Post on 13-Aug-2015
1
Optimasi Metoda Isolasi Katekin Dari Gambir Untuk Sed
iaan Farmasi Dan Senyawa Marker
Oleh :
Noveri Rahmawati (0921213012)
Dibawah bimbingan Prof. Dr. Amri Bakhtiar, MS, DESS, Apt dan Prof. Dr.Deddi Prima Putra, Apt
ABSTRACT
Optimization studies have been carried out isolation of catechin gambierand pasta for the pharmaceutical and marker compounds. Gambier gambier andpaste obtained from the Drug Plant Garden Andalas University, Siguntur andLima Puluh Kota. Isolation method used is non-purification method, pre-purification for gambier and fractination for pasta. The analysis performedincluded catechin solubility, melting point, maximum absorption, thin-layerchromatography, drying shrinkage, ash content, yield and determination of levelsof catechins. Which has the highest levels of catechins, namely the determinationof continued analysis of UV spectra, FTIR and NMR. The best results forpharmaceuticals derived from Siguntur with pre-purification methods that result inyield 56.3% and 96.17% catechin content, whereas for use as a marker compoundobtained the best results from gambier Siguntur pasta with fractionation method toyield 12.13% 97.96% and the levels of catechins.
Key words: Method of isolation, Gambir, Catechins
PENDAHULUAN
Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria
gambir (Hunter) Roxb. yang termasuk dalam Famili Rubiaceae yang merupakan
komoditas perkebunan rakyat. Komoditas ini ditujukan untuk ekspor. Indonesia
merupakan negara pemasok utama gambir dunia (80%) yang sebagian besar
berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir Selatan. Ekstrak gambir
mengandung katekin yang merupakan komponen utama serta beberapa komponen
lain seperti asam kateku tanat, kuersetin, kateku merah, gambir flouresin, lemak
dan lilin. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa produk
gambir yang diolah masyarakat dari berbagai daerah sentra produksi gambir di
2
Indonesia diperoleh kandungan katekin yang bervariasi dari 35% sampai dengan
95% (Amos, 2004).
Kegunaan gambir antara lain untuk pewarna dalam industri batik,
penyamak kulit, ramuan makan sirih, sebagai obat untuk luka bakar, diare,
disentri, sariawan dan digunakan pula sebagai bahan pembuatan permen (Hadad
et al., 2007).
Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah banyak
dilakukan diantaranya aktivitas antioksidan dan antibakteri dari turunan metil
ekstrak etanol daun gambir (Kresnawaty dan Zainudin, 2009), sebagai antiseptik
mulut (Lucida dan Bakhtiar, 2007) dan gambir sebagai imunodilator (Ismail et
al., 2009). Selain itu juga telah diteliti kemampuan ekstrak gambir sebagai
penghambat sintesa asam lemak (Shu-Yan et al., 2008), efek toksik ekstrak
gambir terhadap organ ginjal, hati dan jantung (Armenia et al., 2004) dan
antifeedan terhadap hama Spodoptera litura Fab. (Handayani et al., 2004).
Beberapa aktivitas ekstrak gambir di atas sebagian besar disebabkan oleh katekin
yang terkandung di dalam gambir.
Selain uji aktivitas dari ekstrak gambir, telah dilakukan juga beberapa uji
aktivitas dari katekin, diantaranya katekin sebagai antimikroba (Dogra, 1987),
sebagai antispasmodik, bronkodilator dan vasodilator (Ghayur et al., 2007) serta
digunakan pada penderita gingivitis (Isogai et al., 2008). Untuk penggunaan
sebagai kosmetik, telah dilakukan uji diantaranya sebagai antiaging (Maurya dan
Rizvi, 2009), sebagai anti jerawat ( Aoshima, et al., 2009) dan untuk menurunkan
berat badan (Heller, 2009). Katekin juga dipergunakan untuk senyawa marker
yang saat ini masih tergantung pada impor. Harga katekin dengan kadar lebih dari
3
99 % dengan menggunakan HPLC adalah Rp. 888.000,- setiap 10 mg. Sedangkan
katekin dengan kadar lebih dari 90 % adalah Rp. 984.000,- setiap gram (Portier,
2010).
Berdasarkan penelusuran literatur, katekin telah tersedia di pasaran
dengan mutu dan rendemen yang beragam. Perlu dilakukan suatu usaha agar
diperoleh rendemen dan mutu gambir yang tinggi. Peneliti sebelumnya telah
melakukan isolasi katekin dari gambir dan diperoleh rendemen yang rendah
namun mutu yang baik. Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi katekin dari
gambir dan pasta gambir yang berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Siguntur
dan gambir terstandarisasi dengan metoda yang berbeda dengan peneliti
sebelumnya. Diharapkan akan diperoleh sumber terbaik untuk mendapatkan
katekin dengan rendemen dan mutu yang tinggi. Katekin yang diperoleh akan
digunakan untuk sediaan farmasi dengan persyaratan kandungan katekin tidak
kurang dari 95 % sedangkan untuk senyawa marker kandungan katekin tidak
kurang dari 98 %.
MATERI DAN METODA
Bahan
Sampel yang digunakan adalah pasta gambir dan gambir (Uncaria gambir
(Hunter) Roxb.) diperoleh dari perkebunan rakyat di Kabupaten Lima Puluh Kota,
gambir yang diproduksi Kebun Tumbuhan Obat, etil asetat, metanol, pelarut
teknis untuk isolasi dan pelarut pure analitis untuk analisis spektroskopi, kertas
saring whatman cat No. 1001 (125 mm) dan aquades, katekin pembanding dari
SIGMA.
4
Peralatan
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
: alat-alat gelas, alat destilasi. rotary evaporator, oven vakum, lampu ultraviolet
365 mm, fisher jhon melting point apparatus, spektrofotometer UV-Visible
(Shimadzu UV-1601), spektrofotometer IR merk Shimadzu type IR Prestige-21,
Spektrofotometer NMR merk JEOL type ECA 500 dengan medan magnet 0,2 Hz.
Cara Kerja :
I. Pemeriksaan Mutu Gambir
a.Susut Pengeringan
Sampel ditimbang secara seksama sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam
botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu
1050C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, sampel diratakan
dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan
setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. Kemudian dimasukkan ke dalam oven,
buka tutupnya, keringkan pada suhu 1050 C hingga bobot tetap. Sebelum setiap
pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator
hingga suhu kamar.
b.Kadar abu
Lebih kurang 2 g sampai 3 g sampel yang telah digerus dan ditimbang
seksama, dimasukkan, ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara,
ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang. Jika cara
ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas
saring bebas abu. Pijarkan sisa kerta dan kertas saring dalam krus yang sama.
Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang.
5
Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM,
2000).
c. Pemeriksaan Kadar katekin
a. Persiapan Standar Katekin
Katekin standar dikeringkan di dalam oven pada temperatur 1050C selama
3 jam (SNI, 2000).
b. Persiapan Contoh Gambir
Contoh gambir dihaluskan dan lapisan gambir dibuat setipis mungkin di
atas kaca arloji atau cawan petri. Lapisan gambir tersebut dikeringkan di atas oven
pada temperatur 1050C selama 3 jam sampai kehilangan berat 15-17 % (SNI,
2000).
Persiapan larutan standar. Katekin standar ditimbang seksama 50 mg (Ws
mg), dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan etil
asetat hingga 50 ml (larutan A). Letakkan larutan A di dalam penangas air selama
5 menit agar larutan homogen. Pipet 2 ml larutan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan
tambahkan pelarut etil asetat sebanyak 50 ml (larutan B) dan letakkan larutan
tersebut dalam penangas air selama 5 menit kemudian diukur serapannya dengan
spektrofotometri UV pada panjang gelombang maksimum.
Persiapan larutan contoh. Gambir kering ditimbang sebanyak 50 mg,
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan etil asetat hingga 50 ml
(larutan C). Letakkan larutan C ke dalam penangas air selama 5 menit kemudian
saring. Buang 15 ml filtrat hasil penyaringan pertama dan teruskan penyaringan.
Pipet 2 ml filtrat larutan C ke dalam erlenmeyer 100 ml dan tambahkan 50 ml etil
asetat (larutan D). Letakkan larutan D ke dalam penangas air selama 5 menit lalu
6
diukur serapannya dengan spektrofotometri UV pada panjang gelombang
maksimum. (SNI, 2000)
Perhitungan :
% katekin = Et 279 x Ws x 100Ec 279 W
dengan :
Et 279 adalah absorban larutan contoh pada panjang gelombang 279 nm
Ec 279 adalah absorban larutan standar pada panjang gelombang 279 nm
Ws adalah berat katekin standar dinyatakan dalam mg
W adalah berat contoh gambir dinyatakan dalam mg
II. Isolasi Katekin untuk Bahan Baku Obat
a.Gambir Pasaran
Gambir pasaran diperoleh dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir
Selatan. 100 g serbuk gambir dimasukkan ke dalam erlenmeyer 2 L tambahkan air
sebanyak 500 ml, panaskan selama 1 jam lalu disaring. Filtrat didiamkan sampai
terbentuk endapan.
Endapan dikeringkan dalam oven kemudian diserbukkan dan ditambah
etil asetat lalu direfluks selama 1 jam dan disaring. Filtratnya dikentalkan
menggunakan rotary evaporator, dikeringkan dan dianalisa. Pengulangan
dilakukan sebanyak 3 kali.
b.Gambir Terstandarisasi
100 gram serbuk gambir ditambah etil asetat sebanyak 500 ml lalu
direfluks selama 1 jam lalu disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtratnya
7
dikentalkan menggunakan rotary evaporator, dikeringkan dan dianalisa.
Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali.
c. Pasta Gambir
Pasta gambir difraksinasi menggunakan etil asetat dan air dengan
perbandingan 1 : 5, ambil bagian etil asetat dan diuapkan in vacuo, dikeringkan
dan dianalisa. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali.
III.Analisa Katekin
a. Analisa Katekin untuk Sediaan Farmasi
a. Kelarutan
Reaksi identifikasi dilakukan terhadap katekin. Pelarut yang digunakan
adalah etanol.
b. Pemeriksaan Titik Lebur
Pengukuran titik leleh dilakukan di Laboratorium Biota Sumatera
Universitas Andalas Padang dengan menggunakan alat melting point Fisher
Johns. Sampel diletakkan diantara dua arah kaca objek dan diletakkan pada
tungku pemanas, lalu alat dihidupkan dengan kenaikan suhu 1-5 permenit. Suhu
diamati saat kristal mulai meleleh hingga meleleh seluruhnya.
c. Serapan Maksimum
Lebih kurang 5 mg sampel ditimbang, dilarutkan dalam etil asetat pada
labu ukur 100 ml. Serapan diukur pada panjang gelombang 280 nm
d. Reaksi Warna
Sejumlah cuplikan katekin, dilarutkan dalam etil asetat atau methanol.
Beberapa tetes larutan besi (III) klorida ditambahkan akan terbentuk warna hijau
kehitaman.
8
e. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Sampel dilarutkan dalam metanol, lalu ditotolkan di atas plat KLT.
Sebelum plat dimasukkan, terlebih dahulu eluen Metanol : Etil asetat (1:1)
dijenuhkan. Setelah jenuh plat KLT dimasukkan ke dalam camber yang berisi
eluen, ditentukan Rf nya.
f. Penentuan Susut Pengeringan
Lebih kurang 0,1 g katekin ditimbang dalam wadah yang sudah ditara dan
berat konstan. Dikeringkan pada suhu 1050C selama 5 jam dan ditimbang
kembali. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai
perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 %.
g. Pemeriksaan Kadar Katekin
Persiapan larutan standar. Katekin standar ditimbang seksama 50 mg (Ws
mg), dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan etil
asetat hingga 50 ml (larutan A). Letakkan larutan A di dalam penangas air selama
5 menit agar larutan homogen. Pipet 2 ml larutan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan
tambahkan pelarut etil asetat sebanyak 50 ml (larutan B) dan letakkan larutan
tersebut dalam penangas air selama 5 menit kemudian diukur serapannya dengan
spektrofotometri UV pada panjang gelombang maksimum.
Persiapan larutan contoh. Gambir kering ditimbang sebanyak 50 mg,
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan etil asetat hingga 50 ml
(larutan C). Letakkan larutan C ke dalam penangas air selama 5 menit kemudian
saring. Buang 15 ml filtrat hasil penyaringan pertama dan teruskan penyaringan.
Pipet 2 ml filtrat larutan C ke dalam erlenmeyer 100 ml dan tambahkan 50 ml etil
asetat (larutan D). Letakkan larutan D ke dalam penangas air selama 5 menit lalu
9
diukur serapannya dengan spektrofotometri UV pada panjang gelombang
maksimum. (SNI, 2000).
b.Analisa Katekin untuk Senyawa Marker
a. Perekaman Spektrum Ultraviolet
Perekaman spektrum ultraviolet menggunakan spektrofotometer
Ultraviolet, dilakukan dengan melarutkan 1,0 mg katekin dalam etil asetat.
Kemudian larutan dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur puncak serapan
senyawa lalu dibandingkan dengan standar.
b.Perekaman Spektrum Inframerah
Perekaman spektrum inframerah dilakukan dengan menggerus 1 mg
katekin dengan 100 mg kalium bromida kemudian dijadikan pellet dengan
memberikan tekanan tinggi. Pelet diletakkan pada alat spektrofotometer
inframerah dan diukur spektrumnya. Puncak-puncak dinyatakan dalam satuan
cm-1.
c. Perekaman Spektrum Resonansi Magnetik Inti
Spektrum resonansi magnetik inti direkam dengan alat Bruker Cup 500.
Spektrum ini direkam dalam pelarut CD3OD.
IV.Analisa Data
Data yang diperoleh diuji secara statistik menggunakan T-Test Paired.
10
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan katekin yang memenuhi
spesifikasi untuk sediaan farmasi dan senyawa marker serta mengetahui sumber
bahan baku yang terbaik untuk memperoleh katekin. Katekin diisolasi dari gambir
dengan menggunakan beberapa metode dan sumber bahan baku yang berbeda.
Gambir yang digunakan adalah serbuk gambir dan pasta gambir yang diperoleh
dari tiga sumber yaitu dari Kebun Tumbuhan Obat Universitas Andalas Padang,
Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Siguntur Pesisir Selatan. Isolasi
katekin dari gambir sebenarnya telah pernah dilakukan para peneliti sebelumnya
namun metoda yang digunakan berbeda sehingga kadar dan rendemen yang
diperoleh juga berbeda. Telah dilakukan isolasi katekin dari gambir yang berasal
dari siguntur dan didapatkan rendemen katekin 1,5 % (Meilifa, 2004). Isolasi
katekin dari daun juga telah pernah dilakukan dan didapatkan rendemen 15,8 %
(Elfina, 2005). Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan maka perlu
dilakukan optimasi metoda isolasi katekin agar rendemen dan kadar yang
diperoleh tinggi.
Sebelum dilakukan proses isolasi terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
mutu dari masing – masing gambir yang meliputi bentuk, warna, bau, rasa, susut
pengeringan, kadar abu dan kadar katekin.Dari pemeriksaan mutu yang dilakukan,
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8. Gambir yang diperoleh
dari Kebun Tumbuhan Obat (KTO) dan Siguntur (SGT) memiliki bentuk, warna
dan bau yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan namun gambir yang
berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota (LPK) memiliki warna yang tidak sesuai
yaitu kehitaman. Warna kehitaman ini dapat disebabkan karena penggunaan sisa
11
cairan penirisan pasta gambir ( kalincuang) yang diambil dari saluran
penampungan cairan ekstrak gambir di bawah alat pengempa sebagai cairan
perebus daun ( Gumbira et al., 2009). Proses pengeringan yang dilakukan
terhadap gambir juga dapat menimbulkan warna kehitaman karena terjadinya
oksidasi.
Pemeriksaan susut pengeringan gambir KTO, LPK dan siguntur
memberikan hasil 18,51 %, 16,47 % dan 20, 66%. Bila dibandingkan dengan
persyaratan SNI untuk gambir mutu II, susut pengeringan yang diperkenankan
adalah maksimum 16 %. Jika dilihat hasil pemeriksaan susut pengeringan dari
ketiga sumber gambir di atas maka tidak ada yang memenuhi persyaratan untuk
mutu II. Susut Pengeringan yang tinggi ini dapat disebabkan proses pengeringan
yang tidak sempurna. Produsen gambir biasanya mengeringkan gambir dengan
menggunakan panas matahari. Bila musim hujan, penjemuran gambir dilakukan di
atas tungku pembakaran. Proses pengeringan ini menyebabkan gambir tidak
kering sempurna.
Hasil pemeriksaan kadar abu gambir dari KTO, LPK dan SGT adalah
2,09 %, 3,25 % dan 2,22 %. Kadar abu ini sesuai dengan persyaratan yaitu
maksimal 5 %.
Selain pemeriksaan di atas, pemeriksaan yang paling penting adalah kadar
katekin gambir. Hasil yang diperoleh dari KTO, LPK dan SGT adalah 80,71 %,
49,04 % dan 60,34 %. Persyaratan kadar katekin untuk gambir mutu II adalah
minimal 50 %. Gambir yang berasal dari KTO memiliki kadar katekin yang paling
tinggi. Hal ini disebabkan karena proses pengolahan gambir yang dilakukan di
KTO lebih baik bila dibandingkan dengan proses yang dilakukan di LPK dan
12
SGT. Proses pengeringan yang dilakukan di KTO , LPK dan SGT berbeda dan ini
dapat menyebabkan berbedanya kadar katekin. Pemilihan terhadap daun yang
akan diolah juga dapat menyebabkan rendahnya kadar katekin yang diperoleh
(Gumbira, 2009).
Selain gambir , digunakan juga pasta gambir yang diperoleh dari KTO,
LPK dan SGT. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasta gambir adalah kadar
air dan didapatkan kadar yang tinggi pada setiap pasta yaitu 76,26 % untuk pasta
KTO, 67,21 % pasta LPK dan 71,24 % pasta SGT.
Setelah dilakukan pemeriksaan mutu terhadap gambir dan pasta gambir
maka dilakukan isolasi katekin dari gambir dan pasta gambir. Metoda untuk
isolasi katekin dari gambir dilakukan variasi. Metoda pertama melalui tahapan pre
purifikasi, metoda kedua non purifikasi dan metoda ketiga fraksinasi.
Metoda Pre purifikasi pada gambir bertujuan untuk menghilangkan
pengotor yang ada pada gambir. Potensi masuknya pengotor pada pengolahan
gambir sangat tinggi. Sumber masuknya pengotor diantaranya pada tahap
pemetikan daun, perebusan, pengendapan dan pengeringan. Peneliti terdahulu
belum melakukan proses pre purifikasi ini (Meilifa, 2004). Proses penghilangan
pengotor pada gambir dilakukan dengan melarutkan serbuk gambir ke dalam air
lalu dipanaskan selama 1 jam, disaring, didiamkan dan didapatkan endapan.
Endapan dikeringkan dioven lalu direfluk. Proses refluk dilakukan selama 1 jam
dan diharapkan katekin akan terekstraksi ke dalam etil asetat secara sempurna.
Filtrat yang diperoleh lalu dikentalkan dengan menggunakan rotary evaporator
dan dikeringkan
13
Selain refluks, metoda ekstraksi lain bisa digunakan yaitu maserasi.
Maserasi dilakukan dengan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut.
Salah satu keuntungan metoda maserasi adalah cepat. Meskipun demikian, metoda
ini tidak selalu efektif dan efisien. Jumlah pelarut yang digunakan cukup besar
berkisar antara 10-20 kali jumlah sampel (Kristanti et al., 2008). Telah pernah
dilakukan isolasi katekin dengan metoda ekstraksi maserasi dan rendemen yang
diperoleh rendah (Pambayun et al., 2007).
Metoda kedua yang digunakan untuk isolasi katekin adalah non purifikasi.
Serbuk gambir langsung direfluk dengan menggunakan pelarut etil asetat. Proses
refluk dilakukan selama 1 jam. Filtrat yang diperoleh lalu dikentalkan dengan
menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan
Metoda ketiga yang digunakan untuk isolasi katekin dari pasta gambir
dilakukan dengan cara fraksinasi pasta di dalam etil asetat dan air. Fraksinasi
dilakukan karena pasta gambir masih mengandung kadar air yang tinggi. Pasta
dilarutkan dalam air panas lalu dimasukkan ke dalam corong pisah dan kemudian
ditambahkan etil asetat. Katekin akan terlarut di dalam etil asetat dan pengotor
akan mengendap. Fraksi etil asetat dipisahkan dari fraksi air dan dikentalkan
menggunakan alat rotary evaporator.
Analisis katekin non purifikasi (Tabel 10) meliputi pemerian, kelarutan,
reaksi warna, panjang gelombang serapan maksimum, titik lebur, susut
pengeringan, kadar abu, rendemen dan kadar katekin. Hasil pemeriksaan semua
parameter di atas memenuhi persyaratan. Hasil Analisis titik lebur katekin yang
dihasilkan menunjukkan bahwa katekin belum murni. Rentang titik lebur senyawa
merupakan petunjuk kemurnian dari suatu senyawa.
14
Hasil analisis susut pengeringan katekin yang diisolasi dengan metoda
non pre purifikasi, pre purifikasi dan fraksinasi (Lampiran 8, Tabel 13) . Susut
pengeringan katekin yang diisolasi dari gambir KTO dengan metoda non
purifikasi adalah 9,55 % ± 0,07, dari pasta KTO adalah 8,63 ± 0,02. Susut
Pengeringan katekin LPK non purifikasi 7,20 % ± 0,05, dengan metoda pre
purifikasi yaitu 11,4 % ± 0,1 dan dari pasta 16,45 ± 0,08. Susut Pengeringan
katekin SGT non purifikasi 9,56 ± 0,08, pre purifikasi 19,61 ± 0,14 dan dari pasta
15,82 ± 0,03.
Hasil analisis kadar abu katekin yang diisolasi dengan metoda non
purifikasi, pre purifikasi dan fraksinasi (Lampiran 10, Tabel 16). Kadar abu
katekin yang diisolasi dari gambir KTO dengan metoda non purifikasi adalah
0,03 ± 0,01, dari pasta KTO adalah 0,63 ± 0,006 terjadi penurunan kadar abu bila
dibandingkan dengan kadar abu gambir asalan KTO yaitu 2,07 ± 0,05. Kadar abu
katekin LPK non purifikasi 0,66 ± 0,006, dengan metoda pre purifikasi menjadi
yaitu 1,14 ± 0,01 dan dari pasta 0,82 ± 0,006. Kadar abu katekin SGT non
purifikasi 0,30 ± 0,006 , pre purifikasi 0,14 ± 0,006 dan dari pasta 0,19 ±.0,006
Hasil analisis kualitatif katekin menggunakan KLT didapatkan Rf 0,72 dan
0,78 untuk katekin KTO np dan katekin dari pasta KTO. Rf katekin LPK non
purifikasi 0,74, metoda pre purifikasi 0,74 dan dari pasta 0,68. RF katekin SGT
non purifikasi adalah 0,76, metoda pre purifikasi 0,68 dan dari pasta 0,72.
Sedangkan Rf katekin pembanding adalah 0,73 (Depkes, 2008).
Hasil analisis rendemen katekin yang diisolasi dengan metoda non
purifikasi, pre purifikasi dan fraksinasi (Lampiran 13, Tabel 19). Rendemen
katekin gambir KTO non purifikasi 98,2 % ± 0,85, dari pasta 18,8 % ± 0,10
15
Rendemen katekin LPK non purifikasi 64,67 % ± 0,15, metoda pre purifikasi
57,40 % ± 0,20 dan dari pasta 11,36 % ± 0,11. Rendemen katekin SGT non
purifikasi adalah 69,6 % ± 0,10, metoda pre purifikasi 56,3 % ± 0,10 dan dari
pasta 12,13 % ±0,05. Rendemen yang rendah dapat disebabkan karena kondisi
daun yang rusak akibat penyakit atau penggunaan daun yang terlalu tua. Bila
dibandingkan rendemen katekin yang diperoleh dengan metoda isolasi non
purifikasi dan pre purifikasi terjadi penurunan rendemen yang dihasilkan. Hal ini
dapat disebabkan adanya beberapa senyawa dalam gambir yang ikut tebawa
ketika proses pre purifikasi. Rendemen tertinggi diperoleh dari gambir KTO non
purifikasi.
Hasil analisis kadar katekin yang diisolasi dengan metoda non purifikasi,
pre purifikasi dan fraksinasi (lampiran 12, Tabel 18). Kadar katekin gambir KTO
non purifikasi 89,66 % ± 0,19, dari pasta KTO 93,60 % ± 0,11. Kadar katekin
LPK non purifikasi 76,56 % ± 0,10, metoda pre purifikasi 94,85 % ± 0,0 dan dari
pasta 94,19 % ± 0,11. Kadar katekin SGT non purifikasi 91,22 % ± 0,62, pre
purifikasi 96,17 % ± 0,18 dan dari pasta 97,96 % ± 0,22. Banyak faktor yang
mempengaruhi kadar katekin dari gambir diantaranya proses pengolahan daun.
Pengolahan daun gambir harus dilakukan segera setelah daun dipanen. Air yang
digunakan untuk perebusan daun harus bersih dan tidak menggunakan kalincuang.
Penjemuran gambir yang langsung di bawah sinar matahari juga dapat
mengurangi kadar katekin gambir.
Berdasarkan hasil uji T-Test Paired, terdapat perbedaan yang signifikan
(0,00) kadar katekin yang diisolasi dari gambir LPK dengan metoda non purifikasi
dan pre purifikasi. Perbedaan yang signifikan (0,01) juga terdapat pada kadar
16
katekin yang diisolasi dari gambir Siguntur dengan metoda non purifikasi dan pre
purifikasi. Kadar katekin yang diperoleh dengan metoda pre purifikasi lebih
tinggi. Untuk penggunaan sebagai bahan baku obat dan kosmetik, metoda isolasi
katekin pre purifikasi dapat digunakan karena menghasilkan katekin dengan mutu
dan rendemen yang sesuai spesifikasi. Sedangkan katekin untuk penggunaan
sebagai senyawa marker dapat digunakan katekin dari pasta Siguntur yaitu dengan
kadar 97,9 %. Kadar katekin yang diperoleh ini mendekati dengan kadar katekin
yang dipersyaratkan oleh SIGMA yaitu 98 %.
Katekin yang mempunyai kadar paling tinggi dilakukan analisa spektrum
ultra violet, Infra red dan NMR. Hasil pengukuran spektrum ultraviolet (UV)
sampel katekin dalam etil asetat menunjukkan serapan maksimum pada panjang
gelombang (λ) 280 nm (Lampiran 18). Data ini menunjukkan bahwa sampel
katekin hasil isolasi memiliki serapan maksimum yang hampir sama dengan
katekin standar yaitu pada panjang gelombang 279 nm .
Analisis spektrofotometri inframerah (Fourier Transform Infrared, FT-IR)
bertujuan untuk menentukan gugus fungsional suatu senyawa berdasarkan serapan
spektrum elektromagnetik pada daerah IR. Hasil analisis spektrum IR
menunjukkan bahwa katekin yang diisolasi mengandung gugus-gugus fungsional
dengan perkiraan gugus fungsional C=C aromatic dengan daerah serapan 1500-
1600 cm-1, gugus O-H pada daerah serapan 2000-3600 (lebar). Vibrasi yang
digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi tekuk, khususnya vibrasi rocking
(goyangan), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 – 400 cm-1,
seperti terlihat pada lampiran 19.
17
Spektrum 13C-NMR dan data pergeseran kimia katekin hasil isolasi diukur
menggunakan pelarut metanol-D3 dengan frekuensi 500 MHz. Dari data 13C-
NMR dapat diketahui bahwa katekin hasil isolasi memiliki 15 signal yang
menunjukkan adanya atom karbon sebanyak 15 buah, yaitu δc 157,8 (C- 9), 157,6
(C-7), 156,9 (C-5), 146,28 (C- 4’), 146, 26 (C-3’), 132,2 (C- 1’), 120,1 (C- 6’),
116,2 (C-5’), 115,3 (C- 2’), 100,9 (C-10), 96,3 (C-6), 95,5 (C- 8), 82,8 (C-2), 68,8
(C-3), 28,5 (C-4) ppm. Jumlah atom karbon ini sama dengan jumlah atom karbon
senyawa katekin standar
Hasil pemeriksaan spektrum 1H-NMR katekin hasil isolasi diukur
menggunakan pelarut metanol-D3 dengan frekuensi 500 MHz. Pergeseran kimia
yang terjadi pada 2,52 (1H,dd), 2,84 (1H, dd), 3,98 (1H,m), 4,57 (1H, d), 5,86
( 1H, d), 5,93 ( 1H, d), 6,72 (1H, dd), 6,76 (1H, d), 6,84 ( 1H, d).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Metoda terbaik isolasi katekin untuk bahan baku obat dan kosmetik
adalah pre purifikasi dengan kadar katekin 96,17 %.
2. Metoda terbaik isolasi katekin untuk senyawa marker adalah fraksinasi
dari pasta gambir dengan kadar katekin 97,96 %
3. Sumber bahan baku yang terbaik untuk memperoleh katekin dengan mutu
dan rendemen yang sesuai spesifikasi adalah Siguntur
18
Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan metoda lain
dalam mengisolasi katekin dan gambir yang digunakan sebaiknya yang berasal
dari Siguntur.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amos, 2004. Teknologi Pasca Panen Gambir. BPPT Press, Jakarta.
Amos, 2010. Kandungan Katekin Gambir Sentra Produksi Di Indonesia.Pusat Pengkajian Teknologi Agroindustri Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi. Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 3 Tahun 2010:149 – 155.
Armenia, Siregar, A dan Arifin, H. 2004. Toksisitas Ekstrak Gambir (Uncariagambir, Roxb) Terhadap Organ Ginjal, Hati dan Jantung Mencit,Prosiding Seminar Nasional XXVI Tumbuhan Obat Indonesia.
Azad, KA.,Ogiyama, Koichi, Sassa dan Takeshi. 2001. Isolation of (+)-catechinand a new polyphenolic compound in Bengal catechu, J Wood Sci 47:406-409.
Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Padang. 2000. Standar Nasional(SNI) Gambir, 01-3391-2000, Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Bayuarti, YD., 2006. Kajian Proses Pembuatan Pasta Gigi Gambir (UncariaGambir Roxb) Sebagai Antibakteri, Institut Pertanian Bogor.
Brown, P. 2009. The Complete Herbalist. http:// chestofbooks.com/health/herbs/O-Phelps-Brown/ The Complete Herbalist/ Gambir-Plant-uncaria-Gambir.html.
Budavari, S. (edit) 1996. The Merck Index. An Encyclopaedia of Chemicals,Drugs and Biologicals.12 th ed. Merck and CO, lnc. Whitehouse Station.N.J.p 312-313.
Denian, A., Darwin., Anria., Nurmansyah, Z., Hasa., Jamalius, I., Kusuma.,Jamaris dan Hadad, MA. 2005. Penampilan Tiga Calon Varietas UnggulGambir di Sumatera Barat. Prosiding Simposium IV. Hasil PenelitianTanaman Perkebunan, Bogor, 28-30 September 2005, Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan Bogor.
Dhalimi, A. 2006. Permasalahan Gambir (Uncaria gambir L) di Sumatera Baratdan Alternatif Pemecahannya, Balai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian, Jakarta.
Dogra, S, C. 1987. Antimikrobial Agents Used in Ancient India, Indian Journal ofHistory of Science, 22 (2) : 164-169.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Farmakope Herbal IndonesiaEdisi I.
20
Ghayur, M, N., Khan H., Gilani, A, H. 2007. Antispasmodic, Bronchodilator andVasodilator Activities of (+)-Catechin, a Naturally Occurring Flavonoid,Arch Pharm Res Vol 30, No 8, 970-975.
Gumbira, S, E., Syamsu, K., Mardliyati, E., Herryandie, A., Evalia, NA., Rahayu,DL., Puspitarini, R., Ahyarudin, A., Hadiwijoyo, A. 2009. Agroindustridan Bisnis Gambir Indonesia. IPB Press, Bogor.
Hadad, EA., NR, Ahmadi., Herman., Supriadi., A., Hasibuan., TeknologiBudidaya dan Pengolahan Gambir, Balai Penelitian Tanaman Rempahdan Aneka Tanaman Industri.
Handayani, D., Ranova, R., Hemriyanton, B, Farlian, A., Almahdy dan Arneti.2004. Pengujian Efek Antifeedan dari Ekstrak dan Fraksi Daun UncariaGambir (Hunter) Roxb. Terhadap Hama Spodoptera Litura Fab. ProsidingSeminar Nasional XXVI Tumbuhan Obat Indonesia.
Harborne, J.B. 1987. Metoda Fitokimia : Penentuan Cara Modern MenganalisisTumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro. ITB,Bandung.
Harmita. 2009. Kuliah Kromatografi. Departemen Farmasi Universitas Indonesia.
Hayani, E. 2003. Analisis Kadar Catechin dari Gambir dengan Berbagai Metode,Buletin Tekhnik Pertanian Vol.8. Nomor 1.
Heller, L. 2009. Green Tea catechins Linked to Weight Loss: Study , The Journalof Nutrition, Jerman.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Vol. III, Terjemahan LitbangKehutanan, Departemen Kehutanan RI, Jakarta, hal. 1767.
Hou, Z., Sang, S., You, H., Lee, JM., Hong, J., Chin. 2005. Mechanism of Actionof (_)-Epigallocatechin-3-Gallate:Auto-oxidation–Dependent Inactivationof Epidermal Growth Factor Receptor and Direct Effects on GrowthInhibition in Human Esophageal Cancer KYSE 150 Cells, Cancer Res2005; 65: (17).
Ismail, S., Asad, M. 2009. Immunomodulatory Activity Of Acacia Catechu, IndianJ Physiol Pharmacol ; 53 (1) : 25–33
Isogai, H., Isogai, E., Takahashi, K., Kurebayashi, Y. 2008. Effect of CatechinDiet on Gingivitis in Cats. International Journal App Res Med Vol.6,Japan.
Jenie, UA., Kardono, L., Hanafi, M., Rumampuk, RJ., Darmawan, A. 2006.Tekhnik Modern Spektroskopi NMR, Teori dan Aplikasi dalam Elusidasi
21
Struktur Molekul Organik dan Biomolekul. Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia, Jakarta.
Kresnawaty, I., Zainuddin, A. 2009. Aktivitas antioksidan dan antibakteri dariderivat metil ekstrak etanol daun gambir (Uncaria gambir), Jurnal Littri15(4), Hlm. 145 – 151.
Laus G. 2004. Advances in Chemistry and Bioactivity of the Genus Uncaria.Phytother. Res. 18, 259-274.
Lawrence, G.H.M. 1964. Taxonomy of Vascular Plants.The MackmilanCompany, New York, p.114-139.
Lemmens RHMJ, Wulijarni-Soetjipto N. 1992. Plant Resources of South-EastAsia 3. Dye and tannin –producing plants. PROSEA, Bogor, Indonesia.
Lucida, H., Bakhtiar, A., Putri, A,W. 2007. Formulasi Sediaan Antiseptik Mulutdari Katekin Gambir, Universitas Andalas, Padang.
Lucille, P., Jean, M R., Ve´ ronique, C., Loı¨c, L and Isabelle, D. 2006. Flavonoidoxidation in plants: from biochemical properties to physiologicalfunctions, Science Direct.
Markham, K, R.1995. Techniques of Flavonoid Identification (“CaraMengidentifikasi Flavonoid”), diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata,Penerbit ITB Bandung.
Maurya, PK., Rizvi, S. 2009. Protective Role of Tea catechins on ErythrocytesSubjected to Oxidative Stress During Human Aging, Departement ofBiochemistry University of Allahabad, India.
Nazir, N. 2000. Gambir, Budidaya, Pengolahan Hasil dan ProspekDiversifikasinya, Yayasan Hutanku, Padang.
Pambayun, R., Gardjito, M., Sudarmadji, S., Kuswanto, K. R. 2007. KandunganFenol dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir(Uncaria gambir Roxb). Majalah Farmasi Indonesia 18 (3).
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, 2000,Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat JenderalPengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Portier, G. 2010. Extrasynthese, Natural Product.BP 62-69726 Genay Cedex ,France.
Sandra, A., Novia, D., Kasim, A., Nuridinar, A. 2011. Pengaruh PenambahanKatekin Gambir Sebagai Antioksidan Terhadap Kualitas dan NilaiOrganoleptik Rendang Telur. Repository Universitas Andalas Padang.
22
Sastrohamidjojo, H. 1991. Dasar-dasar Spektroskopi, Ed II, Liberty, UniversitasGajah Mada, Yogyakarta.
Santoni, A. 2009. Elusidasi Struktur Flavonoid Triterpenoid dari Kulit BatangSurian (Toona sinensis) dan Identifikasi Minyak Atsiri Daun Surian SertaUji Aktivitas Insektisida. Disertasi Program Pascasarjana UniversitasAndalas, Padang.
Sharma R.J., Chaphalkar S.R. and Adsool A.D. 2010. Evaluating AntioxidantPotential, Cytotoxicity And Intestinal Absorption Of Flavonoids ExtractedFrom Medicinal Plants , International Journal of BiotechnologyApplications, ISSN: 0975–2943, Volume 2, Issue 1, pp-01-05.
Shu-Yan, Z., Chao-Gu Z., Xi-Yun, Y., Wei-Xi, T. 2008. Low Concentration OfCondensed Tannins From Catechu Significantly Inhibits Fatty AcidSynthase And Growth Of MCF-7 Cells, Biochemical and BiophysicalResearch Communications 371 .
Silvikasari. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Flavonoid Daun Gambir(Uncaria gambir Roxb). Departemen Biokimia Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Susanti, E. 2011. Kejaiban Katekin Teh Hijau Pada Fungsi Cardiovaskuler.
Susanti, Y, D. 2008. Efek Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan Fenolik danKandungan Katekin Ekstrak Daun Kering Gambir, Prosiding SeminarNasional Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta.
Tanaka, T., Matsuo, Y and Kouno,I. 2010. Chemistry of Secondary PolyphenolsProduced during Processing of Tea and Selected Foods, Int. J. Mol. Sci.,11, 14-40.
Taniguchi S, Kuroda K, Doi K, Tanabe M, Shibata T, Yoshida T, Hatano T. 2007Revised structures of gambirines A1, A2, B1, and B2, chalcane-flavandimers from Gambir (Uncaria gambir Extract), Chem. Pharm. Bull. 55(2)268-272.
Taniguchi S, Kuroda K, Naomi Y, Doi K, Tanabe M, Shibata T, Yoshida T,Hatano T. 2008. New dimeric flavans from gambir, an extract of Uncariagambir. Heterocycles.
Tejada, R., Duran, J.D.G., Ortega, O., Jimenez, E., Carpio, P., Chibowski. 2002.Investigation of Alumina/ (+)-Catechin System Properties. Part I : A Studyof The System by FTIR-UV-Vis Spectroscopy, Colloids and Surface B:Biointerfaces 24.
23
LAMPIRAN
Hasil Pemeriksaan Mutu Gambir KTO
No Pemeriksaan Pengamatan Persyaratan1. Pemerian
a. Bentuk Utuh Utuhb. Warna Kuning
kecoklatanKuningkecoklatan
c. Bau Khas Khasd.Rasa Sepat -
2. Susut Pengeringan (%) 18,51 ± 0,08 163. Kadar Abu (%) 2,09 ± 0,015 54. Kadar Katekin (%) 80,71 ± 0,44 Min 50
Hasil pemeriksaan Mutu Gambir LPK
Hasil Pemeriksaan Mutu Gambir SGT
No Pemeriksaan Pengamatan Persyaratan1. Pemerian
a. Bentuk Utuh Utuhb. Warna Kehitaman Kuning
Kecoklatanc. Bau Khas Khasd. Rasa Sepat -
2. Susut Pengeringan (%) 16,47± 0,11 163. Kadar Abu (%) 3,25 ± 0,025 54. Kadar Katekin (%) 49,04 ± 0,17 Min 50
No Pemeriksaan Pengamatan Persyaratan1. Pemerian
a. Bentuk Utuh Utuhb. Warna Kuning
kecoklatanKuning
Kecoklatanc. Bau Khas Khasd. Rasa Sepat -
2. Susut Pengeringan (%) 20,66 ± 0,03 163. Kadar Abu (%) 2,22 ± 0,015 54. Kadar Katekin (%) 60,34 ± 0,19 Min 50
24
Hasil Pemeriksaan Katekin Non Purifikasi
Hasil Pemeriksaan Katekin Pre Purifikasi
No Pemeriksaan PengamatanKTO LPK SGT
1. Pemeriana. Bentuk Serbuk Serbuk Serbukb. Warna Kuning Kuning Kuningc. Bau Khas Khas Khasd. Rasa Sepat Sepat Sepat
2. Kelarutan
Dalam etanol 1 : 4,13 1:3,24 1 : 6,83. Reaksi Warna Biru
KeunguanBirukeunguan
Birukeunguan
4. Panjang GelombangSerapan Maksimum
280 nm 280 nm 280 nm
5. Titik Lebur 168 -170 158-162 166-1706. Susut
Pengeringan (%)9,55 ± 0,07 7,20 ± 0,05 9,56 ± 0,08
7. Kadar Abu (%) 0,033 ± 0,01 0,66 ± 0,006 0,30 ± 0,0068. Kadar Katekin (%) 89,66 ± 0,19 76,56 ± 0,10 91,22 ± 0,629. Rendemen (%) 98,2 ± 0,85 64,67 ± 0,15 69,6 ± 0,10
No Pemeriksaan LPK SGT
1. Pemeriana. Bentuk Serbuk Serbukb. Warna Kuning Kuningc. Bau Khas Khasd. Rasa Sepat Sepat
2. Kelarutan dalam etanol 1:2,48 1:4,693. Reaksi Warna Biru keunguan Biru keunguan4. Serapan Maksimum 280 280 nm5. Titik Lebur 168-172 172-1756. Susut Pengeringan (%) 11,4 ± 0,1 19,61 ± 0,147. Kadar Abu (%) 1,14 ± 0,01 0,14 ± 0,0068. Kadar Katekin (%) 94,85 ± 0,00 96, 17 ± 0,189. Rendemen (%) 57,40 ± 0,20 56,3 ± 0,10
25
Pemeriksaan Katekin dari Pasta Gambir
Profil KLT Katekin dengan Fase Gerak Metanol : Etil Asetat (1:1)
A B C D
Keterangan :
A. Profil KLT Katekin dari Gambir KTO dengan Metoda Isolasi Non PurifikasiB. Profil KLT Katekin dari Gambir LPK dengan Metoda Isolasi Non PurifikasiC. Profil KLT Katekin dari Gambir SGT dengan Metoda Isolasi Non PurifikasiD. Profil KLT Katekin dari Gambir LPK dengan Metoda Isolasi Pre Purifikasi
No Pemeriksaan KTO LPK SGT1. Pemerian
a. Bentuk Serbuk Serbuk Serbukb. Warna Kuning Kuning Kuningc. Bau Khas Khas Khasd. Rasa
2. Kelarutan dalam etanol 1: 3,06 1 : 3,12 1 : 4,753. Reaksi Warna Biru
keunguanBirukeunguan
Birukeunguan
4. Panjang Gelombang 280 nm 280 nm 280 nm5. Titik Lebur 174-178 174-178 176 -1786. Susut Pengeringan (%) 8,63 ± 0,02 16,45 ± 0,08 15,82 ± 0,037. Kadar Abu (%) 0,63 ± 0,006 0,82 ± 0,006 0,19 ± 0,0068. Kadar Katekin (%) 93,60 ± 0,11 94,19 ± 0,11 97,96 ± 0,229. Rendemen (%) 18,8 ± 0,10 11,85 ± 0,11 12,13 ±0,05
26
E F G H
Keterangan :
E. Profil KLT Katekin dari Gambir SGT dengan Metoda Isolasi Pre PrurifikasiF. Profil KLT Katekin dari Gambir KTO dengan Metoda isolasi FraksinasiG. Profil KLT Katekin dari Pasta LPK dengan Metoda Isolasi FraksinasiH. Profil KLT Katekin dari Pasta SGT dengan Metoda Isolasi Fraksinasi
Hasil Spektrogram Katekin Secara Sprektrofotometri
27
75
92
80
85
90
4000 400100015002000250030003500
%T
Wavenumber [cm-1]
Spektrum IR Katekin Hasil Isolasi
Spektrum 13C - NMR Katekin Hasil Isolasi dengan Pelarut Metanol-D3Frekwensi 500 MHz
28
Spektrum 1H-NMR Katekin Hasil Isolasi dengan Pelarut Metanol -D3 Frekwensi 500 MHz