Post on 12-May-2022
�1
�2
�3
PENDEKATAN ANALISIS REGISTER DAN WACANA
(SEBUAH KAJIAN TEORITIS TERJEMAHAN)
!
OLEH: MADE DETRIASMITA SAIENTISNA, S.S., M.Hum.
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
JANUARI 2019
�4
�5
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN SAMPUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
PRAKATA 4
BAB I. PENDAHULUAN 5
BAB II. MODEL BAHASA DAN TEKS HALLIDAYAN 5
BAB III. MODEL RUMAH PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN 8
BAB IV. ANALISA TINGKAT TEKS DAN PRAKTIK BAKER: BUKU
PEDOMAN UNTUK TERJEMAHAN
12
4.1 Struktur Tematik dan Informasi 13
3.2 Kohesi 15
3.3 Pragmatik dan Terjemahan 16
BAB V. HATIM DAN MASON: THE SEMIOTIC LEVEL AND
DSICOURSE
19
BAB VI. KRITISME PENDEKATAN DISCOURSE DAN REGISTER
ANALYSIS TERHADAP TERJEMAHAN
22
BAB VII. STUDI KASUS 24
7.1 Studi Kasus 1 24
7.2 Studi Kasus 2 27
7.3 Diskusi Studi Kasus 28
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30
�6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Penelitian ini dengan judul
“Pendekatan Analisis Wacana dan Register (Sebuah Kajian Teoritis Terjemahan)” tepat pada wak-
tunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kolega Program Studi Ekonomi Pembangunan
yang telah memberikan bantuan berupa hasil penelitian lain dan masukan yang sangat berguna
dalam penyelesaian penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat memberikan masukan baru terhadap pengajaran Bahasa Inggris
di Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa penelitian ini mempunyai kekurangan-kekurang-
an, oleh karena itu masukan-masukan untuk pengembangan tulisan ini sangat penulis harapkan.
Denpasar, 10 Januari 2019
Penulis
�7
I. Pemdahuluan Pada tahun 1990-an, analisa wacana menjadi terkenal dalam studi
penerjemahan. Sementara analisa teks biasanya berkonsentrasi pada
menggambarkan cara teks diorganisasi (sturuktur califat, kohesi dll), analisa
wacana meşihat pada cara bahasa berkomunikasi makna dan hubungan
sosial dan kekuasaan. Kajian wacana membahsa bagaiman pemakai bahasa
mencerna apa yang ditulis oley para penulis dalam buku-buku teks, mema-
hami apa yang disampaikan mitra tutur secara lisan dalam percakapan, dan
mengenal wacana yang koheren dan yang tidak koheren (Jascolt, 2002:
162). Dalam hal ini tentu saja penerjemah mempunyai peranan penting
dalam kajian analisa wacana, penerjamah harus bisa menghasilkan terjema-
han yang sesuai dengan budaya wacana pembaca sararan, bukan hanya
memahami dan mengalihkan pesen dari teks sumber.
Model analisa wacana yang memiliki pengaruh terbesar adalah
model fungsional sistemik Halliday. Mk Halliday (1976:1) menyatakan
bahwa: A text is a unit of language in use. It is not a grammatical unit, like a
clause or sentence: and it is not defined by its size. A text is sometimes en-
visaged to be some kind of super-sentence, a grammatical unit that is larger
than a sentence but it is related to a sentence in the same way that a sen-
tence is related to a clause, a clause to a group and so on.
Tulisan ini mereview beberapa karya yang menggunakan model
fungsional Sistemik Halliday sebagai kinci model tentang kajian wacana
dan terjemahan, antara lain: Juliane House (1997) Translation Quality As-
sessment: A Model Revisited; Mona Bakar’s (1992) In Other Words; dan
due karma bleh Basil hakim dan Ian Mason: Wacana dan Penerjemah (1990)
dan The Translator as Communicator (1997). Hatim dan Mason melampaui
análisis daftar untuk mempertimbangkan dimensi pragmatis dan semiotik
terjemahan dan implikasi sosiolinguistik dan semiotik dari wacana dan ko-
munitas wacana.
II. Model Bahasa dan Teks Hallidayan
�8
Model análisis pacana Halliday, berdasarkan pada apa yang dia
sebut sebagai tata bahasa fungsional sistemik, diarahkan untuk mempelajari
bahasa sebagai komunikasi, melihat makna dalam pilihan linguistik penulis
dan secara sistemas meaghubungkan pilihan-pilihan ini dengan kerangka
kerja sosial budaya yang lebih luas. Dalam model Halliday, ada keterkaitan
kapat antara realisasi tingkat permutan dari fungai linguistik dan kerangka
kerb sosiokultural. Ini data dilihat pada bagan 2.1, anak panah dalam gam-
bar menunjukkan aran pengaruh. Dengan demikian, genre (jenis teks kon-
vensional yang dikaitkan dengan fungsi komunikatif tertentu, mislanya surat
bisnis) dikondisikan oleh lingkungan sosiokultural dan itu sendiri menen-
tukan elemen lain dalam kerangka sistemik. Yang pertama adalah daftar
yang terdiri dari tiga elemen variabel:
Gambar 6.1 Hubungan genre dan mendaftar ke bahasa
1) Bidang: apa yang sedan ditulis, misalnya pengiriman barang;
2) Tenor: siapa yang berkomunikasi dan kepada siapa, misalnya
perwakilan penjualan kepada pelanggan;
3) Mode: bentuk komunikasi, misalnya tertulis.
Lingkungan sosiokultural ||
Aliran ||
Daftar (diajukan, tenor, mode)
|| Semantik wacana
(interpersonal dimensional, tekstual) ||
Lexicogrammar (transitivitas, modalitas, tema-rhme / kohesi)
�9
Masing-masing variabel register dikaitkan dengan untaian makta,
Helai-helai ini yang bersama-sama mebentuk wacana semantik teks, adalah
tiga metafungsi; idensioanl, interpersonal dan tekstual. Metaafungsi diban-
gun tau direalisasikan ole lexicogrammar, yaitu pilihan sturuktur kata dan
sintaksis. Tautannya secara luas adalah sebagai berikut (Eggins 2004: 78):
• Bidang teks dikaitkan dengan makna idensioanl, yang diwujudkan
melalui pola transitivas (jenis kata kerja, struktur aktif /pasif, peseta
dalam proses, dll).
• Tenor teks dikaitkan dengan mana interpersonal, yang diwujudkan
melalui pola-pola modalitas (kata kerb modal dan keterangan seperti
semoga, mungkin dan lexis evaluative seperti Indah, mengerikan).
• Mode teks dikaitkan dengan mana tekstual, yang diwujudkan
melalui stgruktur tematik dan informasi (terutama urutan dan pe-
nataan elemen dalam klause) dan kodesi (cara teks menggantung
bersama secara leksikal, termasuk penggunaan kata ganti, elipsis,
kolokasi, pengulangan, dll).
Analysis metafungsi memiliki tempt utama dalam model ini.
Hubungan erat antara pola grammatiks leksika dan metafungsi berarti bah
analysis pola transitivitas,, modalitas, struktur tematik dan kohesi dalam se-
buah teks mengungkapkan bagaimana metafungsi berfungsi dan bagaiman
teks ‘berarti’ (Eggins, 2004: 84). Misalnya, bagian-bagian dari novel oleh
Ernest Hemingway da menemukan bahwa sturjtur transitivitas dominan ter-
diri dari proses material transitif, yang menekankan karakter altijd protago-
nis, Nick.
Namun, tata bahasa halliday sangat kompleks dan itulah se-
babnya, sama pengan karya-karya yang diuraikan dalam bagian berikut,
penelitian ini telah memilih untuk memilih dan menyederhanakan elemen-
elemen yang memiliki relevansi husus untuk terjemahan. Dalam kasus mod-
el pertama, Juliane House, konsep utamanya adalah analisis daftar.
�10
III. Model Rumah Penilaian Kualitas Terjemahan Meskipun ada beberapa kesamaan antara, di satu sisi, kategori
dan analisis teks dari model House dan disisi lain, analisis fungsional yang
diterangkan diatas, ada perkembangan-perkembangan utama. House sendiri
menolak gagasan yang lebih berorientasi pada target audiens tentan kesesua-
ian penerjemahan sebagai kesalahpahaman mendasar dan untuk alasan ini
mendasarkan modelnya pada analisis ST-TT kooperatif yang mengarah pada
penilaian kualitas terjemahan, menyoroti ‘ketidaksesuain’ atau ‘kesalahan’.
Model asli House (1977) menarik kritik yang dia tangani dalam revisi nanti
(101-4). Beberapa kritik ini menggemankan diskus dari dua bab sebelum-
nya; ini menyangkut sift, kompleksitas dan terminologi dari katagori analitis
yang digunakan dan tidak adana teks-teks estetik estetik dalam studi kasus
House.
Pada bagian ini, kami memusatkan perhatian pada model “di-
revisian” di House yang menggabungkan beberapa katagori sebelumnya ke
dalam analisis daftar, tenor dan mode hallidayan secara terbuka. Model ini
melibatkan perbandungan ini ditunjukan pada table 3.1. Model komperatif
mengacy pada berbagai taksonomi dan kadang-kadang rumit tetepi ini data
direduksi emnjadi analysis daftar ST dan TT sesuai dengan raalisasinya
melalui leksikal, sintaksis dan tekstual. Secara tekstual merujuk ke:
1. Tema-dinamika: struktur tematik dan kohesi;
2. Hubungan Klaus additiv 9dan sebagai tambahan), adverversitif (tetepi,
bagaimanapun), dll;
3. Hubungan iconic; parallelism struktur.
Seperti yang disarankan pada Tabel 3.1 dalam register model
House mencakup berbagai elemen diantaranya merupakan tambahan untuk
yang dinyatakan secara tegas olles Halliday. Bidang mengacu pada subjek
dan tindakan sosial dan mencakup spesifisitas barang leksikal. Tenor men-
cakup ‘asalnya dari sei temporal, geografis dan sosial, setta intelektial, emo-
sional tau afektifnya. Sikap sosial mengacu pada gaya forma;, konsultatif
atau informal.
�11
�12
Ada elemen individualitas untuk ini, arena ada pikap. Akhirnya,
mode hubungan dengen ‘saluran’ (lisan / tulisan, dll). Dan tingat partisipasi
antara pengirim dan penerima (monolog, dialog, dll). Model ini beroperasi
sebagai berikut:
1. Profil dihasilkan dari ST register.
2. Model ini ditambahkan deskripsi genre ST yang direalisasikan oleh reg-
ister.
3. Bersama-sama, ini memungkinkan ‘pernyataan fungsi’ yang akan debut
untuk ST, termasuk komponen ideasional dan interpersonal dari funis
itu denna kata lain informasi apa yang sedan disampaikan dan apa
hubungan antara pengirim dan penerima.
4. Proses deskriptif yang sama kemudian dilakukan untuk TT.
5. Profil TT dibandingkan dengan profil ST dan pernyataan ‘ketidaksesua-
ian’ tau kesalahan dihasilkan, dikatagorikan menurut genre dan dimensi
situasional register dan genre; kesalahan dimensi ini disebut sebgai ‘ke-
salahan yang salah tersamar’, untuk mebedakannya dari ‘kesalahan
yang keliru jelas’ , yang merupakan ketidakcocokan denotatif atau ke-
salahan sistem target.
6. Pernyataan kualitas kemudian dibuat dari terjemahan.
7. Akhrinya, terjemahan dapat dikatagorikan ke dalam salah satu dari dua
jenis terjemahan terbuka tau terjemahan rahasia.
Terjemahan terbuka adalah TT yang tidak dimaksudkan sebagai
asli. Definisi House yang atak membingungkan, terjemahan terbuka adalah
salah satu mana penerima teks terjemahan cukup ‘terbuka’ tidak secara
langsung ditujukan oleh Winston Churchill yang terkait dengang budaya
summer tertentu, maktu dan korteks historis dan dengen terjemahan karya
�13
sastra, yang terkait dengan sumbernya, budaya. Dengan terjemhan semacam
itu, House yakni bahwa kesetaraan harus dicari pada tingkat bahasa/teks,
daftar dan genre. Fungsi teks individu tidak dapat, bagaimanapun, sama un-
tuk TT dan ST karena dunia wacana dimana mereka beroperasi berbeda.
Untuk alasan ini, House menyarankan ‘kesetaraan fungsional tingkat kedua’
harus dicaro, dengan TT memungkinkan akses ke fungsi ST, memungkinkan
penerima TT untuk ‘menguping’ pada ST. Sebagai contoh, pembaca Inggris
Thomas Mann data menggunkan bahasa Inggris TT dari The Magic Moun-
tain untuk mendaptkan akses ke ST Die Zauberberg, tetepi mereka tabu
membaca terjemahan dan fungsai individual dari dua teks tidak bisa sama.
Terjemahan terselubung adalah terjemahan yang menikmati
status teks sombre asli dalam budaya target. ST tidak terkait terutama den-
gan budaya atau penonton ST; ST dan TT masing-masing alamat peneri-
maan mereka secara langsung. Contoh yang diberikan oleh House adalah
buklet informasi turis, surat dari Ketut perusahaan kepada pemegang saham
dan artikel di unesco Courier. Fungsi Terjemahan terselubung adalah untuk
membuat ulang , mereproduksi atau mewakili dalam teks diterjemahkan
fungsi yang dimiliki oleh orijinal dalam kerangka linguakultural dan dunia
wacana’. Ia melakukan ini tanpa mengambil pembaca TT kedalam dunia
wacana ST. Ia melakukan ini tanpa mengambil pembaca TT ke dalam dunia
wacana ST. Oleh arena itu, kesetaraan diperlukan pada tingkat genre dan
fungi teks individu, têteau apa yang House debut sebagai ‘filter budaya’ per-
lu diterapkan oleh penerjemah, memodifikasi elemen budaya dan dengen
demikian çemberi kesin bahsa TT adalah sebuah asli. Ini mungkin meli-
batkan perubahan pasa tingkat bahasa/teks dan daftar. House membahsa
manna filter budaya dalam korteks studi pragmatik komparatif Jerman-Ing-
gris yang telah ia lakkan dan memberikan conto praktik yang berbeda dalam
dua budaya yang perlu direfleksikan dalam penerjemahan. Misalnya, ia
menemukan bahwa bahasa Jerman cenderung lebih menyukai fokus konten
langsung, sedangkan bahasa Inggris lebih bersifat interpersonal. Hal ini per-
lu direfleksikan dalam terjemahan rahasia, surat dari ketua perusahaan men-
jadi lebih interpersonal dalam bahasa Inggris, misalnya.
�14
House bersusah pay untuk menunjukkan fakta bahwa perbedaan
terjmahan ‘terang-terangan’ ‘rahasia’ adalah sebuah kemerosotan daripada
sepasang biner berlawanan. Selanjutnya, dalam kasus di mana kesetaraan
fungsional yang diam-diam diinginkan terapi di mana genre ST tidak ada
dalam budaya target, tujuannya seharusnya adalah menghasilkan versi raha-
sia daripada terjemahan terselubung, versi ini juga merupakan istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan perubahan-perubahan genre yang tam-
paknya tidak memaksa.
House menerapkan model ini ke sejumlah teks, termasuk kutipan
dari teks sejarah polemik tentan keterlibatan warga sipil Jerman dalam
holoocaust (ST English, TT Jerman). Suatu pola perbedaan diidentifikasi
dalam dimesi lapangan dan tenor. Di lapangan, pengulangan kata Jerman di
ST, yang berfungsi untuk menyoroti tanggung jawab sipil Jerman dalam
acara, kuran sering terjadi di TT. Dalam tenor, ada pengurangan intensifieer,
superlatif dan lexis motif lainnya. Hal ini membuat sikap penalise kurang
jelas dalam TT dan House başkan menyatakan bahwa itu memiliki etek pada
realisasi genre. Sedangkan ST adalah buku sejarah populer yang kontrover-
sial, TT adalah risalah akademis yang lebih formal. House melanjutkan den-
gan memberikan alasan yang mungkin untuk perubahan ini, terutama
tekanan dari penerbit Jerman untuk alasan politik dan pemasaran. Keterkai-
tan anatar analisis linguistik dengan kondisi terjemahan dunia nyata adaah
gerakan yang berating pada teori tindakan penerjemahan.
IV. Analisa Tingkat Teks dan Praktik Baker: Buku Pedoman Untuk Ter-jemahan
Buku House yang terbit pada 1977 mungkin adalah karya ter-
jemahan pertama yang paling panting untuk menggunkan model Halliday
yang semarang populer. Yang lain yang kemudian memiliki pengaruh besar
pada pelatihan penerjemahan dan akibatnya pada studi terjemahan adalah
kata-kata dalam bahasa lain dalam buku Mona Baker: A Coursebook on
�15
Translation (1992). Baker melihat kesetraan di serangkauan tingkat: pada
kata, kata di atas, tata Bahasa struktur tematik, kohesi dan tingkat pragmatis.
Yang menarik dalam subbab ini adalah penerapan pendekatan sistemik ter-
hadap struktur tematik dan kohesi dan penggabungan tingkat pragmatis,
‘cara capan dignaban dalam situasi komunikatif (Bake, 1992: 217).
4.1 Struktur tematik dan informasi Baker adalah typikal dari banyak sarjana terjemahan yang
membuat penggunaan rinci dari terminologi tata bahasa fungsional
dan analysais wacana dalam yang ia curahkan sejauh yang paling
memperhatikan fungi tekstual. Analysis eksplisit dari fungsi idea-
sional dan interpersonal lebih sedikit. Baker lebih berfokus pada
pertimbangan tematik, membandingkan nominaslisasi dan bentuk
verbal dalam polisi tema dalam laporan ilmiah dalam bahasa Por-
tugis Brasil dan Inggris (1992: 169-71). jadi, misalnya ST dimulai
denna bentuk verbal pronominal (penekanan saya):
Analisou-se relacaes da dopamina cerebral com funções mo-
toras. (Menganalisis adalah hubungan dopamin dengan
fungsi motor).
Terjemahan bahasa Inggris yang ditertibkan di bawah ini
menyajikan urutan kata yang dinormalisasi dengan bentuk verbal
pasif di polisi akhir (penekanan saya). Hubungan antara fungsi
dopamin dan motorik dianalisis.
Namun, Bakar merekomendasikan struktur tematik yang
berbeda untuk memenuhi konvensi genre abstrak bahasa inggris.
Ini melibatkan penggunaan analisis formulis yang dinominasikan,
yang dipertahankan dalam polisi tematik (penekanan saya), dan
peynambahan bentuk pasif yang berbeda (dilakukan):
Analysis dilakukan dari hubungan antara fungsi dopamin
dan motorik. Masala yang melerat dalam studi semacam ini adalah
struktur tematik diwujudkan secara berbeda dalam bahasa yang
�16
berbeda. Baker memberikan sejumlah contoh dari bahasa seperti
Portugis, Spanyol dan Arab. Ini adalah bahasa yang diindeks oleh
kata kerb yang sering menempatkan kata kerb di posais pertama
atau ;tema’, seperti dalam contoh Portugis Brasil diatas.
Pengecua;ian akibat dari kata anti subject juga pasti menciptkan
pola tematik yang berbeda. Denna demikian, klimat berikat dari
piado ke perlemen Eropa menghasilkan struktur tematik yang
berbeda dalam bahasa yang berbeda. Struktur ST bahasa Inggris
adalah:
Saya | mendikusikan hal ini di Washington.
Tema | rheme.
Sementara análisis tematis versi Portugis memberikan:
Discuti | este assunto em Washington.
Tema | rheme.
Menggunakan análisis hallidayan, bentuk kata kerja infleksi
diskuti adalah tematik daripada kata anti subject, sedangkan dalam
bahasa Inggris kata kerja yang dibahas adalah bagian dari rheme.
Fakta bahwa model analysis tematik Hallidayan berorientasi
pada bahasa Inggris harus menimbulkan keraguan akan keabsa-
hannya untuk diterjemahkan. Baker (160 - 167) menerima ini dan
juga menguraikan model perspektif talimat fungsional alternatif
struktur tematik yang arena memperhitungkan ‘dinamisme komu-
nikatif’ serva urutan kata, mungkin lebih cocok untuk bahasa den-
gan urutan VS. Meskipun demikian, Baker (140) menyimpulkan
bahwa keuntungan penting dari pendekatan fungsional sistemik
adalah bahwa hal itu jauh lebih mudah untuk diterapkan; tema be-
rada di posisi pertama, apapun yang terjadi.
Poin yang paling pentane untuk analysis tematik ST adalah
bahwa penerjemah harus menyadari tanda relatif dari struktur tem-
�17
atik dan informasi. Baker menunjukkan bahwa ini data membantu
meningkatkan kesadaran kita tentang pilihan yang berarti yang
dibuat oleh pembicara dan penulis dalam perjalanan komunikasi
dan oleh karena itu membantu memutuskan apakah pantas untuk
menerjemahkan menggunakan formulis yang ditandai. Sekali lagi,
apa yang ditandai bervariasi antar bahasa. Masalah dalam
menyalin pola ST ke TT diberikan oleh Vazquez-Ayora (1997:
217) dan Gerzymisch-Arbogast (1986), antara lain: (1)
menekankan bahwa menggulingkan urutan kata Inggris yang kaku
ketika menerjemahkan ke dalam bahasa menggulingkan urutan
kata Inggris yang kaku ketika menerjemahkan ke dalam bahasa VS
sepeti Spanyol akan menghasilkan terjemahan yang monoton.
Yang terakhir dalam studinya yang mendetail. Tentang bahasa
Jerman dan Inggris, menganggap kekejaman Jerman dari kalimat-
kalimat celah Inggris, misalnya apa yang menyenangkan publik
adalah, yang saya maksud adalah, menjadi kaku. Ini mengilus-
trasikan dilema yang ditunjukkan oleh Enkvist (1978) tentan
penyeimbangan perhatian untuk dinamika infromasi dengan
kekhawatiran yang terkadang tidak sesuai untuk bidang lain seperti
pola sintaksis dasar.
Bahwa itu adalah fungsi tekstual dan terutama struktur tem-
atik yang paling sering dibahas dalam karya-karya pada teori ter-
jemahan mungkin arena perhatian yang diberikan kepada fungsi
ini oleh karya monolingual yang berpengaruh dalam teks lingusi-
tik, terutama Enkvist dan Beaurgrande dan Dressler, yang telah
memberikan pengaruh besar pada ali teori terjemahan. Kohesi el-
emen lain dari metafungsi tekstual juga telah menjadi subject se-
jumlah studi.
4.2 Kohesi Penelitian terkenal Blum-Kulka ‘Pergeseran kohesi dan
koherensi dalam penerjemahan’ enhipotesakan bahwa peningkatan
eksplisitasi ikatan kohesif dapat menjadi strategi umum yang di-
�18
adopsi oleh semua penerjemah. Dia Menunjukan bagaimana pe-
rubahan dalam kodesi dalam penerjemahan. Dia menunjukkan
fungsional dalam teks, memberikan contoh terjemahan bahsa
Ibrani dari sebuah adegas dari Pinter’s Old Times (Blum-Kulka:
295-295), mau tidak mau, karena infleksi kata sift, TT bahasa
Ibrani harus membuat eksplisit rujukan gender pernyataan ST ter-
buka yang misterius, ‘Gendut atau kurus?’ Bahasa Ibrani dan ba-
hasa lainnya perlu menyatkan apakah karakter yang dimaskud
adalah neorang lelaki atau wanita. Demikian pula, terjemahan sas-
tra dari bahsa-bahasa yang diterjemahkan ke bahasa inggris perlu
menjelaskan secara eksplisit apa yang kadang-kadang merupakan
subjekt tata bahsa yang ambigu. Baris pertama novel klasik Julio
Cortazer, Rayuela dimulai tengan pertanyaan ‘Encontraris a la
Maga?’ Dalam bahasa inggris ini bisa menjadi ‘Apakah saya/dia/
anda akan menemukan Magus perempuan itu?’.
Seperti halnya struktur tematik dalam banyak hal kepadatan
dan perkembangan ikatan kohesif di seluruh teks yang penting.
Jaringan hubungan ini munchkin harus berbeda antara ST dan TT,
karena jeringan kohesi leksikal tidak akan identik lintas bahasa
(1992: 206). Sebagai ilustrasi, Baker (185-186) mengedepankan
gagasan yang didukung oleh ekstrak pendek dan terjemhannya
bahwa Portugis lebih memilih pengulangan leksikal untuk peng-
gunaan kata anti dan bahwa bahasa Arab lebih menyukai pengu-
langan leksikal terhadap variasi. TT juga harus koheran, dengan
kata lain haris digantung secara logis dalam pikiran penerima TT.
Ini ada hubungannya dengan pragmatik, subjek bab terkahir dari
Baker.
4.3 Pragmatik dan terjemahan
Baker menggap berbagai aspek kesetaraan pragmatisch
dalam terjemahan, menerapkan konser linguistik yang relevan un-
tuk transfer interlinguistik. Definisi pragmatik Baker adalah seba-
gai berikut:
�19
Pragmatik adalah studi tentano bahasa yang digunakan. Ini adalah studi tentang makna, bukan yang dihasilkan oleh sistem linguistik tetapi seperti yang disampaikan dan dimanipulasi oleh peserta dalam situasi komunikatif. (Baker: 217)
Dalam bagian ini, kita secara singkat mempertimbangkan
tiga konsep pragmatis utama: koherensi, presuposisi dan imp-
likatur. Koherensi teks terkait dengan kohesi ‘tergantung pada
harapan atau pengalaman pendlingar atau penerima dunia’ (Baker ;
219). Delas ini munchkin tidak sama untuk pembaca ST dan TT.
Baker memberikan contoh tentang sebuah bagian tentang toko ser-
ba ada di London, Harrods. Untuk memahami bagian itu, pembaca
perlu tahu bahwa Harrods andalah deskripsi lain dari toko
Knightsbridge yang Indah adalah sinonim. Pembaca TT dalam bu-
daya lain mungkin tidak mengetahui hal ini. Oleh karena itu, ter-
jemahan bahasa Arab membuat tautan eksplisit dengan penamba-
han nama gloss yang menyertakan pengulangan kata store (toko
utama harrods).
Wilayah presuposisi erat kaitanna dengan koherensi. Ini
didefinisikan oleh Baker sebagai kesimpulan pragmatis, meskipun
mungkin mengejutkan, ia Hanna membahasnya secara singkat.
Presuposisi berkaitan dengan pengetahuan linguistik dan ekstra-
linguistik pengirim menerima penerima untuk memiliki atau yang
diperlukan untuk mengambil pesan pengirim. Jadi, di Parlemen
Europa pada tahun 1999, frasa Komisaris Sir Leaon Brittan mem-
biarkan saya sekarang beralih ke pisang akan mengaindaikan bah-
wa pemerima tahu tentang perselisihan perdaganagn antara Uni
Eropa dan Amerika Serikat atas impor pisang atau setidaknya data
mengaktes informasi ini dari konteks linguistik dan ektra-linguis-
tik. Ini tidak munchkin intake penerima segera karena mereka
adalah anggota Parlemen Eropa dan menyadari masalah ini.
Demikian pula frase yang saya diskusiskan dalam masalar ini di
�20
Wangshington mengandaikan pengetahuan bahwa Washington
dalam korteks ini mengacu pada pusat pemerintah Amerika Serikat
dan tempat untuk pembicaraan Britain. Maşlah untuk penerjemah
terjadi, tentu saja, ketika penerima TT tidak dapat diasumsikan
memiliki latar belakang pengetahuan yang sama pengan penerima
ST baik karena perbedaan budaya dan / atau karena teks sedang
diterjemahkan setelah jeda waktu ketika informasi asli tidak lagi
diaktifkan oleh referensi.
Baker lebih memperhatikan implikatur, bentuk lain dari in-
ferneis pragmatis yang ia definiskan sebagai ‘apa yang dimaskud
pembicara atau menyiratkan daripada apa yang dikatakannya’.
Konsep implikatur dikembangkan oleh Paul Grice (1975) yang
menggambarkan seperangkat ‘aturan’ atau ‘maksim’ yang berop-
erasi dalam percakapan kooperatif normal ini adalah:
1. Kuantitas: berikan jumlah infromasi ayang diperlukan, jangan
memberi terlalu bnayak atau terlalu sedikit.
2. Kualitas: katakan hanya apa yang anda ketahui benar atau apa
yang data anda dukung.
3. Relevant: apa yang anda katakan harus relevan tengan per-
cakapan.
4. cara; katakan apa yang perlu anda katakan dengan cara yang
sesuai dengan pesan yang inginanda sampaikan dan yang bi-
asanya akan dipahami penerima. Selain itu, beberapa ahli teori
menambahkan pepetah kesantunan, bersikap sopan dalam ko-
mentar anda.
Peserta dalam percakapan mengasumsikan orang yang
mereka ajar bicara (tanpa sacar) mengikuti prinsip-prinsip ini dan
mereka sendiri bekerja sama pengan mencoba memahami apa yang
sedan dibicarakan. Pada gilirannya, mereka juga cenderung menaj-
di kooperatif dalam apa yang mereka katakan dan cara mereka
mengatakannya. jelas, konteks lingusitik dan budaya juga penting
dalam mebatasi berbagai implikatur. Maksim ini juga mungkin
sengaja dilanggar, kadang-kadang untuk efek lucu. Seperti keca-
�21
man dari pepatah relevansi mungkin telah terjadi, misalnya memi-
liki Sir Leon Brittan, di atas, mulas membahsa nilai makan pisang
untuk caravan. Masalah-masalah khsus diajukan untuk penerjemah
ketika TL bekerja dengan berbagai maksim. Sebuah contoh yang
diberikan oleh baker (235) adalah terjemahan dari bahasa Inggris
ke Bahasa Arab dari sebuah buku tentang humor politik Arab, di
mana lelucon vulgar tentang Tuhan dihilangkan dalam TT bahasa
Arab agar tidak mengganggu kepekaan lokal. Ini menunjukkan
perbedaan dalam operasi maksim cara dan kesopanan dalam dua
budaya. Ini juga merupakan contoh yang terjadi selama negosiasi
antara AS dan Jepang pada tahun 1970. Pihak Premier Jepanf men-
jawab kekhawatiran Amerika tentang ekspor tekstil pengan men-
gatakan zensho shimasi (saya akan menanganinya sebaik yang saya
bisa). Hal ini dipahami oleh Presiden AS sebagai janji harfiah un-
tuk menyelesaikan masalah (yaitu mematuhi kualitas budaya
Amerika dan relevansi Maksim), sedangakan frase bahasa Jepang
bener-benar formula yang sopan untuk mengakhri percakapan
(yaitu emmatuhi Jepang maksim budaya kesopanan). Seperti
catatan Baker, ini jelas menunjukan bahwa penerjemah perlu
menyadari sepenuhnya prinsip-prinsip koperasi yang berbeda
dalam operasi bahasa dan budaya masing-masing.
V. Hatim dan Mason: The Semiotic Levels and Discourse
Dua karya lain yang dikembangkan dari model bahasa Halliday
sangat berpengaruh untuk studi terjemahan pada 1990-an; Basil hatim
dan ian Mason: Penerjemah sebagai Communicator (1997). Kedua pe-
nalise didasarkan pada Pusat Penerjemahan dan Menerjemahkan Studi
di Univeritas Heriot-Watt, Edinburg. Mereka members perhatian ekstra
pada realizais penerjemah fungsi ideasional dan interpersonal (bukan
Hanna fungsi tekstual) dan memasukkan ke dalam model mereka sustu
tingkat wacana semiotika.
Sebum contoh análisis fungsi Hatim dan Mason adalah pemerik-
saaan mereka (1997; 7-10) dari sebuah bagian kunci novel L’etranger
�22
milik Albert Camus dimana tokoh utama, Meursault, membunuh seo-
rang Arab di pantai. Perubahan dalam striktur transitivitas dalam ter-
jemahan bahasa inggris terlihat menyebabkan pergeseran fungsi idea-
sional teks. Bagian dalam French ST mengandung delapan keta kerja
proses material, empty diantaranya adalah proses tindakan niat. Ini
adalah: ‘j’ai renyah ma utama’, ‘j’ai touche le ventre poli de la crosse’,
‘j’ai tire’. ‘j’ai frappais sur la porte du malheur’ yang terjemahan
harfiahnya adalah ‘aku mengepalkan tangaku’, ‘aku menyentuh perut
yang dipoles dari pantat’, ‘aku menembak’, ‘aku mencolok di pintu ke-
sialan’. Sedangkan dalam terjemahan yang sesuai, ini menjadi
‘genggaman saya tertutup’, ‘perut halus dari pantat yang berlari di tela-
pak tangon saya’, ‘saya menembak’, ‘rap yang eras dan naas laiinya di
pintu kehancuran saya’ (semua penekanan saya). Tengan kata lain, ter-
jemahan menjadi tiga proses peristiwa dan tanya satu proses tindakan
neat (saya dipecat).
Kesimpulan Hatim dan mason adalah bahwa pola pergeseran
dalam TT telah membuat Meursault lebih pasif daripada di ST,
meskipun mereka juga menyatakan bahwa alasan untuk these kind of
shift may be the translator’s overall reading of the novel in which Meur-
salult’s passivity is a key feature of his character.
Hatim dan Mason juga mempertimbangkan pergesaran dalam
modalitas (fungsi interpersonal) dengan contog (hal. 73-76) maalah
penerjemahan peseta pelagiaan dennen pengauan dan terjemahan dari
tuduhan bersyarat Perancis atau desas-desus dalam debat Parlemen
Eropa. Frase yang dipertanyakan - ‘rencana tidak de restrukturisasi qui
aurait ete prepare par les administrateurs judiciaires’, panggilan untuk
indikasi modalitas kemungkinan dalam bahasa inggris, seprti ‘rencana
penyelamatan yang mungkin disiapkan oleh penerima’ atau ‘rencana
penyelamatan yang dikabarkan disiapkan oleh penerima’. Mayoritas
penerjemah peseta pelatihan di Hatim dan sampel Mason salah mener-
jemahkan frase tersebut tengan pernyataan factual seperti ;telah disiap-
kan’, memberikan pesan yang slash di TT. Hatim dan Mason ‘fondasi
model untuk menganalisa teks’ (1997; 14-35) menggabungkan dan
�23
melampui analysais daftar rumah dan analysis pragmatis Baker. Mereka
menggabungkan jenis analisis daftar rumah dan analysis pragmatisch
Baker. Mereka menggabungkan jenis análisis bottom-up dari tingkat
semitik teks embat bahasa dan teks dianggap sebagai realisasi pesan so-
ciocultural dan hubungan kekuasaan. Mereka mewakili wacana dalam
arti yang lebih luas, didefiniskan sebagai:
cara barbicana dan menulisa yang melibatkan kelompok sosial dalam mengadopsi sikap tertentu terhadap bidang kegiatan sosiokul-tural (misalnya wacana rasis, byråkrat, dll.) (1997: 216)
Salah satu contoh yang mereka berikan tentang pengaruh wa-
cana penerjemah adalah TT bahasa inggris dari ST Spanyol tentang se-
jarah penduduk asli Amerika sebelum kedatangan orang-orang spantol
di Meksiko. Hatim dan Mason menunjukkan bagaimana pilihan leksikal
seperti pra-Kolombia dan India di TT memaksakan pandangan Eurocen-
tric pada ST yang telah ditulis dari perspektif pribumi. Penerjemah
Eropa memaksakan ideologi dan wacana pro-barat tentang perhitungan
ulang sejarah Amerika.
Fungsi semiotik juga dilakukan olehbideiolect dan dialek. Hatim
dan mason (hal. 99-110) menganggao ideolect dalam analisis tenor dan
mendaftar, memerikas dialek Cockney karakter dalam bermain Pyg-
malion George Bernard Shaw. Ciri-ciri sintaksis, leksikal dan fonetik
dialek diakui oleh khalayak Inggris dan terkait dengan cara barbicana
dan nilai-nilai karakter London yang tidak berpendidikan dalam drama.
Kekambuhan systematis dari fitur yang bertujuan fungsional dari pidato
karakter tertentu diidentifikasi oleh Hatim dan Mason sebagai ‘objek
perhatian penerjemah’ yang patut diperhatikan. Kekhasan dan konotasi
dialek tidak mungkin direplikasi dengan mudah dalam budaya TT mana
pun. Selanjutnya, konvensi genre sastra dapat campur tangan. Seorang
penerjemah ke bahasa Arab, misalnya mungkin didorong untuk men-
gadopsi gaya klasik formal arena itu adalah satu-satunya gaya yang di-
anggep cocok untuk sastra dalam budaya Arab.
�24
Meskipun Hatim dan Mason mengusulkan ‘fondasi’ untuk mod-
el menganalisis teks, mereka berurusan dengan sejumlah besar konsep.
Tidak jelas bahwa pendekatan mereka merupakan model yang dapat
diterapkan dalam pengertian konvensional dari istilah tersebut. Atau,
proposal penalise dapat diambil sebagai daftar elemen yang harus diper-
timbangkan ketika memeriksa terjemahan. Secara husus, mereka
berkonsentrasi untuk mengidentifikasi elemen ‘dinamis’ dan ‘stabil’
dalam sebuah teks. Ini disajikan sebagai continuum dan terkait dengan
startegi penerjemhan, ST yang lebih stabil mungkin memerlukan pen-
dekatan yang cukup harfiah, sementara tengan ST yang lebih dynamis,
penerjemhan dihadapkan dengan tantangan yang lebih menarik dan ter-
jemahan harfiah mungkin tidak lagi menjadi pilihan (hal. 30-31).
VI. Kritisme Pendekatan Discourse dan Register terhadap Terjemehan
Model analysis wacana teal menjadi sangat popular di kalangan
ahli teori terjemahan linguistik dan berfungsi sebagai cara yang berguna
untuk mengatasi struktur lingvistik dan nakna teks. Namun, model Hall-
idayan telah terkenal diserang oleh Stanley Fish karena terlalu rumit
dalam pengkatagorian tata bahasa dan karena pencocokan struktur dan
nakna satu ke satu yang tampaknya ridak fleksibel. Ini dapat menye-
babkan perjuangan untuk mengatasi berbagai kemungkinan penafsiran
literatir, khususnya literatur eksperimental. Beberapa aplikasi untuk lit-
eratir, misalnya Fowler dan Simpson, telah mengadopsi pendekatan
toolkit yang lebih fleksibel menggunakan elemen-elemen yang tampak
paling berguna sementara juga memasukkan isu-isu kritik sastra.
Sejauh menyangkut model House, Gutt (2000; 47-54) menulis
dari perspektif teori relevansi, memunculkan pertanyaan apakah
mungkin untuk memulihkan niat authorial dan fungsi ST dari analises
daftar. Bahkan jika mungkin, dasar dari model House adalah untuk
menemukan ‘ketidaksesuain’ antara ST dan TT. namun, sementara keti-
dakcocokan dapat menunjukkan kesalahan terjemahan, mereka mungkin
juga disebabkan oleh startegi penerjemahan lain seperti expliciatation
�25
atau kompensasi, tidak jelas bagaimana model House dapat menafsirkan
ini.
Kerangka analitik para ahli teori terjemahan yang dibahasa
dalam tulisan ini berorientasi pada bahasa inggris. Ini menjadi
bermasalah dengan bahasa lain, terutama dalam analisis struktur tematik
dan informasi. Bahasa Eropa degna sususnan kata yang lebih fleksibel
dan bentuk-bentuk kata kerja yang dipengaruhi subject, seperti bahasa
Portugis dan Spanyol, perlu dianalisis secara berbeda. Jenis masalah ini
menjadi lebhi serius jika upaya dilakukan untuk memaksakan analisis
wacana kontras pada bahasa non Eropa yang struktur konseptualnya
mungkin berbeda secara krusial. Perbedaan linguistic tentu saja meru-
pakan indikasi perbedaan budaya dan Venutti (1998: 21) adalah salah
satu kritikus yang melihat pendekatan linguistik yang berorientasi seba-
gai memproyeksi ‘model terjemahan konservatif yang akan terlalu
membatasi peran terjemahan dalam inovasi dan perubahan budaya’. Se-
bagai contoh, Venutti membahas prinsip-prinsip Grice dan mengkritik
mereka karena cara mereka mendukung strategi penerjemahan yang
fasih dan ‘mendomestikasi’. Venutti mempertimbangkan maksim yang
tanya cocok untuk penerjemahan dalam bidang yang didefinisikan den-
gen jelas, sepeti dokuman teknis atau hukum. Baker sendiri sadder akan
bias budaya dari prinsip-prinsip tersebut. Grice maksim tampaknya
mencerminkan gagagsan langsung yang dikenal dihargai di dunia
berbahasa Inggris, misalnya ketulusan, keringkasan dan relevansi.
Hatim dan Mason yang melakukan upaya lebih besar untuk
memasukkan gagasan Halliday tentang budaya dan ideologi ke dalam
analisis terjemahan mereka dan mereka mengabdikan satu bab untuk
ideologi dalam The Translator as Communicator. Temuan mereka
mencerahkan, tetapi meskipun mereka menganalisa berbagai jenis teks
(tertulis dan lisan), fokus mereka sering lebih berpusat pada linguistik,
baik dalam terminologi dan dalam fenomena yang diselidiki (pilihan
leksikal, kohesi, transitivitas, pergeseran daya, mediasi penerjemah, dll).
�26
VII.Studi Kasus
1. Studi kasus 1
Studi kasus ini meneliti film Jerman Werner Herzog, The
Enigma of Kaspar Hauser. Film ini dimulai dengan pengantar ter-
tulis yang menggulung layar pada tabel 7.1. Kemungkinan pener-
jemah kembali dalam bahasa inggris diberikan dalam tabel 7.2. Ter-
jemahan bahasa inggris yang sebenarnya yang munch dua baris
sekaligus menempati bagian bawah layar, ini diberikan pada kotak
7.3.
Tabel 7.1 Pengantar tertulis kepada Kasper Hauser
1. Am Pfingstsonntag des Jahres 1828 wurde in der Stadt N. Ein
verwahrloster Penemuan aufgegriffen, den man später Kasper
Hauser nannte.
2. Er konnte kaum gehen und sprach nur einen einzigen Satz.
3. Spater, als er sprechen lernte, berichtete er, er sei zeit seines
Lebens in einem dunklen Kellerloch eingesperrt gewesen, er
habe keinerlei Begriff von der Welt gehabt und nicht gewusst,
das es auber ihm noch andere Menschen gäbe, weil men ihm
das Essen hereinschob, wahrend er schlief.
4. Er habe nicht gewubt, eim Haus, ein baum, Sprache sei.
5. Erst ganz zuletzt sei ein Mann zu ihm hereingekommen.
6. Das Ratsel seiner Herkunft ist bis heute nicht gelost
�27
Tabel 7.2 Terjemahan kembali
1. Pada Whit Sunday pada tahun 1828 di kota N, seorang anak
yang compang-camping dijemput yang kemudian disebut
Kasper Hauser.
2. Dia hampir tidak bisa berjalan dan berbicara satu kalimat.
3. Kemudian, ketika dia belajar berbicara dia melaporkan bah-
wa dia telah terkurung seumur hidupnya di ruang bawah
tanah yang gelap, dia tidak memiliki kontak sama sekli den-
gen dunia dan tidak yahu bahwa dilaur ada orang lain karena
satu menyendok makanan ke dia sementara dia tidur.
4. Dia tidak athu apa itu rumah, pohon, bahasa apa.
5. Tanya pada akhirnya seorang pria mengunjunginya.
6. Enigma dari asalnya sampai hari ini belum terpecahkan.
Tabel 7.3 Versi Terjemahan
1. Suatu hari Minggu pada tahun 1928, seorang anak laki-laki
yang compang-camping ditemukan ditinggalkan di kota N.
2. Dia hampir tidak bisa berjalan dan berbicara satu kalimat
pun.
3. Kemudian dia diberitahu tentang dikurung di ruang bawah
tanah yang gela sejak dahir.
4. Dia belum pernah melihat manusia lain, pohon, rumah se-
belumnya.
5. Sampai ,hari ini tidak ada yang Tahu dari mana dia berasal,
atau siapa yang membebaskannya.
�28
Model penilaian kualitas rumah akan menunjukkan bahwa
untuk ST dan TT, bidangnya serupa; keduanya mengaitkan kisah
bocah miskin yang ditemukan di kota N. Namun demikian, ada
ketidakcocokan dalam jumlah informasi yang diberikan dalam versi
terjemahan yaitu: kami tidak diberi tahu nama bocah itu, bahwa dia
belajar berbicara, bahwa makanan biasanya dimasukkan keruang
bawah tanah ketika dia tidur atau, tepatnya, bahwa “teka teki asal-
nya” tidak terpecahkan.
Ada cerita serupa sejauh menyangkut modus, dalam kedua
kasus teks ditulis untuk dibaca, tetapi modus penyajianya berbeda.
Bahasa Inggris ditumpangkan diatas bagian jerman. Dua garis pada
suatu waktu. Untk mengakomodasi kendala visual yang krusial ini,
kalimat kalimat itu dipersingkat. Kalimat 3 di Jerman mengandung
kompleks klausa bawahan yang dilaporkan, dan panjangnya mem-
berikan rasa formalitas yang sesuai dengan materi pelajaran dan
pola pidato awal abad kesembilan belas dari film tersebut. Kalimat
ini sebagian besar dihilangkan dalam TT. Kalimat bahasa inggris
oleh karena itu kurang bervariasi secara sintaksis, meskipun profil
kalimat jerman 1, 3 dan 5, dimana waktu tambahan adverbia berada
pada posisi pertama. Secara efektif dicerminkan dalam bahasa ing-
gris. Beberapa kohesi dalam bahasa Inggris hilang ketika diterje-
mahkan langsung, penghilangan nama Kaspar Hauser tidak mung-
kin menjadi penting karena orang akan membayangkan bahwa
bahwa pembaca TT akan dapat mengambilnya dengan mudah dari
judul atau awal adegan.Juga penggunaan Ratzel dalam kalimat
bahasa Jerman 6 hilang dalam tetrjemahan Namun kata enigma
muncul dalam judul bahasa inggris dari film tersebut. Kalimat TT
adalah apalagi jauh informal.
Ada ketidaksesuaian tenor yang timbul dari ketidakberja-
mahan subjungtif Jerman dalam pidato yang dilaporkan berichete er
(ia menceritakan tentang..)Jerman Hebe, Gabe dan sebagainya dihi-
langkn atau diterjemahkan oleh kalimat deklaratif. Disisi lain dari
�29
sudut pandang lain ada fitur interpesona yang lebih kuat pada kali-
mat terakhir di TT bahasa inggris dengan dua interogatif dan negatif
tidak ada. Namun dari sudut pandang lain ini bisa menjadi contoh di
bagian penerjemahan dari strategi kompensasi yang terkenal dengan
kalimat TT menambahakan elemen dari modalitas yang disediakan
oelh subjungtive dalam Jerman. Konsep ketidakcocokan tidak benar
benar memungkinkan kompensasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwaTT adalah apa yang House
sebut sebagai terjemahan over. Subtitle sebenernya adalah contoh
nyata dari terjemahan terbuka karena setiap saat film pembaca TT
diingatkan secara visual dari kata – kata yang diterjemahkan. Na-
mun karena cara ST tertulis singkat diatas telah dikerjakan ulang.
Mungkin lebih tepat mengatakan bahwa ini adalah ringkasan atau
versi.
2. Studi kasus 2
Studi kasus 2 meneliti terjemahan bahasa inggris dari film
perancis pemenang penghargaan Matthew Kossovis La Haine (Hate)
(1995). Ini adalah kisah gamblang tentang 3 pemuda yan tinggal di-
daerah miskin di paris serta kekerasan dan agresi yang menjadi ciri
dan menembus lingkungan mereka. Kebodohan mereka (atau sosia-
lisasi terutama pidatoo berbasis kelas) menunjukan kelas dan identi-
tas mereka bangun untuk diri sendiri, itu agresif, penuh dengan
slang, kata kata kotor, dan seri g dengan sedikit Kohesi. Ini men-
cerminkan kemiskinan lingkungan mereka dan masa muda mereka..
dengan demikian sosioleklah yang memiliki fungsi semiotik yang
bertujuan dalam film. Kekambuhan sistematisnya diantara ketiga
teman juga memenuhi kriteria yang disajikan oelh hatim dan mason
(1997:103) untuk wacana yang membutuhkan perhatian cermat da-
lam penerjemahan.
Formalitas ekstar dari subtitle tertulis cenderung mendikte
terhadap reproduksi pola bicara yang informal. Namun demikian,
para penerjemah berusaha untuk mereproduksi beberapa efek fitur
�30
leksicogramatical, termasuk bentuk evaluasi babi dan bajingan (un-
tuk polisi) dickhead dan banci ( untuk idiot). Namun ada kecendrun-
gan untuk TT untuk menormalkan pola grammaticaldalam TT, yang
menghasilakn peningkatan Kohesi dan pola tematik konvensional.
Dengan demikian , ST je lui aurais salah Une balle....BAAAAAP!
(saya akan menaruh peluru padanya) .ZAAAAAAP! menjadi for-
maldan tata bahasa kompleks “jika Hubert tidak ada disana, saya
akan menembaknya. Sulit juga membayangkan bahasa inggris ber-
bicara muda menggunakan perintah sopan “berbicara dengan baik!
Untuk Tu ne parles pas come ca! (anda tidak nerbicara seperti itu)
atau negatif secara sintaksis seperti ia tidak melakukan apa-apa (da-
ripada dia tidak melakukan apa-apa/ muffin/now).
Unsur dinamis bahasa yang dicatat oleh Hatimdan mason dikurangi oleh
subtitler. Peniingkatan Kohesi TT dan pengurangan beberapa item lek-
sikal evaluatif dan interpersonal berarti bahwa identitas yang dibangun
oleh St sociolect kurang koheren. Juga fungsi yang dimainkanya untuk
mengikat 3 karakter utama terhadap dunia luar menjadi kabur.
3. Diskusi kasus
Studi kasus ini telah menyarankan bagaimana wacana dan
analisis daftar dapat mulai menjelaskan teks membangun makna.
Model rumah mungkin dirancang lebih untuk mengungkap “kesa-
lahandalam TT etrtulis resmi : analisi contoh Kasper Hauser menun-
jukkan banyak ketidaksesuaianseperti itu tetapi belum tentu alasan
untuk pengerjaan ulang. Alasanya mungkin untuk dilakukan dengan
kendala pada layar (lihat bab1) seperti jumlah kata yang dapat di-
tampung dilayar, kebutuhan untuk menyimpan kata TT ynang ter-
baca ketika ditumpangkan pada teks jerman dan mungkin komisi
pandangan tentang apa yang dapat diterima audience TT. Investigasi
ke komisi terjemahan spesifik untuk teks iini dapat mengungkap
beberaap masalah yang menarik.
Studi kasus singkat La haine menunjukkan potensi pendeka-
tan Hatim da Mason yang fleksibel untuk analiss. Analisis Leksiko-
�31
grammar dan semantik wacana dari uajaran karakter dapat menje-
laskan konstruksi sosiolek mereka. Temuan awal mengenai pener-
jemahan pola taata bahasa informaldalam film ini tampaknya men-
guatkan komentar Hatim dan Mason tentang kesuliatan yang diaju-
kan para penerjemha oleh elemen komunikasi dinamis. Karakter
sociolect agresif karakter jelas mnecerminkan lingkungan sosio-
kultural mereka namun ini mengalami pergeseran dalam TT Namun
dalam banyak kesempatan kekerasan pidato dikomunikasikan da-
lam nada dan tingkat suara pada soundtrack, bahkan jika penerima
TT tidak dapat memahami kata. Ini merupakan indikasi sifat kom-
pleks dari terjemahan film dengan input audio dan visualnya yang-
mana analisis wacana berbasis teks mungkin sulit untuk dijelaskan.
VIII. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Karya
Baker (1992) da Hatim dan Mason (1990, 1997) menyatukan ide dari
pragmatik dan sociolinguistik yang relevan untuk penerjemahan dan
analisis terjemahan . Analisis Baker sangat berguna dalam mem-
fokuskan pada struktur tematik dan kohesi dari sebuah teks. Hatim dan
Mason juga bekerja dalam model Hallidayan, bergerak diluar analisis
daftar rumah dan mulai mempertimbangkan cara hubungan , sosial dan
kekuasaan dinegosiasikan dan dikomunikasikan dalam penerjemahan.
Tingkat ideologis ini dikembangkan lebih lanjut dalam teroi berorien-
tasi budaya dan teori teori lain yang memncoba menempatkan dalam
konteks sosiokulturalnya.
�32
DAFTAR PUSTAKA
Baker, M, 1992. In Other Words: A Coursebook on Translation. London and New York.
Blum-Kulka, S. 1986. Shifts of Cohesion and Coherence in Translation, tin Venutti (ed) (2004) , hal 290-203.
Feweett, P. 1997. Translation and Language: Linguistic Approaches Ex-plained. Manchester: St. Jerome, Bab 7- 11.
Hatim, B and I. Mason. 1990. Discourse and the Translation. London and New York: Longman.
Hatim, B and I. Mason. 1997. The Translator as Communicator. London and New York. Routledge
House, J. 1997. Translation Quality Assessment; A Model Revisited. Tub-ing Niemeyer