13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP (NEW COVER) Lanjutan … fileDicetak oleh Percetakan PT Gramedia,...

23

Transcript of 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP (NEW COVER) Lanjutan … fileDicetak oleh Percetakan PT Gramedia,...

13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

Lanjutan More About Beyond Leadership: 12 Konsep Kepemimpinan

Djokosantoso Moeljono

Penerbit PT Elex Media Komputindo

13 KONSEP BEYOND LEADERSHIPOleh: Djokosantoso Moeljono©2011, 2012 (revisi), 2016, Djokosantoso MoeljonoHak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan pertama kali olehPenerbit PT Elex Media KomputindoAnggota IKAPI, Jakarta

716061753978-602-02-9472-8

Pengembangan-Diri/Kepemimpinan

Cetakan ke-1: Maret 2011Cetakan ke-2: September 2011Cetakan ke-3: Oktober 2012 (edisi revisi)Cetakan ke-4: Agustus 2014Cetakan ke-5: Oktober 2016 (new cover)

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab Percetakan

13 Konsep Beyond Leadership cetul.indd 2 9/6/2016 11:23:21 AM

Kupersembahkan untuk istri tersayang,

Ning Surjati

Memperingati Hari Perkawinan kami yang ke-44( 1967–2011)

DAFTAR ISI

PRAKATA .......................................................................................ix

BAB I Pendahuluan ..................................................................1

BAB II Manusia: Berpikir dan Berperilaku ............................14

BAB III Perilaku Manusia .........................................................20

BAB IV Pemimpin dan Kepemimpinan ...................................38

BAB V Gaya Kepemimpinan ...................................................44

BAB VI Siapakah Pemimpin? ...................................................57

BAB VII Konsep Pertama: Kepemimpinan Nabi ......................62

BAB VIII Konsep Kedua: Ajaran Kepemimpinan dari Jawa ......82

BAB IX Konsep Ketiga: Menghindari Kesempitan Wawasan ..127

BAB X Konsep Keempat: Keseimbangan Interaksi .............134

BAB XI Konsep Kelima: Jari Tangan ......................................139

BAB XII Konsep Keenam: 3 H .................................................150

BAB XIII Konsep Ketujuh: Kesendirian Seorang Pemimpin ...160

BAB XIV Konsep Kedelapan: Positioning ..................................166

vIII 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

BAB XV Konsep Kesembilan: Analisis Kemungkinan ............175

BAB XVI Konsep Kesepuluh: Titik Pusat Keseimbangan ........189

BAB XVII Konsep Kesebelas: Kepemimpinan Utuh ..................197

BAB XVIII Konsep Kedua Belas: Etika dan Hukum ...................222

BAB XIX Konsep Ketiga Belas: Disiplin & Kehormatan ..........236

Penutup Beyond Leadership ......................................................274

Kepustakaan ....................................................................................279

Indeks ....................................................................................285

BAB I

PENDAHULUAN

DI DALAM PERJALANAN KARIER SAYA, BAIK DI LEMBAGA

PUBLIK, BISNIS, maupun nirlaba di Indonesia, ada satu “kesimpul-

an kecil” yang hendak saya tarik adalah bahwa kegagalan dan ke-

berhasilan suatu organisasi sebagian besar bergantung pada kualitas

pemimpinnya; bergantung bagaimana si pemimpin memimpin or -

gani sasinya. Barangkali orang akan cenderung mengatakan bahwa

kesimpulan tersebut dilatarbelakangi oleh budaya bangsa Indonesia

yang secara umum berpola paternalistik, atau berorientasi kepada

“bapak”, “patron”, “pemimpin”, “yang lebih senior”, atau yang sejenis-

nya. Saya tidak mengingkari kebenaran latar belakang itu, namun saya

hendak membawa ke ranah yang lebih luas.

Amerika Serikat akan gagal bertahan sebagai bangsa apabila tidak

ada pemimpin-pemimpin yang sangat di-paternalistik-i masyarakat

Amerika, seperti George Washington, Kennedy, Ronald Reagan, hingga

Bill Clinton. Singapura, entah apa jadinya tanpa seorang good dictator

2 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

seperti Lee Kuan Yew atau Malaysia tanpa Mahathir Muhammad. Ke-

jayaan General Electric antara tahun 1980-an s.d. 2000-an tidak lepas

dari keunggulan Jack Welch yang bahkan di Crottonville sen diri di-

anggap bukan lagi sebagai CEO, bahkan bukan lagi Bapak, melain-

kan Dewa. Di Gramedia, seorang Jakob Oetama adalah pim pinan,

bapak, teladan, dan seterusnya. Sementara itu, di Astra pada tahun

1980–1990-an ada William Soeryadjaja. Dan ini terjadi di setiap orga-

nisasi yang berhasil. Sebagian besar dari mereka menganggap bahwa

si pemimpin bukanlah pemimpin saja, namun seorang bapak, pena-

sihat, pelindung, teladan. Pepatah Ing Ngarsa Sun Tulada, Ing Madya

Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani adalah benar. Dan itu bukan saja

bermakna a professional leader namun juga a compassionate leader.

Namun, di dalam pengalaman saya, baik pengalaman praktik

maupun keilmuan, ternyata pemahaman kepemimpinan seperti itu

saja tidak cukup. Bagi mereka yang pernah memasuki pembelajaran

kepemimpinan melalui praktik, maka ada yang disebut sebagai lea-

dership dan beyond leadership. Kepemimpinan adalah ilmu yang dapat

dipelajari dan diajarkan pada sekolah-sekolah formal. Beyond kepe-

mimpinan tidak diajarkan di sekolah-sekolah formal, namun dapat

dipelajari dari mereka yang memilikinya. Buku ini adalah bagian dari

upaya untuk menciptakan pembelajaran kepemimpinan dan beyond

kepemimpinan.

Apa yang dipaparkan di sini adalah bagian dari proses transfer

pengetahuan dan keilmuan yang saya jalani lebih dari 40 tahun pada

lembaga publik, bisnis, dan nirlaba. Bagi saya ilmu akan mempunyai

makna apabila kita membagi dengan orang lain. Saya juga termasuk

di dalam kelompok yang yakin bahwa amal yang tidak akan pernah

merugi adalah amal keilmuan. Sebuah ilmu dan pengetahuan jika

Pendahuluan 3

diperbagikan, maka mereka yang menerima akan mengembangkan

dan memperbagikan lebih lanjut. Prosesnya ibarat reaksi pemecahan

nuklir. Demikian juga pengetahuan. Bukan saja prosesnya sama, na-

mun apabila proses reaksinya berjalan makin jauh dan makin besar,

maka “gempa” yang dihasilkannya tidak berbeda dengan bom nuklir.

Tujuan kedua dari proses penulisan ini adalah bagian dari ke-

inginan saya untuk belajar lebih lanjut tentang pemimpin, kepemim-

pinan, dan di balik kepemimpinan. Proses penulisan ini secara lang-

sung maupun tidak langsung memaksa saya untuk belajar kembali,

baik dalam bentuk menggali kembali pengalaman di masa lalu, me-

lakukan penelitian, mencari kepustakaan, hingga melakukan diskusi

panjang lintas profesi dan generasi. Hasilnya adalah sebuah rumusan

yang lebih komprehensif dibanding pemahaman awal saya tentang ke-

pemimpinan.

Tidak dipungkiri, basis pemahaman kepemimpinan yang saya

kembangkan di sini adalah industri perbankan, di mana saya berun-

tung mendapatkan pembelajaran secara praktik tidak kurang dari 30

tahun. Pilihan perbankan sebenarnya lebih menguntungkan, karena

ini adalah industri yang mengedepankan kecakapan manusia ( hu-

man ability) daripada kecakapan keterampilan ( skill ability). Sebuah

profesi di mana kepemimpinan menjadi faktor yang lebih menen-

tukan dibanding faktor-faktor lain, karena produk yang dijualnya

adalah jasa kepercayaan. Dari industri perbankan, basis profesi saya

kembangkan secara luas di sektor publik dan nirlaba, di mana saya

mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri secara penuh.

Sebagaimana diketahui bahwa pada semua lembaga yang berusaha

di bidang jasa kepercayaan seperti bisnis perbankan, maka salah satu

faktor yang sangat menentukan berhasil tidaknya menjalankan usaha

4 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

tersebut adalah faktor sumber daya manusianya. Usaha-usaha lainnya

yang sejenis dengan perbankan, seperti perusahaan penerbangan, tra-

vel biro, jasa asuransi, jasa konsultansi, law-fi rm, dan lain-lain, pada

haki katnya mempunyai kebergantungan yang sangat dominan pada

unsur manusianya.

Dalam hubungan dengan hal tersebut, menurut pembelajaran

saya, yang dipimpin oleh seorang pemimpin sebenarnya hanya satu

hal, yaitu manusia. Tepatlah kata bijak yang menyatakan bahwa lead-

ers lead only people, nothing else. Dalam keseharian, kita tidak pernah

memimpin aset, uang, atau apa pun, kecuali manusia. Dengan demiki-

an maka dalam pemahaman lanjutan saya, hendaknya kita memimpin

dengan penuh kasih sayang, compassionate leadership. Seorang pe-

mimpin unggul tidak hanya professional, tetapi harus juga mempunyai

rasa kasih dan sayang, compassionate kepada individu yang dipimpin-

nya. Apakah maknanya? Compassionate leadership bermakna sebagai

berikut:

1. Memimpin dengan penuh kasih sayang.

Beberapa ahli memberikan pengertian dengan istilah yang le-

bih indah yaitu: “memimpin dengan hati”. Sebagai pemimpin,

seseorang harus benar-benar sadar bahwa memimpin adalah

suatu amanah, kewajiban, titipan, kepercayaan dari Allah Swt.,

Tuhan Yang Maha Esa. Bukannya hak. Dengan demikian maka

adalah wajib hukumnya seorang pemimpin harus benar-be-

nar menjaga dan menyayangi yang dipimpinnya. Makna kasih

sayang di sini sangat berbeda dengan memanjakan. Apabila

seseorang menyayangi orang lain, maka seseorang tersebut

idealnya harus selalu berusaha untuk memberikan yang ter-

baik kepada yang disayanginya, terlepas bagaimana caranya.

Pendahuluan 5

Rasa sayang tersebut sangat berbeda dengan sikap lemah,

namun justru keinginan untuk membimbing dan menghin-

darkan yang dipimpinnya dari kegagalan. Mungkin dalam

kesehariannya, sang pemimpin tersebut bersikap keras dalam

membina, penuh dengan ketegasan dan seakan-akan tanpa

kompromi, namun sebenarnya dalam lubuk hatinya yang ter-

dalam, sang pemimpin tersebut menginginkan yang terbaik

untuk yang dipimpinnya. Dia berprinsip jelas, seperti dalam

pendidikan prajurit komando: “lebih baik bermandi keringat

dalam latihan, daripada bermandi darah dalam pertempuran

nyata!” Ada ungkapan sederhana dalam bahasa Jawa: “tego

larane, ora tego patine” (lebih tega pada sakitnya, daripada tega

atas meninggalnya seseorang).

Dalam membimbing bawahan, sang pemimpin sadar

bahwa apa pun perbuatannya akan diminta pertanggungja-

waban pada hari akhir oleh yang memberikan amanah, yai-

tu Allah Swt., Tuhan YME. Dengan demikian, dia selalu siap

untuk menyiapkan kadernya secara cermat agar pelaksanaan

amanahnya berhasil.

2. Memberikan pelajaran pengetahuan, keterampilan dan ni-

lai-nilai luhur (Transfer of Knowledge and Values).

Erat kaitannya dengan kaderisasi kepemimpinan, sang pe-

mimpin wajib hukumnya untuk selalu membimbing, men-

didik, dan memajukan bawahannya. Pendekatan fi losofi snya

sangat sederhana, yaitu, bahwa pemilik dan sumber dari ilmu

adalah Allah Swt., Tuhan YME. Sementara itu, siapa pun yang

berilmu, tidaklah mungkin membalas kepada Sang Pemilik

ilmu, karena Beliau sangat Maha Pemilik. Dengan kesadaran

6 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

ini, maka sebaiknya cara membalas “pemberian pinjaman”

ilmu oleh Sang Pemilik ilmu adalah dengan memberikannya

kepada mereka yang belum berkesempatan langsung mene-

rima ilmu tersebut. Dalam istilah spiritualnya: ilmu amaliah,

amal ilmiah.

Selanjutnya, bahwa berbasis pada pengalaman empiris

saya sebagai pemimpin lebih dari 40 tahun, ternyata, kita ti-

dak perlu khawatir akan “dikalahkan” oleh bawahan karena

memberikan ilmu. Ada segi-segi lain dari kepemimpinan yang

tidak bisa begitu saja ditiru oleh siapa pun, misalkan aura, wi-

bawa, pembawaan, yang semua itu adalah suatu titipan Allah

Swt., Tuhan YME, kepada mereka yang dikehendaki oleh Be-

liau. Justru kesediaan untuk berbagi ilmu dengan bawahan,

menimbulkan rasa hormat bawahan kepada sang pemimpin.

3. Multi-fungsi terhadap bawahannya.

Sebagai seorang pemimpin, seyogianya, sang pemimpin

mempunyai waktu cukup untuk memperhatikan bawahannya

dalam beberapa faset atau aspek perhatian. Dalam kondisi ter-

tentu, dia harus mampu bertindak sebagai “orangtua”, guru,

bahkan bawahannya merasa mempunyai sahabat. Namun

demikian tentu sesuai pula dengan proporsinya. Jangan ter-

lalu dalam mencampuri urusan pribadi bawahan. Seberapa

dalamkah sang pemimpin harus mendalami masalah bawah-

an, belum ada ukuran patokannya. Semua bergantung pada

situasi dan kondisi yang dihadapi dan kembali pada prinsip

dasar, bahwa memimpin adalah suatu seni lebih daripada suatu

pengetahuan saja.

INDEKS

AAbdulgani, 195, 220

Ability

Human, 3

Sklill, 3

Agung, Alexander, 58, 162, 163

Allen, Louis, 39

Amanah, 42, 59, 61, 66, 74, 166, 170, 173-174, 232, 245, 267

Ambeg Parama Artha, 104

Anayaken Musuh, 102

Artistic, 22

Atribut, 40, 120

BBa Lima Laku, 114

Mbangun, 114

Mbebungah, 114

Mbiji, 114

Mbimbing, 114

Mbombong, 114

286 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

Benevolent, 68

Beyond horizon, 188

Bhayangkara, 100

Breznev, Leonid, 152, 154-157

Bujang, 116

Bushido, 126, 205

CCarnegie, Dale, 57

Change, leading, 69, 81

Character

assassination, 92

mature, 203

Strong, 92

Clinton, Bill, 1, 195

Cogito Ergo Sum, 14

Compassionate, 2

Comuni cerendevaten, 85

Conventional, 21

Courage, 35, 198-200, 206

Crossing, the, 178

DDecission, Ethical, 223

Delegating, 45, 48

Demokratis, 31-36, 64, 101

Descartes, Rene, 14

Dewantoro, Ki Hadjar, 107-108, 114, 189

Dhirotsaha, 101, 103

Dibyacitta, 103

Dictator, Good, 2

Diktatorial, 195

Index 287

Disiplin, 33, 37, 70, 78, 123, 173-174, 179, 188, 237, 237-240, 244-248,

252-257, 259-261

Diwyacitra, 101

Djohan, Robby, 195, 218

Djojomartono, Moeljoto, 33, 112, 138, 172, 195, 216

Drucker, Peter F, 18, 60, 74

Dupak, 117

Dupak bujang, 118

EEmpaty, 29

Enron, 225

Enterprising, 22

Esem, 116

Etika, 127, 222-227, 230-233, 239

FFixasi, 24

Frustrasi, 23

Fukuyama, Francis, 211

GGates, Jenderal, 178-182, 191-192

Gautama, Siddharta, 15

Geus, Arie de, 223

Ginong Pratidina, 102

Global Crossing, 225

Guci, 128-130, 132-133, 193

Guru Bangsa, 216

HHabibie, 59, 88, 167-168

Hadipranata, Asip F., 146

288 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

Hasto Broto, 83, 87, 282

Hear the song, not the singer, 193

Hemisphere, 176, 210

Heneng, 194

Hening, 194

Hessien, 179, 180, 192

Heterogenitas, 54

Holland, J.L., 20

Hom Ping Sut, 146-148

Hukum, 67, 78-79, 84, 88-90, 98-99, 102, 132, 209, 225, 227, 232-235

Human, 150-151, 241-42

Humble, 150-151

Humor, 150-151

IIlmu padi, 25

Ing Madyo Mangun Karso, 107, 112

Ing Ngarso Sung Tulodo, 107, 109, 111

Inkonvensional, 35

Integritas, 78, 214, 218

Introspeksi, 105, 194, 240

Introspeksi dan Koreksi, 24

JJari, 141

Ibu, 83, 121, 143, 184

Kelingking, 140, 149

Manis, 140

Telunjuk, 142, 149

Tengah, 141, 158, 163

Jogoboyo, 117

Judgement, leadership, 223, 235

Index 289

KKadiman Kusmayanto, 129

Kennedy, 1

Kepemimpinan

Delegasi, 54

Gaya Kepemimpinan, 43-54, 63, 121

Hati, 210, 212, 218-219

Jawa, 36, 122, 125

Karismatik, 40

Nyali, 212, 218

Perasaan, 216

Pikiran, 207, 209, 212, 216, 219

Situasional, 45, 52, 55

Transformasional, 40

Utuh, 197, 217, 222

Khan, Genghis, 128

Knowledge based industries, 211

Kompetensi, 30, 31, 42, 54, 55, 74, 197, 200, 201, 203, 221, 223, 228,

235, 271

Top-leader, 161

Konosuke Matsushita, 11, 224, 247

Kristus, Yesus, 76

LLeader

Manager, 81

Leadership

Beyond, 2, 271, 274

by walking around, 111

for Quality Management, 198

Personal, 67

prophet, 80

290 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

Servant, 76, 80

Situational, 121

Wisdom, 35

Lee Kuan Yew, 2

MMada, Gadjah, 99-100, 104, 106, 146, 195, 200

Universitas, 146

Mahathir Muhammad, 2

Manager-leader, 74, 80

Mangkunegara, Arya Adipati, 105

Mantrywira, 101

Masihi Samasta Bhuwana, 103

Masmada,Renny, 101

Matanggwan, 101

Maturity, 25, 52, 140

Job, 25

Psychological, 25

McClelland

David, 17

Meiji, Kaisar, 125, 204-206

Motivation, 49

Muhammad, Mahatir, 2, 195

Mulat Sariro Hangroso Wani, 106

NNabi Adam, 69, 238

Nabi Isa, 62, 76, 80

Nabi Muhammad, 62, 63-70, 75, 81, 203

Nabi Musa, 78

Napoleon Bonaparte, 110, 215

Natangguan, 102

Index 291

Nayaken Musuh, 104

Need for Achievement, 17-18

Negara Gineng Pratijna, 103

Negarakertagama, 81

OOetama, Jakob, 2, 195, 216

Otokratis, 31-32, 12-78

Otoriter, 31-34, 36

PPandega, 148-149

Pangestu, 121

Participating, 45, 47, 54

Paternalistik, 1

Pendekatan

berdasarkan ciri, 40

berdasarkan perilaku, 40

kekuasaan-pengaruh, 41

Pendekatan situasional, 41

Positioning, 166-167, 170-171, 174

Power

Anchor of, 189

Center gravity of, 189-190, 194-196

Post power syndrome, 133

Prasaja, 104

Pressure, 166

Presumption of innocent, 91

Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabhu, 102

292 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

QQuality

Emotional, 272

Intellectual, 272

Spiritual, 272

RRaden Wibisana, 82

Ramawijaya, 82

Reagan, Ronald, 1

Realistic, 20

Regressi, 23

Resignasi, 24

Role model, 78

Rumongso Biso, 121,-122

Rumongso Melu Handarbeni, 105

SSadikin, Ali, 195

Samber Nyawa, 105

Samurai, 125

Sarjawa Upasama, 103

Sarjjawopasama, 101

Satya Bhakti Prabhu, 102

Satyabhaktiy Aprabhu, 101

Self development, 67

Selling, 46

Sense of belonging, 106

Sih Samasta Bhuwana, 103

Sih Samastabhuwana, 102

Soedirman, 26, 27

Soeharto, 59, 195, 233

Index 293

Soekarno, 59, 184-188, 195, 215

Soeryadjaja, William, 2

Soewartin Moeljono Atmosoedarso, 82

Sri Rajasanegara, 99

Statesmanship, 28

Sstick and carrot, 18, 209

Strong character, 200

Sudibyo, Bambang, 189

Sukotjo Tjokroatmodjo, 184

Sulistio, 89, 90, 233-236

Sultan Agung Hanyokrokusumo, 118

Sumantri, 97

TTanggon, 95

Tan Lalana, 101

Tanri Abeng, 70, 71, 91-92, 96, 195, 200

Tan Satrisna, 101

Tan Satrsna, 103

Team work, 13

Telling, 46

Thalib, Ali bin Abi, 64, 203

The Achieving Society, 15

The fi rst among the equal, 161

Thoha, Miftah, 52, 53

Timing, 36

Tribhuana, 99

Tutur tinular, 81, 104, 125

Tut Wuri Handayani, 2, 108, 277

UUmar Bin Khatab, 15

Usia biologis, 215

294 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP

VValue, 198

Vision, 198

WWagmi Wak, 96

Wajib Melu Hangrukebi, 106

Walk the talk, 70

Warata maratani, 85

Warsito, 131

Washington, George, 1, 177-182, 184, 190-193, 215

Waspada Purwa Artha, 104

Welch, Jack, 2, 195, 216

Wicaksananeng Naya, 103

Wicaksananengnaya, 101

Wijaya, 101

Win-win solution, 162

Wisdom, 28, 215

Wuruk, Hayam, 99

YYudhoyono, Susilo Bambang, 63, 69