01 FILE COVER - UIN Walisongolibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain... · 2013. 1....
Transcript of 01 FILE COVER - UIN Walisongolibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain... · 2013. 1....
1
STUDI PENERAPAN ACTIVE LEARNING PADA BIDANG STUDI PAI DI
SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING TINGKIR
SALATIGA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Oleh :
Anisatul Mubarokah
NIM: 3101099
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
2
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 Ngaliyan Telp. (024) 7601295 Semarang
PENGESAHAN
Nama : ANISATUL MUBAROKAH NIM : 3101099
Judul : STUDI PENERAPAN ACTIVE LEARNING PADA BIDANG
STUDI PAI DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH
KALIBENING TINGKIR SALATIGA
Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat
cumlaude / baik / cukup, pada tanggal : 28 Januari 2008
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (SI)
tahun akademik 2008/2009.
Semarang, 6 Februari 2008
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Drs. Saefuddin Zuhri, M.Ag Syamsul Ma’arif, M.Ag NIP. 150 232 702 NIP. 150 321 619
Penguji Penguji
Dra. Hj. Nur Uhbiyanti, M.Pd Dr. Muslih, M.A NIP. 150 170 474 NIP. 150 276 926
Pembimbing
Drs. Ikhrom, M.Ag NIP. 150 268 786
3
Drs. Ikhrom, M.Ag Tugurejo RT 02/I No.38 Tugu - Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eks. Hal : Naskah Skripsi
A.n. Anisatul Mubarokah Assalamu'alaikum Wr.Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudari: Nama : Anisatul Mubarokah NIM : 3101099 Judul : Studi Penerapan Active Learning Pada Bidang Studi PAI di
SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga. Dengan ini, saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Semarang, Januari 2008 Pembimbing Drs. Ikhrom, M.Ag NIP. 150 268 786
ii
4
MOTTO
لاَإِنَّ اللَّهفُسِهِما بِأَنوا مريغى يتمٍ حا بِقَوم ريغي
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri.1
1 Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Kumudasmoro
Grafindo, 1994), hlm. 370
5
Persembahan
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
- Ayahanda Khojari dan ibunda Marwah tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang dan motivasinya selama ini dalam
mendidik ananda dengan sabar.
- Kakak-kakakku Isa Anshori, Nakiroh, Khotimah, dan Uswatun kh. yang senantiasa mengerti dan bangunkan penulis dikala lelap
dan sadarkan penulis dikala kalap.
- Adikku tersayang Anton Khumaedi yang selalu memberi semangat dan selalu
mengingatkan penulis.
- Buat mas Agus Salim S.H.I yang telah membantu penulis, dan selalu mengajari
penulis untuk tenang dan optimis. Denganmu ingin ku titi masa depan.
6
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh
orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi
satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang di jadikan bahan rujukan.
Semarang, Januari 2008 Deklarator Anisatul Mubarokah NIM. 3101099
7
ABSTRAK
Anisatul Mubarokah (NIM. 3101099) Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, judul skripsi Studi Penerapan Active Learning Pada Bidang Studi PAI di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). Penerapan active learning di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga, (2) untuk mengetahui penerapan active learning pada bidang studi PAI di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga. Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif lapangan, adapun untuk memperoleh data-data yang dipaparkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode observasi, interview dan dokumentasi, yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Active learning merupakan pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai subyek yang aktif dalam proses belajar mengajar. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam active learning antara lain: 1. Siswa harus benar-benar berperan sebagai subyek pembelajaran, 2.Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa belajar, 3. Metode yang digunakan harus bervariasi disesuaikan dengan materi yang disampaikan, 4. Ruang kelas dibuat sedemikian rupa dengan penataan kursi yang mudah dirubah dan digeser, 5. Media/sarana yang memadai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan active learning pada bidang studi PAI yang ada di sekolah-sekolah, khususnya di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga telah berjalan dengan baik meskipun dalam aspek media masih kurang memadai yakni masih minimnya buku-buku PAI sebagai penunjang. Namun hal tersebut tidak menurunkan semangat para siswa untuk terus belajar karena tersedianya media internet yang dapat di akses 24 jam secara gratis. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para civitas akademika, para mahasiswa, para pengajar, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
8
KATA PENGANTAR
بسم االله ا لر حمن ا لر حيم
Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi penulis panjatkan, hanya dengan anugrah, nikmat dan karunianya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalahnya untuk seluruh umat manusia. Meski telah melakukan usaha secara maksimal, namun karya ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari pihak-pihak yang kami hormati dan kami sayangi: 1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang. 2. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang . 3. Bapak Ahmad Bahrudin, S.Ag selaku kepala sekolah SLTP Alternatif
Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga. 4. Drs. Abdul Wahid, M.Ag selaku Dosen Wali. 5. Drs. Ikhrom, M.Ag selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
semata-mata untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Dosen dan seluruh pegawai di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
7. Bapak Masykuri Suyuti, Ibu Siti Rifqoh, S.Ag, Ibu Dwi Nur Yanti, terimakasih atas bantuan selama ini.
8. Keluarga besar HMI Korkom Walisongo Semarang yang telah menjadi komunitas penulis dan memberikan banyak pengalaman berharga untuk penulis.
9. Teman-teman kos: Iis, Haning, Titi, dan Mba Andri yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat dekatku LI-FI (Lia –Fia) yang selalu memberi dorongan dan semangat secara tulus, Yuyun yang meskipun jauh tetapi tetap memberikan perhatian terhadap penulis.
11. Muhaimin yang menjadi salah satu tempat nebeng ngetik dan ngeprint, teman-teman di 'Kos Yanto' Wahyu yang sering terganggu karena aktifitas penulis, mas Soegeng, Mukharom S.H.I, Ristam, S.Pd.I, maaf sering ngrepotin kalian.
viii
9
12. Bapak dan Ibu tercinta terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang telah engkau berikan dan segala pengorbanan baik materi maupun non materi serta do'a yang selalu teruntai dengan ikhlas demi untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi.
13. Kakak-kakakku dan adikku yang selalu memberikan semangat serta dorongan materi dan moral perjuangan kalian tidak akan pernah penulis lupakan sepanjang hayat dikandung badan.
14. Mas Agus Salim yang selalu menjadi pengingatku, bersamamu ingin ku renda masa depan dan semoga cita-cita mulia kita dapat segera terwujud. Amin
Kepada mereka semua tiada yang dapat penulis perbuat untuk membalas kebaikan mereka, kecuali penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, serta sekuntum do'a "semoga amal kebaikan mereka semua kepada penulis akan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda". Amin
Penulis
Anisatul Mubarokah
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iii
HALAMAN ABSTRAK………………………………………………….. iv
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. v
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... vi
HALAMAN DEKLARASI……………………………………………….. vii
HALAMAN KATA PENGANTAR……………………………………… viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………... 1
B. Penegasan Istilah…………………………………….……. 4
C. Rumusan Masalah………………………………………… 5
D. Manfaat dan Tujuan Penelitian…………………………….. 5
E. Kajian Pustaka……………………………………………. 6
E. Metodologi Penelitian……………………………………... 6
BAB II ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI
A. Active Learning
1. Pengertian Active Learning…………………………... 12
2. Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Terjadinya
Active Learning……………………………………… 16
3. Cara-cara Belajar Aktif (Active Learning)…………… 17
4. Strategi-strategi Active Learning dalam Membantu
Siswa Mendapatkan Pengetahuan, Ketrampilan,
dan Sikap Secara Aktif……………………………… 18
5. Jenis-jenis Kegiatan Active Learning………………… 20
6. Prinsip-prinsip Active Learning……………………… 21
x
11
7. Indikator Fisik Adanya Active Learning
dalam Pembelajaran…………………………………. 22
B. Pendidikan Agama Islam…………………………………. 23
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam…………………. 23
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam…………………….. 24
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam………………..... 24
C. Active Learning dalam Pembelajaran PAI………………… 25
BAB III PENERAPAN ACTIVE LEARNING PADA BIDANG STUDI PAI DI
SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING
SALATIGA
A. Gambaran Umum SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kalibening Salatiga……………………………………….. 38
1. Sejarah Singkat Perkembangan SLTP Alternatif Qaryah
Thayyibah Kalibening Salatiga………………………… 38
2. Visi dan Misi…………………………………………. 41
3. Struktur Organisai SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kalibening Salatiga, Keadaan Guru, Karyawan
dan Siswa……………………………………………. 41
4. Sarana dan Prasarana………………………………… 44
5. Proses Belajar Mengajar Secara Umum di SLTP Alternatif
Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga………………. 47
B. Penerapan Active Learning dalam Bidan Studi PAI di SLTP
Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga…………. 54
BAB IV ANALISIS PENERAPAN ACTIVE LEARNING PADA BIDANG
STUDI PAI DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH
KALIBENING SALATIGA
Analisis Penerapan Active Learning pada Bidang Studi PAI
di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga..…… 63
xi
12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………… 77
B. Saran-saran……………………………………………… 79
C. Penutup………………………………………………..... 90
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Sholeh dan Abdul Aziz Abdul Madjid, At Tarbiyah Waturuqu At Tadris, Juz I, Mekkah: Darul Ma’arive, t th.
A.M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: C.V.
Rajawali, 1992, Ed. 1, Cet. 4. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Ed.V
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, Cet. 11.
Bahruddin, Ahmad, Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah, Yogyakarta:
LkiS, 2007 Budimansyah, Dasim, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis
Portofolio, Bandung: PT. GENESINDO, 2002, Cet. 1. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Dawam, Ainurrofiq dan Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis
Pesantren, ttp: Listafariska Putra, 2005. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005,
Ed.3. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: PT.
Kumudasmoro Grafindo, 1994. De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Kaifa, 2002, Ed. 1, Cet. 14.
Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Grasindo, 2002. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid II, Yogyakarta: Andi Offset,
2002. Cet. 27. Harahap, A. Bazar, Kamus Profesional Inggris Indonesia, Indonesia
Inggris, Jakarta: Erlangga, t.th.
14
Hidayat,”Pembelajaran Ramah Untuk Semua Anak”, http: // www. pikiran-rakyat. Com/ cetak/ 2006/ 06 2006/ 18/ geulius/ konsul paedogogi. Htm.
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: CV.
Mandar Maju, 1990. Ladjid, Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Ciputat: Quantum Teaching, 2005, Cet. 1. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 2.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2000. Moloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 22. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1996, Cet.7. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. 3.
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV.
Misaka Galiza Anggota IKAPI, 2003, Cet.2. Mulyasa, E., Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 2. Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara, 1997. Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988. Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006, Cet. 21. Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2006,Cet. 2.
15
Silberman, Melvin L, Active Learning : 101 Strategi Belajar Siswa Aktif, terj. Roisul Muttaqien, Bandung: Nusa Media dan Nuansa, 2006, Cet., 3.
Simamora Bachtiar, PembelajaranAktif”,http://www.baldrigeindo.com Singer, Robert N., Motor Learning and Human Performance, New York:
Mac Millan, 1980. Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991). Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikuuim, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1993, Cet.1. Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan,
Bandung: CV. Sinar Baru, 1989.
, Nana dan Wari Suwariyah, Model-model Mengajar CBSA, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1991.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998).
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, Cet.3.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustakan, 1990. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, Ed. 2.
Toha, Habib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Wittig, Arno F., Theory and Problems of Psychology of Learning,
America: MC. Grow Hill, 1977.
16
Yamin, Martinis, Pengembangan Kompetensi Pebelajar, Jakarta: UI Press, 2004, Cet. 1.
, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat: Gaung Persada Press, 2005, Cet. 3.
Yunus, Mahmud, Metodologi Khusus Pengajaran Agama, Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 1983. Zaini, Hisyam, dkk., Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi,
Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002.
17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Anisatul Mubarokah Tempat/Tanggal Lahir : Brebes, 04 Maret 1982 Alamat : Jl. Kauman No.22 RT 01/I Kluwut, Bulakamba, Brebes
RIWAYAT PENDIDIKAN SDN II Kluwut Kec. Bulakamba Kab. Brebes lulus 1994 MTs Al Hikmah Benda Kab. Brebes lulus 1997 MAN 1 Brebes lulus 2001 Program Strata I Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang masuk 2001
Semarang, 15 Januari 2008 Anisatul Mubarokah NIM. 3101099
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pembelajaran tradisional yang masih ada pada saat sekarang ini
perlu dirubah agar sesuai dengan perubahan zaman. Proses pembelajaran
harus lebih memprioritaskan siswa sebagai peran utama dalam proses belajar
mengajar. Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran karena
siswa merupakan subyek dan aktor dalam proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran yang dapat menuntut siswa untuk lebih aktif
hanya dengan melalui kegiatan belajar aktif atau active learning. Active
learning merupakan pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Dalam active learning, siswa sebagai subyek dan juga aktor
dalam proses pembelajaran sehingga peran siswa menjadi lebih dominan di
dalam proses belajar mengajar (PBM).
Active learning menjadikan siswa sebagai subyek dalam PBM
sehingga mereka tidak lagi dipandang sebagai botol kosong yang siap diisi air
informasi oleh guru. Peran siswa yang lebih dominan dan aktif bukan berarti
telah menjadikan posisi guru pasif, akan tetapi peran guru justru menjadi lebih
aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Guru dalam active learning lebih memposisikan diri sebagai
fasilitator, pembimbing, pendamping, dinamisator dan juga teman dalam
PBM. Dengan demikian tentu akan menghindari sosok guru yang otoriter dan
ditakuti oleh siswa, dan juga dapat menjadikan proses belajar mengajar di
kelas lebih demokratis dan menyenangkan karena tidak ada lagi sekat antara
guru sebagai atasan yang serba tahu dan siswa sebagai bawahan yang harus
diberitahu.
Active learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan
pendekatan individual. Setiap individu siswa adalah istimewa dan nomer satu
pada bidang keunggulannya. Makanya dalam proses pembelajaran masing-
1
2
masing siswa mendapat bimbingan sesuai dengan minat dan bakatnya.
Sehingga siswa mengerti dirinya dan dapat memahami potensi dirinya
sendiri.1
Agar belajar menjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali
tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan
masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit,
menyenangkan, bersemangat, dan penuh gairah. Siswa bahkan sering
meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras
(moving about and thinking aloud ).2
Belajar aktif (active learning) ditandai bukan hanya melalui keaktifan
siswa yang belajar secara fisik namun juga keaktifan mental. Justru, keaktifan
mental merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif
dibandingkan keaktifan fisik.3
Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling
utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak siswa
dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup
dan kehidupannya. Oleh sebab itu hendaklah seorang guru mengamalkan ilmu
yang diajarkan dan berpegang teguh dengan ajaran agama, janganlah siswa
berbuat sesuatu yang bertentangan dengan perkataannya dan jangan berbuat
sesuatu yang berlawanan dengan akhlak yang diajarkan.4
Siswa mempunyai pikiran yang terbatas dan pengalaman yang sedikit
serta percobaan yang kurang, mereka selalu hidup dengan akal pikirannya
dalam alam yang nyata, yang dapat mereka ketahui dengan salah satu panca
indera.5
1Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
(ttp: Listafariska Putra, 2005), hlm. 125. 2 Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, terj. Raisul
Muttaqien, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2006), Cet. 3, hlm. 9. 3 Martinis Yamin, Pengembangan Kompetensi Pebelajar, (Jakarta: UI Press, 2004),
hlm. 66. 4Mahmud Yunus, Metodologi Khusus Pengajaran Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1983), hlm. 15-16. 5Ibid., hlm. 10.
3
Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Islam (PAI) yang akan diberikan
kepada siswa harus sesuai dengan keadaan mereka, hindarkan proses kegiatan
belajar mengajar dalam keadaan yang tegang, sebab akan terciptanya suasana
yang tidak kondusif dan tidak menyenangkan. Pendidikan agama Islam perlu
diberikan kepada siswa dalam bidang-bidang yang praktis dalam artian yang
mudah dipahami oleh siswa.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) seharusnya
menggunakan active learning dalam proses pembelajarannya, namun pada
realita yang ada tidak seperti itu. Pendidikan Agama Islam (PAI) lebih
cenderung disampaikan dengan metode yang monoton (ceramah) sehingga
siswa kurang menaruh minat dalam mengikuti pelajaran tersebut. Siswa sering
merasa bosan dan jenuh karena mereka lebih banyak duduk dengar catat dan
hafal dalam proses pembelajaran PAI.
Dengan adanya penerapan active learning dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI), diharapkan nantinya tumbuh semangat yang
tinggi pada siswa dalam belajar. Siswa juga tidak lagi merasa cepat bosan dan
yang lebih penting dari itu dengan adanya penerapan active learning dalam
pembelajaran PAI, siswa akan dapat berkembang sesuai dengan minat dan
potensi yang ada pada dirinya.
Penerapan active learning dalam proses pembelajaran PAI pada
lembaga pendidikan di Indonesia akan sangat penting artinya untuk
peningkatan mutu pendidikan di negara ini. Akan tetapi sangat disayangkan,
masih sangat sulit untuk mencari lembaga pendidikan yang benar-benar telah
menerapkan konsep tersebut. Sebatas pengetahuan penulis, konsep active
learning baru diterapkan di sekolah-sekolah swasta bonafide yang terkenal
eksklusif dan mahal.
Dengan pertimbangan latar belakang tersebut penulis sangat tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul "STUDI PENERAPAN ACTIVE
LEARNING PADA BIDANG STUDI PAI DI SLTP ALTERNATIF
QARYAH THAYYIBAH KALIBENING TINGKIR SALATIGA".
4
Ketertarikan penulis terhadap SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
berawal dari sangat seringnya profil sekolah tersebut diekspos diberbagai
media massa baik media cetak maupun media elektronik (televisi). Terlebih
dalam pemberitaanya sering dimuat keunggulan-keunggulan sistem
pembelajaran yang berlangsung di sekolah tersebut termasuk penerapan
sistem active learning dalam proses pembelajaran PAI.
B. PENEGASAN ISTILAH
Dalam penelitian ini, untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk
lebih memahami permasalahan yang akan dibahas, maka penulis perlu
menjelaskan istilah-istilah yang terdapat pada judul sebagai berikut:
1. Studi
Studi berarti penelitian ilmiah, kajian, telaah. Studi merupakan suatu
pendekatan untuk meneliti gejala-gejala sosial dengan menganalisis satu
kasus secara mendalam dan utuh.6 Dalam hal ini studi yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah tentang penerapan sistem pembelajaran
active learning pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SLTP
Alternatif Qaryah Thayyibah Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga.
2. Penerapan
Penerapan berasal dari kata dasar "terap" yang mendapat imbuhan "pe-an".
Jadi penerapan berarti proses, cara, perbuatan menerapkan.7
3. Active Learning
Active atau aktif berarti giat (bekerja, berusaha), menjalankan kewajiban
dengan rajin, bersemangat dan bersungguh-sungguh.8
6 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustakan, 1990), hlm. 860 7 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Ed.3,
hlm. 1180. 8 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Ed. 2, hlm. 19.
5
Learning berarti belajar. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di
dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku
dalam berfikir, bersikap dan berbuat.9
Jadi, active learning dapat didefinisikan sebagai suatu proses belajar yang
berlangsung dalam diri seseorang yang berimbas pada perubahan tingkah
laku yang relatif permanen yang mencakup aspek pola pikir (kognitif),
aspek sikap (afektif) maupun perbuatan (psikomotorik) dengan penuh
semangat atau bersungguh-sungguh.
Sedangkan Martinis Yamin mendefinisikan belajar aktif sebagai usaha
manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya.10
4. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar dapat memahami apa yang terkandung dalam
Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya,
dan dapat mengamalkannya.11
C. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk
mengemukakan permasalahan yang ada yaitu; bagaimana penerapan active
learning pada bidang studi PAI di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kalibening Tingkir Salatiga?
D. MANFAAT DAN TUJUAN PENELITIAN
Dalam mengadakan penelitian ini, penulis sangat berharap akan
memperoleh manfaat baik dari segi teoritis (keilmuan) maupun dari segi
praktis (terapan). Adapun manfaat penelitian ini dari segi teoritis adalah:
1. Sebagai sumbangan wacana keilmuan tentang active learning
2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya aktualisasi pada masalah
active learning.
9 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 8. 10 Martinis Yamin, op.cit., hlm. 66. 11 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 86.
6
Adapun dari segi praktis adalah:
Di harapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan/ pertimbangan para guru
PAI dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih efektif dan lebih
memberi ruang gerak bagi siswa di dalam belajar.
Sedangkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji bagaimana penerapan active learning di SLTP Alternatif
Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga.
2. Untuk mengkaji bagaimana penerapan active learning pada bidang studi
PAI di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga.
E. KAJIAN PUSTAKA
Dalam rangka mewujudkan penulisan skripsi yang profesional dan
mencapai target yang maksimal, maka penulis mencoba menampilkan judul
skripsi yang ada relevansinya dengan judul skripsi penulis sebagai bahan
perbandingan. Hal ini untuk menghindari terjadinya persamaan obyek dalam
penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
Buku literatur dengan judul Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi penulis Drs. Martinis Yamin berisi tentang strategi
membelajarkan siswa. Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana siswa
belajar dan strategi-strategi pembelajaran.
Judul Skripsi tentang "Pengaruh Pendekatan CBSA terhadap hasil
belajar Afektif Siswa di SLTP At-Thohiriyah Semarang pada bidang studi PAI
kelas I Cawu I tahun ajaran 2000/2001". Karya Ali Mahmudi 4196042/2002.
dalam skripsi ini peneliti banyak menyoroti pendekatan CBSA serta hasil
belajar afektif siswa, yang hanya menekankan pada penggunaan metode dan
pendekatan pembelajaran aktif.
Skripsi karya Khodlirin NIM 3101130 dengan judul Pendidikan
Pembebasan Kaum Marginal Berbasis Komunitas (Studi Kasus SLTP
Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga). Karya ini mengkaji tentang
pengelolaan pendidikan di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening
Salatiga yang berdasarkan kolektifitas dan memanfaatkan segala sumber daya
7
yang ada dalam masyarakat Kalibening sehingga menghasilkan sebuah
pendidikan yang murah akan tetapi berkualitas.
F. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh dalam
mencari, menggali, mengolah dan membahas data dalam suatu penelitian
ataupun penyusunan skripsi.
Penelitian dalam kajian skripsi ini adalah termasuk penelitan lapangan
(field reseach), maka metode penulisan skripsi yang dipakai adalah:
1. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek
darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan
kuisioner/wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data
disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.12
Ada dua bentuk sumber data dalam penelitian ini yang akan penulis
jadikan sebagai pusat informasi pendukung data yang dibutuhkan dalam
penelitian. Sumber data tersebut adalah:
a. Sumber data primer
Data primer adalah data yang pokok yang berkaitan dan diperoleh
secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber data primer
adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara
langsung.13 Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini
adalah Kepala Sekolah, Guru PAI, Siswa dan Bagian Kurikulum di
sekolah SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga.
b.Sumber data sekunder
Data sekunder adalah jenis data yang dapat dijadikan sebagai
pendukung data pokok. Dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang
12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), Ed. V, hlm. 107 13 Joko P. Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), hlm. 87-88
8
dapat memperkuat data pokok.14 Data ini diperoleh sebagai penunjang
yang berupa buku-buku referensi, majalah, atau surat kabar.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode
untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu:
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas
observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.15
Teknik observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah teknik observasi partisipatif, dimana pada prosedur teknik
observasi jenis ini observer atau pengamat benar-benar mengambil
bagian (ikut berpartisipasi) dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh para subyek yang di observasi (subyek yang diobservasi-
observee). Dengan kata lain observer ikut aktif berpartisipasi dalam
aktifitas.16
Observasi ini penulis gunakan dalam rangka menggali data
tentang gambaran umum SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kalibening Tingkir Salatiga dan aktivitas belajar mengajar disana.
Dalam penerapannya, observasi yang peneliti laksanakan mencakup
observasi dalam kelas (penelitian tindakan kelas) dan observasi yang
dilakukan diluar kelas, hal tersebut dimaksudkan agar data yang
diperoleh benar – benar akurat dan komprehensif. Selain itu dalam
observasi awal yang sudah peneliti lakukan ternyata proses
pembelajaran PAI di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah berlangsung
di dalam dan di luar kelas.
14 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),
hlm.85 15 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid II (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), Ed. 2,
Cet. 27, hlm.136. 16 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial,(Bandung: CV. Mandar Maju,
1990), hlm.162.
9
b. Interview
Interview yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan yang mana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.17
Metode interview ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
terhadap data-data yang berkaitan dengan kondisi sekolah yang
ditujukan kepada pihak yang berhubungan dengan data tersebut,
seperti kepala sekolah, guru dan tata usaha sekolah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.18
Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh
data tentang sejarah berdirinya SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kalibening Tingkir Salatiga, struktur organisasi, letak geografis dan
keadaan sarana dan prasana.
3. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya
sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan
pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari
makna (meaning).19
Setelah data-data yang berkaitan dengan permasalahan diatas
terkumpul, kemudian data-data tersebut dianalisis. Adapun analisis yang
peneliti gunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
17 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997), hlm. 83. 18 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1996), hlm. 73. 19 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996), Cet.7, hlm. 104.
10
Dalam analisis deskriptif, laporan penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data
tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi
lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang
sangat kaya tersebut, dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu
hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah
satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya, mengapa, alasan apa dan
bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh penulis. Dengan
demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah
memang demikian keadaannya.20
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif,
yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala atau
peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.21
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem atau suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.22
Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non-
hipotesis atau non statistik, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak
perlu merumuskan hipotesis.23 Penelitian ini mempunyai ciri khas yang
terletak pada tujuannya, yakni mendeskripsikan tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan seluruh kegiatan.
20 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. 22, hlm. 11. 21 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV.
Sinar Baru, 1989), hlm.64. 22 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm.63. 23 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1998), Cet. 11, hlm. 245.
11
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif, melalui
penelitian ini diharapkan di temukan data-data kualitatif tentang penerapan
active learning pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Tingkir Salatiga.
12
STUDI PENERAPAN ACTIVE LEARNING PADA BIDANG STUDI PAI DI
SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING TINGKIR
SALATIGA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Oleh :
Anisatul Mubarokah
NIM: 3101099
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Sholeh dan Abdul Aziz Abdul Madjid, At Tarbiyah Waturuqu At Tadris, Juz I, Mekkah: Darul Ma’arive, t th.
A.M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: C.V.
Rajawali, 1992, Ed. 1, Cet. 4. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Ed.V
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, Cet. 11.
Bahruddin, Ahmad, Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah, Yogyakarta:
LkiS, 2007 Budimansyah, Dasim, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis
Portofolio, Bandung: PT. GENESINDO, 2002, Cet. 1. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Dawam, Ainurrofiq dan Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis
Pesantren, ttp: Listafariska Putra, 2005. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005,
Ed.3. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: PT.
Kumudasmoro Grafindo, 1994. De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Kaifa, 2002, Ed. 1, Cet. 14.
Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Grasindo, 2002. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid II, Yogyakarta: Andi Offset,
2002. Cet. 27. Harahap, A. Bazar, Kamus Profesional Inggris Indonesia, Indonesia
Inggris, Jakarta: Erlangga, t.th.
14
Hidayat,”Pembelajaran Ramah Untuk Semua Anak”, http: // www. pikiran-rakyat. Com/ cetak/ 2006/ 06 2006/ 18/ geulius/ konsul paedogogi. Htm.
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: CV.
Mandar Maju, 1990. Ladjid, Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Ciputat: Quantum Teaching, 2005, Cet. 1. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 2.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2000. Moloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 22. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1996, Cet.7. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. 3.
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV.
Misaka Galiza Anggota IKAPI, 2003, Cet.2. Mulyasa, E., Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 2. Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara, 1997. Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988. Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006, Cet. 21. Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2006,Cet. 2.
15
Silberman, Melvin L, Active Learning : 101 Strategi Belajar Siswa Aktif, terj. Roisul Muttaqien, Bandung: Nusa Media dan Nuansa, 2006, Cet., 3.
Simamora Bachtiar, PembelajaranAktif”,http://www.baldrigeindo.com Singer, Robert N., Motor Learning and Human Performance, New York:
Mac Millan, 1980. Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991). Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikuuim, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1993, Cet.1. Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan,
Bandung: CV. Sinar Baru, 1989.
, Nana dan Wari Suwariyah, Model-model Mengajar CBSA, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1991.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998).
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, Cet.3.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustakan, 1990. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, Ed. 2.
Toha, Habib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Wittig, Arno F., Theory and Problems of Psychology of Learning,
America: MC. Grow Hill, 1977.
16
Yamin, Martinis, Pengembangan Kompetensi Pebelajar, Jakarta: UI Press, 2004, Cet. 1.
, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat: Gaung Persada Press, 2005, Cet. 3.
Yunus, Mahmud, Metodologi Khusus Pengajaran Agama, Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 1983. Zaini, Hisyam, dkk., Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi,
Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002.
17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Anisatul Mubarokah Tempat/Tanggal Lahir : Brebes, 04 Maret 1982 Alamat : Jl. Kauman No.22 RT 01/I Kluwut, Bulakamba, Brebes Jenjang Pendidikan: SDN II Kluwut Kec. Bulakamba Kab. Brebes lulus 1994 MTs Al Hikmah Benda Kab. Brebes lulus 1997 MAN 1 Brebes lulus 2001 Program Strata I Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2001
Semarang, 15 Januari 2008 Anisatul Mubarokah NIM. 3101099
.
12
BAB II
ACTIVE LEARNING DAN PEMBELAJARAN PAI
A. Active Learning
1. Pengertian Active Learning
Istilah active atau aktif dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki
arti giat (dalam melaksanakan pekerjaan), menjalankan kewajiban dengan
rajin, bersemangat dan bersungguh-sungguh.1 Sedangkan learning secara
etimologi berasal dari kata learn yang berarti belajar atau mempelajari.2
Secara terminologi Robert N. Singer mengemukakan bahwa “learning
is reflected or inferred by a relatively permanent change in performance or
behavioral potential resulting from practice or past experience in the
situation.3
Menurut Singer belajar adalah refleksi/ kesimpulan dari sesuatu yang
relatif tetap berubah dalam perbuatan/tingkah laku yang mungkin akibat dari
kenyataan/pengalaman masa lalu dalam suatu keadaan.
Sedangkan Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology (1978)
sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto menyatakan bahwa belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.4
1Dediknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. 3, hlm.
23. 2A. Bazar Harahap, Kamus Profesional Inggris Indonesia, Indonesia Inggris, (Jakarta:
Erlangga, t.th), hlm. 117. 3Robert N. Singer, Motor Learning and Human Performance, (New York, Mac Millan:
1980), hlm. 9. 4M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), Cet. 21, hlm. 84.
12
13
Arno F. Wittig mengemukakan “Learning can be defined as any
relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that
occurs as a result of experience5
Belajar dapat di definisikan sebagai sesuatu yang relatif tetap berubah
dalam sebuah susunan tingkah laku yang di lakukan yang terjadi sebagai suatu
hasil dari pengalaman.
Ustadz Abdul Aziz yang merupakan tokoh ahli pendidikan,
mendefinisikan belajar sebagai berikut:
ييراغت فيها فيحدث سابقة خبرة على يطرأ المتعلم ذهن فى تغيير هو ألتعلم
6جديدا
Artinya: ”Belajar adalah suatu perubahan pada diri orang yang belajar karena pengetahuan lama, kemudian terjadilah perubahan yang baru.”
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung dalam diri
seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berfikir,
bersikap dan berbuat.7
Menurut Ausubel (1968), dalam teori bermaknanya sebagaimana yang
dikutip Martinis Yamin menjelaskan bahwa belajar merupakan proses
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.8
Dari beberapa definisi belajar yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat diambil pemahaman bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas yang
5Arno F. Wittig, Theory and Problems of Psychology of Learning, (America: MC. Grow
Hill, 1977), hlm. 2. 6Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Madjid, At Tarbiyah Waturuqu At Tadris, Juz
I, (Mekkah: Darul Ma’arive, t th), hlm. 169. 7W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002), hlm. 8. 8Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2005), Cet. 3, hlm. 103.
14
dilakukan dengan sengaja (sadar) dan berimplikasi pada perubahan tingkah
laku yang relatif tetap dan permanen melalui latihan dan pengalaman.
Proses belajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien bilamana
siswa berusaha secara aktif untuk mencapainya. Siswa dituntut untuk lebih
berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Peran siswa dalam kegiatan
tersebut tidak hanya sebagai obyek namun juga sebagai subyek dalam proses
pembelajaran. Karena peranannya yang lebih dominan dari pada guru,
sehingga seorang siswa tidak hanya sekedar duduk, dengar, catat dan hafal
dalam proses pembelajaran. Dengan melalui belajar aktif (active learning)
diharapkan keaktifan siswa menjadi lebih optimal sehingga tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai.
Adapun pengertian belajar aktif (active learning) adalah sesuatu usaha
manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya.9
Active leraning juga dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran
yang menggunakan pendekatan individual.10 Maksudnya adalah bahwa setiap
siswa adalah istimewa dan nomor satu pada bidang keunggulannya. Dalam
pembelajarannya masing-masing siswa mendapat bimbingan sesuai dengan
minat dan bakatnya. Sehingga siswa akan dapat mengenali dirinya dan dapat
memahami potensi dirinya sendiri.
Istilah active learning mengacu pada teknik instruksional interaktif
yang mengharuskan siswa melakukan pemikiran tingkat tinggi seperti
analisis, sintesis dan evaluasi.11
Jadi, active learning atau Belajar Aktif merupakan suatu proses belajar
yang berlangsung dalam diri seseorang yang berimbas pada perubahan
tingkah laku yang mencakup aspek pola pikir (kognitif), aspek sikap (afektif)
9Martinis Yamin, Pengembangan Kompetensi Pebelajar, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2004), Cet. 1, hlm.66.
10Ainurrafiq Dawam dan Ahmad Ta'arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, (tt.p: Listafariska Putra, 2005), Cet.2, hlm.125.
11BachtiarSimamora,“PembelajaranAktif”,http://www.baldrigeindo.com, Selasa 17 April 2007
15
maupun berbuat (psikomotorik) dengan penuh semangat atau bersungguh-
sungguh.
Konsep active learning pada dasarnya berimplikasi pada learning
society atau learning community, dimana sekolah atau lembaga pendidikan
tidak terfokus pada ruang kelas saja, melainkan siswa juga diajak membangun
kehidupan yang dibangun dalam bentuk sebuah komunitas yang
mencerminkan semua aspek kehidupan yang nantinya akan dihadapi dalam
masyarakat.
Adapun konsep dasar active learning antara lain:
a) Menciptakan sejak dini nuansa pembelajaran yang aktif (menciptakan
semangat kerja sama dan saling ketergantungan, menciptakan minat awal
dalam pokok bahasan)
b) Meramaikan suasana kelas dengan diskusi, tanya jawab, permainan-
permainan, bermain peran, sosiodrama, belajar dengan teman sebaya,
belajar mandiri dan sebagainya.
c) Memahami secara cermat bahwa rentang waktu perhatian siswa itu singkat
dan kemampuan mereka untuk duduk dengan tenang terbatas.12
Perbedaan mendasar antara pendidikan tradisional dan modern terletak
pada perlakuan guru terhadap siswanya. Dalam sistem pendidikan tradisional,
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar kurang diperhatikan.
Perbedaan individual siswa juga diabaikan dalam pengajaran tradisional. Hal
tersebut menjadikan siswa pasif dalam proses belajar mengajar. Karena siswa
masih memakai cara belajar dengan sistem belajar yang lama yaitu cara
duduk, dengar, catat dan hafal (DDCH). Sekarang perlu adanya perombakan
dalam sistem pembelajarannya yang lebih memperhatikan peran siswa agar
menjadi lebih aktif. Perubahan sistem pendidikan dan pengajaran yang ada
harus yang memperhatikan kedudukan siswa agar dapat berperan sebagai
12Ibid.
16
obyek dan sekaligus subyek pendidikan. Dengan adanya perubahan sistem
pembelajaran yang sesuai dengan perubahan zaman maka di harapkan siswa
akan lebih dominan dari pada seorang guru, karena di sini siswa akan dituntut
lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
Adapun yang membedakan antara belajar aktif dan belajar pasif adalah
jika belajar aktif itu belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang
dipelajari untuk keuntungan siswa, mengupayakan agar segalanya terlaksana
dan bersandar pada kehidupan. Sedangkan belajar pasif, tidak dapat melihat
potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu
pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi dan menarik diri dari
kehidupan.13
Proses terjadinya belajar aktif adalah guru memberikan informasi
kepada siswa dan menyuruh siswa untuk berpikir berdasarkan informasi
tersebut kemudian siswa memberikan jawaban mengenai pendapatnya
berdasarkan atas hasil pemikiran mereka sendiri setelah mereka berdiskusi
dengan temannya. Selanjutnya guru memberikan umpan balik kepada siswa.
Agar hal ini terjadi perlu diciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa
dapat saling bertanya jawab.14
Belajar akan lebih bermakna dan bermanfaat apabila siswa dapat
menggunakan semua alat indra yang dimilki dan sekaligus mampu mengolah
informasi dan ditambah dengan melakuakn sesuatu. Seorang guru harus
mampu mengkondisikan siswa untuk bisa belajar secara aktif dengan tidak
hanya menekankan pada salah satu dari tiga modalitas yang ada (visual,
auditorial dan kinestetik).
13Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan belajar Nyaman
dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2002), Ed. 1, Cet. 14, hlm. 55
14Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikuuim, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Cet.1, hlm.119.
17
Siswa akan mampu belajar secara aktif ketika mereka dapat
menggunakan tiga modalitas dalam belajarnya. Sehingga siswa akan lebih
mudah menyerap informasi yang ada.
Melalui modalitas visual, siswa akan belajar dengan lebih baik bila
melihat orang lain melakukan sesuatu atau melihat gambar-gambar yang
mereka pelajari. Ketika menggunakan modalitas auditorial, siswa sangat
mengandalkan kemampuan mendengarnya untuk belajar dan mengingat. Agar
belajar dapat berlangsung secara aktif maka dibutuhkan satu modalitas lagi
yaitu modalitas kinestetik. Dengan modalitas ini siswa dapat merasakan
belajar lebih mudah dan efektif melalui keterlibatan langsung dengan aktifitas
baik dengan sentuhan, gerakan, melakukan, mengalami maupun mencoba-
coba sesuatu.15
2. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Terjadinya Active Learning
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat
memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Disamping itu guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara
sistematis sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Adapun aspek-aspek terjadinya active learning menurut Mc. Keachie
(Dimyati, 2002: 119) sebagaimana yang dikutip Martinis Yamin antara lain
yaitu:
a) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
b) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar
c) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk
interaksi antar siswa
d) Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar
15Hisyam Zaini, dkk., Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm.114-116
18
e) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa kesempatan untuk berbuat
serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.
f) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik
berhubungan ataupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.16
3. Cara-cara Belajar Aktif (Active Learning)
Interaksi dalam pembelajaran sangat penting ketika kelompok yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan, atau kelompok yang terdiri dari anak-
anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
Sebagai seorang siswa yang memiliki kewajiban belajar tentu tahu
bagaimana cara belajar yang baik yang antara lain dapat dilakukan melalui
membaca dan menulis, visualisasi, praktek/gerakan tubuh, atau dengan
menggunakan musik. Sebagian siswa ada yang senang belajar dengan cara
bekerja atau memecahkan masalah soal secara individu, namun bagi
sebagian yang lain lebih senang belajar dengan cara berinteraksi dengan
yang lain untuk menemukan jalan keluar. Jadi pada dasarnya siswa belajar
dengan berbagai cara.
Ada banyak cara agar siswa dapat belajar secara aktif, sebagaimana
yang disinggung oleh Hidayat bahwa belajar aktif dan partisipatori dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
a) Verbal atau linguistik (berbicara atau berbahasa), pada alur ini sebagian
siswa berpikir dan belajar melalui kata, memory dan mengingat kembali
secara lisan dan tulisan.
b) Logika atas matematika, pada alur ini sebagian siswa berpikir dan
belajar melalui pemikiran dan perhitungan. Mereka dengan mudah bisa
menggunakan angka, mengenali pola abstrak, dan melakukan
pengukuran yang tepat.
16Martinis Yamin, op. cit., hlm. 62
19
c) Visual/spasial (penglihatan atau orientasi bagian), pada alur ini sebagian
siswa menyukai seni seperti menggambar, melukis atau memahat.
Mereka bisa membaca peta grafik, dan diagram dengan mudah.
d) Tubuh/kinestetik (gerakan otot atau tulang), pada alur ini sebagian siswa
belajar melalui gerakan tubuh, permainan dan drama.
e) Musik atau irama, pada alur ini sebagian siswa belajar paling baik
melalui bunyi, irama/ritme, harmonisasi suara dan alunan musik.
f) Antar pribadi, pada alur ini sebagian siswa lebih mudah belajar dalam
kelompok melalui kerja kelompok. Mereka menyenangi kegiatan
kelompok, mudah memahami situasi sosial, dan mereka bisa menjalin
hubungan dengan orang lain dengan mudah.
g) Dalam diri, pada alur ini sebagian siswa belajar paling baik melalui
konsentrasi pribadi dan cerminan diri. Mereka bekerja sendiri dengan
mudah dan paham akan perasaan sendiri dan mengetahui kekuatan dan
kelemahahan diri.
h) Alami, pada alur ini siswa belajar sendiri melalui lingkungan alam
sekitar secara langsung.17
4. Strategi-strategi Active Learning dalam Membantu Siswa Mendapatkan
Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap Secara Aktif.
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.18
Dalam konteks pembelajaran berdasarkan KBK yang berpusat pada
siswa, strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang
rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar
kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal
17Hidayat,”Pembelajaran Ramah Untuk Semua Anak”, http: // www. pikiran-rakyat. Com/ cetak/ 2006/ 06 2006/ 18/ geulius/ konsul paedogogi. Htm, Kamis 19 April 2007.
18Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2006),Cet. 2, hlm. 99.
20
Pada dasarnya strategi pembelajaran yang tepat akan membina siswa
untuk berfikir mandiri, kreatif dan sekaligus adaptif terhadap situasi yang
terjadi dan yang mungkin terjadi.
Dalam konteks KBK, pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan dalam mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam
kebersamaan, dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran perlu :
1) Berpusat pada siswa
2) Mengembangkan kreativitas siswa
3) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang
4) Bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika dan
5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.19
Agar siswa belajar secara aktif, guru bisa menciptakan strategi belajar
yang tepat guna, sehingga mereka mempunyai motivasi yang tinggi untuk
belajar. Motivasi yang seperti ini akan dapat tercipta jika guru dapat
meyakinkan siswa akan kegunaan materi pembelajaran. Demikian juga guru
harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pembelajaran selalu tampak
menarik dan tidak membosankan.20
Pembelajaran aktif atas informasi, keterampilan dan sikap berlangsung
melalui proses penyelidikan atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam
sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Dengan kata lain
mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
mereka atau pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan sendiri, mereka
mengupayakan pemecahan masalah yang diajukan oleh guru. Mereka tertarik
untuk mendapatkan informasi atau menguasai keterampilan guna
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka, dan mereka dihadapkan
19Ibid., hlm. 102-103. 20E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 2., hlm. 123
21
pada persoalan yang membuat mereka tergerak untuk mengkaji apa yang
mereka nilai dan yakini. Semua ini terjadi jika siswa dilibatkan dalam tugas
dan kegiatan yang secara halus mendesak mereka untuk berpikir, bekerja dan
merasa.
Kita dapat membuat jenis-jenis kegiatan ini dengan menggunakan
teknik antara lain:
a) Kegiatan belajar dalam satu kelas penuh
b) Menstimulasi diskusi
c) Pengajuan pertanyaan
d) Belajar bersama
e) Pengajaran sesama siswa
f) Belajar secara mandiri
g) Pembelajaran afektif
h) Pengembangan ketrampilan.21
5. Jenis-jenis Kegiatan Active Learning
Dalam proses pembelajaran active learning, banyak macam kegiatan
yang dapat dilakukan agar siswa menjadi lebih aktif, yaitu:
1) Kegiatan diskusi kelompok atau diskusi kelas
2) Penelitian oleh siswa terhadap lingkungan sekitar atau dokumentasi
3) Tanya jawab antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan siswa
4) Melakukan percobaan atau uji coba
5) Karyawisata
6) Belajar dengan modul atau lembar kerja
7) Merangkum isi buku
8) Studi kasus
9) Mengarang atau menulis makalah
21Melvin L. Silberman, Active Learning : 101 Strategi Belajar Siswa Aktif, terj. Roisul Muttaqien, (Bandung: Nusa media dan nuansa, 2006), Cet., 3, hlm. 123.
22
10) Bermain peran22
Kegiatan-kegiatan tersebut saling berhubungan satu sama lain,
sehingga dalam tiap pembelajaran dapat dilakukan bermacam-macam
kegiatan.
6. Prinsip – prinsip Active Learning
Dalam active learning ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Perhatian dan motivasi merupakan syarat penting dalam proses belajar
mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi maka hasil belajar tidak
akan berlangsung
b. Kebanyakan kegiatan belajar di dominasi oleh informasi dari guru.
Informasi itu berlangsung sebagai stimulus. Usahakan informasi itu
mudah diterima, dengan cara banyak mengulang, siswa diminta
mengulangnya berkali-kali.
c. Belajar adalah suatu proses yang aktif, bila siswa tidak atau kurang
dilibatkan, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah. Bentuk
keterlibatan siswa itu ialah adanya perhatian, menginternalisasi informasi,
aktif dalam memecahkan masalah, dan lain-lain.
d. Peneguhan diperlukan dalam proses belajar. Setiap langkah pengajaran
yang menimbulkan kepuasan pada siswa, akan cenderung diulang bila
diperlukan. Ini berarti guru harus mengusahakan agar setiap stimulus yang
di berikan memuaskan kebutuhan siswa, supaya siswa bersedia
mempelajari tingkah laku (stimulus) tersebut.
e. Pikiran manusia sanggup menyimpan informasi dalam jumlah yang tidak
terbatas. Karena informasi itu begitu banyak maka pengaturan dan
22 Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Ciputat: Quantum Teaching, 2005), Cet. 1, hlm. 120-121
23
penempatannya harus benar, sehingga informasi itu mudah digunakan bila
diperlukan.23
7. Indikator Fisik adanya Active Learning dalam Pembelajaran
Indikator fisik yang kelihatan secara lahiriah adanya active learning
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1). Segi Siswa
a. Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapinya
b. Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar
c. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil
d. Kemandirian belajar.
2). Segi Guru
a. Usaha mendorong, membina gairah belajar dan berpartisipasi dalam
proses pengajaran secara aktif
b. Peranan guru yang tidak mendominasi kegiatan belajar siswa
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan
keadaan masing-masing
d. Menggunakan berbagai metode mengajar dan pendekatan multi media.
3). Segi Program
a. Tujuan pengajaran sesuai dengan minat, kebutuhan serta kemampuan
siswa
b. Program cukup jelas bagi siswa dan menantang siswa untuk melakukan
kegiatan belajar.
4). Segi Situasi
23Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, hlm. 147
24
a. Hubungan erat antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan
guru, serta dengan unsur pimpinan sekolah
b. Siswa bergairah belajar.
5). Segi Sarana Belajar
a. Sumber belajar yang cukup
b. Fleksibilitas waktu bagi kegiatan belajar
c. Dukungan media pengajaran
d. Kegiatan belajar di dalam maupun di luar kelas.24
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian
Zakiyah Daradjat membuat definisi sebagaimana dikutip Abdul Majid
dan Diah Andayani bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.25
Lain halnya Zakiyah Daradjat di dalam GBPP PAI di sekolahan umum
sebagaimana yang dikutip Muhaimin dijelaskan bahwa Pendidikan Agama
Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.26
Dari uraian di atas dapat ditarik satu pemahaman bahwa Pendidikan
Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam
24Ibid., hlm. 146 25Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 2, hlm. 120.
26Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, hlm. 75-76.
25
rangka mempersiapkan siswa untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan
ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Di dalam GBPP PAI sebagaimana yang dikutip Muhaimin dkk. bahwa
secara umum PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.27
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum berfungsi sebagai
wahana untuk mewujudkan tujuan pendidikan, pada masing-masing
jenis/jenjang/satuan pendidikan yang pada gilirannya merupakan pencapaian
tujuan pendidikan nasional.28
Dengan demikian, pengertian kurikulum PAI adalah bahan-bahan
pendidikan agama berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang
dengan sengaja dan sistematis di berikan kepada siswa, dalam rangka
mencapai tujuan PAI. Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan alat
untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
Dalam penerapannya, penentuan materi atau bahan kurikulum PAI
harus mempertimbangkan kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan siswa.
27Ibid., hlm. 78. 28Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Misaka Galiza
Anggota IKAPI, 2003), Cet.2, hlm.30
26
Pada tingkatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama kurikulum PAI harus
mencakup hal - hal sebagai berikut:
a. Memperluas cakrawala berpikir siswa tentang pentingnya nilai-nilai
agama dalam kehidupan
b. Menanamkan nilai kejuangan kepada siswa agar memiliki pribadi yang
kokoh, berdedikasi, dan loyal terhadap agamanya
c. Memperkenalkan sejarah perkembangan agama dan penyiar-penyiarnya,
berikut tantangan dan balasan yang dihadapinya dalam menegakkan ajaran
agama Islam
d. Menanamkan ajaran agama Islam sebagai basis peningkatan akhlak
masyarakat menuju pendewasaan diri siswa
e. Menanamkan nilai - nilai agama yang relevan dengan kebutuhan siswa,
baik dibidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya.29
C. Active Learning dalam Pembelajaran PAI
Selama ini Pendidikan Agama Islam (PAI) kurang mendapatkan
perhatian yang serius baik dari kalangan guru maupun kalangan siswa. Siswa
sering menganggap PAI sebagai pelajaran sulit, membosankan dan menjenukan.
Masalah tersebut tidak lepas dari cara penyampaian materi yang monoton dalam
proses belajar mengajar (PBM). Pembelajaran PAI sering menjadikan ceramah
sebagai satu-satunya metode yang diterapkan dalam PBM. Padahal cara tersebut
kurang efektif ketika diterapkan dalam pembelajaran PAI.
Untuk menjawab permasalahan ini, sebenarnya perlu dilakukan
perombakan mendasar dalam kurikulum PAI sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman. Salah satunya adalah dengan mendesain ulang sistem
pembelajaran PAI sehingga siswa memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran
PAI, dan yang lebih penting lagi tujuan dari PAI yaitu untuk meningkatkan
29Ibid., hlm. 37
27
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, dapat tercapai.
Pada tataran praktis, strategi pembelajaran active learning bisa
menjadi solusi yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran PAI, karena
active learning merupakan sistem pembelajaran yang memposisikan siswa lebih
aktif sehingga siswa tidak hanya menjadi 'pendengar setia' di dalam kelas. Dalam
strategi pembelajaran active learning proses pembelajaran menekankan proses
pendidikan yang berorientasi pada siswa, bukan kepada guru sehingga siswa
dapat berperan dan diberdayakan secara aktif dalam konteks pembelajaran dan
dalam konteks kehidupan bermasyarakat secara lebih luas.
Dalam sistem pendidikan yang ideal siswa hendaknya di beri ruang
untuk lebih aktif sehingga mampu menumbuhkan motivasi instrinsik yang tinggi,
sehingga siswa mampu mengambil inisiatif, dan hendaknya siswa memulai
(secara psicology) dalam proses belajar mengajar. Siswa bukan hanya aktif
mendengarkan dan melihat permainan seorang guru di depan kelas, melainkan
mereka yang seharusnya memulai permainan dalam proses belajar mengajar.
Dalam sistem active learning, proses belajar selayaknya dipahami
bahwa waktu adalah milik siswa, sehingga siswalah yang seharusnya banyak
diberi kesempatan untuk berfikir dan berbicara, namun ini bukan berarti peran
seorang guru menjadi pasif di dalam kelas, guru hendaknya menajadi
pembimbing dan fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar.30
Dengan penerapan active learning dalam pembelajaran PAI, siswa di
harapkan tidak hanya sebatas mengetahui materi-materi yang disampaikan oleh
guru, akan tetapi tiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam diri siswa
dapat tercapai secara optimal. Dari segi kognitif keberhasilan siswa biasanya
30Habib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 131
28
dilihat dengan bertambahnya pengetahuan siswa terhadap materi PAI yang telah
disampaikan oleh guru. Dari segi afektif keberhasilan belajar di ukur dalam taraf
sikap dan nilai, dengan adanya penerapan active learning dalam pembelajaran
PAI aspek afektif dapat dilihat ketika siswa sedang bertingkah laku seperti
berakhlak mulia, disiplin dan mentaati norma-norma yang ada. Sedangkan untuk
psikomotorik keberhasilan belajar siswa dapat terlihat dalam bentuk skill atau
keahlian yakni dengan adanya kemampuan siswa dalam mempraktikan hasil
belajarnya dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk yang tampak misalnya
dalam melakukan ibadah shalat yang baik dan benar atau dalam membaca Al
Qur’an dengan baik dan benar.
Penerapan active learning dalam proses pembelajaran PAI dapat
dilihat dalam beberapa aspek sebagai berikut;
1. Kurikulum PAI
Penyusunan kurikulum PAI yang active learning harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Di susun dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang fleksibel
dan dinamis agar memungkinkan setiap siswa untuk berkembang sesuai
dengan potensinya masing-masing dan tuntutan eksternal yang dihadapi.
Jika inti pokok ajaran agama Islam meliputi akidah (masalah keimanan),
syari'ah (masalah keislaman), dan ihsan (masalah akhlak), maka desain
kurikulum PAI selayaknya juga diarahkan kepada ketiga aspek tersebut.
Masalah keimanan (akidah) bersifat iktikad batin. Dengan keimanan siswa
dapat diajarkan tentang keesaan Allah. Masalah keIslaman (syari'ah) dapat
mengantarkan siswa dengan amal sholeh dalam rangka mentaati semua
peraturan dan hukum Allah, mengatur hubungan antara manusia dengan
Allah, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. Masalah
ihsan (akhlak) mengajarkan siswa tentang amalan yang bersifat pelengkap
atau penyempurna bagi kedua amal (akidah dan syariah) dan mengajarkan
tentang tata cara pergaulan hidup manusia.
29
b. Kurikulum PAI harus bisa memberikan peluang kepada para siswa untuk
belajar dengan gaya berbeda oleh karena itu kurikulum PAI harus mampu
menyajikan pilihan dalam belajar secara fleksibel.
c. Perumusan kurikulum PAI sebaiknya meliputi aspek pendidikan sebagai
fenomena kemanusiaan dan fenomena sosial budaya oleh karena itu PAI
dapat berperan secara lebih kontekstual, strategic dan fungsional dalam
kerangka perubahan sosial – budaya yang sedemikian cepat.
d. Kurikulum PAI harus mampu memberikan jaminan ke arah tercapainya
tujuan pembelajaran, yaitu untuk mendorong para siswa agar dapat
berpikir dan bertindak secara mandiri, kreatif dan mampu beradaptasi.31
2. Siswa
Siswa adalah salah satu komponen yang sentral dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas. Di dalam proses belajar mengajar siswa
sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, tujuan dan kemudian ingin
mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajar komponen
paling utama yang perlu mendapat perhatian adalah siswa, bagaimana
keadaan dan kemampuannya, setelah itu baru guru menentukan komponen-
komponen yang lain. Dengan kata lain, tidak tepat jika dikatakan siswa hanya
sebagai obyek dalam proses pembelajaran. Pendapat yang mengatakan dan
menempatkan siswa sebenarnya tidak tepat dan sudah usang. Sebab mereka
terpengaruh pada konsep “tabula rasa”, dimana siswa tersebut di ibaratkan
sebagai kertas putih yang dapat di isi tulisan sekehendak hati para
pengajarnya.32
Siswa dalam PAI yang active learning berperan sebagai subyek
dalam proses pembelajarannya, karena siswa merupakan individu yang
31Mukhtar, op.cit, hlm. 36-46 32Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: C.V Rajawali, 1992),
Ed. 1, Cet.4, hlm. 109.
30
memiliki kepentingan untuk belajar. Dari segi siswa, penerapan active
learning dalam PAI bercirikan sebagai berikut;
Pertama, PAI memungkinkan siswa untuk berkembang secara
intelek (cerdas), berpengetahuan, kaya dengan ide, kemampuan bergerak, dan
bersikap menurut tata cara dan aturan agama Islam.
Kedua, PAI menumbuhkan pribadi siswa yang kreatif, aktif dan
lebih bermoral.
Ketiga, PAI bisa menjadikan siswa lebih kompetitif (berdaya
saing) tanpa harus kehilangan akar kepribadiannya.
3. Guru
Dalam sistem active learning tidak hanya siswa yang dituntut
untuk menjadi subyek yang aktif, seorang guru-pun harus berperan ekstra
aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi yang perlu di ingat makna aktif
disini berbeda dengan makna aktif pada sistem pembelajaran 'tradisional'.
Makna aktif dalam pembelajaran active learning bukan berarti guru menjadi
aktor yang paling mendominasi dalam proses pembelajaran, aktif disini lebih
bermakna bahwa guru harus berperan secara aktif sebagai fasilitator dan
pembimbing belajar.
Sebagai fasilitator belajar, peran guru adalah memberikan tugas –
tugas belajar kepada siswa, menunjukkan cara siswa belajar, menunjukkan
dan menyediakan bahan dan sumber belajar, menjelaskan hasil belajar yang
harus diperoleh siswa, menunjukkan kekurangan-kekurangan siswa dalam
proses belajarnya serta cara memperbaikinya.33
Adapun peran guru sebagai pembimbing belajar adalah menjadi
tempat bertanya bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, memberikan
bantuan belajar kepada siswa, menunjukkan jalan pemecahan masalah yang
dihadapi siswa, memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh siswa,
33Nana Sudjana dan Wari Suwariyah, Model-model Mengajar CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1991), hlm. 27
31
memberikan dorongan dan motivasi belajar melalui penghargaan dan atau
teguran, memeriksa hasil pekerjaan siswa, dan memberikan tugas-tugas
sebagai kegiatan tindak lanjut dari proses pembelajaran.34
Peran guru PAI dalam menjalankan profesinya memikul
tanggungjawab lebih jika dibanding dengan guru bidang studi yang lain,
karena disamping dituntut profesional dalam menjalankan profesinya, guru
PAI juga harus memiliki integritas moral dan akhlak yang benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan baik kepada siswa ataupun kepada masyarakat secara
umum.
Guru agama sebagai pendidik profesional memiliki tugas yang
banyak, tugas tersebut ada yang terikat dengan dinas dan ada pula yang tidak
terikat oleh kedinasan, misalnya bentuk pengabdian seorang pendidik.
Apabila dikelompokkan, ada empat tugas pokok pendidik agama Islam, yaitu
tugas dalam bidang profesi kependidikan Islam, tugas kemanusiaan, tugas
menegakkan etika moral dan tugas dalam bidang kemasyarakatan / sosial.
Guru PAI harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan,
pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang
seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan zaman. Guru agama
sebagai pendidik yang profesional hendaknya mampu mengantisipasi hal-hal
tersebut sehingga apa yang disampaikan kepada siswa selalu berkenan di hati
siswa dan bersifat up to date.
Guru agama sebagai pengemban amanah pembelajaran PAI
haruslah orang yang memiliki pribadi yang saleh. Hal ini merupakan
konsekuensi yang logis karena dialah yang akan mencetak anak didiknya
menjadi anak shaleh. Dalam active learning seorang guru PAI harus bisa
berperan sebagai:
34Ibid.
32
a. Peran guru sebagai pembimbing, peran ini sangat berkaitan erat dengan
praktek keseharian. Untuk bisa menjadi seorang pembimbing, seorang
pendidik harus mampu memperlakukan para siswa dengan menghormati
dan menyayangi (mencintai).
b. Peran guru sebagai model (uswah), Dalam aktivitas dan proses
pembelajaran, termasuk pembelajaran PAI, proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas ataupun diluar kelas memberikan kesan segalanya
terhadap siswa. Karakteristik pendidik selalu di teropong dan sekaligus
dijadikan cermin oleh siswa-siswanya. Pada intinya, pendidik yang
memiliki kedekatan dengan lingkungan siswa di sekolah akan dijadikan
contoh oleh siswanya. Karakter pendidik yang baik seperti kedisiplinan,
kejujuran, keadilan, kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-
hatian, akan selalu direkam dalam pikiran siswa dan dalam batas waktu
tertentu akan diikuti oleh mereka.
c. Peran guru sebagai penasehat, seorang pendidik memiliki jalinan ikatan
batin atau emosional dengan para siswa yang diajarnya. Dalam hubungan
ini pendidik berperan aktif sebagai penasehat. Peran pendidik bukan hanya
menyampaikan pelajaran di kelas lalu menyerahkan sepenuhnya kepada
siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikannya tersebut.
Namun, lebih dari itu, ia juga harus mampu memberi nasihat bagi siswa
yang membutuhkannya, baik diminta maupun tidak.35
Guru tidak akan dapat mengajarkan apapun kepada siswa, ia hanya
dapat memberikan petunjuk kepada siswa bagaimana belajar. Disini letak
fungsinya seorang guru, ia memiliki tanggungjawab untuk merangsang siswa
dalam belajar dengan menyajikan bahasa yang jelas, menantang dan dengan
sederet organisasi, sehingga siswa terbantu untuk memperoleh ide-ide, fakta-
fakta dan kecakapan. Sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses
35Mukhtar, loc.cit., hlm. 93-96
33
pembelajaran. Dimana dengan banyak metodik, sub pokok bahasan yang
tentunya akan tercipta suasana yang tidak membosankan.
م ذْتخنِي اتتا لَيقُولُ يهِ ييدلَى يع الظَّالِم ضعي مويبِيلاً وولِ سسالر ٢٧{ع{
لَقَد أَضلَّنِي عنِ الذِّكْرِ بعد إِذْ جاءنِي وكَانَ } ٢٨{ياويلَتى لَيتنِي لَم أَتخِذْ فُلَاناً خلِيلاً
)٢٩ :٢٧ ناا لفرق. (}٢٩{الشيطَانُ لِلْإِنسانِ خذُولاً
Artinya: “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya "dulu" saya mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika al Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia”. (QS. Al Furqon : 27 – 29)36
Dalam firman tersebut diatas telah dijelaskan bahwa keaktifan
seseorang dalam memperoleh petunjuk akan kembali pada pilihannya sendiri.
Penjelasan ini mengisyaratkan bahwa siswa dalam proses pembelajaran pada
akhirnya akan kembali pada kemauan siswa itu sendiri. Jadi dalam proses
belajar tersebut menuntut siswa untuk menangkap suatu materi pelajaran.
Keaktifan itu ditunjukan dengan adanya perkembangan, perhitungan, kejelian,
terhadapm apa saja yang harus menjadi miliknya dari pelajaran tersebut, agar
dalam hasil belajar yang ingin dicapai oleh siswa dapat menggambarkan hasil
usaha yang dilakukan oleh guru dalam memfasilitasi dan menciptakan kondisi
kegiatan belajar mengajar.
4. Media / Sarana Prasarana
Selain faktor kurikulum, siswa, dan guru, penerapan active
learning dalam bidang studi PAI tidak akan berjalan secara optimal tanpa
36Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Kumudasmoro
Grafindo, 1994 ), hlm. 563
34
ditunjang dengan tersedianya media/sarana dan prasarana yang memadai.
Pada paparan terdahulu telah dijelaskan bahwa salah satu indikator penerapan
active learning dalam proses pembelajaran adalah tersedianya sarana belajar
yang memadai.
Sebenarnya media/sarana prasarana pembelajaran PAI cakupan
atau jangkauannya sangat luas, yakni baik terdapat di kelas/sekolah atau di
luar kelas/sekolah. Media pembelajaran yang terdapat di kelas/sekolah dapat
berbentuk bahan bacaan, alat audio visual seperti film, rekaman pendidikan,
tape recorder, overhead projector, handycam, dan sebagainya.37
Adapun media pembelajaran yang terdapat di luar kelas/sekolah
bersumber dari kegiatan atau pengalaman masyarakat. Pada lingkungan
keluarga, media pembelajaran PAI yang digunakan untuk mengembangkan
belajar siswa adalah penanaman pola hidup sederhana, rendah hati, tepat janji,
memiliki kasih sayang, dan lain sebagainya. Pada lingkungan sekolah media
pembelajaran PAI yang digunakan misalnya, buku, majalah, surat kabar,
praktek ibadah, dan perayaan-perayaan keagamaan. Pada lingkungan
masyarakat tempat siswa tersebut berada, pilihan media pembelajaran PAI
yang di anggap tepat adalah dengan melibatkan partisipasi siswa dalam
berbagai aktivitas keagamaan, kontrol sosial masyarakat terhadap siswa,
sampai pembentukan sifat dan sikap siswa dalam masyarakat.
5. Metode
Dalam konteks pembelajaran PAI, banyak metode pembelajaran
yang dapat digunakan sehingga siswa ditempatkan pada posisi yang aktif.
Metode – metode pembelajaran tersebut tentunya disesuaikan dengan materi
yang disampaikan karena tidak semua materi dapat disampaikan dengan
metode yang sama. Jadi dalam penerapan active learning pada bidang studi
37 Mukhtar, loc.cit., hlm. 115
35
PAI metode yang digunakan harus bervariasi disesuaikan dengan materi yang
akan di sampaikan.
Ruang lingkup PAI meliputi tujuh unsur pokok yaitu: keimanan,
ibadah, akhlak, Al Qur'an, muamalah, syari'ah dan tarikh. Agar tujuan
pembelajaran PAI dalam setiap unsur dapat di capai maksimal, penggunaan
metode active learning mutlak dibutuhkan. Penerapan metode active learning
dalam pembelajaran PAI dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Metode pengajaran yang digunakan dalam materi tentang keimanan
Tujuan unsur pokok keimanan terutama berkaitan dengan ranah cognitive
(unsur pikiran) dan afective. Oleh karena itu metode yang dapat dipakai
adalah: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
resitasi, dan metode karyawisata
2) Metode pengajaran yang digunakan dalam materi tentang ibadah.
Tujuan unsur pokok ibadah terutama berkaitan dengan ranah cognitive dan
psycomotor walaupun ranah affective tidak dapat ditinggalkan. Oleh
karena itu metode yang mungkin dapat dipakai adalah: metode ceramah,
metode tanya jawab, metode demonstrasi, dan metode latihan (drill).
3) Metode pengajaran yang digunakan dalam materi tentang akhlaq
Tujuan unsur akhlaq adalah unsur pokok ranah cognitive dan affektive
oleh karena itu metode yang dapat dipakai adalah: metode ceramah,
metode tanya jawab, dan metode sosiodrama.
4) Metode pengajaran yang digunakan dalam materi tentang Al Qur'an
Tujuan unsur pokok Al Qur'an lebih banyak menyangkut ranah cognitive
dan psychomotor, sehingga metode yang ditekankan adalah: metode
latihan (drill), metode demonstrasi, metode ceramah, dan metode resitasi.
5) Metode pengajaran yang digunakan dalam materi tentang mu'amalah
Tujuan unsur pokok muamalah menyangkut ranah cognitive, affective dan
psychomotor. Oleh karena itu metode yang dapat digunakan adalah
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi dan metode resitasi.
36
6) Metode pengajaran yang digunakan dalam materi tentang syari'ah
Tujuan pokok syari'ah pada umumnya menyangkut ranah cognitive dan
affective. Oleh karena metode yang dapat dipergunakan adalah: metode
cermah, tanya jawab, diskusi dan metode demonstrasi.
7) Metode pengajaran yang digunakan dalam materi tentang tarikh
Unsur pokok tarikh menyangkut ranah cognitive dan affective. Oleh
karena itu metode yang dapat dipergunakan adalah: metode ceramah,
metode tanya jawab, metode diskusi dan metode karya wisata.38
6. Lingkungan
Proses pembelajaran terjadi manakala siswa berinteraksi dengan
lingkungan belajar. Lingkungan belajar bisa berupa manusia seperti, guru,
siswa, dan lain sebagainya. Lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan
active learning adalah lingkungan yang kaya akan sumber belajar. Artinya,
kelas harus merupakan laboratorium belajar bagi anak. Dalam active learning,
kelas sebagai ruang belajar siswa harus dapat diatur sedemikian rupa, letak
kursi dan meja harus dapat dirubah- ubah sesuai keinginan dan kesepakatan
siswa dengan guru sehingga guru dapat dengan mudah memantau.
Dengan terciptanya lingkungan yang kaya akan sumber belajar,
proses belajar bagi siswa diharapkan tidak hanya berhenti pada learning to
know (belajar untuk tahu) saja, akan tetapi juga harus learning to do (belajar
untuk berbuat), dan bahkan sampai pada learning to be (belajar untuk
membangun jati diri yang kokoh) dan learning to live together (belajar untuk
hidup bersama secara harmonis).39
Lingkungan yang kondusif untuk bisa berlangsungnya
pembelajaran yang ideal tentunya tidak hanya lingkungan dalam arti yang
sempit (ruang kelas), dalam menciptakan lingkungan yang kondusif pada
38Hafni Ladjid, Op. Cit., hlm. 31-35 39Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio,
(Bandung: PT. GENESINDO, 2002), Cet.1, hlm. i
37
pembelajaran PAI harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh. Di
lingkungan sekolah, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dapat
dilakukan dengan menerapkan pendekatan modelling atau exemplary atau
uswah, yaitu dengan mensosialisasikan dan menciptakan lingkungan sekolah
untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar
melalui model dan keteladanan. Ketiga pendekatan tersebut membutuhkan
kerjasama yang sinergis antara pihak siswa, guru, pengelola sekolah dan juga
lingkungan masyarakat sekitar tempat domisili sekolah.40
40Mukhtar, loc.cit., hlm. 115
38
38
BAB III
PENERAPAN ACTIVE LEARNING PADA BIDANG STUDI PAI DI SLTP
ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA
A. Gambaran Umum SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening
Salatiga
1. Sejarah Singkat Perkembangan SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kalibening
Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening merupakan
sebuah lembaga yang berdiri pada bulan Juli 2003.1 Berdirinya SLTP
Alternatif Qaryah Thayyibah tidak lepas dari dua nama yang sangat
berperan di dalamnya. Nama pertama adalah Ahmad Bahruddin, beliaulah
motor penggerak sekolah tersebut yang pada waktu itu menjabat sebagai
ketua Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) dan sekaligus
sebagai ketua RW. Nama kedua yang tidak bisa dilupakan dari sejarah
berdirinya SLTP Alternatif QT. adalah Serikat Paguyuban Petani Qaryah
Thayyibah yang merupakan organisasi gabungan dari kelompok-kelompok
petani di 13 daerah sekitar Salatiga dan Semarang. Sebagai organisasi
yang memberdayakan komunitasnya, SPPQT mempunyai banyak agenda,
salah satunya pada penguatan pendidikan alternatif untuk rakyat dalam
rangka pemberdayaan desa. Sebelum 2003, kegiatan yang dilakukan
SPPQT hanya sebatas training dan pelatihan-pelatihan.
Pada awal berdiri kondisi sekolah SLTP Alternatif Qaryah
Thayyibah masih sederhana sekali. Pada waktu itu sekolah tersebut hanya
memiliki 12 siswa anak dari 30 orang warga yang dikumpulkan. Bagi
mereka para orang tua siswa yang tidak mau menyekolahkan anak mereka
beralasan karena tidak ingin anaknya dijadikan kelinci percobaan pada uji
coba sekolah tersebut. Adapun bagi yang mampu lebih memilih sekolah
formal lain yang sudah ada.
1 Dokumen Tentang Sejarah SLTP Alternatif QT, data diambil pada tanggal 11
April 2007
38
39
Sekolah SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah (QT) merupakan
jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama yang berdiri karena disebabkan
adanya keprihatinan masyarakat terhadap biaya pendidikan yang semakin
mahal. Bagi masyarakat sekitar Desa Kalibening yang mayoritasnya
bermata pencaharian sebagai petani sangat merasa tidak mampu untuk
memasukkan anak-anak mereka ke sekolah umum. Menurut pak Bahrudin,
untuk biaya hidup sehari-hari saja susah apalagi untuk membiayai sekolah
anak-anaknya yang semakin mahal. Padahal keinginan mereka agar anak-
anaknya dapat menambah pendidikan yang lebih sehingga nantinya bisa
menjadi anak yang berguna bagi masyarakat sangat besar.
Melihat keprihatinan yang dirasakan masyarakatnya, kemudian
seorang Bahruddin yang pada waktu itu sebagai ketua SPPQT sekaligus
ketua RW terpacu untuk segera mendirikan sekolah yang dicita-citakannya
yaitu sekolah dengan biaya murah tetapi kualitas pendidikannya tidak
kalah dari sekolah pada umumnya.2
Maka kemudian pada tahun ajaran baru 2003, berdirilah sekolah
yang dicita-citakannya yaitu SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah yang
pada waktu itu hanya memiliki 12 siswa. Para siswa tersebut tidak belajar
di gedung sekolah seperti pada umumnya, melainkan belajar di rumah
biasa. Rumah tersebut tidak lain adalah rumah pendirinya. Yang
membedakan antara rumah penduduk dengan rumah yang dijadikan
sebagai sekolah tempat belajar adalah adanya menara besi setinggi 40
meter sebagai ciri khas sekolah QT. Menara tersebut merupakan jaringan
internet yang dapat di akses selama 24 jam secara gratis. Dari sinilah
siswa-siswa QT menikmati lompatan proses belajar yang luar biasa
melebihi anak-anak seusianya di sekolah-sekolah reguler lainnya. Sekolah
QT. tidak pernah putus dengan jaringan informasi dunia. Para siswa
memiliki semangat yang tinggi untuk menggunakan internet guna
2 Ibid.
40
menghapuskan rasa haus mereka akan ilmu. Hasilnya, sekolah QT. dapat
menjadi lebih unggul dibandingkan dengan sekolah induknya.3
Maksud istilah alternatif yang terdapat pada sekolah tersebut
adalah guna menciptakan pendidikan yang lebih bermutu, tidak eksklusif
untuk kalangan tertentu dan lebih terbuka dan terjangkau bagi masyarakat
luas. Sedangkan Qaryah Thayyibah memiliki makna sebagai desa yang
indah, beradab dan berkeadilan. Hal itu merupakan bagian dari semangat
SPPQT.4 Agar sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah statusnya bisa diakui,
maka pada awal mula di resmikannya sekolah ini didaftarkan sebagai
SLTP terbuka yang menginduk pada SLTPN 10 Salatiga. Dengan
demikian ijazah yang nantinya diterima siswa-siswa QT. adalah ijazah
SLTP N 10. Kurikulum yang dipakai sekolah ini adalah sesuai dengan
kurikulum nasional yang diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya.
Menurut kepala SLTP Alternatif QT., pokok-pokok bahasan yang ada di
SLTP tersebut mengacu pada kurikulum nasional. Menurutnya, dalam
pelaksanaannya lebih mempraktekkan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK).5 Sebab dengan jumlah siswa yang dibatasi dalam setiap kelas,
maka semua guru akan mampu mengetahui dan memberikan penilaian
sikap serta kemampuan belajar siswa dari A-Z.
Kini, sekolah yang mayoritasnya anak petani ini telah
berkembang pesat. Tidak hanya memiliki SLTP saja, akan tetapi juga telah
memiliki SLTA. Jumlah siswanya juga mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun secara pesat. Siswa yang ada kini tidak hanya berasal dari
keluarga miskin dan masyarakat sekitar Kalibening. Namun juga berasal
dari keluarga mampu dan datang dari luar salatiga seperti dari Yogyakarta,
Cilacap, Cirebon, Temanggung, dan bahkan dari kota metropolitan
3 Data diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Masykuri Suyuti Ketua
Komite SLTP Alternatif Qoryah Thayyibah pada tanggal 16 April 2007 4 Data diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Bahrudin Kepala SLTP
Alternatif Qoryah Thayyibah pada tanggal 11 April 2007 5 Ibid.
41
Jakarta. Latar belakang orang tua mereka kini juga beragam, ada yang
sebagai pegawai negeri, pedagang, pengusaha dan bahkan dosen. Siswa
yang berasal dari luar salatiga biasanya mereka memilih untuk tinggal d
pondok pesantren atau bahkan hidup bersama keluarga angkat dari dusun
Kalibening, Salatiga.
Upaya dan usaha yang dirintis sejak awal berdirinya sekolah ini,
saat ini sudah menampakkan hasil. Terbukti dengan banyaknya prestasi
dan penghargaan yang tidak tampak yang diberikan oleh masyarakat
berupa kepercayaan atau antusiasme, pengakuan masyarakat berupa
kepercayaan orang tua atau masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di
SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah.
2. Visi dan Misi6
a. Visi : Mewujudkan pendidikan yang murah dan berkualitas bagi
masyarakat desa Kalibening pada khususnya dan masyarakat Indonesia
pada umunya..
b. Misi :
1. Terciptanya pendidikan yang murah, berkualitas dan bisa dimasuki
oleh semua masyarakat (eksklusif) tanpa memandang status sosial
maupun status ekonomi.
2. Terbangunnya generasi bangsa yang berkembang berdasarkan
potensi dan kompetensi diri yaitu; memiliki kebenaran,
bertanggung jawab, kritis dan berkeahlian.
3. Struktur Organisasi SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening
dan Keadaan Guru, Karyawan Serta Siswa
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sekolah atau madrasah dibuat dalam rangka
pengaturan aktifitas sekolah agar semua kegiatan dan proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Begitu juga SLTP
Alternatif Qaryah Thayyibah mengatur dan mengkoordinasi seluruh
elemen dan staf sekolah agar sesuai dengan job dan diskription yang ada.
6 Ibid.
42
Yang menjadi perbedaan dengan struktur organisasi dengan sekolah lain,
struktur organisasi SLTP QT sangat simpel dan tidak terlalu banyak orang,
menurut pak Bahrudin lebih baik sedikit tapi mau berjuang dari pada
banyak tapi cuma numpang nama.
STRUKTUR ORGANISASI7
SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
Desa Kalibening Kec. Tingkir - Salatiga
Sekretaris Komite 1. M. RIDWAN 2. FATIMAH
Bendahara Komite
SITI AMINAH
Sie. Administrasi
SYAEMURI
Sie. Keuangan
NURUL MUNAWAROH
Sie. Kesiswaan
ZUHADI IRFAN
Sie. Umum
MAKSUM
Kepala Sekolah
BAHRUDDIN
Ketua Komite 1. MASYKURI SUYUTI 2. MISKIYAH
b. Keadaan Guru
7 Dokumen Tentang Struktur Organisasi SLTP Alternatif Qoryah Thayyibah diambil pada tanggal 16 April 2007
43
Jumlah guru di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah 15
orang. Lebih jelasnya tentang guru SLTP Alternatif QT sebagai berikut:8
Guru Pamong TKBM SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
No Kode Guru
Nama Guru Pamong Usia Pendidikan Terakhir Mata Pelajaran
Yang Diampu
01 A Ahmad Darrojatul Qubro
SMA 1 Salatiga Matematika dan Fisika
02 B Agung Mawardi, S.E 38 FE. UNDIP Semarang
IPS Ekonomi dan Geografi
03 C Andi Gatot, S.E. FH. UMS Surakarta IPS Sejarah
04 D Bahruddin 38 FT. PAI IAIN Salatiga Penjaskes
05 E Dwi Nuryanti, S.PdI FT. Inggris STAIN
Salatiga
Bhs Inggris Ekstra
06 F Khomsatun, S.H FH UNDIP Semarang Bahasa Indonesia
07 G Mahsun Azmi, S.Ag FT. Bhs Arab IAIN
Salatiga
Mulok Bhs Jawa
08 H Mujab, S.Ag 30Smt tunggu Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Mulok Komputer
09 I Nailil Muna Smt Akhir UGM Yogya Bhs Inggris dan Seni Lukis
10 J Dr. Puji Lestari FK. Airlangga Surabaya Mulok Tata boga
11 K Ir. Ruth Murtiasih Subodro
Pertanian UKSW SalatigaIPA Biologi
12 L Dra. Siti Fatimah FT. PAI IIQ Wonosobo PPKN dan Mulok Bhs
Arab
8 Ibid.
44
13 M Dra. Siti Rifqoh FT. Bhs Arab IAIN Salatiga
Pendidikan Agama Islam
14 N Suma’iyyah D II IAIN Salatiga Mulok Bhs Jawa dan Tata Boga
15 O Ummi Hannah, S.Ag FT. PAI IAIN Salatiga
Seni Suara
c. Keadaan Siswa
Jumlah siswa di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah dari tahun
ketahun mengalami peningkatan. Adapun yang menyebabkan
bertambahnya jumlah siswa SLTP Alternatif QT antara lain adanya
peningkatan prestasi pada sekolah SLTP Alternatif QT dan peningkatan
mutu dalam proses pembelajaran dengan strategi active learning.9
Di sekolah SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, pembagian kelas
tidak menggunakan kelas satu, dua, ataupun tiga. Tetapi tiap kelas
memiliki nama sendiri-sendiri yang merupakan inisiatif dari siswa. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan sekat antara kelas yang tinggi dan rendah.
Nama-nama kelas di SMP Alternatif QT adalah sebagai berikut:
1) Kelas Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy'ari untuk kelas satu
2) Kelas Full Colour, Paradise dan Creative Kids untuk kelas dua
3) Kelas IDEALS untuk kelas tiga
4. Sarana dan Prasarana
a. Sarana
Letak dan lokasi suatu sekolah menjadi sebuah pertimbangan
bagi orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tertentu,
9 Data diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Bahrudin Kepala SLTP
Alternatif Qoryah Thayyibah pada tanggal 11 April 2007
45
dan SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah memiliki letak dan lokasi strategis
karena dekat dengan perkampungan.
Sekolah SLTP Alternatif QT sangat berbeda dengan sekolah-
sekolah pada umumnya. Sekolah pada umumnya memiliki gedung yang di
dalamnya ada banyak ruang belajar yang lazim disebut ruang baik untuk
kelas, guru, kepala sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan kamar kecil.
Di depannya agar tampak berbeda dengan bangunan lain ada papan nama
sekolah. Di dekat papan biasanya ada lapangan terbuka yang cukup luas
yang digunakan untuk upacara dan olah raga. Bahkan juga dibangun pagar
disekelilingnya agar menjadi nyaman, tertib, dan aman agar dapat
memperlihatkan kewibawaan sekolahnya.10
Ketika menengok secara langsung sekolah SLTP Alternatif QT,
pasti akan terpana karena sampai di sana tidak akan ditemukan adanya
papan nama sekolah dan gedung sekolah seperti lazimnya gedung sekolah
pada umumnya. Memang benar adanya, sekolah tersebut tidak memiliki
papan nama lembaga, tidak ada tiang bendera, tidak ada lapangan luas
yang biasa digunakan untuk upacara dan olah raga.
Namun yang akan ditemukan adalah sebuah rumah yang di
dalamnya banyak anak-anak usia sekolah yang sedang melakukan
berbagai macam aktifitas layaknya orang yang sedang belajar. Anak-anak
tersebut tidak lain adalah siswa-siswa SLTP Alternatif QT. Mereka sedang
melaksanakan proses belajar mengajar. Rumah yang mereka tempati
adalah sebagai sekolah mereka. Rumah tersebut merupakan rumah pendiri
yang sekaligus sebagai kepala sekolah SLTP Alternatif QT. Di rumah
tersebut tempat belajar siswa-siswa SLTP Alternatif QT. Rumah itu tidak
jauh beda dengan rumah-rumah pada umumnya. Namun yang
membedakannya, rumah itu kini berubah fungsi.11
Ada beberapa ruangan yang kini menjadi fasilitas belajar siswa.
Di dalam rumah tersebut yang berfungsi sebagai kelas terdapat banyak
10 Data diperoleh dari Observasi pada tanggal 11 April 2007 11 Ibid
46
kursi belajar, white board, radio, tape recorder, dan juga beberapa
komputer. Dinding ruang kelas penuh dengan pajangan yang merupakan
hasil karya ilmiah siswa yang hampir semuanya berbahasa inggris.
Adapula beberapa piagam penghargaan dan juga hasil prestasi belajar
siswa. Ciri khas yang menonjol pada rumah tersebut adalah adanya menara
besi setinggi sekitar 40-an meter yang merupakan jaringan internet.12
Tepatnya lokasi SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah SLTP
Alternatif Qaryah Thayyibah JL. R. Mas Said no.12 Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Kabupaten Salatiga atau sekitar 3 km dari pusat kota
Salatiga. Karena memiliki lokasi yang strategis ditengah masyarakat
perkampungan sehingga sangat mudah dijangkau oleh kendaraan sepeda
motor atau berjalan kaki.
b. Fasilitas sekolah13
1). Gedung
a). Ruang kelas 6
b). Ruang Kepala Sekolah 1
c). Ruang Guru 1
d). Ruang Perpustakaan 1
e). Ruang Ibadah (musholla) 1
f). Kamar Mandi 4
g). Ruang Tamu 1
2). Kelengkapan Kelas
a). Kursi Siswa 100
b). Meja Kursi Guru 6 stell
c). Meja kursi Kepala Sekolah 1 stel
d). Meja Kursi Tamu 3 set
e). Almari 3
f). Rak Buku 4
g). Komputer 7 unit
12 Data diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Bahrudin Kepala SLTP Alternatif Qoryah Thayyibah pada tanggal 11 April 2007
13 Op.cit
47
h). Keyboard 1 unit
i). Note Book 3 unit
j). Alat Musik 1 set
3). Jaringan Internet 24 jam
4). Laboratorium Lingkungan sekitar
5). Handy Came 2 unit
5. Proses Belajar Mengajar Secara Umum di SLTP Alternatif Qaryah
Thayyibah
SLTP Alternatif QT mengemas konsep dasar pendidikan secara
modern dengan menggunakan trade mark community based schooling
sebagai metodologi pembelajarannya. Para siswa juga memperoleh Bahasa
Inggris secara intensif sebagai ”makanan” sehari-hari siswa di sekolah.
Dan biasanya setiap pagi siswa selalu sarapan dengan English Morning.
Materi tersebut yang menjadikan sekolahnya selalu lebih unggul dalam
pelajaran Bahasa Inggrisnya. Karena memang materi ini diberikan lebih
banyak dari pada di sekolah-sekolah pada umumnya. Bahasa Inggris
adalah bekal mereka dalam mencari informasi di internet.14
Sasaran proses pembelajaran aktif (active learning) adalah siswa,
karena siswalah sebagai subyek yang paling berkepentingan untuk belajar
dan terus belajar. Siswa harus diberi ruang dan waktu yang seluas-luasnya
agar bisa leluasa berimajinasi, berekspresi, dan mengenali potensinya.
Mereka terus dimotivasi untuk mengembangkan potensinya termasuk
dalam menggali nilai-nilai moralitas dan nilai-nilai universal kehidupan,
sehingga pada saatnya nanti mereka dapat menemukan sendiri kematangan
hidup.15
Di SLTP QT. ini dalam semua pelajaran dan hampir pada semua
tahapan belajar merupakan peran aktif dari siswa, guru benar-benar
14 Data hasil wawancara dengan Dwi Nuryanti, Fasilitator Pelajaran Bahasa Inggris
di SLTP Qaryah Thayyibah pada tanggal 20 april 2007 15 Data diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Bahrudin Kepala SLTP
Alternatif Qaryah Thayyibah pada tanggal 11 April 2007
48
berperan sebagai fasilitator, pengarah, motivator. Bahkan sampai pada
evaluasi hasil karya dalam belajar juga merupakan kreasi mereka sendiri,
guru tidak pernah memberikan penilaian secara numerik.16
Ketika peran siswa menjadi lebih aktif, maka bukan berarti guru
menjadi pasif. Guru lebih berperan untuk menemani, mendampingi,
menyemangati siswa dalam mengembangkan potensi dan kapasitasnya.
Guru tidak menempatkan diri sebagai narasumber yang hebat dan harus
memindahkan ilmu ke otak siswa, tetapi sebagai pendamping dan bagian
dari siswa untuk belajar bersama. Guru sebagai pelayan murid bukan
sumber kebenaran yang harus di gugu dan ditiru. Guru harus menyadari
bahwa masing-masing siswa memiliki kelebihan yang justru tidak dimiliki
oleh guru itu sendiri.
Dalam rekruitmen calon guru, sejak awal pihak sekolah sudah
membangun komitmen dengan calon guru tersebut untuk mau belajar
dengan para siswa, maka di sekolah SLTP QT. muncul satu prinsip guru
yang murid dan murid yang guru, satu prinsip yang menggambarkan
egaliterian dalam belajar. Jadi tidak ada yang lebih pintar, yang ada hanya
mengetahui lebih dahulu dari yang lain. Prinsip tersebut juga membangun
suasana yang sangat cair dan dinamis di sekolah.
Ruang lingkup proses pembelajaran aktif (active learning) di
SLTP Alternatif QT. meliputi : waktu efektif sekolah (06.00-13.30 WIB),
waktu di luar jam efektif, dan waktu jam ekstra kurikuler.
1). Waktu Efektif Sekolah
Kegiatan paling pokok di sekolah adalah menerima sejumlah mata
pelajaran bagi siswa, dan menyampaikan sejumlah mata pelajaran bagi
guru di SLTP Alternatif QT., kegiatan tersebut berlangsung kondusif
dengan pembelajaran aktif. Melalui strategi pembelajaran aktif dalam
menyampaikan materi menjadikan proses belajar mengajar berlangsung
16 Data diperoleh dari hasil Observasi pada tanggal 20 April 2007
49
efektif dan efisien. Karena strategi tersebut memberikan kesempatan besar
bagi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam menyampaikan materi, guru biasanya menggunakan metode
yang bervariasi. Hal tersebut bertujuan agar siswa tidak merasakan
kebosanan dan kejenuhan dalam belajarnya. Ketika jam belajar mulai,
untuk dapat mengkondisikan suasana kelas dan menumbuhkan semangat
dan konsentrasi siswa biasanya guru menyampaikan sebuah cerita atau
permasalahan kepada siswa. Tema yang diambil disesuaikan dengan
materi yang akan diberikan. Karena siswalah yang berkepentingan untuk
belajar, maka seorang guru harus memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengusulkan tema apa yang ingin mereka pelajari. Hal tersebut
berasumsi bahwa belajar pada dasarnya harus dikembalikan pada orang
yang melakukannya.
Hal-hal yang terlihat dalam pembelajaran aktif (active learning)
yang diterapkan di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah sebagai
berikut:
a) Adanya keterbukaan bagi siswa untuk mengungkapkan pendapatnya
b) Adanya kebebasan dalam belajar yang menjadikan siswa tidak merasa
tertekan , terpaksa ataupun dipaksa
c) Peran aktif siswa sangat dominan di kelas
d) Penggunaan metode yang bervariasi menjadikan suasana belajar tidak
menjenuhkan dan tidak membosankan
e) Suasana ruang kelas yang diatur sedemikian rupa menjadikan siswa
leluasa bergerak
f) Guru berperan sebagai teman, sahabat, dan pendamping dalam
memfasilitasi siswa belajar yang menjadikan interaksi antara keduanya
terjalin akrab
g) Belajar tidak hanya berlangsung di ruang kelas saja, akan tetapi bisa
dimana saja tergantung keinginan dan kesepakatan siswa dan guru
h) Adanya usaha guru untuk mendorong siswa agar tidak takut salah dan
berani menanggung resiko
50
i) Tumbuhnya kreatifitas guru dalam penyampaian dan kreatifitas siswa
dalam merespon sejumlah materi pelajaran.17
2). Waktu di Luar Jam Efektif
a. Sebelum Jam Efektif
Sebelum jam efektif belajar berlangsung, siswa di SLTP Alternatif
Qaryah Thayyibah membiasakan adanya kegiatan rutin English Morning.
Kegiatan seperti ini merupakan ”makanan” mereka sehari-hari di sekolah
sebagai ”sarapan paginya”. Biasanya kegiatan seperti ini berlangsung
mulai jam 06.00 WIB. Waktu tersebut sangat berarti bagi mereka untuk
memulai aktifitasnya sebagai pelajar.
English Morning merupakan ”hidangan” pembuka bagi siswa-
siswa SLTP Alternatif QT yang telah dikemas sedemikian rupa oleh guru
Bahasa Inggris mereka yaitu ibu Dwi Nuryanti. Bahasa Inggris merupakan
materi penting di sekolah tersebut karena sebagai modal untuk mencari
informasi tentang ilmu pengetahuan di internet. Jadi waktu yang diberikan
juga lebih banyak dibandingkan dengan sekolah-sekolah pada umumnya.
Jadi jangan heran bila siswa-siswa SLTP Alternatif QT begitu lancar
dalam berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Setiap memulai belajar
mereka juga terbiasa berdo'a dengan menggunakan bahasa tersebut.
Sekolah ini juga sangat menganjurkan siswanya untuk memiliki kamus
Bahasa Inggris sebagai pedoman untuk mencari kata-kata yang sulit
artinya. Bahkan ada beberapa siswa yang pernah menjajal kemampuan
mereka untuk mengikuti kompetensi Bahasa Inggris yang diadakan oleh
lembaga pendidikan lain.18
Materi english Morning langsung dipandu oleh guru Bahasa
Inggris, biasanya pada saat para siswa QT. sampai di sekolah mereka
langsung bercakap-cakap dengan temannya dengan menggunakan Bahasa
Inggris. Di sekolah ini tidak ada bunyi bel sebagai tanda masuk kelas
17 Data diperoleh dari hasil Observasi Kelas pada tanggal 24 April 2007 18 Ibid.
51
ataupun tanda pergantian jam pelajaran, yang biasa jadi acuan adalah jam
dinding yang menempel di ruang kelas, dan terkadang juga tidak menjadi
acuan yang mutlak.
Bahasa Inggris sudah menjadi ”menu” sehari-hari bagi siswa SLTP
QT, tidak hanya untuk komunikasi keseharian antar siswa, ketika mereka
berdo’a pada awal pelajaran di kelas juga menggunakan Bahasa Inggris.
Menu sarapan English Moorning menjadi pemicu awal para siswa SLTP
QT dalam belajar.19
b. Waktu Istirahat
Waktu istirahat merupakan waktu untuk merilekskan sejenak
pikiran setelah dari pagi melakukan aktifitas belajar. Biasanya jam sekolah
di SLTP QT adalah pukul 09.00. Pada jam tersebut para siswa melakukan
sarapan pagi bersama yang telah disediakan. Mereka sarapan pagi bersama
di rumahnya mbok lam yang kebetulan rumahnya tepat dibelakang sekolah
tersebut. Sarapan pagi ini memang dirancang sehingga selalu bisa
dilakukan secara bersama-sama, dan biasanya menu sarapan pagi selalu
berbeda, tetapi ada satu yang memang harus selalu disediakan yaitu
sayuran. Menu sarapan pagi juga dirancang sendiri oleh para siswa,
sarapan pagi menjadi media untuk mempraktikan pelajaran tentang nutrisi
yang merupakan bagian dari materi muatan lokal yang diberikan sekolah.
Untuk sarapan pagi, para siswa menjalankan iuran yang besarnya
sudah disepakati bersama. Iuran tersebut dibayar setiap hari disesuaikan
dengan kemampuan para orang tua. Iuran yang dibayar setiap hari berupa
uang makan, uang cicilan komputer dan gitar, dan uang tabungan yang
sewaktu-waktu dibutuhkan.
Waktu istirahat selain diisi dengan aktifitas sarapan pagi bersama,
juga diisi dengan aktifitas lain seperti, mengakses internet, main musik,
memperdalam materi dengan berdiskusi. Selama di lapangan, peneliti
19 Ibid.
52
melihat bahwa waktu istirahat mereka benar-benar digunakan untuk hal-
hal yang bermanfaat dan menambah wawasan.
Secara umum kegiatan belajar yang berlangsung setiap hari di
SLTP QT terbagi menjadi 5 fase, seperti yang tercantum dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel Kegiatan Belajar Siswa SLTP QT
yang Berlangsung Setiap Hari20
FASE
WAKTU
KETERANGAN
AKTIFITAS
Fase I
Pkl. 06.00 s/d 07.00 English Morning: merupakan ”menu” awal dan rutin dijalankan oleh para siswa QT, fase ini berlangsung di kelas masing-masing, semua siswa ”harus” menggunakan Bahasa Inggris dalam berkomunikasi, english morning biasanya didampingi oleh siswa dari kelas Creative Kids (kelas I SMU)
Fase II
Pkl. 07.00 s/d 09.30 Knowledge: mencoba menggali pengetahuan umum yang biasanya mengambil dari standar kompetensi kurikulum nasional.
Fase III
Pkl. 10.00 s/d 12.00 Forum: berkumpulnya beberapa anak yang memiliki minat sama seperti peminat bahasa mandarin.
20 Data diperoleh dari hasil Observasi Kelas dan Luar Kelas pada tanggal 24 April
2007
53
Fase IV
Pkl. 12.00 s/d 13.30 Private: pada fase ini aktifitas terpulang pada pribadi masing-masing.
Fase V
Pkl. 13.30 s/d 15.00 Refleksi Bersama: pada fase ini semua siswa dari kelas I s/d III dan SMU berkumpul di Masjid untuk berjamaah sholat dzuhur dilanjutkan baca tartil Qur’an dan berembug bersama tentang masalah-masalah yang dihadapi terutama dalam hal agama.
3). Ekstra Kurikuler
a. Waktu Jam Ekstra Kurikuler
Kegiaan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan
diluar jam efektif siswa, atau biasanya dilakukan setelah pulang sekolah.
Kegiatan tersebut biasanya bertujuan untuk mengembangkan bakat, minat
dan potensi siswa. Di sekolah SLTP QT tidak ada ketentuan yang mutlak
tentang kegiatan tersebut.
Waktu belajar yang tertera dalam jadwal sekolah tersebut memang
dimulai pukul 07.00 dan diakhiri pada pukul 13.30, hal ini tentu seperti
sekolahan sebagaimana pada umumnya, akan tetapi waktu yang sekitar 6
(enam) jam tersebut bagi siswa disana ternyata masih sangat kurang. Ini
dibuktikan dengan melihat kenyataan bahwa sebelum jam pelajaran
dimulai yaitu pukul 07.00 ternyata pukul 06.00 siswa sudah berada di
sekolah melakukan aktifitas belajar yaitu english morning, dan pada siang
harinya setelah jam pelajaran selesai sebagian besar siswa kembali ke
sekolah untuk melakukan aktifitas belajar sesuai dengan keinginan
mereka.
Kegiatan belajar di luar jam pelajaran menjadi kebiasaan yang
selalu dilaksanakan oleh para siswa SLTP Qaryah Thayyibah, apa yang
54
berjalan disana menunjukan minat belajar yang luar biasa. Belajar bagi
mereka tanpa batas waktu, bahkan sering sampai larut malam dan tidak
jarang sebagian dari mereka menginap di sekolah karena begitu asyiknya
belajar.21
b. Materi Ekstra Kurikuler
Hadirnya kembali para siswa QT. setelah jam pelajaran selesai
(Pkl.13.30) menunjukan semangat belajar yang luar biasa, bagi mereka
belajar di QT. tidak mengenal batasan waktu. Sejauh pengamatan penulis
kembalinya para siswa ke sekolah memang melakukan aktifitas yang
sangat positif untuk bertambahnya pengetahuan mereka, secara formal
memang tidak tercantum materi ekstra kurikuler, akan tetapi banyak
aktifitas ekstra (diluar jam pelajaran) yang pada waktu itu dilakukan oleh
para siswa seperti;
1. Bermain musik
2. Meng - akses internet
3. Diskusi dengan guru yang masih di sekolah
4. Menterjemah buku ke dalam bahasa Indonesia
5. Membuat karya tulis seperti novel
6. Menulis skenario film
7. Bermain drama.22
B. Penerapan Active Learning dalam Bidang Studi PAI di SLTP Alternatif
Qaryah Thayyibah.
Seperti pada pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) juga mendapatkan porsi besar dalam
pelaksanaannya. Jika merujuk pada jadwal yang ada untuk kelas II (agar lebih
mudah menyebutnya) sebenarnya pelajaran PAI hanya diberikan pada hari
Selasa dan hari Jum’at dengan jumlah total empat jam pelajaran dalam satu
minggu, akan tetapi realitasnya, setiap hari para murid SLTP QT. selalu
21 Ibid. 22 Ibid.
55
mendapatkan materi PAI yaitu (seperti yang telah dipaparkan diatas) pada
setiap pukul 13.30 s/d pukul 15.00 (kecuali hari Jum’at) semua murid SLTP
QT. plus murid SMU berkumpul di Masjid sekolah untuk melakukan aktifitas
sholat dzuhur berjama’ah dilanjutkan dengan baca tartil Al Qur’an dan diskusi
bersama terutama masalah agama.
Proses belajar - mengajar bidang studi PAI di SLTP Alternatif Qaryah
Thayyibah berlangsung di dalam dan di luar kelas. Untuk menentukan apakah
proses belajar akan berlangsung di dalam atau di luar kelas tergantung dari
permintaan dan kesepakatan siswa, jika siswa sudah merasa jenuh untuk
belajar di dalam kelas maka dengan kesepakatan siswa proses pembelajaran
bisa dilakukan di luar kelas, tempat favorit yang biasanya digunakan untuk
kegiatan belajar di luar kelas adalah di masjid dan di rumah masyarakat
sekitar.23
a). Penerapan Active Learning Dalam Bidang Studi PAI di Dalam Kelas
Tata ruang kelas akan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan
siswa dalam belajar oleh karena itu kelas harus di desain sedemikian rupa
sehingga memungkinkan active learning berjalan dengan baik. Untuk satu
kelas yang ideal, siswa yang ada dalam satu kelas tidak boleh lebih dari 30
siswa, dan sebaiknya dalam kelas tidak menggunakan meja agar
penataannya bisa lebih mudah disesuaikan dengan metode pembelajaran
yang digunakan.
Kenyamanan kelas untuk belajar nampaknya sangat diperhatikan
oleh pengelola SLTP Alternatif QT. Semua ruang kelas di SLTP Alternatif
QT di desain dengan model yang sangat dinamis, tanpa meja, tanpa ada
lemari, hanya ada kursi lipat yang jumlahnya di kelas tersebut 22 buah
dengan yang penulis duduki dan papan tulis white board yang posisinya
memungkinkan untuk selalu di geser. Penataan kursi dibuat setengah
melingkar, hal tersebut dimaksudkan agar semua siswa dapat saling
23 Data diperoleh dari hasil Observasi pada tanggal 8 Mei 2007
56
melihat sehingga ketika diskusi memungkinkan semua siswa untuk aktif.
Jumlah siswa maksimal setiap kelas di SLTP Alternatif QT. hanya 20
orang, dengan jumlah ini seorang guru akan lebih bisa menguasai kondisi
kelas dalam proses pembelajaran, dan yang lebih penting lagi guru akan
bisa memonitor perkembangan tiap-tiap siswa.
Selain akan menciptakan kelas dinamis yang akan sangat
menunjang dalam proses pembelajaran, dengan penataan kelas dengan
model minimalis juga akan menghemat anggaran karena tidak perlu
mengeluarkan anggaran untuk membeli perlengkapan kelas berupa meja
dan almari. "Jadi, sekali mendayung dua pulau sekaligus dapat dilampaui"
ucap pak Bahrudin.
Selain penataan ruang belajar yang mengutamakan kelas yang
dinamis, banyaknya media belajar (seperti buku pelajaran) yang mudah
dijangkau oleh siswa, juga akan sangat membantu terlaksananya active
learning. Aspek ini yang penulis amati masih sangat minim di SLTP
Alternatif QT. media belajar yang berupa buku-buku PAI misalnya, tidak
tersedia di dalam kelas, buku-buku penunjang belajar siswa hanya berada
di perpustakaan (itupun dalam jumlah yang terbatas).
Media belajar yang paling banyak di dalam kelas adalah hasil
karya siswa yang dipajang hampir di seluruh dinding kelas. Hasil karya
siswa yang dipajang dan mudah dilihat tersebut sangat memacu siswa
untuk mau membuat karya tulis yang bentuknya beraneka ragam. "Untuk
pembelajaran PAI, dengan adanya ruang untuk menunjukkan karya siswa,
sangat berpengaruh terhadap motivasi para siswa untuk membuat karya
yang berkaitan dengan masalah keagamaan terutama permasalahan yang
kontemporer, hal ini tentunya sangat positif untuk perkembangan wawasan
siswa" ucap bu Rifqoh.
Dalam sistem active learning tidak hanya siswa yang dituntut
untuk menjadi subyek yang aktif, seorang guru-pun harus berperan ekstra
aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi yang perlu di ingat makna
aktif disini berbeda dengan makna aktif pada sistem pembelajaran
57
'tradisional'. Makna aktif bagi seorang guru dalam active learning bukan
berarti guru menjadi aktor yang paling mendominasi dalam proses
pembelajaran, aktif disini lebih bermakna bahwa guru harus berperan
secara aktif sebagai fasilitator dan pembimbing belajar. Peran guru sebagai
fasilitator dan pembimbing menuntut seorang guru untuk terus belajar,
baik belajar yang berkaitan dengan materi maupun memperkaya
pengetahuan mengenai berbagai macam metode pembelajaran sehingga
seorang guru benar-benar bisa profesional. Posisi guru sebagai fasilitator
dan partner belajar dalam pembelajaran PAI di SLTP Alternatif QT. benar-
benar dijalankan.
Hari itu adalah hari Selasa tanggal 8 Mei 2007, pertanda waktu di
tembok ruang kelas II sudah menunjukkan pukul 07.00. Tanpa ada bel
tanda ganti jam pelajaran pada pukul 07.05 seorang guru masuk ke
ruangan kelas sederhana yang kira – kira luasnya 4 x 6 m², nama guru
tersebut adalah Siti Rifqoh atau biasanya para murid memanggil dengan
bu Rifqoh guru PAI di sekolah SLTP Alternatif QT.24
Pada waktu itu adalah jadwal pelajaran PAI di ruang kelas II
dimana penulis berada. Seperti hari-hari biasanya, sebelum pelajaran
dimulai bu Rifqoh selalu mempersiapkan skenario pembelajaran dan
bahan untuk mengajar. Pada waktu itu materi yang diberikan mengenai
ibadah, dan materi tersebut sebagai kelanjutan dari materi sebelumnya
yang belum selesai. Bu Rifqoh membuka pelajaran dengan memberikan
lemparan pertanyaan-pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi
sebelumnya dan materi yang akan disampaikan. Hal tersebut dimaksudkan
untuk memancing siswa agar perhatian mereka bisa terfokus, dan agar
mereka memiliki motivasi dan minat yang tinggi. Tanya jawab akhirnya
berlangsung dengan sangat aktif, para siswa begitu antusias dalam
menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Suasana pembelajaran
benar-benar menjadi hidup, dan pada waktu itu ada salah satu siswa yang
24 Data diperoleh dari hasil Observasi Kelas pada tanggal 8 Mei 2007
58
bernama Aslam, dia melemparkan pertanyaan "bu, bagaimana sholatnya
orang yang berada di kutub, karena sepengetahuan saya di kutub waktunya
kan tidak sama seperti di sini?"
Bu Rifqoh tidak langsung memberikan jawaban, pertanyaan justru
dikembalikan ke kelas. "Siapa yang mau menanggapi pertanyaan ini
silahkan?", suasana kelas sesaat hening, selang beberapa detik Fina
mengangkat tangan "kalau menurut saya orang yang di kutub tidak wajib
sholat lima waktu bu karena disana waktu siang lebih panjang daripada
waktu malam jadi susah untuk menentukan waktunya". Meskipun jawaban
yang diberikan fina terkesan ngawur akan tetapi bu Rifqoh tidak langsung
menghakimi dengan menyalahkan jawaban tersebut.
Dalam active learning menghargai jawaban siswa menjadi prinsip
yang harus dipegang oleh seorang guru. Langsung memfonis salah atas
tanggapan yang diberikan oleh siswa akan sangat berpengaruh terhadap
keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat. Oleh karena itu
meskipun tanggapan seorang siswa terkesan ngawur seorang guru harus
bisa menyikapinya dengan bijak, pada waktu itu bu Rifqoh justru memberi
kesempatan selama sepuluh menit kepada Fina untuk mencari jawaban
atas permasalahan tersebut. Tersedianya akses internet selama 24 jam di
SLTP Alternatif QT. tentunya sangat membantu untuk memecahkan setiap
permasalahan yang ada.
Dari penelusuran lewat media internet yang dilakukan oleh Fina,
ditemukan jawaban bahwa untuk umat Islam yang tinggal di daerah yang
abnormal misalkan waktu malam lebih panjang jika dibanding waktu
siang, untuk menentukan waktu sholatnya disesuaikan dengan daerah
terdekat yang normal, misalkan bagi umat muslim yang tinggal di Negara
Belanda, Inggris, dan negara – negara Skandinavia mengikuti waktu sholat
dan puasa dengan waktu Boerdoek (Perancis bagian selatan), yang terletak
di garis parallel 45 dari garis Lintang Utara. Demikian juga bagi
masyarakat Islam yang tinggal di Amerika Utara mengikuti waktu shalat
dan puasa dengan waktu Halifak atau Portland (Canada).
59
Paparan oleh Fina diakhiri dengan membacakan satu dalil yang
memungkinkan adanya rukhshoh/ dispensasi bagi masyarakat Islam yang
tinggal di daerah-daerah abnormal untuk mengikuti waktu shalat dan puasa
dari daerah normal dan terdekat. Hadits Nabi riwayat Bukhari, Muslim, Al
– Nasa-I, dan Ahmad yang artinya: “Hendaklah kamu permudah,
janganlah kamu persulit. Dan Hendaklah kamu gembirakan, jangan kamu
bikin mereka lari menjauh”.
Setelah Fina selesai mempresentasikan hasil penelusurannya, lalu
bu Rifqoh menyampaikan materi tentang sholat dikutub untuk melengkapi
penjelasan yang sudah ada. Metode ceramah digunakan ketika
memberikan materi sebagai pengantar diskusi bagi siswa. Dalam proses
pembelajaran PAI yang berlangsung pada saat itu, Ternyata bu Rifqoh
tidak hanya menggunakan metode ceramah saja, akan tetapi beliau juga
mencoba mendemonstrasikan bagaimana cara sholat lengkap dengan
bacaan-bacaannya. Dan kemudian para siswa mengikuti apa yang telah di
demonstrasikan oleh bu Rifqoh.
Kondisi kelas seperti ini berlangsung setiap hari, karena
penyampaian semua materi pelajaran di SLTP QT menggunakan prinsip
yang sama yakni menempatkan siswa sebagai subyek aktif dalam belajar
dan guru hanya sebagai pendamping, fasilitator, pengarah dan teman. Oleh
karena itu ruang gerak bagi siswa untuk berargumentasi, mencari
informasi, berdebat, berkreasi benar – benar sangat luas, siswa di berikan
kebebasan untuk ber-ekspresi dan guru membimbing.25
Secara khusus dengan penerapan metode active learning dalam
bidang studi PAI di SLTP QT di harapkan siswa tidak hanya sebatas
mengetahui tentang nilai-nilai agama akan tetapi mampu menghayati dan
mengamalkan agama dalam kehidupan sehari–hari, bertanggungjawab atas
perilakunya bisa menghormati orang tua dan tentunya bisa bermanfaat
bagi masyarakat. Jika hal tersebut bisa tercapai itulah yang menjadi nilai
25 Data hasil wawancara dengan Siti Rifqoh, Fasilitator Pelajaran Agama Islam di
SLTP Qaryah Thayyibah pada tanggal 8 Mei 2007
60
tertinggi dari para siswa SLTP QT, yaitu penilaian baik di hadapan
manusia dan penilaian mulia di hadapan Allah, bukan hanya penilaian
subyektif oleh seorang guru.
Meskipun kondisi kelas sangat dinamis, bukan berarti kelas tidak
bisa membosankan jika belajar di kelas dirasa sudah sampai pada titik
jenuh, biasanya proses belajar dilangsungkan di luar ruang kelas, jika
untuk pelajaran PAI sendiri kegiatan di luar kelasnya biasanya
berlangsung di mushola/masjid yang berada di sekitar desa Kalibening.26
b). Penerapan Active Learning Dalam Bidang Studi PAI di Luar Kelas
Seperti yang sudah disampaikan diatas bahwa proses pembelajaran
PAI tidak hanya berlangsung di dalam kelas, akan tetapi juga berlangsung
diluar kelas yang biasanya mengambil tempat di masjid atau mushalla
yang berada di sekitar desa Kalibening. Selain untuk mengatasi kejenuhan,
belajar di luar kelas juga dimaksudkan agar para siswa benar-benar bisa
"menyatu" (tidak tercerabut dari akar budaya lokalnya) dengan masyarakat
dengan mengetahui permaslahan-permasalahan yang ada di masyarakat
secara langsung. Lingkungan Kalibening benar-benar menjadi
laboratorium yang hidup bagi siswa SLTP Alternatif QT.
Jadwal out class waktunya tidak pasti, tempat belajar akan
berlangsung di dalam atau di luar kelas sepenuhnya siswa yang
menentukan. Guru hanya mempersiapkan perangkat baik materi maupun
metode yang akan digunakan, tentunya belajar diluar kelas metodenya
harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Selain hari Selasa jadwal pelajaran PAI kelas II SLTP Alternatif
QT. adalah hari Jum'at tepatnya jam ketiga dan keempat yaitu setelah
jadwal rutin hari Jum'at pada jam pertama dan kedua yaitu jam olah raga
bersama. Sehari sebelumnya sudah diagendakan untuk pelajaran PAI hari
Jum'at tanggal sebelas Mei 2007 akan diisi dengan kunjungan ke rumah
26 Data hasil wawancara dengan Fina Afidatushoffa, siswa kelas II SLTP Qaryah
Thayyibah pada tanggal 8 Mei 2007
61
seorang tokoh agama desa Kalibening dilanjutkan dengan sholat Jum'at
bersama di Masjid yang letaknya persis didepan rumah tokoh agama
tersebut.27
Sehari sebelumnya Aslam selaku koordinator kelas sudah
mengkonfirmasikan kepada bapak Mohammad Ridwan (tokoh agama yang
akan dikunjungi) tentang rencana kedatangan mereka ke rumah dengan
maksud ingin belajar langsung dari pak Ridwan tentang sejarah Islam di
Indonesia. Permasalahan sejarah Islam di Indonesia di pandang sangat
penting karena dari situ mungkin dapat dirunut bagaimana sejarah Islam di
desa Kalibening sehingga 100% penduduk desa Kalibening adalah
penganut Islam.
Proses pembelajaran PAI diluar kelas merupakan salah satu wujud
dari misi SLTP Alternatif QT. yang ingin mendidik siswanya bersama
dengan masyarakat yang selalu bergerak untuk melakukan kerja-kerja
pendidikan secara dinamis sesuai dengan hakikat pendidikan yang
sepanjang hayat. Sejak awal berdirinya penggagas SLTP Alternatif QT.
konsisten dalam menerapkan pandangan tentang pentingnya dorongan dan
keterlibatan siswa untuk mampu menghubungkan konsep yang dipelajari
dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Metode pembelajaran PAI diluar kelas dalam realisasinya tidak
jauh berbeda dengan proses pembelajaran di dalam kelas, perbedaanya pak
Mohammad Ridwan menjadi narasumber dan bu Rifqoh berposisi sebagai
moderator. Meskipun terkesan santai akan tetapi para siswa yang pada
waktu itu ikut datang ke rumah pak Mohammad Ridwan membawa
berbagai macam data mengenai tema yang akan dikaji yang merupakan
hasil pencarian melalui internet. Data-data itulah yang menjadi acuan
mereka dalam berdiskusi. Metode yang digunakan lebih pada metode
diskusi dan tanya jawab.
27 Data diperoleh dari hasil Observasi pada tanggal 11 Mei 2007
62
Meskipun dalam prakteknya sebenarnya tidak jauh beda dengan
ketika belajar di kelas akan tetapi proses pembelajaran yang berlangsung
di rumah pak Ridwan sangat bermanfaat bagi siswa. Proses pembelajaran
yang seperti ini akan lebih mendekatkan siswa dengan masyarakat dan
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
63
BAB IV
ANALISIS PENERAPAN ACTIVE LEARNING PADA BIDANG STUDI PAI
DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING
SALATIGA
Analisis Penerapan Active Learning Pada Bidang Studi PAI di SLTP
Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga
SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah (QT) di Kalibening Salatiga bisa
menjadi model sekolah ideal yang sangat dibutuhkan oleh kebanyakan
masyarakat Indonesia. Meskipun murah akan tetapi sekolah QT. mampu
menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing. Kehadiran
sekolah ini seolah-olah menjadi kritik bagi para penyelenggara pendidikan di
negara Indonesia yang selalu mengidentikkan sekolah yang berkualitas berarti
harus mahal.
Sekolah SLTP Alternatif QT. merupakan jenjang sekolah lanjutan
tingkat pertama yang berdiri disebabkan adanya keprihatinan masyarakat
terhadap biaya pendidikan yang semakin mahal. Bagi masyarakat sekitar Desa
Kalibening, yang mayoritasnya bermata pencaharian sebagai petani sangat
merasa tidak mampu untuk memasukkan anak-anak mereka ke sekolah umum.
Menurut pak Bahrudin, untuk biaya hidup sehari-hari saja susah apalagi untuk
membiayai sekolah anak-anaknya yang semakin mahal. Padahal keinginan
mereka agar anak-anaknya dapat menambah pendidikan yang lebih tinggi
sangat besar sehingga nantinya bisa menjadi anak yang berguna bagi
masyarakat.
Untuk bisa menciptakan lembaga pendidikan yang berkualitas seperti
QT. membutuhkan kerjasama dari semua elemen masyarakat. Seorang
Bahrudin tentunya tidak akan mampu menciptakan lembaga pendidikan
berkualitas tanpa adanya dukungan dari unsur masyarakat lain seperti dari
pengusaha, tokoh masyarakat di Kalibening, masyarakat sekitar dan
pemerintah.
63
64
Kerjasama tersebut dapat dilihat pada proses awal pendirian QT. dan
pada jalannya pengelolaan. Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening
merupakan sebuah lembaga yang berdiri pada bulan Juli 2003.1 Berdirinya
SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak lepas dari dua nama yang sangat
berperan di dalamnya. Nama pertama adalah Ahmad Bahruddin, beliaulah
motor penggerak sekolah tersebut yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua
Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) dan sekaligus sebagai
ketua RW. Nama kedua yang tidak bisa dilupakan dari sejarah berdirinya
SLTP Alternatif QT. adalah Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah
yang merupakan organisasi gabungan dari kelompok-kelompok petani di 13
daerah sekitar Salatiga dan Semarang. Sebagai organisasi yang
memberdayakan komunitasnya, SPPQT mempunyai banyak agenda, salah
satunya pada penguatan pendidikan alternatif untuk rakyat dalam rangka
pemberdayaan desa. Sebelum 2003, kegiatan yang dilakukan SPPQT hanya
sebatas training dan pelatihan-pelatihan.
Maksud istilah alternatif yang terdapat pada sekolah tersebut adalah
guna menciptakan pendidikan yang lebih bermutu, tidak eksklusif untuk
kalangan tertentu dan lebih terbuka dan terjangkau bagi masyarakat luas.
Sedangkan Qaryah Thayyibah memiliki makna sebagai desa yang indah,
beradab dan berkeadilan. Hal itu merupakan bagian dari semangat SPPQT.2 Selain ditunjang dengan fasilitas yang modern seperti akses internet
selama 24 jam (yang merupakan sumbangan dari pengusaha internet asal
Salatiga), perangkat komputer, lap top, handy came, perlengkapan alat musik
dan perlengkapan modern lainnya., kualitas di QT. dapat terwujud karena
ditunjang dengan adanya sistem pembelajaran yang modern. Tanpa ditopang
dengan sistem pembelajaran yang modern fasilitas teknologi yang ada tidak
akan banyak bermanfaat bagi para siswa.
1Dokumen Tentang Sejarah SLTP Alternatif QT, data diambil pada tanggal 11 April 2007 2Data diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Bahrudin Kepala SLTP Alternatif
Qaryah Thayyibah pada tanggal 11 April 2007
65
Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang lahir sebagai "kritik"
terhadap kondisi pendidikan di Indonesia, QT. benar-benar menerapkan sistem
pembelajaran lain dari yang lain. Di sekolah pada umumnya guru menjadi
sosok yang sangat dominan dalam proses pembelajaran dan bahkan guru
menjadi sosok yang menyeramkan di mata siswa, sehingga ketika di sekolah
seorang siswa bukannya enjoy dengan proses pembelajaran akan tetapi selalu
dalam kondisi yang mencekam. Dengan kondisi seperti ini jangan diharapkan
siswa akan bisa memahami materi pelajaran.
Kondisi pembelajaran seperti itulah yang coba diganti dengan
menerapkan satu sistem pembelajaran modern yaitu sistem pembelajaran yang
bisa membuat siswa enjoy, fun dan bahkan selalu ingin belajar. Jika
menggunakan parameter ini SLTP Alternatif QT. bisa dikatakan sudah sangat
berhasil, karena di sekolah ini siswa belajar jauh lebih lama di banding dengan
sekolah pada umumnya, bahkan banyak siswa yang sampai menginap
disekolah agar terus bisa belajar.
Sistem pembelajaran modern inilah yang dinamakan dengan sistem
active learning, inti dari sistem pembelajaran active learning adalah posisi
siswa yang tidak hanya sebagai obyek pasif namun sebagai subyek aktif dalam
proses pembelajaran. Karena posisinya yang aktif, seorang siswa tidak hanya
sekedar duduk, dengar, catat dan hafal dalam proses pembelajaran.
Sistem pembelajaran active learning bermuara pada filsafat
kontruktivisme sebagai landasan berpikir aktif di mana pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit dan pada tahapan selanjutnya siswa
diajarkan secara aktif untuk berusaha memecahkan masalahnya sendiri
sehingga peran guru dijadikan sebagai peran pemberi fasilitas.
Di samping itu, kontruksivisme menekankan beberapa aspek yang
diberikan untuk memberikan pengertian dan pemahaman pengetahuan, yaitu:
Pertama, problematik, dalam hal ini kegiatan pembelajaran memiliki
persoalan yang dibahas atau dipecahkan oleh siswa. Kedua, discovery dan
inquiry, dimana siswa didorong untuk dapat mengkaji dan menemukan hal-hal
baru, artinya ada kewajiban guru selaku penyedia fasilitas untuk mendorong
66
siswa secara kreatif agar siswa termotivasi untuk melakukan penjelajahan dan
penemuan atas problem yang dihadapi dengan mnyediakan akses atas buku
dan atau media lain seperti internet sebagai sumber informasi. Ketiga, sharing,
yaitu berbagi pengalaman antar individu dalam memecahkan masalah.3
Active Learning merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
memiliki sejumlah cara atau metode untuk dapat mengaktifkan peran siswa
dalam proses pembelajaran. Active Learning sebagai strategi pembelajaran
yang tidak hanya menekankan keaktifan siswa dari segi fisik melainkan juga
dari segi mental. Aktif mentalnya justru lebih penting dari pada aktif fisiknya.
Active Learning juga tidak hanya sebatas pembelajaran yang hanya melihat
pengaturan tempat duduk siswa, tetapi harus diperhatikan pula intensitas
keterlibatan siswa dalam belajar.
Pada penerapannya sistem pembelajaran ini membutuhkan beberapa
komponen yang saling menunjang, komponen-komponen tersebut seperti
siswa, guru, metode pembelajaran, bahan/materi, tujuan pembelajaran, sarana
dan lingkungan. Dari semua komponen pembelajaran aktif tersebut, di SLTP
Alternatif QT. dapat dikatakan sudah sangat memadai oleh karena itu tidak
mengherankan jika suasana belajar di SLTP QT. sangat dinamis.
Hampir semua mata pelajaran di SLTP QT. disampaikan dengan
menggunakan strategi active learning, termasuk dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI). Di sekolah yang terletak di desa Kalibening
Kec. Tingkir Kota Salatiga ini pelajaran PAI mendapat porsi yang besar. Jika
merujuk pada jadwal yang ada untuk kelas II (agar lebih mudah menyebutnya)
sebenarnya pelajaran PAI hanya diberikan pada hari Selasa dan hari Jum’at
dengan jumlah total empat jam pelajaran dalam satu minggu, akan tetapi
realitasnya, setiap hari para murid SLTP QT. selalu mendapatkan materi PAI
yaitu pada setiap pukul 13.30 s/d pukul 15.00 (kecuali hari Jum’at) semua
murid SLTP QT. plus murid SMU berkumpul di Masjid sekolah untuk
3Ahmad Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah, (Yogyakarta: LKiS, 2007),
hlm. 12-13.
67
melakukan aktifitas sholat dzuhur berjama’ah dilanjutkan dengan baca tartil
Al Qur’an dan diskusi bersama terutama masalah agama.
Meskipun di luar jadwal pelajaran, kegiatan shalat dzuhur berjama'ah
yang dilanjutkan dengan baca tartil Al Qur’an dan diskusi, kegiatan yang
sifatnya rutin ini sudah berjalan dengan baik, tanpa dikomando oleh guru para
siswa bisa berinisiatif dengan membuat jadwal diskusi yang tersusun rapi.
Kegiatan yang sifatnya rutin tersebut bisa menjadi media pembelajaran PAI di
lingkungan sekolah yaitu dengan melaksanakan praktek ibadah bersama-sama.
Kegiatan yang sifatnya rutin tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa
ketika kembali pada lingkungan masyarakat dalam mengajarkan kebersamaan
dan kedisiplinan.
Pada lingkungan sekolah, untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan modelling atau
exemplary atau uswah, yaitu dengan mensosialisasikan dan menciptakan
lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak
dan moral yang benar melalui model dan keteladanan. Ketiga pendekatan
tersebut membutuhkan kerjasama yang sinergis antara pihak siswa, guru,
pengelola sekolah dan juga lingkungan masyarakat sekitar tempat domisili
sekolah.4 Aktivitas shalat dzuhur secara berjamaah yang dilanjutkan dengan
membaca Al Qur'an dan berdiskusi masalah agama merupakan upaya
penciptaan lingkungan yang kondusif pada pembelajaran PAI secara
sistematis dan menyeluruh di SLTP QT.
Pembelajaran PAI di SLTP Alternatif QT. berlangsung di dalam dan di
luar kelas, dan untuk menentukan tempat berlangsungnya pembelajaran
sepenuhnya diserahkan kepada siswa, lagi-lagi guru hanya memfasilitasi,
mengarahkan (tanpa mendominasi) dan mempersiapkan perangkat-
perangkatnya.
Pada pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, agar strategi
active learning dapat berjalan dengan baik, kelas harus di desain sedemikian
4Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Misaka Galiza Anggota IKAPI, 2003), Cet.2, hlm.123
68
rupa sehingga memungkinkan siswa untuk bergerak secara aktif, dan
memungkinkan guru untuk memantau semua siswa tanpa terkecuali. Oleh
karena itu untuk kelas yang ideal dalam active learning biasanya siswa yang
ada dalam satu kelas tidak lebih dari 30 siswa, dan sarana yang digunakan,
seperti kursi menggunakan kursi lipat karena mudah di pindah dan tanpa meja
agar siswa dapat dengan mudah untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
Desain tempat duduk yang ideal dalam active learning adalah desain tempat
duduk yang memungkinkan bagi seorang guru untuk memantau semua siswa
yang ada dalam kelas. Oleh karena itu formasi tempat duduk dalam active
learning biasanya berupa setengah lingkaran atau membentuk formasi huruf
"U".
Penataan ruang kelas di SLTP QT. sangat memperhatikan aspek
kenyamanan siswa dalam melakukan aktifitas belajar di kelas. Dalam setiap
kelas di SLTP QT. maksimal terdapat 22 set kursi lipat tanpa meja, penataan
kursi pada saat pelajaran PAI berlangsung dibuat setengah lingkaran dengan
posisi guru berada di depan bagian tengah. Dengan penataan seperti itu guru
bisa dengan leluasa memonitor semua siswa, dan bagi siswa sangat leluasa
bergerak. Dengan desain kelas seperti itu juga akan sangat menunjang
keaktifan siswa dalam mengikuti jalannya pembelajaran PAI.
Selain akan menciptakan kelas dinamis yang akan sangat menunjang
dalam proses pembelajaran, dengan penataan kelas dengan model minimalis
juga akan menghemat anggaran karena tidak perlu mengeluarkan anggaran
untuk membeli perlengkapan kelas berupa meja dan almari. "Jadi, sekali
mendayung dua pulau sekaligus dapat dilampaui" ucap pak Bahrudin.
Tersedianya media belajar di dalam kelas yang mudah dijangkau oleh
siswa sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran aktif. Media
belajar yang dimaksud adalah media yang berisi informasi yang berhubungan
dengan pelajaran. Media belajar tersebut bisa berupa buku-buku, majalah,
surat kabar, hasil karya siswa, perangkat komputer dan lain sebagainya yang
intinya dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi siswa.
69
Aspek ini yang penulis amati masih sangat minim di SLTP Alternatif
QT., pada mata pelajaran PAI media belajar yang berupa buku-buku PAI
misalnya, tidak tersedia di dalam kelas, buku-buku penunjang belajar siswa
hanya berada di perpustakaan (itupun dalam jumlah yang terbatas).
Media belajar yang paling banyak di dalam kelas adalah hasil karya
siswa yang dipajang hampir di seluruh dinding kelas. Hasil karya siswa yang
dipajang dan mudah dilihat tersebut sangat memacu siswa untuk mau
membuat karya tulis yang bentuknya beraneka ragam. Untuk pembelajaran
PAI, dengan adanya ruang untuk menunjukkan karya siswa, sangat
berpengaruh terhadap motivasi para siswa untuk membuat karya yang
berkaitan dengan masalah keagamaan terutama permasalahan yang
kontemporer, hal ini tentunya sangat positif untuk perkembangan wawasan
siswa.
Meskipun media belajar yang berupa buku pelajaran di SLTP QT.
masih sangat minim, akan tetapi bukan berarti para siswa di QT. ketinggalan
informasi dari dunia luar, karena mereka bebas mengakses internet selama 24
jam. Menurut penulis jaringan internet yang dimiliki oleh SLTP QT. menjadi
media belajar yang utama bagi para siswa.
Dengan penggunaan sarana internet yang memungkinkan siswa untuk
berinteraksi dengan komunitas internasional, telah memberi dua keuntungan.
Pertama, komunikasi dengan wilayah asing menjadikan siswa tertantang
untuk menguasai alat komunikasinya. Kedua, memperkenalkan dunia digital
yang sebenarnya cukup murah karena tidak harus tersusun dalam lembaran
cetakan kertas yang butuh biaya banyak.5
Peran vital internet dalam proses pembelajaran PAI di SLTP QT. dapat
dilihat ketika dalam proses pembelajaran PAI ada permasalahan tentang
bagaimana waktu sholat bagi kaum muslim yang berada di belahan bumi yang
pembagian waktunya tidak normal. Dalam waktu yang tidak begitu lama
jawaban dari permasalahan tersebut bisa ditemukan dengan mencari informasi
5Ahmad Bahruddin, op.cit., hlm. 20
70
melalui jaringan internet. Jaringan internet benar-benar telah menjadi media
pembelajaran yang sangat penting di SLTP QT.
Proses pembelajaran di SLTP QT. juga sangat ditunjang dengan
masing-masing siswa yang memiliki komputer dirumahnya. Untuk memiliki
komputer orang tua para siswa di SLTP QT. tidak perlu membeli secara tunai,
karena sekolah memfasilitasi. Untuk memiliki satu unit komputer, tiap hari
siswa hanya membayar Rp. 1000 (seribu rupiah).6
Selain media pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran yang
tepat juga sangat menentukan efektifitas active learning, kesalahan dalam
memilih metode akan sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan
pembelajaran yang sudah di rencanakan. Dalam konteks pembelajaran PAI,
banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan sehingga siswa
ditempatkan pada posisi yang aktif. Metode-metode pembelajaran tersebut
tentunya disesuaikan dengan materi yang disampaikan karena tidak semua
materi dapat disampaikan dengan metode yang sama. Jadi dalam penerapan
active learning pada bidang studi PAI metode yang digunakan harus
bervariasi disesuaikan dengan materi yang akan di sampaikan. Metode
pembelajaran diskusi menjadi metode yang paling banyak diterapkan dalam
proses pembelajaran di SLTP QT., termasuk dalam pembelajaran PAI.
Pemilihan metode diskusi dalam pembelajaran karena dengan metode
tersebut menuntut siswa untuk aktif, baik aktif di dalam kelas yaitu dengan
memberikan tanggapan atau pertanyaan, juga aktif diluar kelas yaitu
mendorong siswa aktif membaca untuk menambah pengetahuan. Aktif di
dalam kelas akan melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat dan
mempertanggungjawabkan pendapatnya, aktif diluar kelas akan mendorong
siswa untuk belajar dan terus belajar.
Dalam menyampaikan materi di kelas nampaknya guru di SLTP QT.
sangat memahami kesiapan siswa dalam menerima materi, oleh karena itu
sebelum masuk ke materi inti seorang guru di SLTP QT. selalu melakukan
6Hasil Wawancara dengan Bapak Mohamad Ridwan (wali murid), pada tanggal 11 April
2007
71
pemanasan / warming up dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa.
Hal ini bertujuan agar perhatian siswa benar-benar terfokus terhadap materi
yang akan diberikan, setelah semua siswa di kelas sudah benar-benar fokus
guru baru memulai memberikan materi pelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan.
Untuk tetap menjaga tingkat konsentrasi siswa, guru menggunakan
metode yang bervariasi. Dalam pembelajaran PAI metode yang sering dipakai
untuk mencairkan suasana kelas/ice breaking biasanya dengan menunjuk
siswa untuk mendemonstrasikan materi yang sedang diberikan. Pilihan
metode tersebut tentunya disesuaikan dengan materi yang disampaikan.
Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan
oleh guru yang profesional dan dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi.
Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa
tanggung jawab yang tinggi, serta memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu
melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai pendidik yang bertanggung jawab
mempersiapkan siswa bagi peranannya dimasa depan.7
Dalam sistem active learning tidak hanya siswa yang dituntut untuk
menjadi subyek yang aktif, seorang guru-pun harus berperan ekstra aktif
dalam proses pembelajaran. Akan tetapi yang perlu di ingat makna aktif disini
berbeda dengan makna aktif pada sistem pembelajaran 'tradisional'. Makna
aktif dalam pembelajaran active learning bukan berarti guru menjadi aktor
yang paling mendominasi dalam proses pembelajaran, aktif disini lebih
bermakna bahwa guru harus berperan secara aktif sebagai fasilitator dan
pembimbing belajar.
Peran guru PAI dalam menjalankan profesinya memikul
tanggungjawab lebih jika dibanding dengan guru bidang studi yang lain,
karena disamping dituntut profesional dalam menjalankan profesinya, guru
PAI juga harus memiliki integritas moral dan akhlak yang benar-benar bisa
7Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada, 2006), hlm. 179
72
dipertanggungjawabkan baik kepada siswa ataupun kepada masyarakat secara
umum.
Guru PAI harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan,
pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang
seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan zaman. Guru agama
sebagai pendidik yang profesional hendaknya mampu mengantisipasi hal-hal
tersebut sehingga apa yang disampaikan kepada siswa selalu berkenan di hati
siswa dan bersifat up to date.
Di SLTP QT. guru di perankan sebagaimana mestinya, yaitu sebagai
teman atau sahabat yang memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal
yang mendasar di kembangkan di SLTP QT. adalah mengembalikan
pembelajaran pada pemilik aslinya yaitu para siswa.
Dari model guru yang menempatkan dirinya sebagai sahabat, teman
dan fasilitator yang semestinya, aktifitas pembelajaran di SLTP QT. menjadi
sangat dinamis dan mampu menghasilkan tingkat minimal dalam hal
pelanggaran siswa, karena semua diatur dan disepakati oleh dan untuk para
siswa sendiri secara partisipatif, sehingga guru tidak harus bertindak melewati
batas kewenangannya yaitu selalu memarahi dan apalagi harus menghukum.
Pada pembelajaran PAI di SLTP QT. seorang guru PAI benar-benar
bisa menunjukkan sebagai sosok yang pantas untuk ditiru oleh siswa.
Meskipun hubungan antara siswa dan guru PAI sangat dekat akan tetapi bukan
berarti para siswa tidak bersikap hormat terhadap gurunya.
Dalam proses pembelajaran PAI, guru tidak pernah mencela apa yang
disampaikan oleh siswa meskipun pendapat siswa sering ngawur apalagi
sampai menghukum siswa. Hubungan antara guru dengan siswa di SLTP QT.
benar-benar sangat mendukung untuk terciptanya pembelajaran yang aktif.
Guru tidak pernah merasa lebih pintar dari siswa, dan guru tidak segan untuk
mau belajar dari siswa, oleh karena itu dalam rekruitmen guru, calon guru
harus benar-benar mau memegang komitmen guru yang siswa, siswa yang
guru.
73
Salah satu parameter yang bisa digunakan untuk melihat sejauhmana
active learning di laksanakan dalam prose pembelajaran adalah dengan
melihat bagaimana siswa dalam proses pembelajaran. Indikator fisik yang
dapat dilihat secara lahiriah adanya active learning dalam proses pembelajaran
dari aspek siswa adalah: Satu, keinginan, keberanian menampilkan minat,
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapinya. Kedua, keinginan dan
keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan,
proses, dan kelanjutan belajar. Ketiga, penampilan berbagai usaha belajar
dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil.
Keempat, kemandirian dalam belajar.
SLTP QT. Memberikan penekanan pada siswa sebagai aktor yang
bebas. Artinya tidak ada keharusan untuk menterjemahkan kebudayaan atau
peradaban yang dominan untuk menjadi kebudayaan terjemahan yang dipaksa.
Di SLTP QT. siswa diberi kepercayaan untuk merasa bangga dengan yang
dimilikinya tanpa harus merasa terpaksa atau dipaksa sebagai bagian dari
komunitas yang memperkaya hasanah hidupnya selama ini, dan siswa
diupayakan untuk maksimalkan sikap adaptif pada akhir dari seluruh proses
pembelajaran mereka.8
Siswa-siswa di SLTP QT. Memang sangat menikmati sekolahnya.
Bersekolah memang sesuatu yang menyenangkan. Guru bukan penguasa
otoriter di dalam kelas, namun sebagai teman belajar. Mereka bebas
menanyakan sesuatu kepada gurunya, sering dalam proses belajar PAI di
kelas, belum lagi sang guru mengucap sepatah kata, siswa sudah langsung
menanyakan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran yang
telah dipelajari sebelumnya.
Siswa di SLTP QT. Sangat terbiasa mengemukakan pendapatnya
langsung kepada teman dan guru, tentang suatu materi pelajaran yang diterima
pada saat itu atau sebelumnya bahkan mereka cenderung hyperactive sehingga
sebuah masalah atau pertanyaan guru akan dijawab dengan segudang jawaban
yang masih bisa dinalar.
8Ahmad Bahruddin, op.cit., hlm. 15
74
Pengelola SLTP QT. menginginkan pengetahuan agama tidak hanya
sekedar menjadi sebatas pengetahuan bagi siswa, oleh karena itu dalam
kegiatan pembelajaran siswa dibiasakan untuk bisa mempraktikan apa yang
mereka pelajari, salah satu wujud dari hal tersebut adalah dengan
membiasakan shalat dzuhur secara berjama'ah di masjid sekolah. Pembiasaan
ini merupakan upaya sistematis untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-
nilai akhlak dan moral yang benar melalui model dan keteladanan.
Selain berlangsung di dalam kelas proses pembelajaran PAI juga
berlangsung di luar kelas. Tidak ada jadwal yang pasti kapan pembelajaran
PAI dilangsungkan di luar kelas, semua tergantung kesepakatan siswa. Jika
memang para siswa sudah merasa jenuh belajar di kelas maka dengan
kesepakatan siswa belajar bisa dilaksanakan di luar kelas.
Tempat yang biasanya digunakan untuk proses pembelajaran PAI di
luar kelas adalah masjid, musholla, rumah tokoh agama di Kalibening, dan di
alam terbuka. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar
memiliki keuntungan ganda yaitu: pertama, proses belajar akan terasa
menyenangkan oleh karena itu siswa tidak cepat bosan, kedua, siswa benar-
benar akan mengenali lingkungannya sehingga mereka tidak akan tercerabut
dari budayanya.
Bagi kalangan SLTP QT. Pendidikan itu diperuntukkan bagi siswa
yang sedang belajar dan masyarakat sebagai pusat pembelajaran. Hal ini
terjadi karena pendidikan adalah proses humanisasi, atau siswa yang sanggup
mencapai perwujudan dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan dasar dan
keunikan dirinya sendiri. Dan karena manusia memiliki dorongan untuk
mengarahkan dirinya pada tujuan yang positif.
Oleh karena itu, masyarakat sesungguhnya merupakan bagian yang
tidak terpisah dari hakikat dan realitas kehidupan. Pengetahuan harus menjadi
satu dari kegiatan pendidikan supaya proses kemanusiaannya berjalan dalam
jalur kehidupannya sendiri. Sebuah pendidikan tidak harus mengasingkan
bahkan memenjarakan siswa dengan dirinya sendiri maupun komunitasnya
75
dengan alasan apapun karena hakikat pendidikan adalah pembebasan, yakni
kebebasan manusia untuk menjadi dirinya sendiri.
Dengan prinsip seperti itu, maka tidak mengherankan jika masyarakat
sekitar dengan segala keunikannya bagi siswa SLTP QT. menjadi
'laboratorium raksasa' yang kaya akan informasi dan sumber belajar yang tidak
akan pernah habis untuk dipelajari. Gayungpun bersambut, masyarakat desa
Kalibening tidak pernah merasa keberatan dengan keberadaan SLTP QT.,
bahkan mereka menaruh harapan besar terhadap SLTP QT., sehingga anak-
anak mereka bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas dengan biaya
yang murah. Tidak jarang ketika para siswa SLTP QT. mengadakan kegiatan
di luar sekolah, warga yang ditempati akan memberikan suguhan berupa snack
ataupun makan tanpa diminta oleh pihak sekolah.
Metode pembelajaran PAI di SLTP QT. di luar kelas sebenarnya sama
dengan metode pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas yaitu metode
dengan mengutamakan keaktifan siswa. Perbedaannya ketika pembelajaran di
luar kelas biasanya yang menjadi partner dalam belajar berasal dari luar
sekolah. Partner belajar mereka di luar kelas seperti tokoh masyarakat di desa
Kalibening, dan materi yang di bahas biasanya merupakan permasalahan-
permasalahan keagamaan yang ada di masyarakat lingkungan sekolah,
contohnya masalah sejarah perkembangan Islam di desa Kalibening yang
terbilang unik karena dari sekian desa/kelurahan di Kecamatan Tingkir hanya
Kalibening yang penduduknya 100% beragama Islam.
Secara umum penerapan active learning dalam proses pembelajaran
PAI di SLTP Alternatif QT. sebenarnya sudah berjalan dengan baik, akan
tetapi penulis melihat ada beberapa hal yang masih kurang. Dalam
pengamatan yang penulis lakukan siswa terlalu diberikan kebebasan sehingga
pada posisi tertentu peran guru menjadi kurang optimal dan sebagai imbasnya
adalah guru menjadi figur yang kurang di hormati oleh para siswa. Akan tetapi
kondisi seperti itulah yang mungkin di kehendaki oleh para pengelola SLTP
Alternatif QT. yaitu benar-benar mengembalikan belajar sebagai hak siswa,
76
guru hanya sebagai pendamping, fasilitator, pembimbing dan teman. Guru
tidak menjadi sosok yang harus selalu “digugu” dan “ditiru”.
Terlepas dari permasalahan di atas SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
merupakan satu bentuk pendidikan yang fenomenal yang merupakan hasil
karya masyarakat lokal (local genius) secara kolektif yang memiliki niat mulia
untuk menciptakan pendidikan yang murah dan berkualitas bagi semua
kalangan.
77
78
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di bab-bab sebelumnya dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran active learning adalah sebuah proses
pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai subyek yang aktif
dalam pembelajaran. Agar bisa dijalankan dengan baik dan maksimal,
penerapan active learning harus di dukung oleh beberapa aspek
dengan indikator fisik sebagai berikut:
1). Segi siswa; a). keinginan, keberanian menampilkan minat,
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapinya, b). Keinginan
dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar, c). penampilan
berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan
kegiatan belajar sampai mencapai hasil, d). kemandirian belajar.
2). Segi Guru; a). usaha mendorong, membina gairah belajar dan
berpartisipasi dalam proses pengajaran secara aktif, b). Peranan
guru yang tidak mendominasi kegiatan belajar siswa, c). memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan
masing-masing, d). menggunakan berbagai metode mengajar dan
pendekatan multi media.
3). Segi Program; a). tujuan pengajaran sesuai dengan minat,
kebutuhan serta kemampuan siswa, b). program cukup jelas bagi
siswa dan menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
4). Segi Situasi; a). hubungan erat antara guru dan siswa, siswa
dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan
sekolah, b). siswa bergairah belajar.
77
78
5). Segi Sarana Belajar; a). sumber belajar yang cukup, b).
Fleksibilitas waktu bagi kegiatan belajar, c). dukungan media
pengajaran, d). kegiatan belajar di dalam maupun di luar kelas.
2. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) juga bisa
diterapkan strategi pembelajaran active learning, akan tetapi dalam
pelaksanaannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut;
1). Siswa diposisikan sebagai subyek yang aktif dalam pembelajaran
2). Peran guru tidak bersifat dominan tetapi lebih sebagai fasilitator,
pembimbing, pendamping.
3). Penggunaan metode yang bervariasi dan harus disesuaikan dengan
materi yang akan di sampaikan.
4). Ruang kelas didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan
siswa untuk leluasa bergerak, dan guru bisa leluasa dalam
memantau semua siswa.
5). Media pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas harus
memadai.
3. Active Learning dalam pembelajaran PAI di SLTP Alternatif Qaryah
Thayyibah dengan menggunakan parameter seperti tersebut diatas
menurut penulis sudah terlaksana dengan baik
a) Adanya keterbukaan bagi siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya
b) Adanya kebebasan dalam belajar yang menjadikan siswa tidak
merasa tertekan , terpaksa ataupun dipaksa
c) Peran aktif siswa sangat dominan di kelas
d) Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga
suasana belajar tidak menjenuhkan dan tidak membosankan
e) Suasana ruang kelas yang diatur sedemikian rupa menjadikan
siswa leluasa bergerak
79
f) Guru berperan sebagai teman, sahabat, dan pendamping dalam
memfasilitasi siswa belajar yang menjadikan interaksi antara
keduanya terjalin akrab
g) Belajar tidak hanya berlangsung di ruang kelas saja, akan tetapi
bisa dimana saja tergantung keinginan dan kesepakatan siswa dan
guru.
h) Adanya usaha guru untuk mendorong siswa agar tidak takut salah
dan berani menanggung resiko
i) Tumbuhnya kreatifitas guru dalam penyampaian dan kreatifitas
siswa dalam merespon sejumlah materi pelajaran.
j) Tersedianya sarana pembelajaran yang modern seperti komputer,
lap top, handy came, akses internet selama 24 jam, dan yang tidak
kalah pentingnya adalah adanya dukungan dari lingkungan
masyarakat sekitar.
B. Saran-saran
Mengingat pentingnya belajar aktif yang merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan potensi siswa.
Maka dalam hal ini penulis mengharapkan beberapa hal yang berhubungan
dengan masalah tersebut diatas :
1. Dalam penerapan dan pelaksanaan active learning di SLTP Alternatif
Qaryah Thayyibah secara umumnya dan PAI pada khususnya, yang
telah dilaksanakan agar lebih ditingkatkan lagi dengan lebih
menekankan pada keaktifan siswa dan kreatifitas guru dalam
menggunakan metode agar suasana belajar menjadi menyenangkan
dan tercapai suatu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menjadi
lebih hidup.
2. Perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana yang lebih baik lagi
seperti media pembelajaran berupa buku-buku pelajaran PAI,
perpustakaan yang lebih memadai, laboratorium, bangunan gedung
80
yang lebih memadai sehingga siswa dapat melaksanakan aktifitas
belajarnya dengan optimal.
C. Penutup
Alhamdulillah, yang tak terhingga kepada Allah SWT. Yang
telah melimpahkan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dengan
segala daya dan upaya yang ada dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Apa yang penulis sampaikan di dalamnya hanyalah sebagaian
kecil dari ilmu-Nya yang tertuang disamudera ilmu yang itupun masih
juga tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan
saran demi kesempurnan tulisan ini sangat penulis harapkan.
Meskipun skripsi ini tersusun dalam kesederhanaan, harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang
budiman, sehingga dapat menjadi penggugah hati yang lebih jauh dan luas
dalam rangka melangkah yang positif, serta semoga Allah SWT.
Senantiasa melimpahkan petunjuk serta bimbingannya kepada kita.
Sehingga kita semua dapat menggapai ketentraman lahir dan batin untuk
mengabdi kepada-Nya.
1
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Sholeh dan Abdul Aziz Abdul Madjid, At Tarbiyah Waturuqu At Tadris, Juz I, Mekkah: Darul Ma’arive, t th.
A.M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: C.V.
Rajawali, 1992, Ed. 1, Cet. 4. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Ed.V
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, Cet. 11.
Bahruddin, Ahmad, Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah, Yogyakarta:
LkiS, 2007 Budimansyah, Dasim, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis
Portofolio, Bandung: PT. GENESINDO, 2002, Cet. 1. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Dawam, Ainurrofiq dan Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis
Pesantren, ttp: Listafariska Putra, 2005. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005,
Ed.3. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: PT.
Kumudasmoro Grafindo, 1994. De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Kaifa, 2002, Ed. 1, Cet. 14.
Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Grasindo, 2002. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid II, Yogyakarta: Andi Offset,
2002. Cet. 27. Harahap, A. Bazar, Kamus Profesional Inggris Indonesia, Indonesia
Inggris, Jakarta: Erlangga, t.th.
2
Hidayat,”Pembelajaran Ramah Untuk Semua Anak”, http: // www. pikiran-rakyat. Com/ cetak/ 2006/ 06 2006/ 18/ geulius/ konsul paedogogi. Htm.
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: CV.
Mandar Maju, 1990. Ladjid, Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Ciputat: Quantum Teaching, 2005, Cet. 1. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 2.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2000. Moloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 22. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1996, Cet.7. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. 3.
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV.
Misaka Galiza Anggota IKAPI, 2003, Cet.2. Mulyasa, E., Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 2. Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara, 1997. Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988. Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006, Cet. 21. Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2006,Cet. 2.
3
Silberman, Melvin L, Active Learning : 101 Strategi Belajar Siswa Aktif, terj. Roisul Muttaqien, Bandung: Nusa Media dan Nuansa, 2006, Cet., 3.
Simamora Bachtiar, PembelajaranAktif”,http://www.baldrigeindo.com Singer, Robert N., Motor Learning and Human Performance, New York:
Mac Millan, 1980. Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991). Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikuuim, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1993, Cet.1. Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan,
Bandung: CV. Sinar Baru, 1989.
, Nana dan Wari Suwariyah, Model-model Mengajar CBSA, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1991.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998).
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, Cet.3.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustakan, 1990. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, Ed. 2.
Toha, Habib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Wittig, Arno F., Theory and Problems of Psychology of Learning,
America: MC. Grow Hill, 1977.
4
Yamin, Martinis, Pengembangan Kompetensi Pebelajar, Jakarta: UI Press, 2004, Cet. 1.
, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat: Gaung Persada Press, 2005, Cet. 3.
Yunus, Mahmud, Metodologi Khusus Pengajaran Agama, Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 1983. Zaini, Hisyam, dkk., Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi,
Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002.
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Anisatul Mubarokah Tempat/Tanggal Lahir : Brebes, 04 Maret 1982 Alamat : Jl. Kauman No.22 RT 01/I Kluwut, Bulakamba, Brebes
RIWAYAT PENDIDIKAN SDN II Kluwut Kec. Bulakamba Kab. Brebes lulus 1994 MTs Al Hikmah Benda Kab. Brebes lulus 1997 MAN 1 Brebes lulus 2001 Program Strata I Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang masuk 2001
Semarang, 15 Januari 2008 Anisatul Mubarokah NIM. 3101099
.