Post on 04-Jan-2020
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
1
THE EFFECT OF KAIZEN CULTURE ON EMPLOYEE PERFORMANCE
AT CV.REZKI ABADI BALIKPAPAN COMPANY
Rezki Pradika Halik, B. Mardjono
STIE Madani Balikpapan
ABSTRACT
This study aims to determine: the influence of kaizen culture (education and
training, employment relationship, workplace, work discipline) on employee
performance at CV. Rezki Abadi Balikpapan. This type of research is a
quantitative research. The company's population is employee CV. Rezki Abadi.
Sampel taken is all employees CV. Rezki Abadi because of the number of
employees who only 30 people. The required data is obtained directly from the
official CV. Rezki Abadi. The analytical method used is multiple linier regression
analysis method using SPSS 20.0. The results of this study indicate that education
and training, work relations, workplace, and work discipline simultaneously affect
the performance of the company CV. Rezki Abadi. However, education and
training, employment, and work discipline have no effect on the performance of
employees. CV Rezki Abadi Only workplaces affect employee performance. The
researcher's suggestion for subsequent research should do research on other
kaizen variables that have not been contained in this study or add variable to
better know other factors that can affect employee performance.
Keywords: Education and training, work relations, workplace, work discipline,
and employee performance
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : pengaruh budaya kaizen (pendidikan
dan pelatihan, hubungan kerja, tempat kerja, disiplin kerja) terhadap kinerja
karyawan pada perusahaan CV. Rezki Abadi Balikpapan. Jenis Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif.Populasi perusahaan ini adalah karyawan CV.
Rezki Abadi.Sampel yang diambil adalah semua karyawan CV. Rezki Abadi
karena jumlah karyawan yang hanya 30 orang. Data yang diperlukan diperoleh
langsung dari kantor resmi CV. Rezki Abadi. Metode analisi yang digunakan
adalah metode analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS 20.0.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan dan pelatihan, hubungan
kerja, tempat kerja, dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan CV. Rezki Abadi. Namun pendidikan dan pelatihan, hubungan
kerja, dan disiplin kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Rezki
Abadi. Hanya tempat kerja yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Saran
peneliti untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian terhadap
variabel-variabel kaizen lain yang belum termuat dalam penelitian ini atau
menambah variabel untuk lebih mengetahui faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan.
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
2
Kata kunci : Pendidikan dan pelatihan, hubungan kerja, tempat kerja,
disiplin kerja, dan kinerja karyawan
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang dapat memberikan
informasi mengenai kondisi keuangan, perubahan-perubahan, serta hasil yang
dicapai selama periode tertentu dengan hasil yang wajar. Laporan keuangan juga
dapat dijadikan sebagai media untuk menghubungkan berbagai pihak, baik
internal maupun eksternal perusahaan untuk pertimbangan pengambilan
keputusan ekonomi. Pihak internal dan eksternal yang dimaksud sebagai
pengguna laporan keuangan antara lain manajemen, pemegang saham, kreditur,
pemerintah, karyawan, pemasok, konsumen, dan masyarakat umum (belkaoui,
2011:250).
Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan
adalah informasi mengenai laba. Karena laba mengandung informasi potensial
yang sangat penting bagi perusahaan. Sulistiawan, dkk (2011:11) menyatakan
bahwa informasi laba adalah informasi yang paling penting diminati diantara
informasi lain dalam laporan keuangan. Sebagaimana yang disebutkan dalam
Statement og Financial Accounting Concept (SFAC) no 1, bahwa informasi laba
pada umumnya menjadi perhatian utama dalam menaksir atau pertanggung
jawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain yang
berkepentingan dalam menaksir kekuatan laba suatu perusahaan dimasa yang akan
datang. Hal ini berarti informasi laba memiliki peran yang sangat besar bagi pihak
investor maupun perusahaan dalam pengambilan keputusan. Bagi investor yang
mempunyai sifat risk adeverse atau menghindari risiko, kestabilan laba
merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan
fluktuasi laba yang tinggi mencerminkan adanya ketidakpastian, sehingga
semakin fluktuatif laba suatu perusahaan, dapat dikatakan semakin berisiko. Oleh
karena itu, wajar jika investor, calon investor, dan seluruh pihak yang
berkepentingan memberikan perhatian yang besar terhadap informasi laba
tersebut.
Perhatian yang besar yang diberikan investor pada informasi laba yang
diberikan oleh suatu perusahaan, dapat memicu manajeman untuk melakukan
disfunctional behavior (perilaku tidak semestinya) dengan tujuan untuk
memperoleh laba yang stabil, seperti dengan melakukan perekayasan laba
(earning management) yaitu perataan laba (income smoothing). Dengan
dilakukannya perataan laba perusahaan dapat memperoleh hasil laba yang sesuai
dengan target yang telah diingikan. Adapun pengertian perataan laba (income
smoothing) menurut Belkaoui (2011:73) adalah pengurangan fluktuasi laba dari
tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi
pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan.
Praktik perataan laba adalah salah satu tindakan yang dilakukan
manajemen untuk meningkatkan market returns. Tindakan tersebut sengaja
dilakukan untuk mencapai posisi laba yang diinginkan dalam laporan laba rugi
perusahaan guna menarik investor untuk berinvestasi (Ria, 2013). Tindakan yang
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
3
dilakukan untuk membuat laporan keuangan terlihat lebih sehat adalah suatu
bentuk manipulasi laba, dimana dalam perataan laba tindakan yang dilakukan
dengan sengaja yang pada dasarnya adalah suatu perataan akuntansi yang
menggunakan fleksibilitas yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum untuk meratakan laba. Karenanya perataan laba adalah suatu bentuk
akuntansi yang dirancang (Belkaoui,2011:73). Seperti yang tercantum dalam
Ratnasari (2012) bahwa perataan laba merupakan perilaku yang rasional,
didasarkan pada asumsi dalam teori akuntansi positif bahwa agen (manajemen)
merupakan individual rasional yang memperhatikan kepentingan dirinya. Namun
apabila dilihat dari sisi investor dan pemegang saham, pratik perataan laba ini
tentu tidak mereka harapkan, karena dengan adanya praktik ini artinya mereka
tidak tahu keadaan yang sebenarnya dari perusahaan.
Di Indonesia kasus perusahaan yang melakukan praktik perataan pernah
terjadi pada perusahaan PT Ades Alfindo. Kasus ini terungkap pada tahun 2004
ketika manajemen baru PT Ades Alfindo menemukan adanya inkonsistensi
pencatatan atas penjualan dari tahun 2001 sampai 2004. Hasil penelurusan
menunjukkan adanya perbedaan angka penjualan untuk setiap triwulan yaitu lebih
tinggi 0,6 – 3,9 juta galon dibandingkan angka produksinya. Kesalahan tersebut
terjadi karena PT Ades tidak memasukkan volume penjualan dalam laporan
keuangan yang telah diaudit. Akibatnya laporan keuangan yang disajikan PT Ades
pada tahun 2001-2004 lebih tinggi dari yang seharusnya. (Bapepam 2012).
Selain itu, Fenomena manipulasi laporan keuangan perataan laba juga
terjadi pada perusahaan milik Grup Bakri. Indonesia Coruption Watch (ICW)
melaporkan penjualan tiga perusahaan tambang batu bara milik Grup Bakrie
kepada Direktorat Jendral Pajak. ICW menduga rekayasa pelaporan yang
dilakukan PT Bumi Resources Tbk., dan anak usaha sejak 2003-2008 tersebut
menyebabkan kerugian negara sebesar US$ 620,49 juta. Koordinator Divisi
Monitoring dan Analisis Anggaran ICW, Firdaus Ilyas, mengatakan dugaan
manipulasi laporan penjualan terjadi PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin
Indonesia (Arutmin), dan induk kedua perusahaan tersebut, yakni PT Bumi
Resources Tbk (Bumi). Berdasarkan hasil perhitungan ICW menunjukkan laporan
penjualan PT Bumi selama 2003-2008 lebih rendah US$ 1,06 miliar dari yang
sebenarnya. Akibatnya, selama itu pula diperkirakan kerugian negara dari
kekurangan penerimaan Dana Hasil Produksi Batubara (royalti) sebesar US$
143,29 juta (www.tempo.com Senin, 15 Februari 2010).
Adanya kasus perataan laba tersebut dapat menyebabkan informasi laba
menjadi menyesatkan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan. Selain itu adanya kasus tersebut juga
membuktikan bahwa manajer berusaha untuk menyembunyikan informasi yang
sebenarnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan dan
cenderung menunjukkan informasi yang seolah-olah menunjukkan kinerja
perusahaan baik. Selain itu dilakukannya perataan laba oleh perusahaan juga
untuk mengurangi pembayaran pajak yang tinggi dan meningkatkan kepercayaan
investor karena adanya laba yang stabil tidak memiliki risiko yang tinggi.
Adanya praktik perataan laba tentu saja tidak terlepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang diduga dapat mempengaruhi
manajer melakukan perataan laba, yaitu risiko keuangan. Risiko Keuangan
merupakan risiko yang timbul akibat ketidakpastian target keuangan sebuah usaha
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
4
atau ukuran keuangan usaha. Dalam penelitian Cahayani (2012) menunjukkan
pengaruh risiko keuangan terhadap praktik perataan laba. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi risiko keuangan maka perusahaan akan cenderung untuk
melakukan praktik perataan laba. Hal ini sejalan dengan penelitian Zuhriya dan
Wahidahwati (2015) Risiko keuangan juga berpengaruh terhadap perataan laba.
Tetapi dalam Arfan dan Wahyuni (2010) Risiko keuangan tidak mempunyai
pengaruh terhadap perataan laba, hal ini bermakna bahwa perusahaan yang
memilki tingkat hutang yang tinggi cenderung tidak melakukan perataan laba.
Selain itu, ukuran perusahaan juga diduga menjadi salah satu faktor
perataan laba. Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat
mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain :
total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain (Sandra dan Indra, 2005:5). Dalam
penelitian Arfan dan Wahyuni (2010) ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
positif terhadap perataan laba. Albretch dan Richardson (1990) dalam Rahmawati
(2012) mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar
mempunyai dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan yang ukurannya lebih kecil, karena perusahaan besar diteliti dan
dipandang dengan lebih kritis oleh para investor dibandingkan perusahaan kecil.
Berdasarkan pada political cost hypothesis dalam teori akuntansi positif, ukuran
perusahaan yang besar dapat mendorong manajer untuk melakukan pengelolaan
laba (Belkaoui dan Riahi, 2012:189). Namun dalam penelitian Fahmi (2015) dan
Nuvita (2012) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba.
Kebijakan dividen juga menjadi salah satu faktor pendorong manajemen
untuk melakukan praktik perataan laba. Menurut Sartono (2001) kebijakan
dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang. Perusahaan yang
menerapkan dividend payout ratio yang tinggi akan memberikan kepastian kepada
investor bahwa perusahaan dapat memberikan tingkat pengemblian yang tinggi
dan akhirnya akan menarik minat investor untuk berinvestasi (Shintya, 2016). Hal
ini terbukti dalam penelitian Noviana dan Yuyetta (2011) kebijakan dividen
memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan untuk melakukan
praktik perataan laba. Namun dalam penelitian Ginantara dan Putra (2015)
dividend payout ratio tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba, yang
berarti kebijakan dividen tidak hanya ditentukan oleh manajemen selaku agen
tetapi ditentukan juga atas keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dan faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi perusahaan melakukan
perataan laba yaitu struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan saham pada suatu
perusahaan terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan
kepemilikan publik. Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya
mampu mempengaruhi manajemen untuk melakukan praktik perataan laba.
Dimana semakin besar tingkat struktur kepemilikan perusahaan maka perusahaan
cenderung melakukan praktik perataan laba. Hal ini dikarenakan manajer selalu
dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan
laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor agar investor mau terus
menginvestasikan dananya pada perusahaan. Hal ini terbukti dalam penelitian
Cahyani (2012) bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap perataan laba,
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
5
yang artinya besarnya struktur kepemilikan dapat mempengaruhi manajer
melakukan perataan laba.
Alasan peneliti melakukan penelitian pada perusahaan sektor industri
dasar dan kimia dikarenakan sektor ini sangat berhubungan dengan masyarakat
dan yang lainnya, seperti dalam sub sektor semen, porselen, logam, kaca, plastik,
kayu, keramik, di mana tanpa sektor industri ini maka proses pembangunan yang
ada di Indonesia tidak bisa berjalan dengan baik. sehingga dengan hal ini dapat
membuat Investor tertarik untuk menanamkan modalnya dengan perusahaan
dalam sektor industri ini, dimana sektor industri dasar dan kimia memiliki
karakteristik khusus dan melibatkan tenaga kerja yang banyak, teknologi tinggi
dan modal investasi yang cukup besar. Sehingga peneliti tertarik untuk
menjadikan perusahaan sektor industri dasar dan kimia sebagai objek penelitian
pada penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti
tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Risiko Keuangan, Ukuran
Perusahaan, Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan Terhadap Perataan
Laba Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)”, dengan rumusan masalah sebagai berikut: Pertama:
Apakah Budaya Kaizen pelatihan dan pendidikan, hubungan kerja, tempat kerja,
dan disiplin kerja berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan CV.
Rezki Abadi?; Kedua: Apakah pelatihan dan pendidikan berpengaruh terhadap
kinerja karyawan CV. Rezki Abadi?; Ketiga: Apakah hubungan kerja berpengaruh
terhadap kinerja karyawan CV. Rezki Abadi; Keempat: Apakah tempat kerja
berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Rezki Abadi dan terakhir Apakah
disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Rezki Abadi?
TELAAH PUSTAKA
Gambaran Umum Objek Penelitian
Sektor industri dasar dan kimia adalah industri yang terdiri dari perusahaan
yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang nantinya akan diolah lagi menjadi
barang jadi. Indonesia sebagai negara berkembang telah mengalami
perkembangan cukup pesat pada beberapa sektor industri, khususnya sektor
industri dasar kimia yang terdiri dari beberapa sub sektor, antara lain semen,
keramik, porselen dan kaca logam dan sejenisnya, kimia, plastik dan kemasan,
kayu dan pengolahannya serta pulp dan kertas. Sektor industri industri dasar dan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian
berjumlah 64 perusahaan dari 146 perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI), artinya dari keseluruhan perusahaan manufaktur, 43,84 %
(persen) adalah perusahaan yang termasuk dalam sektor industri industri dasar
dan kimia.
Landasan Teori
A. Teori Keagenan
Teori agensi (agency theory) merupakan suatu hubungan yang berdasarkan
pada kontrak yang terjadi antara principal dan agen. Menurut Jensen dan
Meckling (1976), agency relationship (hubungan keagenan) sebagai suatu
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
6
kontrak dimana satu atau lebih principal (pemilik atau pemegang saham)
memperkerjakan seseorang agen (manajemen) untuk melaksanakan pekerjaan
untuk kepentingan mereka dengan cara mendelegasikan beberapa kebijakan
dalam pengambilan keputusan. Anthony dan Govindarajan (2004) menjelaskan
bahwa teori keagenan menunjukkan hubungan antar principal dengan agen,
dimana prinsipal memperkerjakan agen untuk melakukan berbagai pekerjaan
atas kepentingan prinsipal, termasuk memberikan otoritas pendelegasian untuk
membuat suatu keputusan.
Teori agensi (agency theory) merupakan pendekatan yang digunakan dalam
pembahasan konsep manajemen laba dan perataan laba. Berdasarkan pendekatan
teori keagenan yang mengungkapkan bahwa praktik manajemen laba
dipengaruhi oleh perbedaan kepentingan yaitu antara principal dan agen untuk
memperoleh keuntungan yang diinginkannya. Sehingga hal ini menimbulkan
ketidakseimbangan informasi, yang dinamakan dengan asimetri informasi.
Asimetri Informasi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Adverse Selection
b. Moral Hazard
B. Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif merupakan pengembangan dari teori normatif. Teori
akuntansi positif dan normatif timbul akibat adanya perbedaan sasaran teori dan
bidang masalah yang menjadi perhatian masing-masing teori. Teori akuntansi
positif digunakan sebagai pendekatan untuk melihat perataan laba (Noviana dan
Yuyetta, 2011). Teori akuntansi positif didefinisikan sebagai hubungan prediksi
yaitu suatu tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan
bagaimana perusahaan akan merespon untuk menunjukan standar akuntansi
yang baru (Rahmawati,2012:86). Selain itu menurut Watts dan Zimmerman
dalam Imam Ghozali dan Anis (2007:69) Positive Accounting Theory (PAT)
dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika
manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT
didasarkan pada proses kontrak (contracting process) atau hubungan keagenan
(agency relationship) antara manajer dengan kelompok lain seperti investor,
kreditor, auditor, pihak-pihak pengelola pasar modal, dan instalasi pemerintah.
Menurut Watts dan Zimmerman dalam Sulistyanto (2011:45) ada tiga
hipotesis dalam teori akuntansi positif yang menjadi dasar untuk pengembangan
hipotesis yang berkaitan dengan manajemen laba, yaitu:
a. Bonus Plan Hypothesis
Dalam bonus atau kompensasi manajerial, pemilik perusahaan berjanji
bahwa manajer akan menerima sejumlah bonus jika kinerja perusahaan
mencapai jumlah tertentu . perjanjian bonus ini lah yang membuat manajer
untuk mengelola dan mengatur labanya pada tingkat tertentu sesuai dengan
yang disyaratkan agar dapat menerima bonus.
Jika kinerja perusahaan berada di bawah syarat yang ditentukan untuk
memperoleh bonus, maka manajer akan melakukan manajemen laba. Tetapi,
jika kinerja perusahaan di peroleh manajer jauh dari jumlah yang disyaratkan
untuk memperoleh bonus, maka manajer akan mengelola dan mengatur laba
agar tidak terlalu tinggi pada saat dilaporkan. Upaya ini akan membuat
manajer akan memperoleh bonus dari period eke periode.
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
7
b. Debt (Equity) Hypothesis
Dalam konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur
labanya agar kewajiban hutang yang seharusnya diselesaikan pada tahun
tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal ini merupakan upaya
manajer untuk mengelola dan mengatur jumlah laba yang merupakan
indikator kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban
hutangnya. Upaya yang dilakukan manajer ini agar perusahaan dapat
menggunakan dananya untuk keperluan lain.
c. Political Cost Hypothesis
Sejauh ini ada beberapa regulasi yang dikeluarkan pemerintah yang
berkaitan dengan dunia usaha, misalkan undang-undang perpajakan, anti-trust
dan monopoli, dan sebagainya. Undang-undang yang mengatur jumlah pajak
yang akan ditarik dari perusahaan-perusahaan laba yang diperoleh perusahaan
selama periode tertentu. Perusahaan yang memperoleh laba lebih besar akan
ditarik pajak yang lebih besar pula dan perusahaan yang memperoleh laba
lebih kecil akan ditarik pajak yang lebih kecil pula.
Upaya lain yang dilakukan perusahaann untuk menghemat pajak adalah
dengan mempemainkan laba pada saat ada pergamtian peraturan perundang-
undangan yang memberlakukan tariff pajak lebih rendah dimasa depan.
C. Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk mencapai tingkat laba
yang diinginkan atas suatu unit tanpa mengakibatkan peningkatan atau
penurunan, profitabilitas jangka panjang, namun tetap mengacu pada prinsip
akuntansi yang berterima umum. Menurut Scott (2006) dalam Rahmawati
(2012:147) manajemen laba adalah informasi earnings memainkan peranan yang
signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.
Manajer memiliki kepentingan yang sangat kuat dalam pemilihan kebijakan
akuntansi untuk mengelola earnings agar tampak bagus secara financial
berdasarkan standar akuntansi yang ada. Konsep manajemen laba dapat dimulai
dari pendekatan keagenan dan signalling theory. Kedua teori ini membahas
masalah perilaku manusia yang memilki keterbatasan rasional (bounded
rationality) dan menolak risiko (risk averse). Teori keagenen menyatakan bahwa
praktik manajemen laba dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara
agen (manajemen) dengan principal (pemilik/pemegang saham) yang timbul
ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya.
Scott (2000) dalam Rahmawati (2012:146) Bentuk-bentuk Manajeman laba
yaitu:
1) Taking a Bath, tindakan manajemen dengan cara melaporkan biaya-biaya
pada masa mendatang di masa kini dan menghapus beberapa aktiva atau pola
ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan
melaporkan kerugian dalam jumlah besar,
2) Income Minimization, dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat
profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang
diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba pada periode
sebelumnya,
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
8
3) Income Maximization, dilakukan pada saat laba menurun dengan tujuan
melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar,
4) Income Smoothing, dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar
karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
D. Perataan Laba
Perataan laba (income smoothing) dapat dipandang sebagai upaya yang
sengaja dilakukan untuk menormalkan laba dalam rangka mencapai keuntungan
atau tingkat laba yang diinginkan. Menurut Beidelman dalam Riahi-Belkaoui
(2000:56) perataan laba adalah upaya yang sengaja dilakukan manajemen
perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam laba pada tingkat yang
diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
Selain itu, menurut Korch (1981) dalam Arfan dan wahyuni (2010)
mendefinisikan perataan laba adalah suatu cara yang digunakan oleh manajemen
untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang
diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil
melalui transaksi.
Pada dasarnya dimensi perataan laba merupakan suatu alat yang digunakan
untuk melakukan perataan laba. Dimensi perataan laba dibedakan menjadi 2
dimensi yaitu :
1) Riil Smoothing
Mengacu pada transaksi actual yang terjadi maupun tidak terjadi dalam hal
pengaruh perataannya terhadap pendapatan.
2) Artificial Smoothing
Mengacu pada metode pelaporan akuntansi yang diimplementasikan terhadap
pergeseran biaya dan atau pendapatan dari satu periode ke periode lain.
Menurut Biedlemen ada dua alasan manajemen melakukan perataan laba,
alasan pertama yaitu bahwa suatu aliran yang stabil dapat mendukung dividen
dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang berfluktuasi,
dan memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan
seiring dengan risiko keuangan perusahaan yang menurun. Alasan kedua
berdasarkan pada kemampuan untuk mengantisipasi fluktuasi laba yang
dilaporkan. Dan menurut Hepwort (1953) dalam Budiasih (2009) alasan
manajemen melakukan perataan laba yaitu sebagai rekayasa untuk mengurangi
laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang
pajak, dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan
dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan.
Untuk membedakan perusahaan yang melakukan perataan laba atau tidak
melakukan perataan laba, dilakukan pengukuran dengan menggunakan suatu
indeks yaitu indeks eckel. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
menggunakan perhitungan indeks eckel (Sari, 2014) :
1) Menghitung perubahan laba bersih dan perubahan pendapatan atau
penjualan
2) Menghitung rata-rata perubahan laba bersih dan rata-rata perubahan
pendapatan atau penjualan
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
9
3) Menghitung koefisien variansi penjualan (CVΔS) dan koefisien variansi
laba (CVΔI) perusahaan yang diteliti.
4) Dengan diperolehnya CVΔS dan CVΔI maka perhitungan indeks eckel
perusahaan yang diteliti dapat dilakukan dengan membagi CVΔI dan CVΔS.
Jika nilai indeks eckel kurang dari satu, maka perusahaan ersebut
digolongkan sebagai perusahaan yang melalukan perataan laba, dan jika lebih
dari satu maka perusahaan tersebut digolongkan sebagai perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba.
E. Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah perbandingan antara hutang dan aktiva yang
menunjukkan beberapa bagian akiva tetap yang digunakan untuk menjamin
hutang. Ukuran ini berkaitan dengan suatu persetujuan utang (Noviana dan
Yuyetta, 2011). Brigham dan Houston (2011:164) menjelaskan bahwa risiko
keuangan merupakan suatu tambahan risiko bagi pemegang saham yang
diakibatkan oleh penggunaan leverage keuangan. Leverage keuangan mengacu
pada penggunaan sekuritas yang memberikan penghasilan tetap (hutang dan
saham preferen). Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan
membahayakan perusahaan. Karena perusahaan akan masuk dalam kategori
ekstreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang
yang tinggi sehingga sulit untuk melepaskan beban utang. Oleh karena itu
perusahaan sebaiknya menyeimbangkan utang yang diperoleh dan sumber yang
dipakai untuk membiayai utang tersetbut. (Fahmi, 2011:127), adapun menurut
Kasmir (2012:151) leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
F. Ukuran Perusahaan
Menurut Suwito dan Herawaty (2005), ukuran perusahaan (firm size) adalah
suatu skala yang dapat mengklasifikasi besar kecilnya perusahaan menurut
berbagai cara antara lain dengan ukuran pendapatan, total asset, dan total modal.
Asnawi dan Wijaya (2005:274) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan
merupakan variabel yang banyak dipertimbangkan dalam banyak penelitian
keuangan. Hal ini disebabkan banyaknya keputusan keuangan dipengaruhi oleh
ukuran perusahaan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, mengelompokan ukuran
perusahaan ke dalam 4 kategori yaitu perusahaan usaha mikro, usaha kecil,
usaha menengah dan usaha besar. Kriteria ukuran perusahaan juga diatur dalam
keputusan ketua BAPEPAM No. Kep-11/PM/1997, yang menyatakan bahwa
perusahaan menengah atau kecil adalah badan hukum yang didirikan di
Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari Rp
100.000.000.000 (seratus milyar rupiah). Oleh sebab itu, jika perusahaan
memiliki total aset lebih dari Rp 100.000.000.000, maka dapat dikategorikan
sebagai perusahaan besar.
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
10
Ukuran perusahaan dapat ditentukan bersadasarkan laba, aset, tenaga kerja,
dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi (Sawir, 2004:102) Namun,
menurut Asnawi dan wijaya (2005:274), secara umum biasanya size diproduksi
dengan total aset, karena nilai total aset biasanya sangat besar dibandingkan
dengan variabel keuangan lainnya.
Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan logaritma
natural dari total aset. Hal ini dikarenakan nilai total aset yang sangat besar dapat
menimbulkan terjadinya heteroskedastis, sehingga total aset perlu diubah
menjadi logaritma natural total aset (Asnawi dan Wijaya, 2005:274).
G. Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi
dimasa mendatang. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk
membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali dalam
perusahaan. Apabila terjadi pembagian dividen lebih kecil dari yang diharapkan
investor maka akan mengkibatkan terjadinya pelepasan saham perusahaan dan
berdampak pada harga saham perusahaan terbsebut ikut menurun.
H. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari para pemegang
saham untuk mendelegasikan pengendalian dengan tingkat tertentu kepada para
manajer. Menurut Sugiarto (2009:59) struktur kepemilikan adalah struktur
kepemilikan saham yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang
dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan
kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional
dan kepemilikan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam
menjalankan kegiatannya suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang
ditunjuk oleh pemegang saham (principles).
Struktur kepemilikan terbagi kedalam beberapa jenis. Adapun menurut
Jensen and Meckling (1976) struktur kepemilikan dibedakan menjadi tiga, yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik.
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah sebuah mekanisme yang penting untuk
meluruskan insentif manajer dengan para pemegang saham (rahmawati,
2012). Adanya kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan dapat menjadi
salah satu upaya dalam mengurangi masalah keagenan dengan manajer.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak
institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain.
Kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang terbentuk institusi seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi
lain. Kepemilikan institusional merupakan satu alat yang didapatkan untuk
mengurangi kemampuan untuk mengurangi agency conflict. Kepemilikan
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
11
intitusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen
melalui proses monitoring secara efektif.
c. Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik merupakan presentase kepemilikam saham yang
dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaan maka diperlukan pendanaan yang diperoleh
baik melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal diperoleh dari
saham masyarakat (publik).
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Nuvita Dwi Cahyani (2012) yang berjudul
Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Jenis industri terhadap Praktek Perataan.
Hasil dari penelitian ini adalah Risiko keuangan, dan Stuktur kepemilikan
berpengaruh terhadap perataan laba. Sedangkan untuk Ukuran perusahaan tidak
mempunyai pengaruh terhadap perataan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yulfita (2014) yang berjudul pengaruh
profitabilitas, kebijakan deviden, dan pertumbuhan perusahaan terhadap praktek
perataan laba. Hasil penelitian ini menunjukkan kebijakan deviden berpengaruh
signifikan terhadap perataan laba, namun dengan arah yang negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Noviana dan Yuyetta (2011) yang berjudul
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktek perataan laba. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dividend payout ratio memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap praktek perataan laba. Sedangkan untuk risiko
keuangan, kepemilikan publik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
praktek perataan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Mona Yulia (2013) yang berjudul pengaruh
ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan nilai saham terhadap
perataan laba. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Armanto Witjaksono dan Tediyanto (2011)
yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba. Hasil
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan risiko
keuangan berpengaruh terhadap pratik perataan laba, sedangkan kepemilikan
publik, tidak berpengaruh terhadap praktik.
Hipotesis
H1: Risiko keuangan berpengaruh terhadap praktik perataan laba
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba
H3: Kebijakan dividen berpengaruh terhadap praktik perataan laba
H4: Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap praktik perataan laba
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian yang mengungkapkan besar kecilnya suatu pengaruh atau hubungan
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
12
antara variabel yang dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara
mengumpulkan data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh
variabel-variabel yang bersangkutan.
Data Penelitian
A. Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh
secara tidak langsung dari dari website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi berupa laporan keuangan pada perusahaan sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2015.
C. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama tahun 2011-2015 yang berjumlah 60 perusahaan. Dari populasi tersebut,
dilakukan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling
dan yang hanya sesuai dengan kriteria hanya 12 perusahaan. Kriteria-kriteria
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan industri dasar dan kimia yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan tidak mengalami delisting selama periode dari 2011
sampai dengan 2015
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan selama periode
pengamatan
3. Laporan keuangan yang disajikan dalam mata uang rupiah
4. Perusahaan yang menyediakaan data lengkap untuk mendukung penelitian.
5. Perusahaan tidak mengalami kerugian secara berturut-turut selama periode
tahun 2011 - 2015
Definisi Operasional (Variabel)
A. Variabel Dependen (Y)
Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah perataan laba
(income smoothing).
Pengukuran perataan laba dalam penelitian menggunakan indeks eckel.
Digunakannya indeks eckel untuk mengindikasikan perusahaan yang melakukan
perataan laba (nilai indeks eckel dibawah 1) dengan yang tidak melakukan
perataan laba (nilai indeks eckel diatas 1). Perhitungan indeks eckel dilakukan
dengan rumus sebagai berikut (Eckel, 1981).
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
13
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐸𝑐𝑘𝑒𝑙 =𝐶𝑉𝛥𝐼
𝐶𝑉𝛥𝑆
Keterangan :
ΔI = Perubahan laba dalam satu periode
ΔS = Perubahan penjualan dalam satu periode
CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dari perubahan
laba dan perubahan penjualan dibagi dengan nilai yang diharapkan dari perubahan laba (I) dan perubahan penjualan (S).
B. Variabel Independen (X)
1. Risiko Keuangan
Dalam penelitian ini risiko keuangan diproksikan dengan tingkat Leverage
yang menggunakan debt to asset ratio sebagai pengukurannya, dengan
formulasi sebagai berikut :
DTA/DAR = 𝑇𝑜𝑡𝑠𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑠𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
2. Ukuran Perusahaan
Secara umum ukuran perusahaan biasanya diukur dengan total aset.
Perhitungan ukuran perusahaan dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
SIZE = Ln (Total Aset)
3. Kebijakan Dividen
Dalam penelitian ini rasio dividend payout ratio digunakan sebagai
pengukurannya dengan membandingkan dividend per share (DPS) dan
earning per share (EPS) dengan formulasi sebagai berikut :
Dividend Payout Ratio = 𝐷𝑃𝑆
𝐸𝑃𝑆
4. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan
publik. Kepemilikan publik merupakan presentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak luar dibawah 5 persen yang sumber pendanaannya
diperoleh dari saham masyarakat atau publik.
POWN = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Metode Analisis
A. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan gambaran umum dari semua variabel yang
digunakan dalam penelitian. Tabel statistik deskriptif menunjukkan jumlah
sampel, nilai minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata (mean) serta standar
deviasi.
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
14
B. Analisis Regresi Logistik
Analisa data menggunakan regresi logistik biner (Binary Logistic
Regression). Persamaan regresi yang digunakan adalah:
1. Uji Kelayakan Model Regresi (Overall Model Fit Test)
Uji normalitas tidak diperlukan pada model regresi logistik tetapi perlu
dilakukan pengujian kelayakan model regresi logistik (overall model fit)
yaitu:
a) Hosmer and Lemeshow
Pengujian ini dilakukan untuk menilai model dihipotesiskan agar data
sesuai dengan model. Jika nilai signifikan > 0,05, artinya model mampu
memprediksi nilai observasinya atau cocok dengan data (Ghozali,
2016:328).
b) Likelihood
Apabila nilai -2LL Block Number = 0 > nilai -2LL Block Number = 1,
maka menunjukkan model regresi yang baik (Ghozali, 2016:328).
c) Nagelkeke R Square
Nagelkeke R Square mengetahui seberapa besar variabel independen
mampu menjelaskan dan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali,
2016:329).
Pengujian Hipotesis
Pengujian regresi logistik biner untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian:
a. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % atau taraf signifikasi 5
% (α = 0,05).
b. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi.
- Jika taraf signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.
- Jika taraf signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian hipotesis
A. Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah data sebanyak
60. Diketahui bahwa variabel Y perataan laba memiliki nilai terendah 0 dan
nilai tertinggi 1. Nilai rata-rata sebesar 0,58 dan standar deviasi sebesar 0,497.
Kemudian variabel X1 risiko keuanga mempunyai nilai terendah sebesar
0,079, nilai tertinggi sebesar 0,764, nilai rata-rata 0,333, dan standar deviasi
sebesar 0,1767. Variabel X2 ukuran perusahaan mempunyai nilai terendah
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ECKEL 60 0 1 ,58 ,497
DAR 60 ,079 ,764 ,33337 ,176747
SIZE 60 21,713 28,842 25,41957 2,221049
DPR 60 ,035 5,667 ,58858 1,066435
POWN 60 ,038 ,519 ,33245 ,127432
Valid N
(listwise) 60
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
15
sebesar 21,713, nilai tertinggi sebesar 28,842, nilai rata-rata 25,419 , dan
standar deviasi sebesar 2,221. Variabel X3 kebijakan dividen yang
diproksikan dengan dividend payout ratio (DPR) mempunyai nilai terendah
sebesar 0,035, nilai tertinggi sebesar 5,667, nilai rata-rata 0,58858 , dan
standar deviasi sebesar 1,066435. Dan variabel X4 struktur kepemilikan yang
diproksikan dengan kepemilikan publik mempunyai nilai terendah sebesar
0,038, nilai tertinggi sebesar 0,519, nilai rata-rata 0,33245 , dan standar
deviasi sebesar 0,127432.
A. Uji Kelayakan Model Fit
1. Menilai Model Fit
Blok 0 : Beginning
Dari tabel Iteration History, Blok 0: Beginning dengan konstanta sebesar
81,503 atau memiliki distribusi X2 dengan df 59 (60-1).
Dan -2LogL yang kedua yaitu Blok 1: Method Enter sebesar 75,986 atau
memiliki distribusi X2 dengan df 55 (60-5). Dan menerima H0 dan model fit
dengan data.Dengan menselisihkan -2(L0-L1) yaitu 81,503 – 75,985 = 5,518
dan dengan df 4 (59-55), dan angka ini signifikan secara statistik bahwa H0
diterima dan model fit dengan data.
2. Nagelkerke R square Step -2 Log
likelihood Cox & Snell
R Square Nagelkerke R Square
1 75,985a ,088 ,118
Iteration History
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step
0
1 81,503 ,333
2 81,503 ,336
3 81,503 ,336
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 81,503
c. Estimation terminated at iteration number 3 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Blok 1 : Method = Enter Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant DAR SIZE DPR POWN
Step
1
1 76,126 5,445 1,548 -,213 -,082 -,501
2 75,986 6,073 1,971 -,241 -,090 -,527
3 75,985 6,111 2,006 -,242 -,091 -,524
4 75,985 6,111 2,006 -,242 -,090 -,524
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 81,503
d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
16
a. Estimation terminated at iteration number 8
because parameter estimates changed by less than ,001.
Dari tabel diatas, diperoleh nilai Cox Snell’s R Square sebesar 0,088 dan
nilai Nagelkerke R square sebesar 0,118. Hal ini mengindikasi bahwa
variabilitas variabel dependen sebesar 11,8% sedangkan sisanya 89,2%
dijelaskan oleh variabel lainnya diluar variabel independen.
3. Hosmer and Lemeshow’s Test
Step Chi-square Df Sig.
1 13,016 8 ,111
Dari tabel diatas, diperoleh nilai Chi-square sebesar 13,016 dengan nilai
probabilitas sebesar 0,111. Dengan kesimpulan bahwa model telah cukup
menjelaskan data (fit).
4. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Persamaan Logistic Regression dapat dituliskan sebagai berikut:
Ln 𝜌
1−𝜌 = 6,111 + 2,006 – 0,242 – 0,90 – 0,524
Pembahasan Hasil Penelitian
A. Pengaruh risiko keuangan (X1) terhadap perataan laba
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel risiko keuangan yang
diproksikan dengan debt to asset ratio menunjukkan hasil signifikansi sebesar
0,261 > 0,05 yang membuktikan bahwa risiko keuangan tidak berpengaruh
terhadap perataan laba dan pengujian hipotesis pertama ditolak. Tidak
berpengaruhnya risiko keuangan diduga karena perusahaan yang mengalami
kesulitan keuangan mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimiliki
perusahaan sesuai dengan jatuh tempo atau dengan menggunakan laba ditahan
untuk memenuhi kebutuhan dananya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bitner dan Dolan
(1996) dalam Aji dan Mita (2010) bahwa perusahaan yang memiliki risiko
keuangan yang tinggi akan menyebabkan manajemen cenderung untuk tidak
melakukan perataan laba karena perusahaan tidak ingin berbuat sesuatu yang
membahayakan dalam jangka panjang.
Tidak berpengaruhnya risiko keuangan terhadap perataan laba dalam
penelitian ini juga didukung dari data mentah yang diteliti yang menunjukkan
bahwa perusahaan yang memiliki nilai DAR diatas rata-rata sebesar 0,3334
seperti PT. Trias Sentosa Tbk, PT Surya Toto Indonesia Tbk, dan PT. Lionmesh
Prima Tbk, dengan masing-masing nilai indeks eckel sebesar 6,174, 4,777, dan
1,860 yang berarti perusahaan tersebut tidak melakukan perataan laba, karena
Tabel 4.8
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step
1a
DAR 2,006 1,785 1,263 1 ,261 7,434
SIZE -,242 ,132 3,397 1 ,065 ,785
DPR -,090 ,270 ,113 1 ,737 ,913
POWN -,524 2,133 ,060 1 ,806 ,592
Consta
nt
6,111 3,564 2,940 1 ,086 450,92
4
a. Variable(s) entered on step 1: DAR, SIZE, DPR, POWN.
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
17
nilai indeks eckel diatas 1 (satu). Dan perusahaan yang memiliki nilai DAR
dibawah rata-rata 0,3334 Seperti PT. Asahimas Flat Glass Tbk, PT. Arwana
Citramulia Tbk pada tahun 2013 dan 2014, PT. Lion Metal Tbk, PT Ekadharma
International Tbk tahun 2012-2015, PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk dengan
masing-masing nilai indeks eckel sebesar -20,846, -3,349, -14,907, dan -0,368
yang berarti perusahaan tersebut melakukan praktik perataan laba karena indeks
eckel dibawah 1 (satu). Sehingga terbukti bahwa perusahaan yang memiliki nilai
risiko keuangan (debt to total asset) tinggi atau diatas rata-rata tidak menjadi
pendorong manajer untuk melakukan perataan laba (income smoothing).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Noviana dan Yuyetta (2011) yang
menyatakan bahwa risiko keuangan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perataan laba (income smoothing). Akan tetapi tidak sejalan dengan
hasil penelitian dari Cahyani (2012), Yulia (2013) bahwa risiko keuangan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba (income smoothing).
B. Pengaruh ukuran perusahaan (X2) terhadap perataan laba
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel ukuran perusahaan (size)
menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,065 lebih besar dari 0,05 yang berarti
ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh terhadap perataan laba dan
pengujian hipotesis kedua ditolak. Tidak berpengaruhnya ukuran perusahaan
diduga karena perusahaan besar atau yang telah go public cenderung kurang
memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan
yang lebih kecil karena perusahaan besar atau go public lebih diperhatikan oleh
masyarakat dan investor sehingga membuat manajer akan lebih berhati-hati
dalam melakukan pelaporan keuangan.
Tidak berpengaruhnya ukuran perusahaan terhadap perataan laba dalam
penelitian ini juga didukung dari data mentah yang diteliti, bahwa perusahaan
yang memiliki nilai size diatas rata-rata sebesar 25,4196 seperti PT. Trias
Sentosa Tbk, PT Surya Toto Indonesia Tbk dengan masing-masing nilai indeks
eckel sebesar 6,174,dan 4,777 yang berarti perusahaan tersebut tidak melakukan
perataan laba, karena nilai indeks eckel diatas 1 (satu). Dan perusahaan yang
memiliki nilai size dibawah rata-rata 25,4196 Seperti PT. Asahimas Flat Glass
Tbk, PT. Arwana Citramulia Tbk, PT AKR Corporindo Tbk dengan masing-
masing nilai indeks eckel sebesar -20,846, -3,349, dan -1,291 yang berarti
melakukan praktik perataan laba karena indeks eckel dibawah 1 (satu). Sehingga
terbukti bahwa perusahaan yang memiliki nilai ukuran perusahaan yang tinggi
atau diatas rata-rata tidak menjadi pendorong manajer untuk melakukan
perataan laba (income smoothing).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuvita
(2012) dan Masodah (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (size)
tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Namun tidak sejalan dengan
penelitian Budiasih (2009), Hasanah (2013), dan Yulia (2013) yang
membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan
laba.
C. Pengaruh kebijakan dividen (X3) terhadap perataan laba
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel kebijakan dividen yang
diproksikan dengan dividend payout ratio menunjukkan hasil signifikansi
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
18
sebesar 0,737 > 0,05 yang berarti variabel kebijakan dividen tidak berpengaruh
terhadap perataan laba dan pengujian hipotesis ketiga ditolak. Hasil penelitian
ini berarti menunjukkan semakin besar kebijakan dividen atau dividend payout
ratio suatu perusahaan bukan berarti menjadi pendorong manajer untuk
melakukan perataan laba.
Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap perataan laba dapat
dikarenakan bahwa dividend payout ratio dalam penentuannya melibatkan pihak
pemegang saham perusahaan sehingga manajemen akan enggan untuk
melakukan tindakan perataan laba. Berdasarkan teori, pembagian dividen juga
tidak hanya tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh, seperti yang
dijelaskan dalam kebijkan pembagian dividen stabil, dimana pembagian dividen
dilakukan dengan menetapkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
secara tetap per lembar saham untuk jangka tertentu walaupun laba perusahaan
berfluktuasi. Tetapi apabila dalam waktu tertentu mengalami kenaikan dan
sudah dipastikan stabil dalam beberapa tahun kedepan, maka dividen akan
ditingkatkan selama beberapa tahun kedepan. Hal ini dibuktikan pada
perusahaan PT. Surya Toto Indonesia Tbk memiliki nilai dividen per lembar
saham dari tahun 2012-2014 tetap sebesar Rp 200 dengan laba yang berfluktuasi
dan tidak melakukan perataan laba karena nilai indeks eckel diatas 1 (satu)
sebesar 4,777.
Tidak berpengaruhnya kebijakan dividen terhadap perataan laba dalam
penelitian ini juga didukung dari data mentah yang menunjukkan bahwa
perataan laba tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang memilki DPR tinggi,
namun perusahaan yang memilki DPR rendah juga melakukan perataan laba.
Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa perusahaan yang memiliki nilai DPR
dibawah rata-rata 0,5886. Seperti PT. Ekadharma International dan Tbk, PT.
Asahimas Flat Glass Tbk dengan masing-masing nilai Indeks eckel sebesar
0,851, dan -20,846 yang berarti melakukan praktik perataan laba, sehingga
terbukti bahwa perusahaan yang memiliki nilai DPR dibawah rata-rata juga
melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Dika (2012) yang menemukan bahwa kebijakan dividen atau Dividend Payout
Ratio (DPR) tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Namun penelitian
Yulfita (2014) menunjukkan kebijakan dividen berpengaruh terhadap praktik
perataan laba.
D. Pengaruh Struktur Kepemilikan (X4) terhadap Perataan laba
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel struktur kepemilikan
publik menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,806 > 0,05 yang berarti variabel
struktur kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap perataan laba dan
pengujian hipotesis keempat ditolak. Hal ini diduga karena tingginya presentase
kepemilikan saham oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi kepemilikan
saham oleh publik, maka semakin banyak informasi mengenai perusahaan yang
diketahui oleh publik. Akibatnya dapat menghalangi manajer untuk tidak
melakukan perataan laba karena tidak ingin risiko yang tinggi.
Tidak berpengaruhnya kepemilikan publik terhadap perataan laba dalam
penelitian ini juga didukung dari data mentah yang diteliti, bahwa perusahaan
yang memiliki nilai POWN diatas rata-rata sebesar 0,33245 seperti PT. Trias
Sentosa Tbk, dan PT Semen Indonesia Tbk dengan masing-masing nilai indeks
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
19
eckel sebesar 6,174, dan 6,777 berarti perusahaan tersebut tidak melakukan
perataan laba. Dan perusahaan yang memiliki nilai POWN dibawah rata-rata
0,33245. Seperti PT. Ekadharma International Tbk, dan PT. Asahimas Flat Glass
Tbk dengan masing-masing nilai Indeks eckel sebesar 0,851, dan -20,846 yang
berarti melakukan praktik perataan laba karena indeks eckel dibawah 1 (satu).
Sehingga terbukti bahwa perusahaan yang memiliki nilai struktur kepemilikan
publik yang tinggi atau diatas rata-rata tidak menjadi pendorong manajer untuk
melakukan perataan laba.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan Aji dan Mita (2010), Suranta dan
Merdistusi (2004) bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
perataan laba. Namun tidak sejalan dengan penelitian Cahyani (2012) dan Putra
dan Suardana (2016) yang menunjukkan bahwa struktur kepemilikan
berpengaruh terhadap perataan laba.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pengujian regresi data dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) Risiko keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba
(income smoothing) pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun pengamatan 2011-2015.
2) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada
perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun pengamatan 2011-2015.
3) Kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada
perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun penSgamatan 2011-2015.
4) Struktur kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap perataan laba pada
perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun pengamatan 2011-2015.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian ini, sebaiknya perusahaan mampu meningkatkan kinerja
perusahaan dalam pengolahan perusahaan yang lebih efektif dan efisien
sehingga tidak adanya keinginan untuk melakukan perataan laba (income
smoothing) yang bisa saja dapat merugikan investor dan perusahaan tersebut.
2. Bagi Investor dan Kreditur
Dari hasil penelitian ini, pihak investor dan kreditur yang hendak
melakukan investasi dan memberikan fasilitas kredit disarankan selain
melihat laporan keuangan, investor juga mengamati pada perusahaan secara
langsung atau dengan laporan tahunan perusahaan dengan melihat laporan
auditor, reputasi auditor atau KAP yang digunakan dalam perusahaan, dan
melihat catatan atas laporan keuangan (disclosure) karena dapat memberikan
Jurnal MADANI Vol 1. No.1, Desember 2018
20
informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu
perusahaan.
3. Bagi Akademis dan Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini, pihak akademis dan peneliti selanjutnya dapat
menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi dalam melakukan
penelitian sejenis ataupun sebagai bahan pengetahuan dan diharapkan untuk
penelitian selanjutnya untuk
1) Memperluas objek penelitian dengan menggunakan perusahaan sektor
lain dan menggunakan jangka waktu penelitian yang lebih banyak lagi,
2) Menggunakan model indeks lain seperti model Michelson atau model
discretionary accrual seperti yang digunakan penelitian aji dan mita
(2010),
3) Menggunakan vaiabel-variabel bebas lainnya yang memungkinkan
mempengaruhi praktik perataan laba, seperti kompensasi bonus,
4) Dan jika peneliti selanjutnya mengambil objek penelitian di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yaitu berupa laporan keuangan, diharapkan agar
melakukan perhitungan terlebih dahulu untuk mendeteksi perataan laba.
Setelah ditemukannya masalah tersebut peneliti sebaiknya mencari tau
kembali bagaimana prosedur dilakukannya perataan laba pada
perusahaan atau menanyakan kepada Bursa Efek Indonesia hingga bisa
dipublishnya laporan keuangan perusahaan tersebut di BEI. Hal ini
dilakukan untuk mendukung pendeteksian perataan laba secara teori dan
praktek dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Mia dan Nur Fadjrih Asyik. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Leverage
Operasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba. Jurnal
Ilmu & Riset Akuntansi. Vol 3(6) : 1-16
Aji Dhamar Yudho dan Mita Aria Farah. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Risiko
Keuangan, Niliai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek
Perataan Laba: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI, SNA XIII, Purwokerto
Albrecht, W. D. and Richardson, F. M., 1990.“Income Smoothing by Economy
Sector”, Journal of Business Finance& Accounting, Vol. 17 (5), pp. 713-730.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Buku Satu, Alih Bahasa Marwata
S.E., Akt. Jakarta : Salemba Empat.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi
Kelima. Buku Satu&Dua. Jakarta : Salemba Empat.
Budiasih, Igan. 2009. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan
Laba. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 4, No. 1. Januari. hal: 44-50.
Cahyani, Nuvita Dwi. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Perusahaan, Nilai
Perusahaan, Struktur Kepemilikan,Ukuran Perusahaan, dan Jenis Industri
Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2005-2010.JURAKSI 1(2) : 15-30
The Effect Of Kaizen Culture On Employee Performance At Cv.Rezki Abadi Balikpapan
Company
21
Dedhy Setiawan, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia. 2011. Creative Accounting –
Mengungkap Manajeman Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba
Empat.
Eckel, N., 1981. “The Income Smoothing Hypothesis Revisited”, Abacus, Vol. 17,
pp. 28-40.
Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta
Ghozali, Imam. 2015. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM
SPSS23. Edisi 8, PenerbitUniversitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam dan Dr. Anis Chariri. 2007. Teori AKuntansi Edisi Keempat.
Semarang: Universitas Diponegoro
Harahap, Sofyan Syafri. 2012. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Raja grafindo
Persada. Jakarta.
Jensen, M. C. dan Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior:
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol.
3, No. 4, Hlm. 305-360.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers
Koch, Bruce S., 1981. “Income Smoothing : An Experient”. Accounting Review,
Juli, pp. 574-586.
Munawir. 2014. Analisis Laporan Keuangan Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2011. Analisis Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010). Jurnal Akuntansi &
Auditing 8(1) : 69-81S
Sartono, Agus. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi ke empat.
Yogyakarta: BPFE.
Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory International Edition. New
Jersey : Prentice – Hall, Inc.
Sugiarto. 2009. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan
Keagenan dan Informasi Asimetri. Edisi Permata .Yogyakarta : Graha Ilmu
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta :
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Yulia, Mona. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial
Leverage dan Nilai Saham terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)
pada Perusahaan Manufaktur, Keuangan, dan Pertambangan yang terdaftar
di BEI. Skripsi. Universitas Negeri Padang.