    Utara

    Gambar 2. Topografi Pulau dan Tipologi

    Pantai Pulau Marore Kabupaten Talaud

    (Perekam 7 Januari 2011)

    Berikut adalah sketsa OMG:

    Gambar 3. Sketsa Kompleks OMG

    Keterangan:

    1 = Gedung A

    2 = Gedung B

    3 = Penangkaran Penyu

    4 = Lahan Cemara

    5 = Tenaga Surya dan Angin

    6 = Tempat Duduk

    7 = Rumah Baterai

    8 = Tangga

    9 = Dermaga

    10 = Budidaya Rumput Laut

    11 = Penangkaran Hiu

    12 = Jaring Apung (Ikan Kerapu)

    13 = Ruang Sosialisasi Karamba Jaring

    Apung

    14 = Rumah Makan Apung Maritim

    15 = Ruang Sosialisasi Hiu

    16 = Rumah Apung Maritim

    17 = Sosialisasi Rumput Laut

    Gambar 4. Sketsa ruangan Gedung A

    Keterangan:

    1 = Museum Geologi dan Peninggalan

    Sejarah

    2 = Tempat Duduk

    3 = Ruang Pameran Hasil Kelautan dan

    Perikanan

    4 = Mushola

    5 = Toilet

    6 = Ruang Sistem Informasi dan Pengaduan

    Masyarakat Perbatasan

    7 = Kantor

    8 = Akuarium

    9 = Lab. Astronomi

    10 = Lab. Kimia Laut

    11 = Lab. Biologi Laut

  • Call for Paper IOE 2015

    12 = Lab. Rekayasa Kelautan

    13 = Auditorium

    14 = Lab. Geologi Laut

    15 = Lab. Fisika Laut

    16 = Lab. Meteorologi & Klimatologi Laut

    17 = Toilet

    18 = Mushola

    19 = Taman

    20 = Tangga

    Gambar 5. Sketsa ruangan Gedung B

    Keterangan:

    1 = Ruang Pameran Energi Terbaharukan

    2 = Perpustakaan Maritim

    3 = Toilet

    4 = Mushola

    5 = Ruang Mitigasi Bencana dan Observasi

    Astronomi

    6 = Tangga

    Gambar 6. Sketsa 3D OMG Tampak Dari

    Daratan

    Gambar 7. Sketsa 3D OMG Tampak Dari

    Laut

    Berikut adalah perkiraan rincian dana

    pembangunan OMG:

  • Call for Paper IOE 2015

    7

    Tabel 1. Perkiraan rincian dana

    pembangunan OMG

    Pihak-Pihak yang Dipertimbangkan

    Dapat Bekerjasama/Bersinergi dalam

    Pembangunan OMG

    1. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Kabupaten Talaud

    2. Kementerian Pekerjaan Umum, Perusahaan BUMN dan swasta di bidang

    kontraktor seperti (PT. Waskita Karya,

    PT. WIKA, PT. Adhi Karya, dll.)

    3. Masyarakat Pulau Marore 4. Kementerian Kelautan dan Perikanan serta

    Kementerian Lingkungan Hidup Republik

    Indonesia

    5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan

    Teknologi (BPPT), serta Perguruan

    Tinggi.

    6. Kementerian Riset dan Teknologi 7. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 8. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

    Kreatif

    9. Kementerian Pertahanan dan Keamanan 10. Para ahli Kelautan dan Perikanan, serta

    ahli Sipil dan Arsitektur

    11. Lembaga Internasional seperti PBB

    melalui bagian pendidikan (UNESCO),

    maupun lembaga konservasi seperti WWF

    Langkah-Langkah Strategis untuk

    Terwujudnya OMG

    1. Melakukan perencanaan design bangunan, perhitungan dana yang dibutuhkan, survei

    untuk penentuan lokasi, dan pengurusan

    perizinan pendirian OMG.

    2. Pembangunan OMG dengan melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum, Ahli Sipil,

    Arsitektur, Oseanografi, dan ilmu-ilmu

    lain terkait.

    3. Perekrutan masyarakat Pulau Marore dan sekitarnya yang telah dibekali dengan

    keterampilan untuk mengelola OMG.

    4. Perekrutan tenaga ahli (peneliti) dengan koordinasi Perguruan Tinggi dan

    Lembaga-Lembaga yang bergerak di

    bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

    5. Pembuatan manajemen struktural di OMG 6. Pengoperasionalan OMG untuk kejayaan

    Indonesia.

    IV. KESIMPULAN

    Gagasan yang kami beri judul OMG (Ocean Maritime Building): Pusat Riset Laut

    Dan Pengamanan Batas Wilayah Terluar

    Terdepan Indonesia yang Edukatif dan

    Rekreatif merupakan sebuah gagasan dengan maksud utama yaitu sebagai pusat

    penelitian berbasis kelautan, lokasi

    pariwisata pendidikan, dan pusat

    pengamanan daerah terluar terdepan

    Indonesia melalui sistem informasi

    pengaduan masyarakat terpadu yang dikelola

    TNI.

    Pembangunan OMG ini dapat

    direalisasikan dengan cara memilih koordinat

    lokasi yang tepat di Pulau Marore Kepulauan

    Talaud Sulawesi Utara, serta merencanakan

    bentuk desain bangunan maupun bahan-

    bahan yang diperlukan. Untuk pendanaan

    OMG menggunakan dana APBN, APBD

    maupun dana dari organisasi Internasional

    yang peduli pada pendidikan dan riset

    kelautan. Perekrutan tenaga kerja dapat

    dilakukan melalui perekrutan penduduk

    sekitar yang berpotensi mengelola bidang

    kepariwisataan dan telah dibekali dengan

    keterampilan sebagai langkah untuk

  • Call for Paper IOE 2015

    mengurangi pengangguran. Sedangkan,

    tenaga ahli (peneliti) dapat direkrut dari

    lembaga penelitian maupun Perguruan

    Tinggi yang ada di Indonesia serta dilakukan

    pembentukan managemen struktural

    pengurus OMG. Setelah itu, bangunan OMG

    dapat dioperasionalkan sesuai fungsinya.

    Prediksi masa depan dengan adanya

    OMG adalah penelitian kelautan di Indonesia

    semakin berkualitas, maju, berkembang dan

    mampu bersaing dengan peneliti

    Internasional. Selain itu, OMG dapat

    meningkatkan pemahaman masyarakat

    bahwa Indonesia adalah bangsa maritim,

    sehingga dapat mendorong masyarakat

    Indonesia untuk dapat mengembangkan

    potensi kelautan di Indonesia. Selain itu,

    pengamanan wilayah perbatasan terluar,

    terdepan, khususnya di daerah Talaud dapat

    lebih ditingkatkan dan harga diri bangsa

    Indonesia sebagai bangsa maritim semakin

    disegani oleh masyarakat Internasional,

    sehingga, bangsa Indonesia akan tampak

    sebagai bangsa yang jaya di lautnya.

    V. REFERENSI

    Ahira, Anne. 2014. Ilmu Kelautan.

    http://www.anneahira.com/ilmu-ilmu-

    kelautan.htm. 6 Februari 2014 (21:05). Amer, Ramses. 2002. The Association Of

    South-East Asian Nations And The

    Management Of Territorial Disputes.

    Articles. IBRU Boundary and Security

    Bulletin, Winter 2001-2002.

    Badriyah, L. 2013. Indonesia Butuh 2000

    Peneliti Kelautan dan Perikanan.

    http://www.metrotvnews.com/metronews

    /read/2013/12/30/1/204326/Indonesia-

    Butuh-2.000-Peneliti-Kelautan-dan-

    Perikanan. 6 Februari 2014 (20:35).

    Dahuri, Rokhmin. 2013. Momentum

    Mengembalikan Kejayaan Negara

    Maritim.http://www.koransindo.com/nod

    e/351114. 6 Februari 2014 (21:32).

    Dahwilani, DM. 2012. Ilmu Pengetahuan dan

    Teknologi Kelautan. http://hallo

    indonesia.blogspot.com/2012/09/ilmu-

    pengetahuan-dan-teknologi

    kelautan.html. 6 Februari 2014 (21:37). Kusumoprajo, W S. 2009. Indonesia Negara

    Maritim. Teraju. Jakarta.

    Mawardi, E. 2006. Pengembangan Sumber

    Daya Air di Pulau-Pulau Terluar

    Perbatasan Pulau Marore Kabupaten

    Kepulauan Sangihe Sulut. Pertemuan

    Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI ke-23,

    Manado. 10-12 November 2006: 1-7.

    Nazir F. 2010. Surabaya Oceanarium.

    Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh

    November (ITS). Surabaya.

    Newman, Candace dan Ellsworth LeDrew.

    2005. Towards Community- and

    Scientific-Based Information Integration

    in Marine Resource Management in

    Indonesia: Bunaken National Park Case

    Study. Environments Journal 33 (1): 5-

    24.

    Poetranto, T. 2011. Mengatasi Permasalahan

    di Daerah Perbatasan.

    http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=

    content/bagaimana-mengatasi

    permasalahan-di-daerah perbatasan. 9

    Februari 2015 (07:30).

    Prescott, Victor and Clive Schofield. 2001.

    Undelimited Maritime Boundaries of the

    Asian Rim in the Pasific Ocean.

    Maritime Briefing Vol. 3 Number 1;

    International Boundaries Research Unit,

    Department of Geography, University of

    Durham, South Road, UK.

    Ralahalu, Karel Albert dan M.Yamin Jinca.

    2013. The Development Of Indonesia

    Archipelago Transportation.

    International Refereed Journal of

    Engineering and Science (IRJES) 2 (9):

    .PP.12-18. ISSN 2319-1821.

    Suparno. 2005. Kajian Bioaktif Spons Laut

    (Forifera: Demospongiae) Suatu

    Peluang Alternatif Pemanfaatan

    Ekosistem Karang Indonesia Dalam

    Bidang Farmasi. Institut Pertanian

    Bogor (IPB). Bogor.