Post on 04-Aug-2015
PERHITUNGAN
A. SHIFT D (08.00-11.00)
Dik: Absorbansi standar = 0,540
Absorbansi sampel 1 = 0, 253
Absorbansi sampel 2 = 0, 359
Absorbansi sampel 3 = 0,291
Absorbansi sampel 4 = 0,243
Kadar lar. Standar = 300 mg/dL
Dit: Kadar kolesterol total = ?
- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar
x Kadar standar
= 0 ,2530,540
x 300 mg/dL
= 140, 56 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar
x Kadar standar
= 0 ,3590,540
x 300 mg/dL
= 199, 45 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2910,540
x 300 mg/dL
= 161, 67 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2430,540
x 300 mg/dL
= 135 mg/dL
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Kadar (x)
mg/dL
A x
mg/dL
¿- x ) |x−x|2
Blangko - 0
159,17
- -
Standar 300 0,540
Sampel 1 140,56 0,253 18,61 346,33
Sampel 2 199,45 0,359 -40,28 1622,47
Sampel 3 161,67 0,291 -2,5 6,25
Sampel 4 135 0,243 24,17 584,18
Σ|x−x|2 = 2.559,23
Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1
=√ 2.559,234−1
= 29,2
Range = x ± SD
= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL
= (159,17 – 29,2 ) mg/dL - (159,17+29,2 ) mg/dL
= 129,97 mg/dL – 188,37 mg/dL
B. SHIFT E (11.00-14.00)
Dik: Absorbansi standar = 0,576
Absorbansi sampel 1 = 0, 306
Absorbansi sampel 2 = 0, 279
Absorbansi sampel 3 = 0,255
Absorbansi sampel 4 = 0,298
Kadar lar. Standar = 300 mg/dL
Dit: Kadar kolesterol total = ?
- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,3060,576
x 300 mg/dL
= 159, 37 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2790,576
x 300 mg/dL
= 145, 31 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2550,576
x 300 mg/dL
= 132, 81 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbans i sampel4absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2980,576
x 300 mg/dL
= 155,2 mg/dL
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Kadar (x)
mg/dL
A x
mg/dL
¿- x ) |x−x|2
Blangko - 0 148,17 - -
Standar 300 0,576
Sampel 1 159,37 0,306 -11,2 125,44
Sampel 2 145,31 0,279 2,86 8,18
Sampel 3 132,81 0,255 15,36 235,93
Sampel 4 155,2 0,298 -7,03 49,42
Σ|x−x|2 = 418,97
Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1
=√ 418,974−1
= 11,82
Range = x ± SD
= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL
= (148,17 – 11,2) mg/dL - (148,17+ 11,2 ) mg/dL
= 136,97 mg/dL – 159,37 mg/dL
C. SHIFT F (14.00-17.00)
Dik: Absorbansi standar = 0,564
Absorbansi sampel 1 = 0, 175
Absorbansi sampel 2 = 0, 270
Absorbansi sampel 3 = 0,291
Absorbansi sampel 4 = 0,338
Kadar lar. Standar = 300 mg/dL
Dit: Kadar kolesterol total = ?
- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar
x Kadar standar
= 0 ,1750,564
x 300 mg/dL
= 93,08 , mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar
x Kadar standar
= 0 ,2700,564
x 300 mg/dL
= 143,62 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2910,564
x 300 mg/dL
= 154,79 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4abso rbansi standar
x Kadar standar
= 0,3380,564
x 300 mg/dL
= 179,78 mg/dL
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Kadar (x)
mg/dL
A x
mg/dL
¿- x ) |x−x|2
Blangko - 0
142,82
- -
Standar 300 0,564
Sampel 1 93,08 0,175 49,74 2474,06
Sampel 2 143,62 0,270 -0,8 0,64
Sampel 3 154,79 0,291 -10,97 120,34
Sampel 4 179,78 0,338 36,96 1.366,04
Σ|x−x|2 = 3.960,5
Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1
=√ 3.960,54−1
= 36, 3
Range = x ± SD
= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL
= (142,82 – 36,3 ) mg/dL - (142,82+ 36,3 ) mg/dL
= 106,52 mg/dL – 179,12 mg/dL
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan pemeriksaan kadar
kolesterol total dalam plasma. Penentuan kadar kolesterol total ini bermanfaat
untuk mempelajari ketepatan mendiagnosa penyakit, sehingga perlakuan
pengobatan/terapi farmakologis maupun non-farmakologis, pencegahan, dan
skrining kesehatan dapat dilakukan dengan tepat.
Kolesterol adalah senyawa yang memiliki inti steroid yang tidak larut air
tetapi larut dalam pelarut organik. Kolesterol membentuk lipoprotein dengan lipid
lain dalam plasma sehingga dapat larut dalam plasma tersebut. Berdasarkan
densitasnya Lipoprotein yang berikatan dengan kolesterol dalam tubuh terbagi
menjadi 5 golongan besar yaitu Kilomikron, VLDL, IDL, LDL dan HDL.
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377).
Kilomikron adalah lipoprotein yang berfungsi untuk membawa trigliserida
dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol
makanan ke hati. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang
disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. IDL
(Intermediate Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang merupakan zat
perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menajdi LDL. LDL (Low
Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang merupakan pengangkut kolesterol
terbesar pada manusia(70% total), LDL berfungsi untuk membawa kolesterol dari
hati ke sel-sel tubuh. Sedangkan HDL (High Density Lipoprotein) adalah
lipoprotein yang berfungsi untuk membawa kolesterol dari jaringan kedalam hati.
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377).
Pengukuran kadar kolesterol dilakukan karena peningkatan kadar kolesterol
dalam darah berarti meningkatnya resiko terakumulasinya kolesterol dalam tubuh
yang dapat menin gkatkan resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). Kadar
kolesterol dalam plasma dapat dihubungkan dengan PJK karena Hiperlipidemia
merupakan salah satu penyakit yang meningkatkan resiko PJK. Ketika kadar
kolesterol dalam plasma tinggi (Hiperlipidemia) maka kadar LDL (Low Density
Lipoprotein) yang membawa kolesterol dari hati ke jaringan tubuh tinggi,
sedangkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) yang berfungsi untuk
membawa kolesterol dari jaringan kedalam hati cukup rendah sehingga terjadi
penumpukan (akumulasi) kolesterol dalam tubuh yang tidak dapat di
metabolisme. Apabila kadar kolesterol dalam darah lebih tinggi dar normal dalam
jangka waktu yang lama maka akan terjadi penyumbatan pembuluh koroner (arteri
koronaria) yang mengangkut oksigen kedalam jantung. Ketika arteri koronaria
tersumbat oleh lemak (Plak) maka arteri menyempit dan mengurangi aliran darah
ke jantung, sehingga plak yang terbentuk kemudian retak, gumpalan darah
terbentuk pada daerah yang retak yang menghentikan darah ke bagian otot jantung
sehingga terjadi PJK.
(http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25)
Penentuan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan metode kolorimetri,
kromatografi dan enzimatis. Dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah
one point methode melalui reaksi enzimatis. Pemilihan metode enzimatik
dikarenakan metode ini memiliki berbagai macam kelebihan dibandingkan
metode kolorimetri dan kromatografi. Pada metode kolorimetri reaksinya kurang
spesifik karena dapat terganggu oleh senyawa lain misalnya senyawa lain dalam
darah yang menyerupai kolesterol yang dapat menganggu pembacaan absorbansi
pada spektrofotometri karena dengan adanya senyawa mirip kolesterol dapat
meningkatkan absorbansi yang berarti meningkatkan kadar kolesterol total.
Sedangkan dengan cara kromatografi yang sering digunakan adalah kromatografi
gas. Kromatografi gas digunakan untuk melarutkan dan menghitung lipid seperti
triasilgliserol dan turunan-turunannya. Kromatografi gas sangat sesuai untuk
memisahkan, ester kolestrol, mono-ditriacylglycerols, asam lemak bebas,
kolestrol dan lipid.
Pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan secara quarto. Fungsi dilakukan
secara quarto yaitu untuk mempersempit kesalahan data dengan cara
membandingkan hasil pengulangan, dimana pengulangan yang satu dan yang lain
hasil yang diperoleh tidak boleh berbeda signifikan. Absorban yang diukur yaitu
absorbansi spesimen, standar, dan blanko. Pengujian spesimen dilakukan oleh 4
kelompok dan pengujian standar dilakukan 1 kelompok, serta blanko dibuat 1
untuk semua kelomok. Spesimen diperoleh dari darah relawan perempuan di yang
diambil pukul 07.30 WIB pagi, pelarut yang digunakan aquadest, larutan standar,
dan reagen warna yang digunakan 4-aminiantipirin, serta menggunakan enzim
kolesterol esterase, kolesterol oksidase dan hidrogen peroksidase.
Pada percobaan ini enzim beserta reagen yang telah disiapkan. Kemudian
disiapkan blanko yang terdiri dari 1 ml larutan reagen yang ditambah dengan 10
μL aquadest. Penambahan aquadest bertujuan untuk menyamakan volume dengan
larutan uji dan larutan standar karena pada saat pengujian perlakuan yang
diberikan harus sama. Pembuatan larutan blanko bertujuan untuk kalibrasi atau
sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri. Larutan blanko tidak berisi
larutan yang dianalisis hanya saja berisi pelarut dan reagen yang dilakukan untuk
mengkalibrasi spektrofotometri. setelah pembuatan larutan blanko maka dibuat
larutan standar dan larutan uji. Larutan standar dibuat dengan mencampurkan 1 ml
reagen dengan 10 μL larutan standar. Sedangkan larutan uji terdiri dari 1 ml
reagen yang dicampurkan dengan 10 μL serum. Pembuatan larutan standar ini
diperlukan untuk menentukan kadar asam urat dalam darah dengan
membandingkan absorbansi antara larutan uji dan larutan standar.
Pengambilan sampel pada praktikum ini menggunakan mikropipet dengan
kapasitas 10-100 μL dan mikropipet kapasitas 100 – 1000 μL. Sampel – sampel
pada praktikum kimia klinik ini menggunakan sampel yang sangat sedikit dengan
ukuran mikro sehingga sangat kuantifikasi dalam pengerjaannya sehingga
diperoleh data yang akurat. Teknik pengambilan campuran ini harus dilakukan
dengan teliti untuk menghindari kesalahan data atau variasi analitik. Cairan yang
dimasukan kedalam tabung harus melalui dinding tabung dan sedekat mungkin
dengan dasar tabung untuk menghindari cipratan yang dapat menyebabkan
berkurangnya volume cairan yang sudah ditentukan, dengan begitu hal ini dapat
mencegah volume yang hilang. Suhu dan waktu inkubasi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kesetimbangan reaksi oleh karena itu campuran harus
dikocok dan di tunggu 20 menit pada suhu kamar (20-250C), pengocokan
(pengocokan yang dilakukan menggunakan pengocokan manual) berguna untuk
menghomogenitas campuran larutan sehingga reaksi yang terjadi dapat berjalan
merata hingga diperoleh kesetimbangan reaksinya dan 20 menit merupakan waktu
inkubasi agar tercapainya kesetimbangan reaksi. Warna campuran yang diperoleh
berwarna pink muda (bening), warna merupakan salah satu indikasi dari suatu
reaksi, semakin pekat maka semakin banyak konsentrasi zat yang bereaksi, selama
warna larutan masih berubah berarti dapat dikatakan reaksi masih berjalan untuk
mencapai kesetimbangan. Kemudian setelah 20 menit di ukur absorbansinya,
semakin tinggi absorbansi maka semakin banyak kolesterol yang terkandung
dalam darah.
Dalam serum yang diperoleh dari relawan, terdapat kolesterol dalam bentuk
kolesterol ester yang diperoleh baik dari makanan yang dikonsumsi ataupun yang
dibentuk oleh tubuh. Ketika serum yang mengandung kolesterol, maka terjadi
reaksi enzimatik yang terdiri dari reaksi utama dan reaksi indikasi, dimana reaksi
utamanya dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Pada reaksi diatas, enzim kolesterol esterase akan mengubah kolesterol ester
yang terdapat dalam tubuh menjadi kolesterol dalam bentuk bebas dan asam
lemak, karena yang diukur dengan metode ini adalah kadar kolesterol bebas.
Kemudian kolesterol bebas yang terbentuk akan dioksidasi dengan katalis enzim
koletserol oksidase membentuk Kolesterol-3-one dengan hasil samping Hidrogen
Peroksida (H2O2). Hasil samping dari reaksi ini yaitu Hidrogen peroksida (H2O2)
yang akan menjadi dasar reaksi indikasi, dimana hidrogen peroksida akan bereaksi
dengan 4 aminoantipirin dan fenol menghasilkan Quinoneimina denganwarna
merah muda (pink) yang kemudian intensitas warnanya dapat diukur dengan
spektrofotometer Uv-Vis. Enzim kolesterol esterase pada reaksi berperan dalam
mempercepat reaksi kolesterol ester menjadi kolesterol bebas, enzim koletserol
oksidase berperan sebagai katalis dalam oksidasi kolesterol bebas menjadi
Kolesterol-3-one dengan hasil samping Hidrogen Peroksida (H2O2), sedangkan
enzim hidrogen peroksidase berperan dalam mengkatalisis reaksi pembentukan
quinoneimina dari hidrogen peroksida.
Enzim memiliki energi aktifasi yang lebih rendah dibandingkan reaksi kimia
dan reaksinya berlangsung cepat, serta spesifik terhadap substratnya karena
substrat dalam jumlah sedikit masih dapat dideteksi oleh enzim dan karena enzim
mengkatalisasi pada reaksi pertama lalu mengecek apakah produk reaksinya benar
pada langkah kedua, sehingga cara kerja enzim sangat spesifik. 4 aminoantipirin
berperan sebagai reagen warna yang membentuk warna merah muda pada reaksi
sehingga dapat terbaca absorbansinya. Sedangkan fenol akan membuat 4-
aminoantipirin lebih reaktif yang akan membantu pembentukan konjugat sehingga
kromogen yang dihasilkan lebih berwarna dan intensitas warnanya dapat dibaca
oleh spektrofotometri Uv-vis.
Setelah didiamkan selama 20 menit dalam suhu ruangan, maka larutan uji,
blanko dan standar dimasukkan kedalam spektrofotometri. Ketika larutan uji
dimasukkan dalam spektrofotometri, maka terjadi penyerapan gelombang
elektromagnetik pada daerah visible (380-780 nm) yaitu pada panjang gelombang
492-546 nm oleh senyawa yang memiliki gugus kromofor yang terdapat dalam
larutan uji (Quinineimina). Karena cahaya yang ditembakkan mengandung energi
(E= h. c/λ) menyebabkan terjadinya eksitasi elektron molekul tersebut dari
keadaan dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi. Ketika elektron-
elektron tersebut tereksitasi, maka spektrofotometer menghasilkan nilai
absorbansi, dimana absorbansi ini setara dengan jumlah energi yang dioabsorpsi
oleh molekul untuk mengeksitasi elektron dari keadaan dasar ke tingkat energi
yang kebih tinggi, dimana perpindahan tersebut dapat digambarkan seperti
dibawah ini:
Gambar 3
Proses eksitasi elektron dari ground state ke tingkat energi yang lebih tinggi
Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu pengujian
baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Syarat tersebut terdiri dari spesifisitas,
sensitivitas, presisi dan akurasi. Akurasi adalah kemampuan metode untuk
mengukur dan mendeteksi nilai aktual atau nilai sebenarnya dari dalam sampel,
akurasi merupakan ukuran ketepatan atau kedekatan hasil pengujian dengan hasil
yang sebenarnya. Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil pengujian
individual dengan hasil rata-rata pengujian berulang pada sampel yang homogen
dengan kondisi pengujian yang sama. Sensitifitas atau kepekaan adalah
kemampuan metode untuk mendeteksi atau mengukur sampel dalam jumlah
sekecil mungkin. Spesifisitas adalah kemampuan metode untuk meendeteksi atau
mengukur sampel tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya bahan atau
matriks lain. (Ibrahim, 2010).
Keempat persyaratan tersebut diusahakan dapat dipenuhi dalam percobaan
ini walaupun tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan alat, personal, kondisi ruangan, dan lain-lain. Alat yang digunakan
yaitu spektrofotometri yang mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang tinggi,
untuk memenuhi akurasi dan presi, pengujian juga diulang sebanyak empat kali
walupun orang yang mengerjakannya tidak sama.
Setelah diukur dengan spektrofotometri, pada shift pertama pada larutan
standar didapat absorbansi sebesar 0,540. Pada larutan uji dari kelompok pertama
diperoleh absorbansi sebesar 0253, pada kelompok kedua diperoleh absorbansi
0,359, pada kelompok ketiga diperoleh absorbansi sebesar 0,291 dan pada
kelompok empat sebesar 0,243. Dilihat dari nilai absorbansi yang diperoleh dari
keempat kelompok, nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai yang didapat
berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.
Pada shift ke 2 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,576. Pada
larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,306 pada
kelompok kedua diperoleh absorbansi 0,279, pada kelompok ketiga diperoleh
absorbansi sebesar 0,255 dan pada kelompok empat sebesar 0,298. Dilihat dari
nilai absorbansi yang diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi
persyaratan dimana nilai yang didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.
Pada shift ke 3 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,564. Pada
larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,175 pada
kelompok kedua diperoleh absorbansi 0,270 pada kelompok ketiga diperoleh
absorbansi sebesar 0,291 dan pada kelompok empat sebesar 0,338. Dilihat dari
nilai absorbansi yang diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi
persyaratan dimana nilai yang didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.
Pada shift 1 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya
absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-
rata seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL, standar deviasinya 29,2 mg/dL dan
range hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL sampai 188,37 mg/dL. Standar
deviasi merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan
homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin
kecil nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan
semakin besar nilai standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen
atau bervariasi. Dilihat dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan
tersebut merupakan kadar normal yaitu 159,17 mg/dL, berada pada rentang kadar
normal yaitu 140 – 250 mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup
tinggi yaitu 29,2 mg/dL yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan
ini cukup rendah dengan diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen.
Dari data-data pada perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 129,97
mg/dL sampai 188,37 mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1
kelompok dimana kadarnya tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-
kesalahan yang dilakukan menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas
yang rendah.
Pada shift 2 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya
absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-
rata seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL, standar deviasinya 11,2 mg/dL dan
range hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL sampai 159,37 mg/dL. Standar
deviasi merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan
homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin
kecil nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan
semakin besar nilai standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen
atau bervariasi. Dilihat dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan
tersebut merupakan kadar normal yaitu 148,12 mg/dL, berada pada rentang kadar
normal yaitu 140 – 250 mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup
tinggi yaitu 11,82 mg/dL yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan
ini cukup rendah dengan diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen.
Dari data-data pada perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 136,97
mg/dL sampai 159,37 mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, kadar
kolesterol pada m asing-masing kelompok berada pada rentang tersebut sehingga
kesalahan-kesalahan pada shift ke 2 dapat lebih ditoleransi dibandingkan pada
shift 1.
Pada shift 3 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya
absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-
rata seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL, standar deviasinya 36,3 mg/dL dan
range hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL sampai 179,12 mg/dL. Standar
deviasi merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan
homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin
kecil nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan
semakin besar nilai standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen
atau bervariasi. Dilihat dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan
tersebut merupakan kadar normal yaitu 142 ,82 mg/dL, berada pada rentang kadar
normal yaitu 140 – 250 mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup
tinggi yaitu 36,3 mg/dL yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan
ini cukup rendah dengan diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen.
Dari data-data pada perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 106,52
mg/dL sampai 179,12 mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1
kelompok dimana kadarnya tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-
kesalahan yang dilakukan menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas
yang rendah.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan variasi kadar kolesterol
pada tiap-tiap kelompok pada masing-masing shift, ataupun variasi kadar
kolesterol antara tiap shift. Semua kelompok dan semua shift padahal
menggunakan sampel yang sama, sehingga seharusnya memiliki data yang
homogen karena sampel yang digunakan sama dan perlakuan yang diberikan juga
sama.
Faktor pertama yang mempengaruhi adalah variasi pengocokan.
Pengocokan dengan cara manual antara praktikan yang satu dengan yang lain
berbeda sehingga hasil warna campuran yang diperoleh antara kelompok atau
antar shift yang satu dengan yang lain, kepekatan warna pink mudanya berbeda
pula sedangkan pengocokan seharusnya dilakukan seoptimal mungkin agar reaksi
yang terjadi berjalan dengan baik. Untuk memperoleh pengocokan yang optimal
seharusnya tidak dengan cara manual, paling tidak salah satu caranya dapat
menggunakan sentrifugal, karena pengerjaan quarto tidak dilakukan pada orang
yang sama, sehingga cara pengocokan manual antara praktikan yang satu dengan
yang lain sangat besar kemungkinan berbedanya sehingga mengakibatkan
campuran didalam tabung kurang bercampur dengan baik dan juga berdampak
pada lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan reaksi.
Kesetimbangan reaksi sangat penting karena kesetimbangan reaksi menandakan
reaksi yang sempurna, sehingga nilai absorbansi yang diperoleh akan dapat
menunjukan semua kadar asam urat yang ada pada sampel standar dan sampel
test, sedangkan apabila sampel diukur absorbansinya sebelum tercapainya
kesetimbangan reaksi maka nilai absorban tidak menunjukan kadar asam urat
yang tepat karena kolesterol dalam larutan belum bereaksi seluruhnya. Jadi variasi
pengocokan merupakan salah satu faktor penyebab kemungkinan
ketidakhomogenan data yang diperoleh.
Faktor kedua yang mempengaruhi hasil percobaan adalah waktu inkubasi.
Waktu inkubasi bertujuan untuk memperoleh kesetimbangan reaksi. Waktu
inkubasi dalam prosedur 20 menit tetapi saat pengujian setiap kelompok tidak
tepat 20 menit semua karena spektrofotometer visibel yang digunakan hanya satu
dan dilakukan bergantian. Waktu inkubasi juga dipengaruhi pengocokan sampel,
seperti yang sudah diulas diatas apabila pengocokan kurang optimal maka waktu
inkubasi akan bertambah lama. Waktu inkubasi dipengaruhi pula oleh suhu. Jadi
waktu inkubasi menjadi salah satu satu faktor penyebab kemungkinan
ketidakhomogenan data yang diperoleh.
Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil percobaan adalah suhu. Semakin
tinggi suhu maka reaksi semakin cepat berlangsung, tetapi suhu yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan protein didalam darah terdenaturasi sehingga suhu
disesuaikan dengan suhu optimal sampel yaitu disuhu tubuh 370C namun, suhu
inkubasi yang digunakan praktikan berada disuhu ruangan antara 20-250C
sehingga waktu inkubasi menjadi 20 menit. Prosedur pengerjaan pada tiap
kelompok berbeda-beda, dimana suhu mungkin mempengaruhi, misalnya ada
beberapa kelompok yang menyentuh atau tidak menyentuh tabung dibagian
bawah yang berisi larutan, sehingga suhu tubuh praktikan mempengaruhi suhu
inkubasi sampel. Jadi faktor suhu menjadi salah satu satu faktor penyebab
kemungkinan ketidakhomogenan data yang diperoleh.
Faktor keempat yang mempengaruhi hasil percobaan adalah lama
penyimpanan spesimen. Spesimen yang digunakan merupakan spesimen yang
diperoleh dari jam 07.30 pagi dan baru digunakan untuk diuji oleh praktikan pada
jam 08.00 (Shift D), 11.00 (Shift E) dan 14.00 (Shift F), sehingga lama
penyimpanan sampel ini sangat mempengaruhi kualitas dan kestabilan spesimen.
Pada penyimpanan spesimen yang benar spesimen dapat tahan beberapa
hari. Spesimen disimpan dalam kulkas, tetapi ketika siang spesimen digunakan
secara bergantian oleh 3 kelompok sehingga spesimen yang tidak segar berada
terlalu lama di suhu kamar dan dapat terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.
Suhu penyimpanan yang baik untuk spesimen yaitu 2-80C sedangkan ketika
preparasi sampel spesimen berada lama di suhu ruang yaitu 20-250C sehingga
kemungkinan spesimen dapat terkontaminasi oleh kuman atau bahan kimia,
terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen, terjadi penguapan, terkena
paparan sinar matahari sehingga kualitas spesimen menurun. Suhu mempengaruhi
aktifitas enzim yang berada didalam spesimen, karena enzim adalah protein maka
enzim memperlihatkan sifat yang sama dengan protein yang salah satunya enzim
akan kehilangan aktifitasnya oleh apa saja yang menyebabkan denaturasi protein
seperti; panas, asam-basa kuat, logam-logam kuat, pelarut organik, dan
sebagainya. Adanya kesalahan pada penyimpanan spesimen dapat terlihat dimana
kadar kolesterol dari shift 1 sampai shift ke tiga terus mengalami penurunan, hal
tersebut terjadi karena karena lama penyimpanan membuat kolesterol berkurang.
KESIMPULAN
Pada shift D (08.00-11.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah
dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan
kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL,
standar deviasinya 29,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 129,97
mg/dL sampai 188,37 mg/dL.
Pada shift E (11.00-14.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah
dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan
kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL,
standar deviasinya 11,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 136,97
mg/dL sampai 159,37 mg/dL.
Pada shift F (14.00-17.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah
dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan
kadar kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL,
standar deviasinya 36,3 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 106,52
mg/dL sampai 179,12 mg/dL.