Post on 19-Feb-2016
description
ANALISA DAN EVALUASI
TEORI DOROTHY E. JOHNSON “BEHAVIORAL SYSTEM MODEL”
Tugas Kelompok Mata AjarSains Keperawatan
Disusun Oleh Kelompok 2:
AINIL YUSRAANITA IRA AGUSTINAHENDRY KISWANTO
JOSEP KRISTIAN LUBISMAITA SARAH
SHINTA DEWI ATSENOSYATRIA WATIWILDA FAUZIA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN, 2014
1
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang
dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu
proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari
struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan
dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai
kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja. Mengingat dalam model
praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti; adanya keyakinan dan
nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai
dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan
semua pasien. Oleh karena itu suatu teori perlu di analisis dan di evaluasi terus-
menerus agar berdayaguna dalam memandu perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan seperti teori yang di kembangkan oleh Dorothea Johnson tentang
Model Sistem Perilaku.
Pengembangan dan perluasan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup penting dalam proses- proses
keperawatan yang akan dilakukan, terutama teori- teori dan konseptual
keperawatan yang akan memberikan panduan terhadap hal praktek, pendidikan
dan penelitian keperawatan.
2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menganalisa dan mengevaluasi Model Teori Menurut Dorothy Johnson.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Bibliografi D. Johnson
b. Antecendent (sesuatu) yang mendahului pengetahuan dari keperawatan dan
adjunctive (tambahan) disiplin yang digunakan dalam pengembangan teori?
c. Teori dijelaskan dengan baik?Apakah ruang lingkup teori?
d. Gambarkan konsep dan proporsi teori tersebut.
e. Philosophical claims yang menjadi dasar dari teori tersebut? Apakah mereka
menjelaskan secara eksplisit?
f. Internal Consistency yang menjadi dasar dari teori tersebut dibahas dalam
kaitannya dengan kejelasan konsep, konsistensi bahasa, dan konsistensi
struktur dari teori tersebut?
g. Parsimony dari teori tersebut?
h. Testability teori dalam kaitannya dengan observability dan terukurnya
konsep?
i. Adakah empirical adequancy telah dibahas dalam kaitannya dengan
kesesuaian dengan empirical evidene?
j. Kecukupan pragmatis dari teori untuk praktik klinis telah dibahas?
3
BAB IIPEMBAHASAN
A. Bibliografi Dorothy Johnson
Dorothy Johnson lahirkan di Savannah, Georgia, pada 1919. Dia seorang
Sarjana Muda Dalam Ilmu Pengetahuan Keperawatan dari Universitas Vanderbilt,
Nashville, Tennesse, dan tentang ilmu kesehatan dari Harvard. Dia memulai
penerbitan idenya tentang keperawatan segera setelah wisuda dari Vanderbilt.
Pengalaman profesional johnson meliputi: sebagian besar mengajar, meskipun
dia adalah seorang staf perawat di dewan kesehatan Chatham Savanah pada tahun
1943-1949 . Dia adalah seorang instruktur dan asisten profesor di keperawatan
pediatrik universitas keperawatan di Vanderbilt dari tahun 1949 hingga pensiun
pada tahun 1978. Johnson adalah seorang Asisten profesor keperawatan anak,
seorang rekan profesor keperawatan, dan seorang profesor keperawatan di
Universitas California di Los Angeles.
Pada tahun 1955 dan 1956 , Johnson adalah penasehat keperawatan
pediatrik ditugaskan pada sekolah Cristian Medis perguruan tinggi keperawatan di
Vellore, India Selatan. Dari tahun 1965 sampai tahun 1967, ia menjabat sebagai
ketua pada Komite Asosiasi Perawat California yang mengembangkan spesialisasi
klinis. Publikasi Johnson termasuk empat buku, lebih dari 30 artikel dalam
majalah dan banyak makalah, laporan, procedingsan (laporan rapat) dan monograf
(karya ilmiah).
Dari sekian banyak penghargaan yang ia terima, Johnson paling bangga
terhadap penghargaan dari mahasiswa fakultas pascasarjana pada tahun 1975. Dia
meninggal pada bulan Februari 1999 pada usia 80 tahun, dia senang bahwa model
sistem behavioralnya telah ditemukan, berguna dalam memajukan pengembangan
suatu teori yang berbasis keperawatan dan telah digunakan sebagai model untuk
praktik keperawatan secara institusi, tapi ia melaporkan bahwa sumber kepuasan
terbesarnya berasal dari karir produktif dari murid-muridnya.
4
B. Pedoman Analisis dan Evaluasi Teori Berdasarkan Kriteria Fawcett
1. Antecendent (sesuatu) yang mendahului pengetahuan dari keperawatan
dan adjunctive (tambahan) disiplin yang digunakan dalam pengembangan
teori?
Model Sistem Perilaku Johnson bersumber dari keyakinan Nightingale
bahwa tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu mencegah atau
menyembuhkan penyakit atau cedera (Loveland - Cherry & Wilkerson , 1983) .
Ilmu dan seni keperawatan harus fokus pada pasien sebagai individu dan bukan
pada penyakit spesifik yang sesungguhnya (Johnson, 1992). Johnson melaporkan
bahwa model sistem perilaku didasarkan pada tubuh pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya yang dikembangkan selama bertahun-tahun oleh para peneliti dari
suatu disiplin ilmu.
Johnson menggunakan keilmuan perilaku dalam psikologi, sosiologi dan
etnologi untuk mengembangkan teorinya. Johnson sangat bergantung pada teori
sistem dan menggunakan konsep-konsep dan definisi dari Rapoport, Chinn, dan
Buckley (Johnson, 1980). Struktur teori sistem perilaku terpola setelah satu model
sistem; sistem didefinisikan sebagai ringkasan bagian-bagian yang berfungsi
untuk membentuk suatu kesatuan yang menyeluruh. Dalam tulisan-tulisannya,
Johnson mengkonsepkan seseorang sebagai suatu sistem perilaku dimana hasil
fungsinya adalah perilaku yang diamati. Sebuah analogi untuk model sistem
perilaku adalah teori sistem biologi, di mana seseorang dipandang sebagai sistem
biologis yang terdiri dari bagian-bagian biologis dan penyakit adalah hasil dari
gangguan sistem biologi.
Johnson mencatat bahwa, seseorang adalah suatu sistem perilaku dan pola
respon spesifik seseorang dari suatu keseluruhan yang terorganisir dan
terintegrasi. Sama seperti pengembangan pengetahuan tentang seluruh sistem
biologis diawali dengan bagian-bagian pengetahuan, pengembangan pengetahuan
sistem perilaku berfokus pada respon perilaku spesifik. Pengembangan model
sistem perilaku dari perspektif filosofis, Johnson (1980) menulis bahwa
keperawatan memberikan kontribusi dengan memfasilitasi fungsi perilaku efektif
pada pasien sebelum, selama, dan setelah sakit. Dia menggunakan konsep dari
disiplin lain, seperti pembelajaran sosial, motivasi, stimulasi sensorik, adaptasi,
5
modifikasi perilaku, proses perubahan, ketegangan dan stres untuk memperluas
teorinya untuk praktek keperawatan.
2. Teori dijelaskan dengan baik? Apakah ruang lingkup teori?
Teori keperawatan Dorothy E Johnson disebut dengan behavioral system
theory (teori sistem tingkah laku). Model Dorothy Johnson (1980, 1990) adalah
sintesis dari teori dan konsep ilmu perilaku dan biologi, yang terintegrasi ke
dalam kerangka kerja sistematis, seperti yang tertuang dalam buku Nursing
Theories in Practice yakni the study of the output of the intraorganismic
structures and processes as they are coordinate and articulated, and as they
respond to changes in sensory stimulation (output dari struktur dan proses-proses
intra-organismik yang dikoordinasi dan di artikulasikan serta bersifat responsive
terhadap perubahan-perubahan dalam sensori stimulasi).
3. Gambarkan konsep dan proporsi teori tersebut
Model Johnson ini berfokus pada teori mengenai perilaku sosial manusia
yang kurang lebihnya banyak dipengaruhi oleh kehadiran langsung dan tidak
langsung makhuk sosial lainnya.
1. Sistem (System)
Menurut Dorothy E. Johnson, sistem merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan bagian-bagiannya (a system is whole that
functions as whole by virtue of the interdependence of its part). Johnson
mendefinisikan sistem tersebut berdasarkan definisi sistem Rapoport pada
tahun 1968.
2. Perilaku (Behavior)
Johnson mendefinisikan perilaku didasarkan pada pernyataan-pernyataan dari
para ahli perilaku dan biologi. Definisi dari perilaku tersebut adalah output dari
struktur dan proses-proses intra-organismik yang dikoordinasi dan di
artikulasikan serta bersifat responsive terhadap perubahan-perubahan dalam
sensori stimulasi (the study of the output of the intraorganismic structures and
processes as they are coordinate and articulated, and as they respond to
changes in sensory stimulation).
6
3. Sistem Perilaku (Behavioral System)
Sistem perilaku mencakup pola, perulangan, dan cara-cara bersikap untuk
mengungkapkan maksud tertentu. Pola sistem perilaku ini akan membentuk
unit fungsi yang terorganisasi dan terintegrasi dalam menentukan dan
membatasi interaksi antara seseorang dengan lingkungannya dan menciptakan
hubungan seseorang dengan objek, peristiwa, serta situasi di lingkungannya
(this system determines and limits the interactions between the person and his
or her environment, and establishes the relationship of the person to the
objects, events, and situations in the environment).
Sebagai sistem perilaku, manusia selalu berusaha untuk mencapai
keseimbangan atau stabilitas dengan cara mengatur dan beradaptasi agar
mencapai keberhasilan pada beberapa tingkatan suatu fungsi dengan efisien
dan efektif.
4. Subsistem (Subsystem)
Subsistem adalah sistem didalam suatu sistem dimana sistem berada pada lebih
dari satu tingkat. Behavioral system memiliki banyak target untuk dicapai,
sehingga sistem tersebut terbagi dalam subsistem-subsistem yang memiliki
target masing-masing. Subsistem merupakan bagian dari sistem yang kompleks
dengan tujuan khusus sendiri dan dapat dipertahankan hubungannya dengan
subsistem lain atau lingkungannya selama subsistem itu tidak terganggu. Tujuh
subsistem yang diidentifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan
saling berkaitan (interrelated). Aktivitas subsistem ini dikendalikan langsung
oleh motivasi sehingga dapat berubah secara terus-menerus karena
perkembangan psikologi manusia atau kedewasaan (maturation), pengalaman
hidup (life experience), dan pembelajaran (learning). Sistem tersebut akan
menunjukkan adanya lintas budaya (cross culturally) dan hal tersebut di
kendalikan atau di kontrol oeh berbagai factor yaitu factor biologis, psikologis,
dan sosiologi.
Tujuh elemen subsistem yang di jelaskan oleh Johnson yaitu attachment-
affiliative, ketergantungan (dependency), pola makan (ingestive), eliminasi
(eliminative), seksualitas (sexual), pencapaian (achievement), dan penyerangan
(aggressive). Berikut akan dijelaskan ketujuh elemen tersebut, yaitu:
7
a. Subsistem attachement-affiliative
Subsistem hubungan kasih sayang (attachement-affiliative) adalah perilaku
yang terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan hubungan
interpersonal dengan orang tua, teman sebaya, figure otoritas. Hal tersebut
dapat membangun rasa memiliki dan hubungan kekerabatan dengan orang
lain termasuk perilaku kasih sayang, interpersonal, dan keterampilan
berkomunikasi. Subsistem attachement-affiliative mungkin merupakan yang
paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua
organisasi sosial. Pada tingkatan umum, hal itu memberikan kelangsungan
(survival) dan keamanan (security). Sebagai konsekuensinya adalah inklusi
sosial, kedekatan (intimacy) dan susunan serta pemeliharaan ikatan sosial
yang kuat.
b. Subsistem ketergantungan (dependency)
Pada hakikatnya, manusia tidak akan pernah terlepas dari manusia yang
lain. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi dan juga dengan
lingkungannya seling memberi dan menerima. Subsistem dependency
membantu untuk mengembangkan perilaku yang memerlukan respon
pengasuhan. Dalam mengembangkan perilaku tersebut, dibutuhkan suatu
konsekuensi yaitu bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan, dan
bantuan fisik. Namun dalam pengembangannya, ditemukan hambatan-
hambatan yaitu salah satunya perilaku yang bergantung total kepada orang
lain. Subsistem ketergantungan ini sangat penting adanya untuk suatu
komunitas agar saling tercipta interaksi untuk membantu satu dengan yang
lainnya.
c. Subsistem biologis
Subsistem biologis terdiri dari ingestion dan eliminasi (eliminative) yang
berkaitan dengan kapan, bagaimana, apa, berapa banyak, dan dengan
kondisi apa kita makan, dan dengan kondisi apa kita keluarkan. Ingesti
(ingestion) merupakan perilaku yang terkait dengan asupan sumber daya
yang diperlukan dari lingkungan eksternal, termasuk makanan, cairan,
informasi, benda, untuk tujuan perkembangun hubungan yang efektif
dengan lingkungan. Sedangkan eliminasi (eliminative) merupakan perilaku
8
yang terkait dengan pelepasan produk-produk yang tidak dibutuhkan.
Respon-respon ini dikaitkan dengan sosial dan psikologis seperti halnya
pertimbangan biologis.
d. Subsistem seksual (sexual)
Subsistem seksual yaitu perilaku yang terkait dengan identitas, gender atau
spesifik untuk tujuan memastikan kesenangan (gratification) atau prokreasi
(procreation) dan pengetahuan serta perilaku yang kongruen dengan seks
biologis. Sistem respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis
kelamin dan perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis kelamin.
e. Subsistem agresif
Agresif dalam subsistem ini adalah perilaku yang berhubungan dengan
ancaman aktual atau potensial dalam lingkungan untuk tujuan menjamin
kelangsungan hidup manusia. Subsistem agresif terdiri dari dua komponen
yaitu perlindungan (protection) dan pemeliharaan (preservation). Hal
tersebut mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz dan
Feshback.
f. Subsistem achievement
Achievement merupakan perilaku yang terkait dengan penguasaan diri
sendiri dan lingkungan untuk tujuan menghasilkan efek yang diinginkan
termasuk kegiatan pemecahan masalah, pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan pribadi. Subsistem achievement berusaha memanipulasi
lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau
lingkungan pada beberapa standar kesempurnaan. Cakupan perilaku prestasi
termasuk kemampuan intelektual, fisikis, kreatif, mekanis dan sosial.
5. Equilibrium
Jhonson menyatakan bahwa equilibrium merupakan konsep kunci dalam tujuan
khusus keperawatan. Hal ini didefenisikan sebagai suatu stabilitas tetapi lebih
atau kurang kekal (fana), dan menyatakan dimana individu berada dalam
keselarasan dengan dirinya dan dengan lingkungannya.
6. Tension
9
Konsep tension didefenisikan sebagai penegangan dan dapat dipandang sebagai
hasil akhir dari suatu gangguan dalam equilibrium, disebabkan karena
disequilibrium dan merupakan sumber potensi perubahan.
7. Stressor
Rangsangan internal atau eksternal yang dihasilkan tension dan hasil dalam
ketidakstabilan (instability) disebut stressor. Stressor bisa jadi positif dan
negative, mungkin bisa endogenous atau exogenous. Menurut Johnson, stressor
internal terdiri dari faktor biologis, psikologis, dan sosial. Sistem hubungan
terbuka (the open linked) meliputi psikologi, personality, dan sistem kelompok
kecil (keluarga) dan sistem sosial.
Teori sistem perilaku Johnson mengupas dua komponen utama: pasien dan
perawatan. Pasien merupakan sistem perilaku dengan tujuh subsistem yang saling
berkaitan. Setiap subsistem dapat digambarkan dan dianalisa dalam hal-hal
persyaratan-persyaratan struktur dan fungsi. Empat elemen struktural yang telah
diidentifikasi termasuk : (1) dorongan (drive) atau tujuan (goal); (2) set, 10
Sumber: Tamilarasi & Kanimozhi (2009)
kecenderungan betindak (predisposition); (3) pilihan (choice), alternatif untuk
bertindak; (4) perilaku (action/behavior). Menurut Lobo (2002), Johnson
mengembangkan empat asumsi pada struktur dan fungsi pada setiap subsistem:
1. Tujuan (goal). Tujuan dinilai dari bentuk perilaku yang terjadi dan
konsekuensi untuk mencapainya. Tujuan akhir dalam setiap sistem adalah
sama pada semua individu tetapi metode yang digunakan mungkin berbeda.
2. Set. Setiap individu mempunyai predisposisi untuk mencapai tujuan, hal yang
pasti lebih baik dengan hal lainnya. Johnson menjelaskan bahwa setiap
individu akan membandingkan pilihan yang sesuai dan memilih yang paling
diinginkan.
3. Pilihan (choice). Setiap subsistem mempunyai pilihan yang sesuai. Pilihan
berkembang sebagai kematangan individu dan juga lebih matang pada
individu. Johnson menekankan bahwa tindakan yang dipilih individu untuk
mencapai tujuannya mungkin tidak dapat diterima atau mungkin tidak sesuai
norma masyarakat.
4. Perilaku (action/behavior). Subsistem membuat hasil yang dapat diamati,
dimana perilaku individu mengizinkan perawat untuk menuliskan tindakan
individu dalam mencapai sebuah tujuan.
Setiap subsistem agar dapat mencapai keadaan optimal memerlukan adanya
perlindungan (protection), pengasuhan (nurturance), dan stimuli (stimulation).
Ketiga hal ini disebut sebagai persyaratan fungsional (functional requirement).
Sistem dan subsistem cenderung memelihara diri sendiri (Self-Maintaining) dan
mengekalkan diri sendiri (Self Perpetuating) selama kondisi eksternal dan internal
sesuai dan dapat diprediksi. Jika kondisi-kondisi dan sumber daya penting
terhadap kebutuhan fungsi mereka tidak cocok atau interrelationship antar
subsistem tidak harmonis, akan menghasilkan perilaku disfungsional. Respon-
respon subsistem dibangun melalui motivasi, pengalaman, dan proses belajar serta
dipengaruhi oleh faktor-lakior biologis, psikologis dan sosial. Sistem perilaku
berusaha untuk mencapai keseimbangan dengan adaptasi terhadap stimulan
lingkungan dan internal. Kondisi ketidakstabilan dalam sistem perilaku
menghasilkan kebutuhan terhadap intervensi perawatan. Identifikasi sumber
masalah dalam sistem mengarahkan tindakan perawatan yang cocok yang
11
menghasilkan pemeliharaan atau pemulihan keseimbangan sistem perilaku.
Perawatan dilihat sebagai kekuatan regulator eksternal yang bertindak unfuk
memulihkan keseimbangan sistem perilaku.
Dapat disimpulkan bahwa konsep utama dalam model system perilaku
Dorthy E. Jhonson adalah :
1. Manusia memiliki dua sistem utama, sistem biologis dan sistem perilaku.
Pengobatan dan penyembuhan berkofus pada sistem biologis, keperawatan
berfokus pada sistem perilaku.
2. Masyarakat berkaitan dengan lingkungan di mana individu berada. Menurut
Johnson perilaku individu dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam
lingkungan.
3. Kesehatan adalah respon adaptif dari fisik, mental, emosional, dan sosial
terhadap rangsangan internal dan eksternal dalam rangka menjaga stabilitas
dan kenyamanan.
4. Keperawatan memiliki tujuan utama yaitu untuk mendorong keseimbangan
dalam diri individu, dimana fokus utama adalah menjaga keseimbangan dalam
sistem perilaku ketika penyakit terjadi pada seorang individu.
4. Philosophical claims yang menjadi dasar dari teori tersebut? Apakah mereka
menjelaskan secara eksplisit? (asumsi-asumsi yang disampaiakan)
1. Perawatan (nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tindakan eksternal untuk
memberikan organisasi perilaku pasien ketika pasien dalam kondisi strres dengan
memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan
sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan eksternal baik sebelum dan selama
gangguan keseimbangan system dan karenanya membutuhkan pengetahuan
tentang order, disorder dan control. Aktivitas perawatan tidak bergantung pada
wewenang medis tetapi bersifat pelengkap (komplementer) bagi medis/
pengobatan.
2. Orang (person)
12
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola,
pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan
dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk
keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi. Person adalah system dari bagian-
bagian interpendent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk
menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting
untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah
mengganggu keseimbangan sistem perilaku , integritas manusia terancam. Usaha-
usaha manusia untuk menbangun kembali keseimbangan membutuhkan
pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk
membantu proses-proses biologis dan penyembuhan.
3. Kesehatan (health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami
(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor biologis, psikologis
dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang diinginkan oleh para pekerja
kesehatan dan memfokuskan pada person bukanya penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungan
subsistem-subsistem dari system perilaku. Manusia berusaha mencapai
keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku fungsional.
Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan struktural atau fungsional
cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan
sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar
yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
4. Lingkungan
Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh factor yang bukan
bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien.
Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya.
System perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap factor
lingkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya.
Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system
13
perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu
dibutuhkan supaya system membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi
tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan
dengan perilaku-perilaku yang baik.
5. Analisa konsep teori Johnson
Menurut Gonzalo (2011), Analisa yang dapat dijabarkan dari teori behavior
Dorothy Johnson, yaitu:
1. Model perilaku Johnson jelas dalam menjabarkan kerangka Individu-orientasi.
Tidak mempertimbangkan secara luas keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Dalam modelnya, fokusnya adalah dengan apa perilaku orang tersebut
menciptakan konsep yang lebih selaras dengan aspek psikologis.
3. Mengkategorikan perilaku yang berbeda dengan focus intervensi keperawatan
pada tujuh subsistem. Pada gilirannya kualitas pelayanan yang diberikan oleh
perawat dapat berkurang karena dukungan perawatan kecil dalam melihat
individu sebagai sistem adaptif secara keseluruhan.
6. Parsimony dari teori tersebut?
Kekuatan dari teori behavior yang dikembangkan oleh Johnson yaitu:
1. Memberikan kerangka acuan bagi perawat terhadap perilaku klien tertentu.
2. Model perilaku Johnson dapat digeneralisasi di seluruh umur dan lintas
budaya.
Kelemahan teori behavior yang dikembangkan oleh Johnson yaitu:
1. Johnsons tidak jelas memaparkan hubungan antara konsep dan subsistem.
2. Definisi yang kurang jelas untuk hubungan timbal balik dan antara subsistem
membuat sulit untuk melihat seluruh sistem perilaku sebagai suatu entitas.
3. Kurangnya keterkaitan yang jelas antara konsep sehingga menimbulkan
kesulitan dalam mengikuti logika kerja Johnson.
(Gonzalo, 2011)
14
8. Adakah empirical adequancy telah dibahas dalam kaitannya dengan
kesesuaian dengan empirical evidene?
Beberapa konsep Johson diidentifikasi dan didefinisikan dalam teorinya
menunjukkan bahwa ketegangan menghasilkan perubahan perilaku dan
manifestasi dari ketegangan dengan seorang individu tergantung pada faktor
internal dan eksternal. Konsep Johnson dari stres yaitu, bahwa stres adalah suatu
proses di mana ada interaksi antara berbagai rangsangan yang mungkin positif
dalam bahwa mereka hadir, atau negatif dalam sesuatu yang diinginkan atau
dibutuhkan tidak hadir. Memandang stres sebagai kesatuan dimanifestasikan oleh
sindrom tertentu yang terdiri dari semua perubahan yang nonspesifik diinduksi
dalam sistem biologis.
Struktur teori system perilaku di polakan sesudah model system; system
dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-
sama untuk membentuk keseluruhan. Dalam tulisannya, Johnson
mengkonseptualkan manusia sebagai system perilaku dimana fungsinya pada
observasi perilaku adalah teori system biologi, yang menyatakan bahwa manusia
merupakan system biologi yang terdiri dari bagian biologi dan penyakit adalah
hasil gangguan system biologi. Pengembangan teori dari sebuah perspektif
filosofis, Johnson menuliskan bahwa perawatan merupakan konstribusi
penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama dan sesudah
penyakit.
Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan
pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku
yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan
internal maupun di lingkungan eksternal juga memiliki keinginan dalam mengatur
dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya.
Model dari Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung.
Gangguan yang terjadi pada subsistem dapat mengganggu subsistem lainya.
Masing-masing subsistem mempunyai fungsi yang unik atau tugas khusus yang
penting untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruha subsistem dan masing-
15
masing mempunyai struktur dan fungsi. Masing-masing subsistem mempunyai
suatu set respons atau kecenderungan perilaku yang telah ditetapkan dan
diarahkan kepada tujuan atrau dorongan yang umum. Respons-respons tersebut
dibentuk melalui kematangan,pengalaman, dan pembelajaran. Respons
dipengaruhi oleh factor-faktor psikososial. Seiring waktu , respons dapat
dimodifikasi,tetapi suatu pola respons berulang yang dapat diamati terus berlanjut.
Teori behavior Johnson telah berkembang luas, bukti pengembangannya
yaitu banyak terlihat dari hasil-hasil penelitian. Salah satunya contoh penelitian
yang telah dituangkan kedalam sebuah jurnal sebagai berikut:
Judul : Upaya meningkatkan perilaku pasien dalam tatalaksana diabetes mellitus
dengan pendekatan teori model behavioral system dorothy e. johnson
(Changing the Patient’s Behavior in Diabetes Mellitus Management by
Application Dorothy E. Johnson’s Behavioral System Model)
Penulis: Nur Aini, Widati Fatmaningrum, Ah. Yusuf
Metode Penelitian : Penelitian eksperimen dengan rancangan Randomized
Control Group Pretest Posttest Design
Populasi & sampel : Populasi yaitu adala pasien diabetes mellitus di Poli Diabet
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya sejumlah 40 orang pada
bulan Mei 2010. Sampel sebanyak 13 orang untuk masing-
masing kelompok perlakuan dan control diperoleh melalui
teknik simple random sampling.
Kesimpulan : Pemberian motivasi dan edukasi dapat memperbaiki perilaku
pasien dalam tatalaksana diabetes mellitus melalui
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik. Selanjutnya
apabila perilaku pasien sudah baik maka gula darah akan
stabil.
9. Kecukupan pragmatis dari teori untuk praktik klinis telah dibahas?
Perawat masa kini dituntut untuk menggunakan metode pendekatan
pemecahan masalah (problem solving approach) didalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Metode ini dilaksanakan dengan cara menggunakan
proses keperawatan dalam semua aspek keperawatan. Untuk dapat menerapkan
16
proses keperawatan maka perawat harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan, tindakan diagnosa keperawatan, memformulasi rencana, dan
melaksanakan tindakan keperawatan secara membuat evaluasi.
1. Pengkajian
Komponen yang perlu dikaji dalam tahap ini adalah yang berkaitan dengan
7 subsistem yang telah ditetapkan oleh Johnson yaitu :
a. Subsistem Keterikatan (Attachment-Affiliation): berfokus pada hubungan dan
kehadiran orang lain dalam sistem sosial dimana klien berada.
b. Subsistem Ketergantungan (Dependency): berfokus pada bagaimana cara klien
menyampaikan apa yang dibutuhkannya kepada/dari orang lain di
lingkungannya sehingga orang lain bisa membantunya memenuhi kebutuhan
tersebut.
c. Subsistem Seksualitas (Sexuality): berfokus pada pola dan perilaku seksual
d. Subsistem Agresif (Aggressive): mengandung pertanyaan tentang bagaimana
cara klien melindungi dirinya dari ancaman dan bagimana ia menjaga
keamanan diri.
e. Subsistem Eliminasi: mencakup eleminasi yaitu mengkaji pola buang air besar
dan buang air kecil pada klien serta keadaan social yang mendukung proses
tersebut
f. Subsistem Ingesti: mengkaji pola intake cairan dan makanan pada klien,
termasuk lingkungan social dimakan makanan dan minuman tersebut dicerna.
g. Subsistem Pencapaian (Achievement): berfokus pada bagaiman cara individu
memanfaatkan lingkungannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Grubb menyusun alat pengkajian berdasarkan subsistem dari model sistem
perilaku Johnson, ia menambahkan satu subsistem baru yaitu subsistem restoratif
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mengurangi kelelahan dan/atau
mencapai status keseimbangan dengan cara mengisi dan menganti distribusi
energi diantara subsistem; meredistribusi energi. Subsistem ini berfokus pada
pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADLs).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan bisa muncul dari masalah keperawatan yang
bersumber pada subsistem atau antar subsistem. Diagnosis lebih mengarah pada
17
subsistem dibandingkan berfokus pada masalah. Johnson dalam tulisan ilmiahnya
tidak pernah menyebutkan pengklasifikasin diagnosis secara langsung.
Pengklasifikasian ini dilakukan oleh Gruup, ia mengklasifikasikan empat
diagnosis untuk menggambarkan gangguan pada atau antar subsistem yaitu :
a. Insufisiensi (Ketidakcukupan), terjadi saat subsistem tidak berfungsi atau tidak
berkembang sesuai kapasitas maksimal karena tidak memadainya persyaratan
fungsional (perlindungan-asuhan-stimulus), gangguan ini terjadi pada
subsistem.
b. Disceprancy (Ketidaksesuaian), terjadi ketika perilaku tidak sesuai dengan
konsep tujuan. Keganjilannya adalah adanya ketidakcocokan antara tindakan
dan tujuan dari subsistem walaupun set dan choice kemungkinan berpegaruh
kuat terhadap tindakan yang tidak efektif tersebut.
c. Gangguan yang ditemukan pada lebih dari satu subsistem diklasifikasikan
sebagai Incompatibility (Ketidakcocokan), disebut demikian ketika terjadi
konflik dari dua atau lebih subsistem perilaku dalam situasi yang sama
sehingga merugikan individu.
d. Dominance (Dominasi), terjadi saat salah satu subsistem perilaku digunakan
lebih dominan dari yang lain, sehingga merugikan subsistem lainnya. Area ini
juga di yakini oleh Johnson sebagai sesuatu yang akan terus berkembang.
3. Perencanaan
Rencana tindakan keperawaan harus diawali dari penyelesaian masalah di
subsistem dengan berorientasi pada tujuan fungsional keseimbangan system
perilaku secara keseluruhan. Jika dikaitkan dengan diagnosis keperawatan
perencanaan tindakan merupakan suatu hal yang agak rumit karena sedikitnya
input klien pada penyusunannya. Rencana tindakan berfokus pada tindakan
perawat untuk memodifikasi perilaku klien. Tindakan ini bertujuan untuk
menciptakan homeostasis pada subsistem berdasarkah hasil pengkajian perawat
tentang goal, set, choice serta perilaku klien yang bisa diamati. Rencana tindakan
terdiri atas perlindungan, pengasuhan dan stimuli pada subsistem.
4. Impelementasi
Implementasi yang dilakukan oleh perawat mengambarkan kekuatan
eksternal dalam memanipulasi subsistem sehingga kembali dalam keadaan
18
seimbang, model keperawatn Johnson berfokus dan bertujuan untuk
mengembalikan keseimbangan subsistem. Implementasi berfokus pada
pencapaian tujuan tindakan keperawatan yang telah ditentukan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan tindakan untuk mencapai
keseimbangan pada subsistem yang bermasalah. Data dasar harus ada untuk
mengevaluasi apakah klien telah kembali pada perilaku dasarnya. Jika terjadi
penyimpangan seperti pada pengkajian maka jika klien telah kembali ke perilaku
dasarnya perawat harus mampu mengobservasi hal tersebut. Evaluasi dari
implementasi bisa terlaksana dengan baik apabila tujuan tindakan telah
dirumuskan dengan jelas sebelum dilakukannya implementasi.
19
BAB IIISTUDI KASUS
A. KASUS
Seorang laki-laki berusia 67 tahun datang ke rumah sakit untuk berobat
setelah mengalami nyeri hebat pada abdominal dan juga pada pembuluh darahnya
(lebam/biru) setelah terbentur dengan kursinya. Pasien ini mempunyai riwayat
penyakit DM tipe II dan hipertensi. Gulanya 187mg/dl, TD 188/100 mmHg, tinggi
160 cm dan berat badan 60 kg. Pasien mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi,
anticoagulant, antiinflamasi, dan antidiabetik. Enam (6) minggu Terakhir ini
pasien mengalami acute cerebral vascular accident (CVA) yang menyebabkan
lengan dan kaki kanan mati rasa dan paralisis partial, kehilangan perasaan
(expressive aphasia) dan ganguan menelan. 4 minggu pasien dirawat dan mampu
berjalan dengan jarak yang pendek dengan sebuah tongkat dan bantuan. Dia
lemah dan gampang lelah. Dia mendapat obat acetaminophen untuk lengan
kanannya yang merupakan terapi dan sebelum tidur. Dia khawatir tentang
kelanjutan terapinya dan mengindikasikan perhatian tentang hilangnya janjinya
dengan ahli ortopedik yang mengevaluasi lengan kanannya. Dia menyatakan
bahwa makanan tidak berasa seperti biasanya (pencicipan terganggu) dan tidak
ada nafsu makan. Dengan dukungan dari keluarganya, dia makan dengan porsi
kecil.
Pasien sudah menikah 45 tahun yang lalu dan mempunyai 2 orang anak. Dia
sebagai pemimpin di gereja dan komunitas sosial. Keluarga dan temannya
mengunjungi dia selama di rumah sakit. Dia sangat senang ketika ada yang
mengunjunginya, akan tetapi jika tidak ada pengunjung, dia duduk diam diruang
gelap dan tertidur. Dia menangis pada saat keluarganya memeluknya untuk
meninggalkannya.
B. PENYELESAIAN KASUS
1. Pengkajian Perilaku (Behavioral Assessment)
Menggunakan teori system tingkah laku, kita membantu menyelesaikan
masalah. Menilai pola tingkah laku yang berlangsung saat ini melalui 7 subsistem
20
tingkah laku, berdasarkan data di atas kita mendapatkan bahwa ada pada
subsistem :
a. Achievement : pasien menerima beberapa perkembangan kedewasaannya. Dia
mengulang kembali bagaimana melakukan aktivitas sehari-hari, berjalan,
berbicara, keterampilan kognitif-motor seperti membaca, menulis, dan
berbicara.
b. Attachment-affiliative : pasien sudah menikah dengan dua anak yang
memberikan dukungan, mempunyai banyak teman dan kontak sosial yang baik
ketika mengunjunginya
c. Aggressive-protective : pasien cemas tentang perjalanan istrinya ke rumah sakit
malam hari dan apabila tidak makan dengan baik ketika tinggal dengannya di
rumah sakit
d. Dependency : dia mengalami stroke, mengakibatkan penurunan fungsi lengan
dan kaki sebelah kanan, yang mempunyai efek terhadap mobilitas dan kegiatan
sehari-harinya. Dia berpotensi untuk jatuh, ketidakmampuan untuk merasakan
nyeri pada lengan atau kakinya, dan lemah. Istrinya mengambil alih peran
tanggung jawab keuangan dan keseimbangan dirumah.
e. Ingestive : sejak stroke, pasien mengalami penurunan nafsu makan. Dia
kehilangan 8 kg dalam 6 minggu. Belajar untuk menelan. Pasien mencoba
untuk makan sendiri dengan tangan kiri tetapi butuh bantuan untuk memotong
makanan.
f. Eliminative : pasien mampu buang air kecil tanpa kesulitan tetapi menyediakan
alat untuk berjalan ke kamar mandi. Pasien mengalami konstipasi ketika
asupan makanan dan cairan berkurang
g. Sexual : ada perubahan dalam hubungan seksual dengan istrinya akibat nyeri
yang dirasakan, keterbatasan menggunakan sisi kanan, dan lemah.
2. Pengkajian lingkungan
Mengkaji faktor lingkungan internal dan eksternal yang menciptakan
tension dan ancaman keseimbangan dan kestabilan sistem behavior. Hospitalisasi
dan test diagnostic menambah stress. Stroke menghasilkan gangguan beberapa
fisik dan kognitif yang mempengaruhi ketergantungan, perawatan diri, belajar,
21
kematangan, dan sosialisasi. Hospitalisasi pada saat ini dapat membatalkan atau
menurunkan prognosis fisik pasien dan rehabilitasi bicara. Pasien membutuhkan
bantuan untuk bergerak didalam lingkungan rumah sakit.
Pasien dan istrinya aktif di gereja dan berpartisipasi di beberapa aktivitas
sosial. Selama sakit, dirawat, dan lemah telah menurunkan kemampuan pasien
untuk berpartisipasi di kegiatan sebelumnya. Meskipun dalam melakukan
aktivitas sehari-hari pasien dapat menggerakkan sisi kirinya dan menggunakan
tongkat, tetapi dia masih butuh bantuan.
3. Komponen struktural
a. Tujuan (Goal/drive) : pasien memperlihatkan motivasi untuk test
diagnostic dan kembali ke rumah. Dia berusaha untuk melakukan program
rehabilitasi berobat jalan. Istrinya memberikan dukungan positif baginya.
b. Set : jelas bahwa pasien dibiasakan untuk membuat keputusan diri sendiri
dan menjadi seorang pemimpin. Dan juga jelas bahwa dia dibiasakan
untuk memastikan bahwa istrinya nyaman dengan keputusan yang
diambil.
c. Choice : meskipun pasien setuju melakukan test diagnostic, dia tidak
mengalami nyeri yang berkepanjangan dan pendarahan sejak dirawat.
Sehingga dia fokus ke tujuan rehabilitasi.
d. Actions : pasien bersosialisasi dengan pengunjungnya dan keluarganya
dengan aktif dalam berbicara. Permintaan bantuannya hanya untuk
kebutuhan fisik dan kognitif. Dia minta doa dari keluarga dan teman-
temannya untuk dukungan spiritual terhadap penyakitnya.
4. Kebutuhan fungsional (functional requirements)
Pasien membutuhkan bantuan luar untuk tiga kebutuhan fungsionalnya yaitu
perlindungan (protection), pengasuhan (nurturing), dan stimulasi.
Ketidakmampuannya merasakan disisi kanannya dan gangguan mobilitasnya
meningkatkan potensial nyeri. Protective atau perlindungan disediakan seperti
pegangan tangan (palang). Pasien membutuhkan bantuan untuk menyediakan
makanan tetapi yang bisa menggunakan tangan kiri untuk makan dan minum.
22
Sosialisasi dan kepuasan pada fasilitas rehabilitasi rawat jalan merupakan metode
penting untuk stimulasi pasien. Stimulasi juga dapat disediakan oleh teman dan
keluarganya.
5. Perawatan
Tindakan keperawatan adalah kekuatan regulasi eksternal yang harus
melindungi, merangsang dan memelihara untuk menjaga organisasi dan integrasi
atau sistem perilaku pasien. Tindakan keperawatan ini harus fokus pada
penyediaan penjelasan uji diagnostik yang akan dilakukan pasien beserta hasil uji
tesnya. Identifikasi makanan favorit dan dorongan mencegah sembelit akan sangat
dibutuhkan oleh pasien. Perawat harus memberi advokasi tentang kesehatan fisik
dan terapi wicara untuk merangsang kemampuan fungsional dan memperkuat
perilaku pasien serta untuk mengurangi ketergantungan pasien terhadap
kebutuhan. Ini akan sama penting dengan terus mendorong sosialisasi pasien
dengan teman-teman dan keluarganya. Pasien dan istrinya akan membutuhkan
dukungan dan pengajaran untuk mengidentifikasi metode beradaptasi dan
mengelola sistem ketidakseimbangan dan ketidakstabilan serta mengidentifikasi
tindakan yang akan meningkatkan perilaku untuk menciptakan keseimbangan
sistem dan stabilitas.
23
BAB IVPENUTUP
A. KESIMPULAN
Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk
membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari
dua system yaitu sitem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
masyarakat adalah system eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku
seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons adaptif baik fisik,
mental, emosi dan sosialo terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan
harapan dapat memelihara kesehatannya.
Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu keseimbangan individu
terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu
agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang
dialaminya.
B. SARAN
Pemahaman yang lebih terperinci lagi mengenai Teori Behavior Johnson
dapat kita temukan dengan melakukan pegamatan perilaku manusia serta
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan perilaku untuk mencegah,
mengatasi dan menghindari suatu penyakit.
24
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., Fatmaninggrum W., & Yusuf, A.(2011). Upaya meningkatkan perilaku
pasien dalam tatalaksana diabetes mellitus dengan pendekatan teori model
behavioral system dorothy e.Johnson. Jurnal Ners Volume 6. Diperoleh
pada tanggal 14 November 2014 di
journal.lib.unair.ac.id/index.php/jn/article/download/579/579
Gonzalo. (2011). Theoretical foundations of nursing. Diperoleh pada tanggal 14
November 2014 di http://nursingtheories.weebly.com/dorothy-
johnson.html
Lobo, M (2002). Behavioral System Model: Dorothy E. Johnson in: George, J.
Nursing theories: the base for professional nursing practice. Ed 5th. Upper
River Saddle: Pearson Education
Tamilarasi, B. dan Kanimozhi, M. (2009). Improving quality of life in breast
cancer
survivors : theoretical approach. The nursing journal of india. Vol C No.
12. Diperoleh pada tanggal 17 November 2014 di
http://www.tnaionline.org/dec-09/7.htm
Tomey, A., M. & Alligood, M., R. (2006). Nursing theory and their work. Sc.
Louis: Mosby, Inc.
25