0911310030-Yulinar-Risky-K

9
1 GAMBARAN HISTOLOGIS TULANG VERTEBRAE DAN PROFIL HORMON ESTROGEN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) OVARIEKTOMI SETELAH MENDAPAT TERAPI TEPUNG TULANG IKAN TUNA MADIDIHANG (THUNNUS ALBACARES) Histologic Image Of Vertebrae Bone And Estrogen Hormone Profile on Ovarietomy Rats (Rattus norvegicus)) After Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) Fish Bone Meal Theraphy 1 Yulinar Risky Karaman*, 1 Agung Pramana W.M; *, 1 Aulanni’am, 1 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya *[email protected] ABSTRAK Osteoporosis merupakan suatu kondisi yang terjadi pada tulang akibat pengurangan massa tulang, mineral maupun matriks tulang sehingga kepadatan tulang berkurang dan tulang menjadi keropos. Metode penyembuhan osteoporosis sampai saat ini masih belum diketahui. Salah satu suplemen yang diyakini dapat memperlambat pembongkaran kalsium pada osteoporosis bisa dikurangi dengan mengkonsumsi tepung tulang ikan tuna madidihang. Tepung tulang ikan tuna madidihang merupakan pengolahan limbah hasil industri pengolahan ikan yang memiliki kandungan kalsium 13,19%, fosfor 0,81%, natrium 0,36%, dan zat besi 0,03%. Untuk mengkaji efek tepung tulang ikan digunakan hewan model osteoporosis. Hewan model osteoporosis adalah tikus yang diovariektomi. Tepung tulang ikan dimasukkan langsung ke dalam lambung tikus melalui sonde. Pemberian tepung tulang ikan dilakukan selama 30 hari dengan 4 kelompok perlakuan, yaitu : kelompok kontrol dan 3 kelompok terapi dengan dosis terapi 400; 800; dan 1600 mg/kg BB/hari. Setelah hari ke 31 dilakukan euthanasia dan pengambilan organ tulang vertebrae untuk pembuatan preparat histologis dan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan hormon estrogen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya penebalan pada dinding tulang vetebrae lumbal yang ditandai dengan perbedaan lebar dinding sel pada tikus kontrol dan tikus dengan perlakuan. Terapi tepung tulang ikan tuna madidihang meningkatkan kadar estrogen dalam darah pada tikus kontrol dan tikus perlakuan dan terdapat perbedaan signifikan antar perlakuan (p<0,05) yang menunjukkan adanya korelasi antara terapi tepung tulang ikan dengan kadar estrogen. Kata Kunci : Osteoporosis, Tepung tulang ikan tuna madidihang, Tulang Vertebrae, Estrogen ABSTRACT Osteoporosis is a condition that occur in bone as a result of the reduction of bone mass, bone mineral and matrix so that the bone density decreases and bones become porous. Until now osteoporosis healing method is still unknown. One supplement that is believed can slow the demolition of calcium on osteoporosis can be obtained from yellowfin tuna bone meal. Yellowfin tuna bone meal is a waste production of fish processing industry that has 13.19%

description

mmmmmmmmmmmmmmmmm

Transcript of 0911310030-Yulinar-Risky-K

  • 1

    GAMBARAN HISTOLOGIS TULANG VERTEBRAE DAN PROFIL HORMON

    ESTROGEN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) OVARIEKTOMI SETELAH

    MENDAPAT TERAPI TEPUNG TULANG IKAN

    TUNA MADIDIHANG (THUNNUS ALBACARES)

    Histologic Image Of Vertebrae Bone And Estrogen Hormone Profile on Ovarietomy

    Rats (Rattus norvegicus)) After Yellowfin

    Tuna (Thunnus albacares) Fish Bone Meal Theraphy

    1Yulinar Risky Karaman*,

    1Agung Pramana W.M; *,

    1Aulanniam, 1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya

    2Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya

    *[email protected]

    ABSTRAK

    Osteoporosis merupakan suatu kondisi yang terjadi pada tulang akibat pengurangan

    massa tulang, mineral maupun matriks tulang sehingga kepadatan tulang berkurang dan tulang

    menjadi keropos. Metode penyembuhan osteoporosis sampai saat ini masih belum diketahui.

    Salah satu suplemen yang diyakini dapat memperlambat pembongkaran kalsium pada

    osteoporosis bisa dikurangi dengan mengkonsumsi tepung tulang ikan tuna madidihang. Tepung

    tulang ikan tuna madidihang merupakan pengolahan limbah hasil industri pengolahan ikan yang

    memiliki kandungan kalsium 13,19%, fosfor 0,81%, natrium 0,36%, dan zat besi 0,03%. Untuk

    mengkaji efek tepung tulang ikan digunakan hewan model osteoporosis. Hewan model

    osteoporosis adalah tikus yang diovariektomi. Tepung tulang ikan dimasukkan langsung ke

    dalam lambung tikus melalui sonde. Pemberian tepung tulang ikan dilakukan selama 30 hari

    dengan 4 kelompok perlakuan, yaitu : kelompok kontrol dan 3 kelompok terapi dengan dosis

    terapi 400; 800; dan 1600 mg/kg BB/hari. Setelah hari ke 31 dilakukan euthanasia dan

    pengambilan organ tulang vertebrae untuk pembuatan preparat histologis dan pengambilan

    sampel darah untuk pemeriksaan hormon estrogen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya

    penebalan pada dinding tulang vetebrae lumbal yang ditandai dengan perbedaan lebar dinding

    sel pada tikus kontrol dan tikus dengan perlakuan. Terapi tepung tulang ikan tuna madidihang

    meningkatkan kadar estrogen dalam darah pada tikus kontrol dan tikus perlakuan dan terdapat

    perbedaan signifikan antar perlakuan (p

  • 2

    calcium, 0.81% phosphor, 0.36% natrium, and 0.03% iron. To assess the effect of fish bone

    meal used animal models of osteoporosis. An animal model for osteoporosis an ovariectomized

    rat so that the levels of estrogen is decreased and calcium absorption process occurs in the bones,

    resulting in osteoporosis. Fish bone meal give directly into the rats stomach. Provision of fish bone meal made for 30 days with 4 treatment groups and the control group is 3 treatment groups

    with therapeutic doses were 400,800,1600 mg / kg / day. After 31 days of treatment all rats are

    sacrified and then bone vertebrae were taken for histological slide and blood sampling for

    examination estrogen hormone. Results of this study showed a thickening of the walls of the

    lumbar spine vetebrae characterized by wide differences in the tissue wall of control rats and rats

    with treatment. Yellowfin tuna fish bone meal therapy increases estrogen levels in the blood of

    control rat and rat treated and there was a significant difference between treatments (p

  • 3

    Tingkat kepadatan tulang dapat diketahui

    dari gambaran histologis tulang dan

    mengukur tingkat Ca yang terkandung

    dalam tulang. Pemberian suplemen kalsium

    juga diharapkan dapat memberikan feedback

    terhadap produksi hormon estrogen pada

    bagian korteks organ adrenal yang diinduksi

    dari reseptor estrogen yang terdapat pada

    sel-sel osteoblast.

    MATERI DAN METODE

    Persiapan Hewan Coba

    Hewan coba dibagi menjadi empat

    kelompok, yaitu kelompok kontrol

    ovariektomi, kelompok ovariektomi yang

    diberi terapi tepung tulang ikan Tuna

    Madidihang (Thunnus albacares) dengan

    dosis 400 mg/kgBB/hari, 800mg/kg BB/hari

    dan 1600mg/kg BB/hari. Hewan coba

    diadaptasi terhadap lingkungan selama tujuh

    hari dengan pemberian makanan berupa

    ransum basal pada semua tikus. Komposisi

    ransum basal disusun berdasarkan standar

    AIN (2005) yaitu mengandung karbohidrat,

    protein, lemak, mineral, vitamin, dan air.

    Pembuatan tepung tulang

    Tulang ikan segar yang terdiri dari

    bagian tulang punggung sampai tulang ekor

    kemudian dicuci dengan air mengalir.

    Tulang ikan dikukus selam 10 menit.

    Tulang dibersihkan dari sisa daging yang

    menempel dan bagian lainnya yang tidak

    dibutuhkan kemudian dicuci dengan air

    mengalir. Tulang ikan yang telah

    dibersihkan dimasukkan ke dalam air

    mendidih dan direbus selama 30 menit

    pada suhu 1000 C. Tulang dipotong dengan

    ukuran 5 cm. Potongan tulang dimasukkan

    ke dalam panci presto lalu dipanaskan

    sampai matang, kemudian dilanjutkan

    dipresto selam 2 jam dengan api yang lebih

    kecilkan. Potongan tulang dikeringkan

    menggunakan oven dengan suhu 1200 C

    selama 35 menit. Potongan tulang yang

    sudah kering dihaluskan menggunakan

    blender hingga halus. Tepung yang

    dihasilkan diayak menggunakan ayakan

    dengan ukuran 100 mesh sehingga

    didapatkan tepung tulang ikan yang

    homogen (Thalib, 2009).

    Pembuatan Hewan Model Ovariektomi

    Seminggu pasca adaptasi pakan,

    dilakukan ovariektomi (pengambilan

    ovarium) yaitu dengan membuat sayatan

    pada lateral abdomen ke arah caudal. Tikus

    dianastesi yang menggunakan ketamin

    dengan dosis 0.6-1 ml/kg BB secara

    intravena pada vena cocygea. Selanjutnya

    rambut di area bedah dicukur pada sisi

    lateral tikus, pada daerah insisi dilakukan

    desinfeksi dengan alcohol 70%. Insisi

    dilakukan pada area bedah yaitu 2 cm

    mengikuti tulang belakang dan berjarak 1,5

    cm dari tulang belakang, dicari ovarium

    kemudian ikat dengan benang cat gut.

    Ovarium yang telah diikat lakukan

    pemotongan kemudian disisihkan. Langkah

    selanjutnya menjahit otot dengan cut gut

    kromik dengan tipe jahitan sederhana

    terputus dan menjahit kulit dengan benang

    silk dengan tipe jahitan sederhana terputus

    (Sabri, 2011). Untuk pemulihan luka pada

    tikus berlangsung selama 10 hari. Setelah

    dilakukan ovariektomi untuk memastikan

    tikus mengalami osteoporosis dilakukan

    rontgen. Hasil foto rontgen menunjukkan

    bahwa setelah 3 bulan setelah perlakuan

    ovariektomi tulang menunjukkan penurunan

    densitas yang ditandai dengan gambar

    rontgen yang menunjukkan gambar tulang

    vertebrae terlihat radiolucent

    Pemberian Terapi tepung tulang ikan Tuna

    Madidihang (Thunnus albacares)

    Pemberian terapi tepung tulang ikan

    Tuna Madidihang (Thunnus albacares)

    kepada tikus penelitian dilakukan per oral

    melalui sonde modifikasi langsung ke

    lambung tikus sebanyak 2 cc per ekornya

    dengan konsentrasi tepung yang berbeda

  • 4

    yaitu kelompok kontrol tidak diberi

    perlakuan, kelompok 2 dengan dosis 400

    mg/kg BB, kelompok 3 dengan konsentrasi

    800 mg/kg BB dan kelompok 4 dengan

    konsentrasi 1600 mg/kg BB. Tepung tulang

    ikan tuna mandidihang (Thunnus albacares)

    diberikan sebagai terapi selama satu bulan.

    Pembuatan Preparat Histopatologis Tulang

    Vertebrae

    Proses pembuatan preparat diawali

    dengan mematikan tikus kemudian

    dilakukan pembedahan dan diambil tulang

    vertebrae lumbalis. Tulang vertebrae

    dimasukkan pada larutan PFA

    (Paraformaldehida) 4%. Setelah organ

    disimpan dilakukan fiksasi dengan

    meletakkan preparat tulang vertebrae yang

    telah diisolasi, kedalam botol kaca kecil.

    Proses pembuatan preparat histologi terdiri

    dari fiksasi, dehidrasi dan infiltrasi,

    penjernihan, infiltrasi paraffin, embedding,

    sectioning, penempelan di gelas objek, serta

    pewarnaan hematoxilin eosin.

    Pengambilan sampel darah

    Sampel darah didapatkan setelah tikus

    dianastesi menggunakan ketamin, darah

    langsung diambil dari jantung melalui

    bagian apex sebanyak 3ml dengan

    menggunakan disposable syringe 5 ml.

    Sampel darah tikus yang diambil dari

    jantung kemudian dimasukkan ke dalam

    tabung reaksi dan ditunggu selama 3 jam

    hingga keluar serumnya. Kemudian serum

    disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm,

    pada suhu ruang selama tiga puluh menit

    dengan Hettich Zentrifugen. Proses

    sentrifugasi dilakukan untuk mendapatkan

    serum yang murni. Selanjutnya serum

    dimasukkan kedalam tabung eppendrof dan

    disimpan di dalam lemari es pada suhu 4C.

    Analisis Profil Hormon Estrogen

    Untuk mengetahui profil hormon estrogen

    pada tikus yang mendapat terapi tepung

    tulang ikan madidihang dilakukan

    pemeriksaan dengan metode ELISA

    indirect. Antigen diperoleh dari serum yang

    berasal dari sampel darah yang diambil dari

    jantung. Sampel darah diambil dari seluruh

    hewan coba yang mendapat perlakuan.

    Pengujian ELISA Indirect dilakukan dengan

    menggunakan 100L antigen dalam coating

    buffer dengan perbandingan 1:9 lalu

    dimasukkan dalam sumuran plate ELISA

    dan diinkubasi semalam pada suhu 40C.

    Setelah itu dicuci dengan PBS-Tween

    sebanyak 3 kali. Ditambahkan 50L

    blocking buffer (BSA 1% dalam PBS).

    Selanjutnya dicuci dengan PBS-Tween

    sebanyak 3 kali. Kemudian ditambah 100

    L antibodi primer dalam larutan PBS-BSA

    1% dengan perbandingan 1 : 500 dan

    diinkubasi selama 2 jam. Selanjutnya dicuci

    dengan PBS-Tween sebanyak 3 kali,

    ditambah 100L antibodi sekunder dalam

    Tris Buffer salin dengan perbandingan

    1:2500 dan dinkubasi selama 1,5 jam.

    Kemudian dicuci dengan PBS-Tween

    sebanyak 2 kali. Ditambah 50L substrat

    Pnpp, dilakukan inkubasi selama 30 menit,

    ditambah NaOH 1N sebanyak 50L sebagai

    penghenti reaksi. Kemudian dibaca

    absorbansinya dengan ELISA reader pada

    panjang gelombang 405 nm (Albert, 1998).

    Analisis Data

    Variabel yang dipelajari dalam

    penelitian ini meliputi perubahan kadar

    hormon estrogen menggunakan ELISA dan

    gambaran histopatologis organ vertebrae.

    Untuk pengamatan preparat hitopatologis

    dilakukan dengan pengamatan kualitatif

    ditunjang dengan data kuantitatif yaitu

    jumlah sel ostosit pada satu lapang pandang.

    Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil

    perlakuan ditabulasi dengan menggunakan

    Microsoft Office Excel dan dianalisis

  • 5

    menggunakan SPSS 20,0 for Windows

    dengan analisis ragam ANOVA. Apabila

    terdapat perbedaan nyata uji dilanjutkan

    dengan pembandingan berganda uji Tukey

    atau Beda Nyata Jujur (BNJ) = 0.05% (Kusriningrum, 2010).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengaruh Pemberian Tepung Tulang

    Ikan Tuna Madidihang (Thunnus

    albacares) Terhadap Kadar Hormon

    Estrogen Tikus Model Ovariektomi

    Hasil pengukuran kadar hormon

    estrogen pada tikus yang telah diovariektomi

    pada 4 kelompok yaitu tikus kontrol

    (ovariektomi), ovariektomi+terapi dosis 400

    mg/kg BB/hari, ovariektomi+terapi dosis

    800mg/kg BB/hari , ovariektomi+terapi

    dosis 1600 mg/kg BB/hari tercantum pada

    Tabel 1.

    Proses ovariektomi dapat menurunkan

    kadar hormon estrogen hal ini dikarenakan

    ovarium sebagai penghasil utama hormon

    estrogen tidak berfungsi, sehingga kadar

    estrogen pada tikus model ovariektomi akan

    menurun secara drastis. Penurunan kadar

    estrogen pada hewan model ovariektomi

    telah dibuktikan oleh penelitian Hartiningsih

    (2010). Berdasarkan data yang diperoleh

    diketahui bahwa kadar estrogen kelompok

    kontrol adalah yang paling rendah

    dibandingkan dengan kelompok yang lain,

    menurut penelitian yang dilakukan oleh

    Suarsana (2011) kadar estrogen pada tikus

    normal adalah berkisar antara 132-140

    g/ml darah. Penurunan kadar estrogen pada

    semua kelompok perlakuan diakibatkan oleh

    proses ovariektomi yang menyebabkan

    produksi estrogen menurun secara drastis

    karena ovarium yang merupakan penghasil

    hormon estrogen terbesar dalam tubuh telah

    diambil.

    Pada kelompok terapi terjadi perbedaan

    kadar estrogen dimana pada semua

    kelompok terapi memiliki rata-rata kadar

    estrogen yang lebih tingi dibandingkan

    kelompok tanpa perlakuan. Dari data

    tersebut diketahui kelompok dosis terapi

    1600 mg/kg BB/hari memiliki kadar

    estrogen yang paling tinggi dibandingkan

    dengan kelompok yang lain. Adanya kadar

    estrogen dalam tubuh setelah dilakukan

    proses ovariektomi dikarenakan adanya

    produksi hormon estrogen dari korteks

    adrenal ( Kawiyana, 2009).

    Organ penghasil hormon estrogen

    antara lain adalah ovarium, korteks adrenal,

    dan pada sel-sel adiposit dimana pada organ

    tersebut akan menghasilkan estrogen pada

    saat ovarium tidak memproduksi estrogen

    (Nelson, 2001). Produksi estrogen terjadi

    saat terdapat kolesterol yang nantinya akan

    diubah menjadi androstenedione yang

    merupakan bakal dari hormon reproduksi.

    Hormon androstenedione akan diubah

    menjadi hormon estrogen pada sel-sel

    granulosa.

    Pemberian tepung tulang ikan Tuna

    Madidihang yang mengandung kalsium

    tinggi memiliki korelasi dengan kadar

    hormon estrogen. Menurut Kawiyana (2009)

    tingginya kadar kalsium dalam tulang akan

    menyebabkan terjadinya ikatan antara

    kalsium dengan estrogen reseptor (ER-) yang terdapat pada sel osteoblast.

    Tabel 1. Rata-rata nilai kadar estrogen dalam darah pada masing-masing kelompok perlakuan

    Kelompok Rata-rata Kadar Estrogen dalam darah (g/mL darah)

    Kontrol (ovariektomi) 64,242661,395a

    400 mg/kg BB 69,148580,681b

    800 mg/kg BB 76,082880,701c

    1600 mg/kg BB 85,769210,857d

    Keterangan: Perbedaan notasi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan terhadap

    nilai kadar kalsium darah (p

  • 6

    Ikatan tersebut akan menginduksi

    feedback positif pada korteks adrenal

    sehingga akan menghasilkan hormon

    estrogen sehingga kadar hormon estrogen

    akan meningkat. Hal ini menunjukkan

    bahwa pemberian tepung tulang ikan Tuna

    Madidihang berpengaruh terhadap kadar

    hormon estrogen.

    Pengaruh Pemberian Tepung Tulang

    Ikan Tuna Madidihang (Thunnus

    albacares) Terhadap Gambaran

    Histologis Vertebrae Tikus Model

    Ovariektomi

    Pengaruh pemberian terapi tepung

    tulang ikan Tuna Madidihang pada

    gambaran histologis organ vertebrae tikus

    model ovariektomi dapat diamati melalui

    pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Pada

    pewarnaan HE dapat terlihat adanya

    perbedaan gambaran histopatologis antara

    tikus ovariektomi yang tidak diterapi dan

    yang diterapi dengan tepung tulang ikan

    Tuna Madidihang. Pada tikus kontrol

    ovariektomi tanpa terapi menunjukkan tebal

    dinding corpus vertebrae sebesar 1,84 mm,

    dan tikus dengan perlakuan dosis 1600

    mg/kg BB/hari memiliki tebal 3,18 mm.

    Pada semua perlakuan menunjukkan hasil

    yang sama yaitu tikus perlakuan 400 mg/kg

    BB/hari dan tikus perlakuan 800 mg/kg

    BB/hari.

    Gambar 1. Gambaran histopatologis tulang vertebrae tikus (perbesaran100x); Keterangan. (a) tikus ovariektomi tanpa terapi, (b) terapi dosis 400 mg/kg BB/hari, (c) terapi dosis 800

    mg/kg BB/hari, (d) terapi dosis 1600 mg/kg BB/hari. Garis panah merah menunjukkan

    bagian dari dinding corpus vertebrae yang diukur tebalnya dalam ukuran milimeter

    (mm).

    A. B.

    D. C.

    1,84 mm

    2,4 mm

    3,18 mm 2,6 mm

  • 7

    Hasil pengamatan Histopatologis

    terhadap 4 kelompok tikus yaitu tikus

    ovariektomi tanpa terapi, terapi dosis 400

    mg/kg BB/hari, terapi dosis 800 mg/kg

    BB/hari, terapi dosis 1600 mg/kgBB/hari

    menunjukkan terdapat korelasi antara tebal

    dinding corpus vertebrae dengan terapi

    pemberian kalsium. Dosis tertinggi

    menunjukkan ketebalan dinding yang paling

    tebal diantara perlakuan yang lain.

    Ketebalan dinding sel dilakukan dengan

    mengukur bagian bawah dinding corpus

    vertebrae.

    Pemberian terapi tepung tulang ikan

    tuna madidihang yang memiliki kadar

    kalsium yang tinggi akan meningkatkan

    kadar kalsium dalam tubuh. Tingginya kadar

    kalsium ini diakibatkan adanya proses

    absorbsi kalsium dalam pencernaan.

    Kalsium yang telah diserap akan digunakan

    dalam proses remodelling tulang. Saat

    proses remodelling berlangsung maka

    perbaikan tulang akan berjalan lebih cepat.

    Proses penebalan dinding corpus

    vertebrae berlangsung saat proses

    remodelling tulang. Tersedianya kalsium

    dalam jejunum akan dapat dapat ditranspor

    oleh 1,25 dihidroksikalsiferol yang

    diproduksi oleh ginjal. Banyaknya kalsium

    yang dapat diserap oleh pencernaan

    menyebabkan proses remodelling tulang

    berjalan sehingga sel-sel osteosit yang

    terdegradasi oleh aktivitas osteoklas dapat

    segera tergantikan.

    Pada tikus dengan perlakuan

    ovariektomi tanpa terapi menunjukkan rata-

    rata tebal tulang yang paling rendah yaitu

    1,83 mm. Sedangkan pada tikus perlakuan

    dengan dosis tertinggi yaitu 1600 mg/kg BB

    terlihat bahwa dinding bagian corpus organ

    vertebrae lebih tebal jika dibandingkan

    dengan tikus kelompok perlakuan yang lain,

    yaitu 3,18 mm.

    Tebal dinding vertebrae pada tikus

    ovariektomi menandakan bahwa terjadi

    kerusakan struktur dari tulang vertebrae,

    menurut Eklou-Kalonji (1999) tikus yang

    diovariektomi akan mengalami pengurangan

    massa tulang dan penurunan densitas tulang.

    Sedangkan pada tikus yang mendapat terapi

    dengan dosis tertinggi yaitu 1600 mg/kg

    BB/hari memiliki dinding bagian corpus

    yang paling tebal dibandingkan perlakuan

    yang lain. Penebalan dinding tersebut

    menunjukkan bahwa terapi tepung tulang

    ikan Tuna Madidihang memberikan efek

    pada proses perbaikan tulang yang

    mengalami penurunan densitas akibat efek

    dari ovariektomi. Hal ini sesuai dengan

    penelitian yang dilakukan oeh (Masyitha,

    2006) yang menyatakan bahwa pemberian

    pakan dengan rasio fosfat dan kalsium yang

    seimbang menunjukkan perbaikan pada

    gambaran histopatologis tulang mandibula

    Dari gambaran histologis ulang

    vertebrae pula dapat diketahui adanya

    kerusakan pada struktur sel tulang vertebrae.

    Terlihat bahwa pada kelompok A susunan

    tulang vertebrae menunjukkan adanya

    kerusakan yang jelas. Terlihat dari gambaran

    histopatologi yang ditandai tulang vertebrae

    mulai berkurang kepadatannya, sumsum

    tulang dan terdapat rongga rongga diantara trabekula (Gambar 1).

    Dalam penelitian ini perbedaan

    perlakuan kelompok A dan kelompok B,

    kelompok C, kelompok D terletak pada

    asupan terapi kalsium dari tepung tulang

    ikan Madidihang. Hasil penelitian terlihat

    adanya perbedaan yang mencolok antara

    kelompok kontrol dengan kelompok terapi

    pemberian tepung tulang ikan Madidihang.

    Tulang tulang vertebrae A terlihat lebih

    mengalami kerusakan dan pengurangan

    densitas tulang dibanding kelompok yang

    lain. Perbedaan perbedaan tersebut timbul

    karena pada kelompok A tidak

    mendapatkan kalsium yang tinggi (pakan

    normal).

  • 8

    Perbaikan tulang juga ditandai dengan

    adanya peningkatan jumlah sel osteosit

    dalam trabekula tulang. Peningkatan jumlah

    diketahui dengan melakukan penghitungan

    Tabel 2.Rata-rata jumlah sel osteosit tulang vertebrae pada masing-masing kelompok perlakuan

    Kelompok Rata-rata jumlah sel osteosit

    Kontrol ovariektomi (A) 310,377a

    Dosis 400 mg/kg BB/hari (B) 400,89b

    Dosis 800 mg/kg BB/hari (C) 440,39b

    Dosis 1600 mg/kg BB/hari (D) 591,87c

    Keterangan: Sel osteosit dihitung dalam tiap satu lapang pandang (perbesaran 400x).

    sel osteosit dan dibandingkan semua

    perlakuan. Bagian yang diambil adalah

    bagian sisi luar dari dinding corpus

    vertebrae. Dari rata-rata penghitungan

    jumlah sel osteosit pada satu lapangan

    pandang dengan perbesaran 400x didapatkan

    data seperti Tabel 2.

    Peningkatan jumlah sel osteosit

    menandakan adanya perbaikan pada proses

    modelling dan remodelling tulang vertebrae.

    Dari rata-rata jumlah sel osteosit tulang

    vertebrae kelompok A tampak jelas

    jumlahnya lebih rendah dari kelompok yang

    lain. Perbedaan jumlah sel osteosit tersebut

    merupakan efek dari osteoporosis yang

    terjadi akibat meningkatnya penyerapan

    tulang terlihat dengan menurunnya jumlah

    sel osteosit dan trabekula. Seperti

    dinyatakan oleh Hartiningsih (2012) bahwa

    ovariektomi dapat menyebabkan penurunan

    absorbsi Ca usus dan meningkatkan ekskresi

    Ca melalui urin. Rendahnya kadar Ca dalam

    darah akan menyebabkan peningkatan

    resorpsi Ca dari tulang untuk memenuhi

    kebutuhan Ca dalam tubuh sehingga akan

    menyebabkan menurunnya densitas tulang.

    Pemberian dosis 400 mg/kg BB/hari tidak

    menunjukkan perbedaan yang signifikan

    pada rata-rata jumlah sel, berbeda dengan

    kelompok dosis 1600 mg/kg BB/hari yang

    menunjukkan perbedaan yang signifikan

    Efek dari terapi tepung tulang ikan Tuna

    Madidihang terhadap perbaikan sel osteosit

    terjadi karena adanya peningkatan

    penyerapan kalsium di jejenum. Peningkatan

    tersebut terjadi saat ginjal melakukan

    resorbsi kalsium akibat kadar kalsium yang

    rendah dalam darah sehingga ginjal akan

    menghasilkan vitamin D yang berfungsi

    melakukan transport aktif kalsium yaitu 1,25

    dihidroksikalsiferol. Saat diberikan terapi

    tepung tulang Ikan Tuna Madidihang

    melalui sonde langsung ke lambung akan

    terjadi penyerapan kalsium di jejenum

    setelah tikus menghasilkan 1,25

    dihidroksikalsiferol akibat rendahnya kadar

    kalsium dalam darah akibat proses

    ovariektomi. Meningkatnya kadar kalsium

    dalam darah akan menyebabkan terjadinya

    feedback positif pada organ tiroid, yang

    nantinya akan menghasilkan hormon

    kalsitonin. Adanya hormon kalsitonin akan

    menyebabkan proses remodeling tulang

    kembali normal. Hormon kalsitonin akan

    meregulasi kalsium yang ada di dalam darah

    untuk digunakan oleh tulang dalam proses

    remodelling sehingga dapat meningkatkan

    densitas tulang yang berkurang akibat

    osteoporosis.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah

    dilakukan dapat disimpulkan bahwa

    pemberian terapi tepung tulang ikan tuna

    madidihang (Thunnus albacares) dapat

    mempengaruhi proses remodelling tulang

    dan meningkatkan kadar hormon estrogen

    tikus model ovariektomi dengan presentase

    7-10%. Pemberian dosis 1600 mg/kg

    BB/hari merupakan dosis yang paling

    efektif untuk perbaikan tulang.

    Ucapan Terima Kasih

    Terima kasih kepada teknisi, laboran dan

  • 9

    dan staff Laboratorium Biokimia FMIPA

    Universitas Brawijaya yang memfasilitasi

    pelaksanaan penelitian ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Albert B. 1998. Molecular biology of the

    cell. 3rd

    Ed. Garland Publishing,

    Inc.New York and London.USA.

    Arjmandi BH, Alekel L, Hollis BW, Amin

    D, Stacewiez-Sapuntzakis M, Guo P,

    Kukreja SC. 1996. Dietary soybean

    protein prevents bone loss in an

    ovariectomized rat model of

    osteoporosis. J Nutr 126:161-167.

    DepKes RI . 2004. Analisa Tingkat

    Osteoporosis di Indonesia . Puslitbang

    Gizi Depkes.

    Eklou-Kalonji, Erik Zerath, Colette Colin,.

    1999. Calcium-regulating hormones,

    bone mineral content, breaking load

    and trabecular remodeling are altered

    in growing pigs fed calcium-deficient

    diets. The Journal of nutrition

    1999;129(1):188-93.

    Hartiningsih, Devita Anggraini, Irkham

    Widiyono. 2010 . Pengaruh

    Panhisterektomi dan Konsumsi

    Suplemen 1,25-Dihidroksivitamin D3

    Selama 1,5 Bulan terhadap Retensi

    Kalsium pada Tikus Wistar. Lembaga

    Penelitian Universitas Gadjah Mada.

    Hartiningsih, Devita A. Dan Dhirgo A.,

    2012. Respons Metafisis Tulang

    Femur Distalis Tikus Ovariektomi

    yang Mengkonsumsi Kalsitriol.

    Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 6 No.

    2.

    Kawiyana, IKS. 2009. Osteoporosis

    Patogenesis, Diagnosis dan

    Penanganan Terkini. Universitas

    Udayana. Denpasar

    Kusriningrum, R. S. 2010. Perancangan

    Percobaa.. Airlangga University

    Press. Surabaya

    Masyitha, D. 2006. Struktur Mikroskopik

    Tulang Mandibula pada Tikus

    Ovarektomi dan Pemberian Pakan

    Rasio Fosfat/Kalsium Tinggi. Media

    Kedokteran Hewan Vol. 22 No. 2

    Nelson, NL, Bulun, SE. 2001. Estrogen

    Production and Action. J Am Acad

    Dermatol. 2001 Sep;45(3

    Suppl):S116-24.

    Sabri M. 2011. Aktivitas Ekstrak Etanol

    Batang Sipatah-Patah (Cissus

    Quadrangula Salisb) Sebagai

    Antiosteoporosis Pada Tikus (Rattus

    Norvegicus) [Skripsi]. Program Studi

    Sains Veteriner, Sekolah Pascasarjana.

    IPB

    Suarsana, Nyoman, I Dharmawan, I

    Gorda,B Pontjo Priosoeryanto. 2011.

    Tepung Tempe Kaya Isoflavon

    MeningkatkanKadar Kalsium, Posfor

    dan Estrogen Plasma Tikus Betina

    Normal. Jurnal Veteriner Vol. 12 No.

    3: 229-234, September 2011.

    Thalib, Ahmad. 2009. Pemanfaan Tepung

    Tulang Ikan Madidihang (Thunnus

    albacares) Sebagai Sumber Kalsium

    dan Fosfor Untuk Meningkatkan Nilai

    Gizi Makron Kenari. Sekolah

    Pascasarjana IPB. Bogor (Thesis)