Post on 02-Jun-2018
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
1/67
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
2/67
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
3/67
SSCCIIEENNTTIIAAJJUURRNN AALL FFAARRMMAASSII DDAANN KKEESSEEHHAATTAANN
TTEERRBBIITTDDUUAAKKAALLIISSEETTAAHHUUNN
SSEETTIIAAPPBBUULLAANNFFEEBBRRUUAARRIIDDAANNAAGGUUSSTTUUSS
DD EEWW AA NN RR EEDD AA KK SSII
Penanggung Jawab :
Prof. H. Syahriar Harun, Apt
Pemimpin Umum :
DR.H.M. Husni Mukhtar,MS, DEA, Apt
Redaktur Pelaksana :
Verawati, M.Farm, Apt
Eka Fitrianda, M.Farm, Apt
Sekretariat :Afdhil Arel, S.Farm, Apt
Khairul
Dewan Penyunting :
Prof.H. Syahriar Harun,Apt
Prof.DR.H. Amri
Bakhtiar,MS,DESS,Apt
Prof.DR.H. Almahdy, MS, Apt
DR.H.M. Husni Mukhtar, MS, DEA, Apt
Drs. Yufri Aldi, MSi, Apt
Drs. B.A. Martinus , MSi
Hj. Fifi Harmely, M.Farm ,AptFarida Rahim, M.Farm, Apt
Revi Yenti, M.Si, Apt
Verawati, M.Farm, Apt
Ria Afrianti, M.Farm ,AptEka Fitrianda, M.Farm, Apt
Penerbit :
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang
ISSN : 2087-5045
Alamat Redaksi/Tata Usaha
STIFI Perintis
Jl. Adinegoro Km. 17 Simp. Kalumpang Lubuk Buaya Padang
Telp. (0751)482171, Fax. (0751)484522e-mail : stifi_perintis@yahoo.co.id
website : www.stifi-padang.ac.id
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
4/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
1
MEMBANDINGKAN KADAR DAN LAJU DISOLUSI TABLET ASAM
MEFENAMAT NAMA DAGANG DAN NAMA GENERIK
Revi Yenti, Firmansyah, Ayu Dwi Utami
STIFI Perintis Padang
Abstract
The determination of concentration and dissolution of mefenamic acid in trade name andgeneric name tablet has been done. Dissolution test was done in phospate buffer with pH 7,2 at 50
rpm for 60 minute using paddle method, while the concentration of mefenamic acid was measuredusing spectrophotometry at 285 nm. It was found that all of tested product were qualified, that is80% of the tablet were dissolve within 30 minutes and fullfil requirement of concentration for
mefenamic acid in tablet.
Keywords : mefenamic acid, dissolution test, spectrophotometry
PENDAHULUAN
Banyaknya pabrik obat yangmemproduksi obat dengan nama dagang
yang berbeda dan berbagai formula yangberbeda maka dibutuh kan suatu pedoman
pengobatan yang bertujuan untukmeningkatkan efektifitas dan keamanansuatu obat. Jika terjadi penyimpangankadar dari yang dicantumkan (zat
khasiatnya sangat rendah bahkan ada yangsama sekali tidak mengandung zatkhasiat), maka perlu dilakukan intervensi
regulasi misalnya dengan membatasi ataumenarik obat yang memang terbukti tidakbermanfaat atau obat-obat palsu.(Anonim,
2000).
Pemakaian bahan baku dan bahanpembantu yang bervariasi serta berbagaimacam formula dapat menunjukan
perbedaan sifat karakter istik fisik padatablet dan berpengaruh terhadap stabilitaskimia, fisika dan biofarmasetiknya. Jenis
dan jumlah bahan penbantu yangdigunakan dalam pembuatan tabletharuslah dipilih dengan tepat, walaupun
bahan tersebut tidak berkhasiat tetapidapat berpengaruh terhadap ketersediaanhayati obat dalam tubuh.
Anti Inflamasi Non Steroid(AINS) merupakan salah satu golonganobat yang banyak digunakan oleh
masyarakat baik yang diresepkan olehdokter maupun yang dijual bebas.
Golongan obat AINS dapat digunakanuntuk pengobatan inflamasi dan nyeri.
Dari suatu pengukuran kuantitaspenggunaan obat golongan AINS (dengan4 jenis obat) yang dilakukan oleh penelitisebelumnya didapatkan data bahwa
golongan obat AINS yang paling banyakdigunakan adalah Asam Mefenamat(46,46%) dan yang paling rendah
penggunaannya adalah ketoprofen (5,07%)(Anonim, 2009).
Oleh karena itu berdasarkan uraiandi atas peniliti ingin untuk melihat tingkat
keamanan tablet asam mefenamat denganmengetahui berapa kadar dan laju disolusiasam mefenamat dalam tablet dengan nama
dagang dan obat generik yang beredardipasaran.
METODE PENELITIAN
Alat
Desintegrator (pharmetest),hardnesstester, alat disolusi (pharmatest),
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
5/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
2
friabilator (pharmatest), spektrofotometerUV-Visibel (Shimadzu), timbangan digitaldan seperangkat alat gelas standar
laboratorium,
Bahan
Tablet asam mefenamat dengannama dagang dan nama generik, asammefenamat baku, larutan alkali hidroksida
(NaOH), dapar pospat 0,2M pH 7,2 danaquadest.
Pengambilan Sampel Tablet Asam
Mefenamat.
Pengambilan sampel dari satuapotik yang kemudian tiap jenis tablet
diberi kode OPA (Obat Dagang A), OPB(Obat Dagang B), dan OPC (Obat DagangC) . OGA (Obat Generik A), OGB (Obat
Generik B), dan OGC (Obat Generik C).
Pemeriksaan Kadar tablet
Ditimbang 20 tablet asam
mefenamat kemudian gerus, timbangsetara dengan 20 mg asam mefenamat,
masukkan kedalam labu ukur 100 ml,larutkan dengan NaOH 0,2 N, tambahkandapar fosfat 0,2 M hingga tanda batas
aduk sampai larut. Kemudian dipipet 10ml, masukkan kedalam labu ukur 100 ml,tambahkan dapar fosfat 0,2 M hingga
tanda batas, sehingga didapat konsentrasi20 g/ml, ukur serapan larutan padapanjang gelombang maksimum asam
mefenamat yang sudah ditentukan
sebelumnya. Kemudian hitung kadar yangdiperoleh.
Pemeriksaan Keseragaman Bobot
Tablet
Sejumlah 10 tablet yang telahdibersihkan dari debu ditimbang satupersatu dan dihitung bobot rata-rata tab let
dan standar deviasi.
Pemeriksaan Kekerasan Tablet
Pemeriksaan dilakukan terhadap
10 tablet, dimana tiap tablet diletakkanpada alat sehingga skala menunjukkanangka nol, kemudian putar penekan maka
tablet akan tertekan dan akhirnya pecah.Tepat pada saat pecahnya tablet skala
dibaca dan dicatat sebagai kekerasantablet. Kekerasan tablet diukur dalamsatuan kg/cm2.
Pemeriksaan Kerenyahan Tablet
Dilakukan terhadap 20 tablet yangbebas dar i debu ditimbang, kemudiandimasukkan kedalam alat, jalankan alat
biarkan berputar selama 4 menit (100rpm), keluarkan tablet tersebut danbersihkan dari debu dan ditimbang
kembali dan hitung besarnya kerapuhantablet dalam satuan persen.
Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet
Pada pemeriksaan waktu hancurdilakukan terhadap semua tablet dengan
menggunakan medium aquadest.
Pengukuran dilakukan terhadap 6 tablet,isi bejana dengan medium aquadest pada
suhu 36-37 oC, atur jumlah cairansehingga pada saat keranjang turunpermukaannya tidak tenggelam dalam
cairan dan pada saat keranjang naikpermukaan sebelah bawahnya tidakmelebihi permukaan cairan, masukkan
tablet satu persatu pada 6 tabung jalankanalat dengan kecepatan 30 rpm. Tabletdinyatakan hancur jika tidak ada bagian
yang tertinggal diatas kasa alat uji.
Penentuan Uji Disolusi Tablet Asam
Mefenamat
Pemeriksaan laju disolusi tabletasam mefenamat dilakukan berdasarkan
metoda pertama (metoda dayung) menurutUSP XXIV. Medium disolusi yangdigunakan adalah dapar pospat 0,2 M pH
7,2 dengan volume disolusi 900 ml dankecapatan putaran 50 rpm selama 60menit. Larutan dipipet sebanyak 5 ml pada
bagian tengahnya setelah menit ke 5, 10,
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
6/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
3
15, 30, 45, dan 60 menit. Masing-masinglarutan sample diukur serapannya denganspektrofotometer UV-Visibel pada
panjang gelombang maksimum. Kemudianditentukan kadar tablet yang terdisolusi.
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasilpenelitian dilakukan pengolahan datadengan metoda Anova dua arah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan mutu tablet
asam mefenamat dari beberapa namadagang dan generik dapat dilihat padatabel I.
Tabel I. Pemeriksaan Mutu Tablet Asam Mefenamat
PemeriksaanTablet
OPA
Tablet
OPB
Tablet
OPC
Tablet
OGA
Tablet
OGB
Tablet
OGC
Kadar zat aktif (%) 89,700,102 99,580,265 92,940,267 104,350,525 94,750,703 102,050,674
Keseragaman bobot(g)
0,73540,0019
0,74520,0012
0,63840,010
0,73020,006
0,71730,005
0,71040,002
Kekerasan (kg/cm2) 10,4
0,305
10,3
0,213
8,4
0,339
10,3
0,214
10,2
0,249
8,8
0,133
Kerenyahan (%) 0,79 0,82 0,98 0,82 0,87 0,92
Waktu hancur (menit) 42,16 36:14 20:16 38:12 28:27 23:51
Keterangan :
Tablet OPA = Obat nama dagang A
Tablet OPB = Obat nama dagang BTablet OPC = Obat nama dagang CTablet OGA = Obat generik A
Tablet OGB = Obat generik BTablet OGC = Obat generik C
Dari hasil tesebut kelima macamtablet tersebut memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam Farmakope Indonesiaedisi IV adalah tidak kurang dari 90% dantidak lebih dari 110% dari yang tertera
pada etiket. Sedangkan untuk OPA tidakmemenuhi persyaratan, didapatkan hasilyang sedikit menyimpang yaitu 89,70%.
Hal ini bisa disebabkan oleh prosespembuatan dan jumlah bahan obat yangdigunakan tidak memenuhi persyaratan.
Persyaratan untuk tablet yangbobo t lebih besar dari 300 mg tidak lebih
dari 2 tablet mempunyai penyimpanganlebih besar dari 5% dan tidak boleh ada
satupun tablet yang penyimpangannyalebih besar dari 10%. Perbedaan variasi
bobo t tab let akan menyebabkankandungan zat aktif pada setiap tabletakan berbeda. Penyimpangan bobot tablet
dipengaruhi oleh jumlah bahan yangdiisikan ke dalam ruang cetakan tablet(punch dan die) (Ansel, H.C., 1989;
Firmansyah, 1989). Hasil yang didapatmemenuhi persyaratan bobot tablet.
Persyaratan kekerasan untuk tabletkecil adalah 4 7 kg/cm2, sedangkanuntuk tablet besar 4 13 kg/cm2.
Kekerasan tablet ini sangat berpengaruhiterhadap uji disolusi dan waktu hancur,
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
7/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
4
jik a tablet ter lalu keras maka uji disolusidan waktu hancurnya akan menjadilambat. Kekerasan tablet dapat
dipengaruhi oleh formulasi yaitu jumlahpartikel halus (kadar fine) didalam tab letterlalu banyak sehingga menyebabkan
daya ikat antar masa cetak menjadi kecil,sehingga tablet yang dihasilkan menjadi
rapuh. Jika jumlah bahan pengikat yangdigunakan dalam formulasi melebihi batasyang ditetapkan maka tablet yang
dihasilkan akan menjadi keras begitu jugasebaliknya jika bahan pengikat yangdigunakan sedikit maka tablet yang
dihasilkan akan menjadi rapuh (Ansel,H.C., 1989; Firmansyah, 1989). Hasilyang didapat tablet asam mefenamat
memenuhi persyaratan.
Uji kerenyahan merupakan uji
untuk menentukan kemampuan dan dayatahan tablet terhadap gesekan dangoncangan selama waktu proses
pengepakan dan transportasi hinggasampai ke tangan konsumen. Tablet
memenuhi persyaraatan uji kerenyahanjik a uji kerenyahan yang diperoleh adalah0,8-1% (Ansel, H.C., 1989; Firmansyah,
1989). Dari hasil yang didapat keenam
produk ini memenuhi persyaratankerenyahan tablet.
Persyaratan waktu hancur tabletmenurut Farmakope Indonesia edisi IV
yang menetapkan bahwa kecualidinyatakan lain waktu hancur untuk tabletbiasa tidak lebih dari 15 menit dan untuk
tablet bentuk salut selaput tidak bolehlebih dari 60 menit. Pengujian waktu
hancur dilakukan bertujuan supaya tabletharus hancur, kemudian melepaskankomponen obat ke dalam cairan tubuh
untuk dilarutkan, sehingga obat akandiabsorbsi dalam saluran cerna (Ansel,H.C., 1989). Waktu hancur berkaitan
dengan kekerasan tablet yaitu denganbertambah keras tablet maka waktu hancurakan menjadi lebih lama. Tablet asam
mefeamat berada dalam bentuk tablet salutselaput, dari hasil yang didapat semuatablet memenuhi persyaratan yaitu hancur
sempurna.
Tabel II. Pemeriksaan Uji Disolusi Tablet Asam Mefenamat
Waktu
% terdisolusi
OPA OPB OPC OGA OGB OGC
0 0 0 0 0 0 0
5
29.97
0.015
33.23
0.011
45.38
0.012
31.99
0.003
44.91
0.032
49.23
0.015
10
53.26
0.006
59.50
0.053
72.19
0.011
54.73
0.008
70.08
0.112
61.27
0.090
15
62.54
0.117
74.88
0.115
81.62
0.021
63.04
0.091
79.13
0.161
71.88
0.308
30 77.34 84.50 90.34 82.97 88.80 89.75
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
8/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
5
0.072 0.150 0.153 0.326 0.145 0.153
45
89.99
0.136
93.77
0.157
95.85
0.185
91.93
0.170
95.10
0.156
92.10
0.173
60
98.05
0.171
100.22
0.195
103.18
0.185
100.01
0.043
99.41
0.166
102.14
0.200
Gambar 1. Profil disolusi tablet asam mefenamat
Penentuan uji disolusi yaitumenghitung kadar asam mefenamat yang
terdisolusi atau terlarut pada menit menit tertentu, yang dilakukan selama 60menit dapat dilihat pada tabel II dan
gambar 1. Hasil yang diperoleh semuatablet memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia edisi IV kecuali OPA baruterdisolusi 77,34%.
Penetapan model kinetika
pelepasan tablet asam mefenamatdilakukan dengan menggunakan
menggunakan berbagai persamaankinetika orde. Hasil yang diperoleh dapatdikatakan bahwa model k inetika pelepasan
obat yang baik adalah mengikuti orde satukarena nilai korelasinya mendekati satuyaitu sebagai berikut tablet OPA = 0.952,
OPB = 0.964, OPC = 0.947, OGA = 0.958,OGB = 0.985, OGC = 0.973.
Dari hasil yang didapat dibuat
analisa data dengan metoda analisa yaitumetoda Anova Dua Arah. Pada antar
perlaku an dar i perbandingan tiap sampel
pada = 0,05 dan pada = 0,01,memberikan nilai bahwa F hitung
perlaku an dan waktu lebih kecil dari padaF tabel. Ini menandakan bahwa kadar
persen tase tablet asam mefenamat yangterdisolusi dalam medium tidak berbedanyata tidak signifikan. Ini membuktikan
bahwa tidak ada perbedaan mutu antaraobat nama dagang dan bentuk generik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan pada pemeriksaan kadar zataktif dan pemeriksaan uji disolusi dapatdiambil kesimpulan bahwa tablet dengan
nama dagang maupun nama generik tidakmemberikan perbedaan yang bermakna
dengan kata lain memenuhi persyaratan
terkecuali untuk tablet dagang A, kadaryang didapat sedikit menyimpang dari
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
9/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
6
ketentuan Farmakope Indonesia Edisi IVyaitu 89,70 % dan persen zatterdisolusinya pada waktu 30 menit yaitu
77,34 %.
Saran
Disarankan untuk peneliti
selanjutnya melakukan penelitian terhadaplaju absorbsinya secara invivo.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000,Bagian Organisasi dan
Hukum, Volume 1 Edisi VIII,
Jakarta.
Anonim, 2009, Pengukuran Kuantitas danKualitas Peresepan Obat Golongan
AINS Pada Pasien Rawat Jalan di
RSI Surakarta Jakarta.2008 Dengan
Metoda DU 90%
http://rac.uii.ac.id/harvester/index.ph
p/record/view/3284.Diakses 10 des
2009.
Ansel H. C., 1989Introduction to
Pharmaceutical Dosege Farmasi,
Terjemahkan oleh F, Ibrahim,Pengantar Bentuk Seiaan Farmasi,
Edisi Keempat, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia,
Edisi IV, Jakarta.
Firmansyah, Formulasi Tablet, Departemem
Pendidikan dan Kebudayaan,
Padang, 1989.
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
10/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
7
PENETAPAN KADAR VITAMIN B1 PADA BERAS MERAH
TUMBUK, BERAS MERAH GILING, DAN BERAS PUTIH GILING
SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV- VISIBEL
Regina Andayani1, Syahriar Harun2, Vica Kurnia Maya21Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang
2STIFI Perintis Padang
Abstract
A research about analysis of vitamin B1 on the pounded red rice, the milled red rice and
the milled rice using spectrophotometry of UV-Visible had been performed. Vitamin B1 was
reacted with a bromothymol blue to form an ion-association complex in a weak-base aqueoussolution in the presence of solubilization agent (polyvinyl alcohol). The wavelength of maximum
absorbance was 441 nm.The method has high selectivity and could be applied to direct
spectrophotometric determination of vitamin B1 in aqueous phase without organic solvent
extraction. The concentration of vitamin B1 on the pounded red rice was 0,2887 % + 0,243, on the
milled red rice was 0,2265 % + 0,198, and the milled rice was 0,2129 % + 0,190. The LSD test on
the = 0,05 and = 0,01 showed that the highest concentration of vitamin B1was found in the
pounded red rice followed by the milled red rice and the milled rice.
Keywords : Vitamin B1, pounded red rice, milled red rice, milled rice, spectrophotometry UV-
Visible
PENDAHULUAN
Vitamin B1 atau Tiamin merupakan
salah satu vitamin yang dibutuhkan untuk
menimbulkan nafsu makan dan membantu
penggunaan karbohidrat dalam tubuh dan
sangat berperan dalam sistim saraf.
Kebutuhan vitamin bagi tubuh sebenarnyasangat cukup tersedia, ada unsur-unsur
vitamin alami di dalam makanan yang di
santap setiap hari. Kebutuhan harian akan
vitamin berbeda-beda berdasarkan jenis usia,
jenis kelamin dan bisa juga berdasarkan jenis
pekerjaanya. Masing-masing jumlah vitamin
B1 yang di butuhkan untuk bayi 0,4-0,5
mg/hari, anak-anak 0,7-1,0 mg/hari, pria
dewasa 1,2-1,3 mg/hari, wanita dewasa 1,0-
1,1 mg/hari, ibu hamil 1,5 mg/hari dan ibumenyusui 1,6 mg/hari. (Andi,H.N,1987;
Murray, R.K et al.,1997; Gan, S., 1995;
Soeharto, P.K., 1991).
Tiamin terdapat hampir pada semua
tanaman dan jaringan tubuh hewan yang
lazim digunakan sebagai bahan makanan
tetapi kandungan vitamin ini biasanya kecil.
Sumber vitamin B1 contohnya sereal,gandum, kentang, ikan, telur, hati, ginjal,
jantung, otak, susu sapi dan ASI. Biji-bijian
yang tidak digiling sempurna merupakan
sumber tiamin yang baik. Tiamin dalam
makanan dalam bantuk bebas atau dalam
bentuk kompleks dengan protein atau
kompleks protein phosfat, pada prinsipnya
tiamin berperan sebagai koenzim dalam
reaksi-reaksi yang menghasilkan energi dari
karbohidrat dan memudahkan pembentukan
senyawa kaya energi yang disebut ATP (
adenosil triposfat ).
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
11/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
8
Dampak kekurangan vitamin B1 ini
dapat menimbulkan penyakit beri-beri .
Umumnya penyakit yang ditemukan tahun
1642 di Indonesia ini banyak menyerang
masyarakat dengan makanan pokoknya beras
giling seperti Indonesia, India, Cina, Jepang,Malaysia dan Negara lainnya. Kekurangan
vitamin tersebut dapat disebabkan karena
vitamin ini tidak stabil pada pemrosesan
tertentu dan penyimpanan, karena itu aras
kandungan vitamin dalam makanan yang
diproses dapat sangat menurun. (DepKes RI,
1974)
Penetapan kadar vitamin B1 dapat
dilakukan dengan cara gravimetri, volumetri,fluorometri, kolorimetri dan kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT). (DepKes
RI,1995; Garrat, D.C.,1964; Herlich,
K,1990). Penentuan kadar vitamin B1 pada
sediaan farmasi menggunakan beberapa
macam pewarna (dye) asam trifenilmetan
telah dilakukan dan diperoleh hasil yang baik
(Liu,S., et al,2002). Oleh karena itu metode
tersebut dicoba digunakan untuk menetapkan
kadar vitamin B1 pada sampel makananseperti ; beras merah tumbuk, beras merah
giling dan beras putih giling menggunakan
biru bromotimol sebagai senyawa
pengompleks yang dapat membentuk
kompleks asosiasi ion dengan vitamin B1
menggunakan polivinyl alkohol (PVA)
sebagai zat pensolubilisasi yang
menghasilkan senyawa yang larut dalam air
dan diukur dengan spektrofotometri UV
Visible pada panjang gelombang 441 nm.
METODE PENELITIAN
Alat
Spektrofotometer UV-Visibel
(Shimadzu 265), erlenmeyer, gelas piala,
gelas ukur, corong, batang pengaduk, pipet
takar, pipet tetes, karet hisap, labu semprot,
timbangan digital, labu ukur, pH meter.
Bahan
Polivinyl alkohol 1%, etanol netral
40 %, larutan biru bromotimol 0,05 %,larutan
dapar NH4CL-NH4OH 0,2 M (49:1) pH 7,6,
kalium heksasianoferat (III) 5% timbal (II)asetat 10 %, indikator fenolftalein, asam
klorida 3 N, tiamin HCL ( BDH Biochemical
), kertas saring, aquadest.
Prosedur
Persiapan sampel
Sampel yang digunakan adalah beras
merah tumbuk, beras merah giling dan berasputih giling yang diambil dari daerah Kayu
Aro Kerinci, Jambi. Sampel di haluskan
dengan blender kemudian timbang 5 gram
sampel masukan dalam erlenmeyer 50 ml
cukupkan dengan aquadest sampai tanda
batas, kocok, kemudian saring dengan kertas
saring masukan dalam labu ukur 50 ml,
cukupkan dengan aquadest sampai tanda
batas.
Pembuatan Larutan Induk Vitamin B1500
g/ml (Liu, S.,et al.,2002)
Ditimbang 25 mg Vitamin B1
kemudian larutkan dengan air suling dalam
labu takar 50 ml tepatkan sampai tanda batas.
Pengukuran Panjang Gelombang Serapan
Maksimum (Liu, S.,et al.,2002)
Dari larutan induk di pipet 4 mlmasukkan dalam labu ukur 25 ml, sehingga
diperoleh konsentrasi 80 g/ml, tambahkan 2
ml dapar amonia, ditambah 3,3 ml biru
bromotimol 0,05 % dan 1,5 ml polivinyl
alkohol 1 %, cukupkan dengan aquadest
sampai tanda batas, kocok homogen, lalu
tentukan panjang gelombang serapan
maksimum dengan spektrofotometer VV
VISantara (400-800) nm.
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
12/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
9
Pengukuran Kadar Vitamin B1
Larutan induk Vitamin B1 (500
g/ml) dipipet sebanyak2; 2,5; 3; 3,5; 4 ml
dan masing-masing larutan dimasukkan
dalam labu ukur 25 ml. Ke dalam masing-masing labu ditambahkan 1,2 ml dapar
amonia, 2,7 ml biru bromotimol 0,05 % dan
0,7 ml polivinyl alkohol 1% kemudian
cukupkan dengan aquadest sampai tanda
batas, dikocok homogen, sehingga diperoleh
konsentrasi larutan vitamin B1 berturut-turut
40,50,60,70, dan 80 g/ml. Ukur serapan
masing-masing larutan pada panjang
gelombang maksimum yaitu 441 nm
kemudian data absorban dan konsentrasilarutan standar digunakan untuk membuat
kurva kalibrasi.
Pengukuran vitamin B1 pada sampel
dilakukan dengan memipet 5 ml filtrat
sampel dan masukan dalam labu ukur 25 ml
tambahkan 1,5 ml dapar amonia, tambahkan
3 ml biru bromotimol 0,05 %, tambahkan 1
ml polivinyl alkohol 1 %, kemudian
cukupkan dengan aquadest sampai tanda
batas, kocok homogen dan ukur serapan
dengan spektrofotometer UV-Visibel pada
panjang gelombang 441 nm.
Pengolahan Data
Kadar Vitamin B1ditentukan dengan
menggunakan kurva kalibrasi dari larutan
standar yang dihitung dengan menggunakan
rumus :
Cs ( mg/g) =w
xfpxVC
Keterangan : C = konsentrasi rata-rata (
g/g), fp = faktor
pengenceran, V = volume
filtrat (ml), W = berat
sampel ( g )
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan kadar vitamin B1 yang
terdapat pada beras merah tumbuk, beras
merah giling dan beras putih giling dilakukan
dengan metoda spektrofotometer UV-VIS
menggunakan kompleks asosiasi ion antara
vitamin B1 dengan biru bromotimol. Metoda
ini sederhana, mudah dan selektif dengan
menggunakan sampel dalam jumlah yang
sedikit dengan waktu yang singkat, dan dapat
diterapkan untuk penentuan spektrofotometri
secara langsung pada vitamin B1 dalam fase
air tanpa melakukan ekstraksi dengan pelarut
organik.
Vitamin B1+ bereaksi dengan biru
bromotimol pada pH 7,6 ditunjukkan dengan
perubahan warna larutan dari tidak berwarna
menjadi kuning. Kompleks vitamin B1+
dengan biru bromotimol merupakan
kompleks asosiasi ion yang berwarna yang
dapat diamati pada panjang gelombang
serapan maksimum 441 nm (Liu, S., et
al.,2002). Keadaan pH yang lebih tinggi atau
lebih rendah dari 7,6 dapat mempengaruhiperanan biru bromotimol yang merupakan
indikator, karena keasaman larutan berperan
besar pada reaksi warna, oleh karena itu
untuk mengontrol keasaman larutan dapat
digunakan larutan dapar NH4Cl NH4OH 0,2
M agar tidak terjadi penurunan nilai serapan (
Liu, S., et al.,2002).
Untuk meningkatkan kelarutan
senyawa kompleks vitamin B1 dengan birubromotimol dalam air perlu ditambahkan
polivinyl alkohol sebagai zat pensolubilisasi
yang merubah kompleks asosiasi ion yang
bersifat hidrofob menjadi bentuk misel selain
itu penambahan polivinyl alkohol juga
membentuk larutan tetap jernih sehingga
perubahan warna yang terjadi dapat diamati
dengan jelas.
Pada pembuatan kurva kalibrasi
semakin tinggi konsentrasi vitamin B1 maka
semakin meningkat juga penambahan larutan
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
13/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
10
0
0.2
0.4
0.6
0.8
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi (ppm)
Absorban
dapar serta zat pensolubilisasi yang
dibutuhkan, untuk memperoleh hasil yang
linear antara konsentrasi dengan serapan.
Standar vitamin B1 dibuat dengan
konsentrasi 40, 50, 60, 70 dan 80 g/ml
sehingga diperoleh kurva kalibrasi dengan
persamaan regresi Y = - 0,1754 + 0,0109 x
dengan harga koefisien korelasi r adalah
0,99472.
Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar vitamin B1 dalam dapar amonia + PVA1 % + BBT 0,05 %
Ketelitian adalah ukuran yang
menunjukan derajat kesesuaian antara hasil
uji individual dan rata rata jika prosedur
ditetapkan secara berulangulang. Ketelitian
diukur sebagai simpangan baku dan koefisien
variasi dari masingmasing pengukuran.
Untuk pengukuran kadar vitamin B1 pada
sampel dengan 3 kali pengulangan diperoleh
SD untuk beras merah tumbuk 0,243, beras
merah giling 0,198 dan beras putih giling
0,190. Sedangkan nilai KV yang di peroleh
untuk beras merah tumbuk 0,419 %, beras
merah giling 0,437 % dan beras putih giling
0,449 % hasil ini memenuhi kriteria, karena
nilai standar deviasi atau koefisien variasi 2
% atau kurang.
Tabel 1. Penentuan kadar vitamin B1dalam sampel menggunakan spektrofotometri UV-Visibel pada panjang gelombang 441 nm
Sampel AC
(g/ml)C
(g/ml)
KadarVitamin B1
(mg/g)SD
KV
(%)
Beras merahtumbuk
1. 0,457 1. 58,018
57,743 2,887 0,243 0,4192. 0,452 2. 57,559
3. 0,453 3. 57,651
Beras merah
giling
1. 0,317 1. 45.174
45,296 2,265 0,198 0,4372. 0,318 2. 45,266
3. 0,320 3. 45,449
Beras putih 1. 0,288 1. 42,513 42,574 2,129 0,190 0,446
y = -0,1754 +0,0109 x
r = 0,99472
(g/ml)
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
14/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
11
giling 2. 0,287 2. 42,422
3. 0,291 3. 42,789
Hasil pemeriksaan kadar vitamin B1dalam sampel beras diperlihatkan padatabel 1. Beras merah tumbuk mengandung
vitamin B1dengan kadar tertinggi yaitu 2,887mg/g, yang diikuti dengan beras merah giling2,265 mg/g dan beras putih giling 2,129
mg/g. Pada uji statistik menggunakanANOVA satu arah dilanjutkan uji beda nyataterkecil diperoleh perbedaan yang sangat
signifikan (p
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
15/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
12
PEMERIKSAAN KADAR KALIUM DAN NATRIUM PADA HERBA
Centella asiatica(L) URBAN DENGAN METODA
FOTOMETRI NYALA
Roslinda Rasyid, Mahyuddin dan Miza AgustinFakultas Farmasi Universitas Andalas
Abstract
A research on potassium and sodium concentration inspection has been done to Centellaasiatica (L) Urban herbal using Flame Photometry Method, it is a method of spectrum line
intensity measurement which is transmitted by element which excitated in flame. The analysisprinciple is by altering solid or liquid form to gas form and spread it, then excitate the particles to
breed flame emission. From the research, it was found that potassium concentration of dry samplepegagan herbal was 2.58% and from wet sample was 2.14%, while sodium concentration of drysample pegagan herbal was 2.65% anf from wet sample was 2.19%.
Keyword : Centella asiatica, potassium, sodium, flame photometry
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sejak dahulu telah
terbiasa dengan penggunaan obat-obattradisional. Pengetahuan ini telah diwariskansecara turun temurun berdasarkan kebiasaan
semata. Seiring dengan meningkatnyaperkembangan ilmu pengetahuan danteknologi, penelitian kearah obat-obat
tradisional semakin meningkat pula. Para ahliberusaha menyelidiki komponen apa sajayang terkandung pada tumbuhan serta
pengaruhnya terhadap penyakit (Sitakusuma,1987).
Centella asiatica (L) Urban atauyang biasa dikenal dengan nama Pegagan(family Umbeliferaceae) merupakan salah
satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat.Kandungan kimia utama dari tumbuhan
pegagan yaitu asam asiatat, asiatikosida danasam madekasat. Kandungan kimia lainnyayaitu karotenoid, valerian, resin, tannin,
minyak menguap dan garam-garam mineralseperti kalium, natrium, magnesium, kalsiumdan besi (Widowati, et al., 1992; Schaneberg,
et al., 2003; Achyad dan Rasydah, 2000).
Kandungan kalium dan natrium
menyebabkan tumbuhan pegagan berkhasiatsebagai diuretic dan pemecah batu ginjal.
Kalium akan bereaksi dengan batu ginjal
yang berupa kalsium karbonat membentukkalium karbonat. Endapan batu ginjal ini
kemudian larut dan keluar bersama urin.Mineral natrium akan membantu pengeluaranair seni yang disebut dengan efek dieresis.
Mineral ini akan menambah kecepatanpembentukan volume urin (Mariani, 2008).
Pada penelitian ini penentuankandungan kalium dan natrium dalam herbapegagan dilakukan dengan menggunakan
metoda Fotometri Nyala. Metoda ini cocok
digunakan karena kalium dan natriummerupakan unsur yang mudah tereksitasi
dengan memancarkan sinar yangkarakteristik dengan intensitas yang cukup
tinggi untuk diukur dengan fotosel (Horwitz,1990; Vogels, 1978).
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain herba pegagan, asamnitrat pa (merck), asam sulfat pa (merck),
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
16/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
13
kalium klorida pa (merck), natrium kloridapa (merck), asam klorida pa (merck), larutanstandar kalium 1000 ppm, larutan standar
natrium 1000 ppm dan aquadest. Sedangkanalat yang digunakan adalah Fotometri Nyala(140-Corning), timbangan digital, labu
Kjeldahl, desikator, blender, ayakan dan alat-alat gelas lainnya yang biasa digunakan di
laboratorium.
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah herbal pegagan yangdiambil di daerah Batusangkar KabupatenTanah Datar dan diidentifikasi pada
Herbarium Jurusan Biologi (ANDA) FakultasMIPA Universitas Andalas. Sampeldibersihkan dari kotoran dan ditimbang
sebanyak 1 Kg, dicuci dengan aquadest,dikering anginkan dan sebagian dipotongkecil-kecil dan digunakan untuk penentuan
kandungan air. Sampel kering diblender dandiayak dengan ayakan 180 m hinggadidapatkan sampel dalam bentuk bubuk
halus.
Sampel yang telah dihaluskandidestruksi basah menggunakan pelarut asamnitrat pekat dan asam sulfat pekat. Sebanyak
1 gram sampel dimasukan ke dalam labu
kjeldahl, ditambahkan 10 ml asam sulfatpekat dan dikocok, kemudian ditambahkan 5
ml asam nitrat pekat dan beberapa buah batudidih, dikocok hingga bercampur, diamkanselama 30 menit. Kemudian dipanaskan
perlahan-lahan sampai semua sampel larutdan mendidih hingga asam nitro kuningkeluar sebanyak mungkin. Dilanjutkan
dengan penambahan asam nitrat pekat 1 2ml dan dipanaskan hingga seluruh bahanorganik terbakar, dipanaskan hingga asap
putih dari sulfat timbul, didinginkan,
diencerkan hingga volume 50 ml. Sampelhasil destruksi dipipet sebanyak 2 ml di
diencerkan hingga 25 ml dengan aquadestkemudian dilakukan pengukuran emisi nyala
sampel dengan fotometer nyala, dimanasebelumnya alat yang digunakan dikalibrasidengan deretan standar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan kadar air sampeldilakukan sesuai dengan yang tertera pada
Farmakope Indonesia IV dan didapatkanhasil rata-rata kandungan air sampel sebesar17,21%.
Perlakuan sampel setelah dikeringanginkan adalah dengan menjadikannya
serbuk yang bertujuan untuk mempercepatproses destruksi. Bentuk serbuk memiliki
luas permukan yang lebih besardibandingkan dengan bentuk tumbuhandalam keadaan utuh sehingga larutan
pendestruksi akan lebih mudah berpenetrasi.Proses destruksi bertujuan untukmenghilangkan, merombak dan memutuskan
ikatan-ikatan senyawa organik yang terdapatdalam sampel sehingga yang tinggal hanyasenyawa anorganik saja. Metoda destruksi
yang digunakan adalah metoda destruksibasah. Metoda ini digunakan karenapengerjaannya lebih sederhana, oksidasi
kontinyu dan cepat dan unsur-unsur yangdiperoleh mudah larut sehingga dapatditentukan dengan metoda analisa tertentu
(Raimon, 1992; Lisawati, 1985).
Proses destruksi menggunakancampuran asam sulfat pekat dan asam nitratpekat sebagai pengoksidasi. Destruksi basah
menggunakan larutan pendestruksi campuran
ini memberikan hasil yang lebih baik karenadestruksi lebih sempurna dan suhu
pemanasan tidak terlalu tinggi sehinggakemungkinan kehilangan unsur renik akibatpenguapan dan retensi menjadi lebih kecil.
Destruksi dimulai dengan pemanasanrendah dan selanjutnya ditinggikan perlahan-
lahan sampai sampel larut sempurna.Sebelum pemanasan, campuran sampel danpelarut dibiarkan lebih kurang 30 menit agar
proses penetrasinya lebih sempurna.
Beberapa batu didih ditambahkan agarpemanasan lebih merata dan mencegah
terjadinya bumping. Proses destruksi ditandaidengan keluarnya asap nitro yang berwarna
kuning. Kemudiann dilanjutkan denganpenambahan 1 2 ml asam nitrat pekat yangbertujuan untuk menyempurnakan proses
destruksi. Destruksi dikatakan sempurna bilatelah diperoleh larutan jernih yangmenunjukan bahwa semua konstituen telah
larut sempurna atau perombakan senyawaorganic telah berjalan dengan baik.Selanjutnya larutan jernih ini diencerkan
dengan aquadest guna penentuan kandungan
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
17/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
14
kalium dan natriumnya menggunakanfotometer nyala.
Metoda fotometri nyala merupakan
metodda yang sangat tepat digunakan untukpenentuan kadar kalium dan natrium karenaunsure-unsur ini merupakan logam golongan
IA yang sangat mudah tereksitasi denganmemancarkan sinar yang karakteristik
dengan intensitas yang cukup tinggi untukdiukur dengan fotosel. Kalium akanmenghasilkan intensitas yang tinggi pada
panjang gelombang 766,5 nm sedangkannatrium pada panjang gelombang 589,0 nm.Sebelum pengukuran kadar kalium dan
natrium dari sampel terlebih dahulu dibuatlarutan standar kalium dan natrium dari
kalium klorida dan natrium klorioda dengankonsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. Hasilpengukuran emisi larutan standar kalium
pada panjang gelombang 766,5 nmdidapatkan kurva kalibrasi dengan persamaanregresi Y = 0,057 + 0,0107x dan koefisien
korelasi (r) = 0,998. Sedangkan pengukuranemisi larutan standar natrium pada panjang
gelombang 589,0 nm menghasilkanpersamaan regresi Y = 0,0162 + 0,00476xdan koefisien korelasi (r) = 0,998.
Pengukuran emisi larutan sampel hasildestruksi dikonversikan pada kurva kalibrasilarutan standar
Gambar 3. Kurva kalibrasi standar kalium klorida
Gambar 4. Kurba kalibrasi standar natrium klorida
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
18/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
15
Hasil pengukuran emisi nyala sampelmenunjukkan bahwa terdapat kadar yanghampir sama antara kalium dan natrium yang
terkandung di dalam herba pegagan. Kadarkalium di dalam sampel kering adalahsebesar 2,58% sedangkan kadar natrium
2,65%. Kadar air sampel basah yangdidapatkan adalah sebesar 17,21%, sehingga
didapatkan kadar kalium dalam sampel basahsebesar 2,14% sedangkan kadar natriumdalam sampel basah adalah sebesar 2,19%.
Besar kecilnya kandungan mineral kaliumdan natrium diduga dipengaruhi olehberbagai factor diantaranya keadaan tanah,
letak geografis, tempat tumbuh dan keadaanmusim.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan dapat disimpulkan bahwa kadarkalium yang terdapat dalam herba pegagan
kering adalah sebesar 2,58% dan pada herbapegagan segar 2,14%. Sedangkan kadar
natrium pada herba pegagan kering adalah2,65% dan pada herba pegagan segar 2,19%.Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat
memeriksa kandungan kalium dan natriumdari jenis tumbuhan lain dengan metode yangsama.
DAFTAR PUSTAKA
Achyad, D.E. dan R. Rasydah, Pegagan(Centella asiatica (L) Urban),http://www. Asiamaya.com
Becker, C.A. and R.C. Bachizen, Flora of
Java, Vol. I, N.V.P. Noordhoff,Broningen, The Netherland, 1965.
Elvers, B., Wilmanns Encyclopedia ofIndustrial Chemistry, Vol. A15,
Verlags Gessell Shaft Moit,Weinheinm, 1990.
Geniswara, S.G., Farmakologi dan Terapi,Edisi IV, Bagian FarmakologiFakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 1995.
Horwitz, W., Official Methods of AnalysisAssociation of Official AnalyticalChemists, 15th Ed., Vol. Two, USA,
1990.
Lisawati, Y., Perbandingan Metoda Destruksi
Basah dan Kering TerhadapPencemaran Logam Fe, Cu dan Zn,Jurnal Universitas Andalas, 1985.
Mariani R., Mencegah Batu Ginjal dan BatuEmpedu, http://www.pikiran-
rakyat.com
Materia Medika Indonesia, Jilid I, 34 39,Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1977.
Raimon, Perbandingan Metoda Destruksi
Basah dan Kering TerhadapPencemaran Logam Fe, Cu dan Zn,BPPI Palembang, Edisi BIPA,
Palembang, 1992.
Schaneberg, B.T., J.R. Mikell, E. Bedir and.
I.A. Khan, An Improve HPLCMethod for QualitativeDetermination of Six Triterpenes in
Centella asiatica Extract andCommercial Product,http://www.herbmed.org., Juni, 2003
Sitakusuma, T., Kimia dan Lingkungan,pusat Penelitian Universitas Andalas,
Padang, 1987
Tang, W. and Eisbrand, G., Chinese Drug ofPlant Origin : Chemistry
Pharmacology Use in Traditional andModern Medicine, Springer Verlag
Published, Germany, 1982.
Vogels, A., Kimia Analisis KuantitatifAnorganik, Edisi IV, diterjemahkan
oleh L. Setiono dan A.H.Pudjaatmaka, Penerbit BukuKedokteran, Jakarta, 1974.
Vogels, A Textbook of Qualitative InorganicAnalysis, 4thEd., 1978
Widowati, L., P. Astuti, D. Indrari dan D.Sundari, Beberapa Informasi Khasiat
Keamanan dan Fitokimia Tanaman
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
19/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
16
Pegagan, Centella asiatica (L)Urban, Prosiding Seminar Pegagandan Cabe Jawa, Vol. I, Jakarta 8 9
Januari 1992, Kelompok KerjaTanaman Obat Indonesia, Jakarta,1992.
Winarto, W.P. dan M. Surbakti, Khasiat danManfaat Pegagan : Tanaman
Penambah Daya Ingat, PenerbitAgromedia, Jakarta, 2003.
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
20/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
17
PENENTUAN KADAR KALSIUM PADA IKAN KERING AIR LAUT
DAN IKAN KERING AIR TAWAR DENGAN METODA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Ria Afrianti, Syahriar HarunSTIFI Perintis
Abstract
A research has been done to determining calcium concentration on dry saltwater
and freshwater fish using atomic absorption spectrophotometry method ini 422,7 nm. From
the research, calcium concentration found in dry saltwater fish were 7,565 mg/g and 8,145
mg/g respectively for Stelophorus sp and Goura sp. Meanwhile calcium concentration indry freshwater were 19,155 mg/g and 13,775 mg/g respectively for Trichogaster
pectoralisandMystacoleuseus padangensis.
Keywords : calcium determination, Stelophorus sp, Goura sp, Trichogaster pectoralis,Mystacoleuseus padangensisAtomic Absorption Spectrophotometry
PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu bahanmakanan yang mengandung nutrisi yangtinggi seperti : protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral. Ikan berdasarkantempat hidupnya dibagi atas dua bagian yaituikan air laut dan ikan air tawar. Contoh ikan
air laut antara lain : ikan tongkol, ikantenggiri, ikan teri, ikan beledang dan ikankakap sedangkan contoh ikan air tawar antara
lain : ikan mas, ikan nila, ikan bilih, ikan
sepat dan ikan mujair. Kandungan mineralyang dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak
antara lain : fosfor, kalsium dan magnesium(H.d. Belitz. W. Grosch, 1981).
Kalsium adalah mineral yang paling
banyak dibutuhkan oleh tubuh, terdapatdalam jumlah 1,5-2 % dari keseluruh berattubuh. Lebih 99 % kalsium terdapat dalam
tulang. Kalsium juga merupakan komponenpenting dalam pembentukkan gigi. Kalsiumsangat penting untuk mengatur sejumlah
besar aktivitas fungsi saraf dan otot, kerjahormon serta pembekuan darah. Dengan
mengkonsumsi kalsium sejak dini dapatmencegah terjadinya osteoporosis dimasa tua(Darmono, 1995; Winarno, F.G, 1997).
Kalsium dalam tulang sangat penting
dalam susunan komposisinya, berat keringmengandung sekitar 460 g Ca/kg, 360gprotein/kg dan 180g lemak/kg. Komposisi ini
bervariasi menurut umur dan susunan nutrisidari hewan. Kebutuhan kalsium dapatdiperoleh dari susu, kuning telur, keju,
kacang-kacangan, sayur-sayuran dan ikan
(Robert, K, Muray, 1990 ).
Penetapan kadar kalsium dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara laindengan metode titrasi kompleksometri, titrasipermanganometri dan spektrofotometri
serapan atom. Prinsip penelitian adalahsampel didestruksi terlebih dahulu denganmenggunakan pelarut asam kuat dibantu
dengan pemanasan sehingga diperoleh hasildestruksi yang sempurna ditandai denganlarutan jernih. Pada penelitian ini kadar
kalsium pada ikan kering air laut dan ikankering air tawar ditentukan dengan
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
21/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
18
menggunakan metode spektrofotometriserapan atom (Day, A.R, A.K, Underwood,1996; Rivai. H. 1995). Pada penelitian ini
sampel dibatasi karena keterbatasan waktudan dana. Dimana ikan kering air lautdiambil dua jenis yaitu ikan teri (Stelophorus
sp) dan ikan beledang ( Goura sp) serta duajenis ikan kering air tawar yaitu ikan bilih (
Mystacoleuseus padangensis) dan ikan sepat( Trichogaster pectoralis).
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Spektrofotometri serapan atom
alfa 4 , labu Kjeldahl, timbangan analitikdigital, pipet gondok, corong, gelas ukur,labu ukur, beker glass, pipet mikro, oven,
desikator, cawan penguap, kertas saring
whatman 42. Sampel ikan kering yaitu:
ikan kering yang berasal dari laut (ikanteri dan ikan beledang) dan ikan kering
yang berasal dari air tawar (ikan bilih dan
ikan sepat), asam nitrat pekat p.a
(Merck), hidrogen peroksida pekat p.a(Merck), asam klorida pekat p.a (Merck),
kalsium karbonat (Merck), air suling.
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Sampel diambil didaerah Pasar RayaPadang, sampel yang dianalisa adalah ikan
yang telah dibersihkan dari kotoran.
Penyiapan Sampel
Ditimbang sampel sebanyak 100 g,
kemudian dibersihkan dari kotoran. Sampeldipotong kecil-kecil kemudian diblender laludigerus dalam lumpang sampai homogen.
Penentuan Kandungan Air Sampel(Depkes RI, 1995)
1.
Cawan Penguap dipanaskan dalamoven pada suhu 105C selama 3 jam,
kemudian didinginkan dalamdesikator dan ditimbang.
2. Cara diatas diulangi pada jarak 1 jam
hingga didapat berat yang konstan.3. Ditimbang 2 gram sampel, kemudian
dimasukkan kedalam cawan
penguap, keringkan dalam oven padasuhu 105C selama 3 jam.
4. Dinginkan dalam desikator kemudianditimbang.
5. Masukkan kembali kedalam oven
pada suhu 105C selama 1 jam.Dinginkan dalam desikator kemudianditimbang. Kemudian lakukan
percobaan diatas sampai didapatkanberat yang konstan, sehinggapenentuan kandungan air sampel
dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
B1= Berat cawan kosong
B2= Berat cawan dengan sampel sebelumdikeringkan
B3= Berat cawan dengan sampel setelahdikeringkan
Pemeriksaan Bahan Baku Kalsium
Karbonat
Kalsium karbonat yang digunakanterlebih dahulu diperiksa menurut cara yang
tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV.Pemeriksaan ini terdiri dari pemerian,kelarutan dan identifikasi.
Destruksi Basah Sampel dengan
Menggunakan Pelarut Asam Nitrat Pekat
(HNO3) dan Hidrogen Peroksida Pekat(H2O2) (Helrich, k. 1990)
1. Sampel yang telah digerus ditimbangsebanyak 0,5 gram dimasukkan ke
dalam labu kjedahl.2. Tambahkan 25 ml asam nitrat pekat
biarkan setengah jam.3.
Dipanaskan mula-mula denganpemanasan yang rendah kemudian
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
22/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
19
dinaikkan secara perlahan-lahan,setelah 30 menit pemanasandinaikkan, dihentikan sebentar.
Kemudian diteteskan HidrogenPeroksida (H2O2) 35 % sebanyak 5tetes dan pemanasan dilanjutkan.
Penambahan tetes Hidrogenperoksida dilakukan berulang kali
sampai larutan menjadi larutan yangjernih.
4. Hasil destruksi didinginkan,
kemudian encerkan dengan air sulingsampai volume 50 ml lalu disaringdengan kertas whatman 42.
5. Sampel siap diukur dengan SSA padapanjang gelombang 422,7 nm.
6. Pengulangan dilakukan 2 kali untuk
masing-masing sampel.
Pembuatan Larutan Standar Kalsium
1000 g/ml (Haswel, S.I, 1991; Slavin, M,1986)
Timbang kalsium karbonat sebanyak2,498 g, masukkan dalam labu ukur 1000 ml,
tambahkan kira-kira 100 ml air suling,tambahkan sedikit demi sedikit 20 ml larutanHCl 12 N sampai kalsium karbonatnya larut.
Kemudian encerkan dengan air suling sampaitanda batas. Larutan ini mengandung 1000
g/ml. Dari larutan standar ini dibuat deretanlarutan standar dengan konsentrasi 0, 5, 10,
15, dan 20 g/ml.
Pengenceran Bertingkat Larutan Standar
dengan Konsentrasi 0, 5, 10, 15, dan 20
g/ml
a. Pembuatan larutan standar 100 g/ml
dari larutan standar 1000 g/ml.
Larutan standar 1000 g/ml dipipet10 ml, masukan ke dalam labu ukur100 ml, tambahkan air suling sampai
tanda batas.b. Pembuatan larutan standar dengan 5
g/ml dari larutan standar 100 g/ml.
Larutan standar 100 g/ml dipipet
1,25 ml masukkan ke dalam labu
ukur 25 ml, tambahkan air sulingsampai tanda batas.
c. Pembuatan larutan standar 10 g/ml
dari larutan standar 100 g/ml.
Larutan standar 100 g/ml dipipet
2,5 ml masukkan ke dalam labu ukur25 ml, tambahkan air suling sampaitanda batas.
d. Pembuatan larutan standar 15 g/ml
dari larutan standar 100 g/ml.
Larutan standar 100 g/ml dipipet3,75 ml masukkan ke dalam labuukur 25 ml, tambahkan air suling
sampai tanda batas.
e. Pembuatan larutan standar 20 g/ml
dari larutan standar 100 g/ml.
Larutan standar 100 g/ml dipipet
6,25 ml masukkan ke dalam labuukur 25 ml, tambahkan air sulingsampai tanda batas.
Pengukuran Larutan Standar dan Sampeldengan SSA
Pembuatan Kurva Kalibrasi
a. Pengukuran serapan dari deretanlarutan standar kalsiumSerapan diukur dari larutan standar
kalsium dengan konsentrasi 0, 5, 10,
15, dan 20 g/ml pada panjanggelombang 422,7 nm.
b. Buat kurva kalibrasi denganmenghubungkan konsentrasiterhadap absorban.
Penentuan Kadar Kalsium dengan
Spektrofotometri Serapan Atom.
Masing-masing 5 ml hasil destruksi
dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur50 ml tambahkan air suling sampai tandabatas. Ukur absorban larutan sampel pada
panjang gelombang 422,7 nm denganspektrofotometri serapan atom.
Pengolahan data.
Konsentrasi larutan sampel dapatdihitung berdasarkan kurva kalibrasi
larutan standar, sehingga konsentrasilogam dalam sampel bisa dihitung.
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
23/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
20
Konsentrasi logam Ca dalam ikandihitung dengan rumus:
Logam Ca ( ppm ) =Z
YX.x fp
Keterangan :
X = Kosentrasi yang didapat berdasarkan
kurva kalibrasi (g/ml)Y = Volume larutan contoh (ml)Z = Berat sampel (gram)Fp = Faktor pengenceran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah beberapa ikan keringyang beredar di pasaran, jumlah sampel
yang dipilih adalah 4 macam ikan yaitu
ikan teri, ikan beledang, ikan bilih dan
ikan sepat.
Sampel dibersihkan lalu dipotong-
potong kecil kemudian diblender setelahitu digerus dalam lumpang sampai
homogen. Sampel yang telah digerus
ditimbang masing-masingnya sebanyak
0,5 gram. Sampel yang telah ditimbangdimasukkan dalam labu kjedahl
kemudian tambahkan HNO365 % 25 ml.
Biarkan setengah jam. Panaskan dengan
pemanasan rendah kemudian naikkansuhu secara perlahan-lahan. Setelah 30
menit pemanasan dihentikan sebentar
kemudian tambahkan 5 tetes H2O2 35 %yang dilakukan berulangkali sampailarutan menjadi jernih. Hasil destruksi
didinginkan, saring dengan kertas saring
whatman No. 42 kedalam labu ukur 50
ml, kemudian encerkan dengan air sulingsampai tanda batas. Hasil destruksi
dipipet masing-masing 5 ml masukkan
dalam labu ukur 50 ml encerkan dengan
air suling sampai tanda batas. Hasildestruksi ini siap diukur dengan
menggunakan spektrofotometer serapanatom pada panjang gelombang 422,7 nm.
Tujuan penambahan asam nitrat
adalah agar proses pendestruksian lebih
sempurna. Masing-masing sampel
dilakukan 2 kali pendestruksian dengan
tujuan untuk mengambil rata-rata kadarCa yang terdapat pada masing-masing
sampel dan juga untuk mengurangi
kesalahan dalam pengukuran sampel.
Metoda yang digunakan yaitu
metoda destruksi basah dengan pelarut
asam nitrat dan hidrogen peroksida.Proses destruksi dimulai dengan
pemanasan rendah kemudian pemanasan
dinaikkan secara perlahan-lahan sampai
pelarutan sempurna. Proses destruksiditandai dengan adanya buih dan uap
berwarna coklat. Penambahan H2O2 -secara berulang-ulang bertujuan agar
proses pendestruksian senyawa organikberjalan sempurna yang di tandai dengan
terbentuknya larutan jernih. Ini
menunjukkan bahwa semua konstituen
yang ada telah larut sempurna atau semuasenyawa organik telah dirombak.
Sampel yang diteliti adalah ikan
kering air laut dan ikan kering air tawardimana sampel yang diambil ini sering
dikonsumsi masyarakat bersamaan
dengan tulangnya karena pada tulang
banyak terdapat kandungan kalsium.Sebelum ditentukan kadar kalsium pada
ikan kering air laut dan ikan kering air
tawar terlebih dahulu dilakukan
penentuan kandungan air yang gunanya
untuk mengetahui persentase kandunganair dalam ikan kering tersebut dan untuk
mengkonversikan kadar kalsium dalam
sampel dengan kadar kalsium dalamsampel kering sehingga dapat ditentukan
kadar kalsium dalam ikan kering air laut
dan ikan kering air tawar. Kandungan air
yang diperoleh pada ikan kering air lautyaitu ikan teri 37,74 % dan ikan beledang
39,93 % sedangkan pada ikan kering air
tawar yaitu ikan sepat 25,63 % dan ikan
bilih 22,44 %. Kadar kalsium yangdiperoleh pada ikan kering air laut yaitu
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
24/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
21
ikan teri 756,5 mg/100g dan ikanbeledang 814,5 mg/100g sedangkan
kadar kalsium pada ikan kering air tawar
yaitu ikan sepat 1915,5 mg/100g dan ikan
bilih 1377,5 mg/100g. Dari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa kadar kalsium padaikan kering air laut lebih rendah dari
kadar kalsiun ikan kering air tawar hal ini
disebabkan dari cara pengambilan sampeldan cara pengerjaannya.
Pada ikan kering air laut yaitu
ikan beledang bagian yang diambiladalah badannya dan bagian kepalanya
dibuang karena kepala ikan ini besar dan
tidak dikonsumsi oleh masyarakat
sedangkan ikan teri bagian yang diambilseluruhnya karena ikan ini kecil dan bisa
dikonsumsi masyarakat bersamaan
dengan tulangnya. Pada ikan kering air
tawar yaitu ikan sepat dan ikan bilih
bagian yang diambil juga seluruhnyakarena ikan ini kecil dan dapat
dikonsumsi masyarakat bersamaan
dengan tulangnya. Nilai gizi ikan keringsangat bervariasi tergantung pada jenis
dan kesegaran ikan yang digunakan, cara
penggaraman, cara penjemuran serta cara
penyimpanan. Selama penyimpanandapat saja terjadi berbagai reaksi kimia
yang dapat merusak nilai gizi ikan.
Table I. Hasil Pengukuran Absorban Larutan Standar CaCO3 pada panjang gelombang
422,7 nm dengan lampu katoda berongga Ca dalam pelarut HCl 12 N.
No Konsentrasi (x) g/ml Absorban (y)
1
2
3
45
0
5
10
1520
0,000
0,207
0,387
0,5220,668
0.000
0.100
0.200
0.300
0.400
0.500
0.600
0.700
0.800
0 5 10 15 20 25
Konse nt rasi (g/ml)
Serapan
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Standar CaCO3dalam larutan HCl 12 N pada panjang
gelombang 422,7 nm
Persamaan regresi dan konsentrasi
yang didapat pada tabel 1, gambar 1 dari
kurva kalibrasi adalah y = 0,0266 +0,03302 x dan koefisien korelasi (r) =
0,9960. Hasil ini menunjukkan bukti
yang baik atau korelasi erat yang
menyatakan adanya hubungankonsentrasi dengan absorbsi.
y = 0,0266 +
0,03302 x
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
25/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
22
Ketelitian adalah ukuran yang
menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual yang diukur melalui
penyebaran hasil individual dan rata-rata
jika prosedur diterapkan secara berulang-ulang. Ketelitian diukur sebagai standar
deviasi dan koefisien variasi dari masing-
masing pengukuran. Untuk pengukurankadar Ca dalam sampel kering ikan teri
diperoleh SD = 0,021 dan KV = 0,28 %;
ikan beledang diperoleh SD = 0,460 dan
KV = 5,64 %; ikan sepat diperoleh SD =0,827 dan KV = 4,32 %; ikan bilih
diperoleh SD = 0,134 dan KV = 0,97 %.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dapat diambil kesimpulan: Bahwa kadar kalsium yang terdapat
pada ikan kering air laut yaitu ikan teri
adalah 7,565 mg/g ( 756,5 mg/100g ),
ikan beledang 8,145 mg/g ( 814,5mg/100g ) dan kadar kalsium pada ikan
kering air tawar yaitu ikan sepat = 19,155
mg/g ( 1915,5 mg/100g ) dan ikan bilih =
13,775mg/g ( 1377,5 mg/100g). Hasil inimenunjukkan bahwa ikan kering
merupakan sumber kalsium yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, 1995, Logam Dalam Sistem
Biologi Makhluk Hidup, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press),Jakarta.
Day, A.R, A.K, Underwood, 1996, AnalisisKimia Kuantitatif, Edisi Kelima,
diterjemahkan oleh AleysiusHandayana Pujaatmaka, Erlangga,Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia,Edisi IV, Jakarta.
Haswel, S.I, 1991, Atomic AbsorptionSpectrocopy, Theory Design andApplication Elserver, New York.
H.d. Belitz. W. Grosch, 1981, Food
Chemistry, Springer-Verlog BerlinHeidenberg, Printed In Jermany.
Helrich, k. 1990, Official Methods of
Analysis, 15 th ed, volume 1, USA.
Mutschler, E, 1991, Dinamika Obat, Edisi
kelima, diterjemahkan Oleh M.B.Widianto dan A.S. Ranti, PenerbitITB, Bandung.
Rivai. H. 1995, Asas Pemeriksaan Kimia,Universitas Indonesia (UI-Press),Jakarta.
Robert, K, Muray, 1990, Biokimia, HarpersReview of Brochemestry, Edisi 20,Penerbit Buku Kedokteram EGC,
Jakarta.
Slavin, M, 1986, Atomic Absorption
Spectroscopy, ChemistryDepartemen Brookhaven NationalLaborator,New York.
Winarno, F.G, 1997, Kimia Pangan dan Gizi,PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
26/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
23
PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL
BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)DAN LENGKUAS MERAH
(Alpinia purpurata K.Schum)TERHADAP MIKROBA PENYAKIT
KULIT
Emma Susanti,Musyirna Rahmah, Sumiati RahmanSekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Pekanbaru
Abstract
The comparison of antimicrobial activity of garlic ethanolic extract (Allium sativumL.) and
red galangal ethanolic extract (Alpinia purpurataK. Schum) on microbial of skin disease has beenstudied. Antimicrobial activity test was done by agar diffusion method by measuring the inhibitiondiameter produced. Microbial samples used were microbes that were isolated from patients with
skin disease of tinea versicolor, ringworm and ulcer. Microbial Identification was performed byGram staining for bacteria. The isolation results showed that skin disease of tinea versicolor,ringworm and ulcer were known having Gram-negative bacteria and Gram-positive bacteria such
as coccus and bacillus shape. The test results showed that ethanol extract of garlic and ethanolextract of red galangal had medium antimicrobial activity, because it had 10-19 mm inhibition
diameter. The results showed significant difference between both of them in antimicrobial activityon every microbial sample because (P
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
27/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
24
metanol rimpang lengkuas pada beberapaspesies bakteri dan jamur. Lengkuas merahmengandung senyawa minyak atsiri,
galangin, kaemferid, kuersetin dan eugenolyang menyebabkan perusakan permeabilitasmembran sel (Haraguchi et al, 1996).
Lengkuas merah memiliki serat yang kasardan beraroma khas, sifatnya yang panas
dapat digunakan sebagai obat luar untukmengatasi penyakit kulit seperti panu, kurap,kudis, eksim dan borok (Soewito, 1989;
Wibisana, 1991 dan Sinaga, 2000). Penelitianmenggunakan minyak atsiri lengkuas merahpada konsentrasi 100 ppm dan 1000 ppm
aktif menghambat pertumbuhan bakteriEscherichia coli dan Staphylococcus aureusdengan diameter sebesar 7 mm dan 9 mm
(Parwata dan Dewi, 2008).
Kulit merupakan salah satu pancaindera manusia yang terletak dipermukaan
tubuh sehingga kulit merupakan organpertama yang terkena pengaruh tidakmenguntungkan dari lingkungan dan kulit
juga cenderung mengandungmikroorganisme sementara. Gangguan kulityang dapat meningkat menjadi penyakit kulit
akan sangat mengganggu bagi seseorang.Oleh sebab itu, gangguan dan penyakit kulit
tersebut harus segera diobati. Untukmengobati berbagai gangguan dan penyakitkulit tersebut dapat dilakukan denganmembuat ramuan tradisional dari bahan-
bahan yang mudah ditemukan. (Santosa et al,2004 dan Jawetz, et al, 1996).
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengisolasi bakteri dan jamur daripenderita penyakit kulit panu, kurap danbisul dan mengetahui morfologi dan
klasifikasi Gram dari isolat bakteri. Menguji
dan membandingkan aktivitas antimikrobadari ekstrak etanol bawang putih dan
lengkuas merah terhadap bakteri dan jamurhasil isolasi. Untuk mengetahui ekstrak mana
yang memiliki aktifitas terbesar dalammenghambat pertumbuhan mikroba, denganmetoda difusi agar. Mikroba yang digunakan
adalah mikroba yang diisolasi langsung daripenderita penyakit kulit panu, kurap danbisul.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat alat yang digunakan adalah
Rotary evaporator (Buchi), timbangananalitik, autoklaf (Napco), hot plate,Spektrofotometer UV-Vis, Inkubator, oven,
cawan Petri, pipet mikro, tabung reaksi,erlemeyer, gelas piala, batang pengaduk,
gelas ukur, pinset, lampu spiritus, jarum Ose,kertas cakram, pipet tetes dan jangka sorong.Sedangkan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah etanol 70%, aquadest,NaCl 0,9%, bahan baku pembandingketokonazol untuk jamur dan kloramfenikol
untuk bakteri, dan media Nutrient Agar (NA)(Merck), media Sabouraud Dekstrosa Agar(SDA) (Merck ). Mikroba yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mikroba yangdiisolasi langsung dari penderita penyakitkulit panu, kurap dan bisul. Mikroba yang
diperoleh diidentifikasi dengan pewarnaanGram dan Larutan KOH 20%.
Prosedur Kerja
Pembuatan Sampel
Bawang putih dan lengkuas merah
masing masing sebanyak 1 kg, dikupas dan
dibersihkan, kemudian dirajang. Sampeldimaserasi dengan pelarut etanol 70 %
selama 5 hari. Kemudian pelarutnyadiuapkan secara vakum sehingga diperolehekstrak kental 15,28 g (bawang putih) dan
14,67 g ( lengkuas merah)
Isolasi Dan Pemurnian Dan Identifikasi
Mikroba
Pada penyakit kulit bisul, nanah yang
keluar dikumpulkan dengan menggunakanSwab dan pada penyakit kulit panu dan kurapdikerok menggunakan spatel steril kemudian
ditanam pada media NA dan SDA kemudiandiinkubasi dalam inkubator selama 1-3minggu pada suhu 24-30C untuk
pembenihan SDA dan diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37oC untuk pembenihanNA.
Setiap mikroorganisme yang tumbuhakan tampak berkoloni setelah diinkubasi,
kemudian dipisahkan kedalam medium agarlain dengan bantuan jarum Ose secara
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
28/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
25
aseptis, kemudian. Pemindahan ini dilakukansecara berulang-ulang sampai diperoleh isolatmurni. mikroba dilakukan secara
organoleptis dengan mengamati bentukkoloni yang terbentuk, warna, tepi koloni,dan bentuk permukaan koloni. Pengamatan
secara mikroskopis yaitu dengan melihatmorfologi sel mikroorganisme tersebut
setelah pewarnaan Gram
Pengujian Aktivitas Antimikroba
a. Pembuatan suspensi mikroba uji
Koloni mikroba uji disuspensikandalam NaCl fisiologis. Suspensi
mikroba diukur menggunakanspektrofotometer UV-Vis dengantransmitan 25% pada panjang
gelombang 580 nm untuk bakteri dantransmitan 90% pada panjanggelombang 530 nm untuk jamur.
b. Penentuan aktivitas antimikroba
dengan metoda difusi agarPipet 1 mL suspensi mikroba ujikemudian masukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 10 mL media NA
(500C) untuk bakteri, dan media SDA(500C) untuk jamur, dihomogenkan,kemudian media dituangkan kedalamcawan Petri dan dibiarkan memadat.
Larutan sampel dengan masing-
masing konsentrasi (64%, 32% , 16%, 8%,4%, 2 % dan 1% dipipet dengan pipet mikro10 L, dan diteteskan pada cakram. Cakram
ditanam pada cawan Petri, lalu diinkubasipada suhu 37oC selama 24 jam untuk bakteri
dan pada suhu 25o selama 72 jam untukjamur. Diamati hambatan pertumbuhanmikroba uji yang terjadi dan diukur diameter
hambatan pertumbuhan yang terbentukdengan jangka sorong. Etanol 70%digunakan sebagai kontrol negatif dan
Kontrol positif digunakan ketokonazol dankloramfenikol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mikroba uji yang digunakan dalampenelitian ini adalah mikroba yang diambil
langsung dari penderita penyakit kulit panu,kurap dan bisul. Dengan tujuan untuk
mengetahui bakteri dan jamur penyebab padapenyakit kulit ini.
Penyakit kulit panu, disebabkan olehjamurMalassezia furfur,penyakit kulit kurap
disebabkan oleh jamur Trichophyton rubrumdan pada penyakit kulit bisul disebabkan olehbakteri Staphylococcus aureus (Djuanda et
al, 2005), setelah dilakukan isolasi danidentifikasi mikroba dengan menggunakanpewarnaan Gram berdasarkan morfologinya
pada penyakit kulit panu, ditemukan bakteriGram negatif yang berbentuk coccus, padapenyakit kulit kurap ditemukan juga bakteri
Gram positif yang bernbentuk streptobasildan streptococcus dan pada penyakit kulitbisul juga ditemukan jamur yang memiliki
hifa panjang bercabang, yang dikelilingi olehspora yang berkelompok. Hal ini disebabkan
karena terjadi kontaminasi mikroba terhadappenyakit kulit ini.
Tabel 1. Hasil Isolasi Mikroba Penyakit Kulit Panu, Kurap dan Bisul
NoPenyakit
Kulit
Media Uji
NAGambar
1 PanuBakteri (P1) tersebut adalahbakteri Gram negatif yang
berbentuk coccus
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
29/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
26
2 Kurap
Bakteri (K2) bakteri Grampositif yang berbentuk
streptobasil
Bakteri (K3) adalah bakteriGram positif berbentuk
streptococcus
3 Bisul
Bakteri (B1) tersebut adalahbakteri Gram positif yang
berbentuk coccus
Bakteri (B3) adalah bakteri Gram
positif berbentuk
staphylococcus
Menurut literatur diameter hambatyang beraktivitas lemah adalah < 10 mm,diameter hambat yang beraktivitas sedang
10-19 mm, dan diameter hambat yangberaktivitas kuat > 20 mm (Sukandar, 1987).
Analisa data aktivitas antimikroba dilakukansecara statistik menggunakan analisa varian
(ANOVA) dua arah. Setelah dilakukan ujistatistik terdapat perbedaan yang nyata antaraekstrak bawang putih dan lengkuas merah
terhadap bakteri panu, kurap dan bisul padakonsentrasi 2%-64% karena (P0,05)
Tabel 2. Hasil Pengujian Aktivitas Antimikroba Ekstrak etanol bawang putih dan Ekstrak EtanolLengkuas Merah
No. Perlakuan
MikrobaUji
Hasil
Isolasi
Diameter daerah hambat rata-rata ( mm)
Konsentrasi
1.
1% 2% 4% 8% 16% 32% 64% K(+)
EkstrakEtanol
P1 6 6,8 7,6 9,3 10,2 11,3 12,7 26,4K2 6 6,6 7,7 9,9, 11,5 12 13,7 22,1
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
30/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
27
BawangPutih
K3 6 6,9 7,2 9,3 11,2 11,8 12,5 18,3
B1 6 7,1 8,2 9,2 10,1 11,6 13,6 20,6
B3 6 6,1 7,4 10,6 11,2 12,5 13,7 20,1
2. EkstrakEtanol
LengkuasMerah
P1 7,2 9,4 11,3 12,5 13,3 13,6 14,4 26,4
K2 6,5 9,1 10,3 11,3 12,1 13,4 14,2 22,5
K3 6,9 7,9 8,8 10,7 11,9 12,8 14,6 18,6B1 6,5 8,5 9,7 11,2 12,3 13,2 14,6 20,4
B3 6,8 7,9 9,2 10,6 12,2 13,6 15,2 20,3
Keterangan :
P1 : Hasil isolasi dari bakteri panu
K2 : Hasil isolasi dari bakteri kurap
K3 : Hasil isolasi dari bakteri kurap
B1 : Hasil isolasi dari bakteri bisulB3 : Hasil isolasi dari bakteri bisul
K+ : Kontrol positif (kloramfenikol)
Pengujian aktivitas antimikroba dariekstrak bawang putih dan ekstrak lengkuasmerah dikategorikan sedang ini kemungkinan
disebabkan oleh persentase zat aktifnya yangtidak terlalu besar dalam tanaman tersebut.Perbedaan aktivitas antimikroba dari ekstrak
bawang putih dan lengkuas merah terhadapbakteri dan jamur mungkin disebabkankarena perbedaan morfologi dan biokimia
dari bakteri dan jamur, dimana secaramorfologi dinding sel bakteri terdiri ataspeptidoglikan 60-100%, lipid 1-4% dan asam
teikoat untuk bakteri Gram positif,peptidoglikan 10-20% dan lipid 11-12%untuk bakteri Gram negatif. Sedangkan
morfologi dinding sel jamur terdiri atas kitindan selulosa. Perbedaan struktur dinding sel
jamur dan bakteri ini yang menyebabkanperbedaan diameter hambat. Disamping itu,adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam pengujian aktivitas di antranya adalah
kecepatan difusi dari zat yang berbeda-bedadan kecepatan mikroba tersebut merespon zat
aktif (Pelczar and Chan, 1988).
KESIMPULAN
1. Hasil isolasi mikroba menunjukkanpada penyakit kulit panu, kurap dan
bisul diketahui ada bakteri Grampositif dan bakteri Gram negatif
berbentuk coccus dan basil
2. Pengujian aktivitas antimikroba padaekstrak etanol bawang putih danlengkuas merah dikategorikan
mempunyai aktivitas sedang dalammenghambat mikroba penyakit kulitpanu, kurap dan bisul karena
mempunyai diameter hambat 10-19(mm)
1. Analisa data menggunakan ANOVA
dua arah memperlihatkan aktivitasantimikroba berbeda secara signifikanantara ekstrak lengkuas merah dan
bawang putih terhadap bakteri panu,kurap dan bisul pada konsentrasi 2%-
64% karena (P
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
31/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
28
Kelamin, Edisi ke-4, FakultasKedokteran Universitas Indonesia,Jakarta.
Haraguchi, H., Y. Kuwata, K. Inada, K.
Shingu, K. Miyahara, M. Nagao,and A. Yagi, 1996, Antifungal
Activity from Alpinia galanga and
The Competition for
Incorporation of UnsaturatedFatty Acids in Cell Growth,
Planta Medica62:308-313.
Handajani, N.S, 2008, Aktivitas ekstrakrimpang lengkuas (Alpinia Galanga)
terhadap pertumbuhan jamur
aspergillus spp. penghasil aflatoksindan Fusarium Moniliforme,Biodiversitas Vol.9, nomor 3, hal161-164.
Kustanto, W. K., 2003, Aktivitas antifungibawang putih (Allium sativum Linn)terhadap Candida albicans secara in
Vitro. http://litbang.depkes.go.id.Badan Litbang Kesehatan. Diaksespada tanggal 12 Januari 2010.
Lingga, M. E dan M. M. Rustama, 2010, UjiAktivitas Antbakteri dari Ekstrak Air
dan Ekstrak Etanol Bawang putih
(Allium sativum L.) TerhadapBakteri Gram Positif dan Gram
Negatif yang Diisolasi dari Udang
Dogol Metapenaeus monoceros),
Udang Lobster (Panulirus Sp) dan
Udang Rebon (Mysis dan Aecetes),http://www.docstoc.com, Skripsi:
Universitas Padjajaran, Sumedang,Diakses pada tanggal 7 Agustus
2010.
Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan, 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, Diterjemahkanoleh R.H. Oetome, dkk, Penerbit UI
Press, Jakarta.
Sukandar E.Y., 1987, Isolasi Antibiotika
Antifungi dari Streptomyces
Indosiensis ATCC 35859, DisertasiProgram Doktor, ITB, Bandung.
Soewito, D.S., 1989, Jaga Raga(Memanfaatkan Khasiat Flora),Percetakan Stella Mars, Jakarta.
Soedibyo, M.B.R.A, 1998, Alam SumberKesehatan Manfaat dan Kegunaan,
Cetakan pertama, Penerbit BalaiPustaka, Jakarta.
Sinaga, E, 2000. Botani Lengkuas merah(Alpinia purpurata K.Schum). PusatPenelitian dan Pengembangan
Tumbuhan Obat UNAS/P3TOUNAS. http;//iptek.apjii.or.id.Diakses pada tanggal 16 Januari
2010.
Santosa, D., dan Gunawan, D., 2004,Ramuan Tradisional untuk Penyakit
Kulit, Penebar Swadaya, Jakarta.
Suharti, S, 2004, Kajian Antibakteri
Temulawak, Jahe, dan Bawang putih
terhadap bakteri Salmonella
Tiphymurium serta Pengaruh
bawang putih terhadap Performans
dan Respon Imun Ayam Pedaging,http://irrc.ipb.ac.id. Skripsi: Institut
Pertanian Bogor. Diakses pada
tanggal 05 Februari 2010.
Wibisana, W., Farouq dan Muhastiningsih,1991, Pemanfaatan Tanaman ObatUntuk Kesehatan Keluarga,
Departemen Kesehatan R.I, Jakarta.
Yuharmen, Y., Y. Eryanti, dan Nurbalatif,2002, Uji Aktivitas Antimikroba
Minyak Atsiri dan Ekstrak MetanolLengkuas (Alpinia galanga).Jurnal
Nature Indonesia,4 (2): 178-183.
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
32/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
29
PENGARUH PEMBERIAN RUTIN DAN KUERSETIN TERHADAP
KESTABILAN PIGMEN ANTOSIANIN DARI KELOPAK BUNGA
ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa L.)
Musyirna Rahmah Nasution1, Deddy Permana2, Mirwan Arif11Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau, 2Universitas Andalas
Abstract
Effect of Quercetin and Rutin induced the stability of Petal anthocyanin pigment
of roselle (Hibiscus sabdariffa L.) has been studied. Concentration of copigment are 1
mg/mL, 0.5 mg/mL and 0.25 mg/mL. Research was conducted using UV-Visspectrophotometry. The results showed that the addition of routine and quercetin
copigmen on concentration of 1 mg/mL, 0.5 mg/mL and 0.25 mg/mL can stabilize the
pigment anthocyanin petal roselle (Hibiscus sabdariffa L.) significantly (P
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
33/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
30
Bahan-bahan yang digunakan untukproses ekstraksi adalah kelopak bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa) yang telah dikeringkan,aquades, kalium klorida, natrium asetat ,asam klorida 10 N, rutin, kuersetin, metanol
destilasi.
Identifikasi sampel
Identifikasi sampel (Hibiscussabdariffa L.) dilakukan di LaboratoriumBiologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Riau.
Penyiapan sampel
1 kg sampel segar yang masih utuh
dengan bijinya disortir, kelopaknyadipisahkan dari bijinya. Kemudiankelopaknya dipisahkan menjadi 2 bagian
sama banyak, kemudian dikeringkan.Pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan cahaya matahari langsung dan oven.Sampel yang sudah kering dihaluskan denganmesin penggiling (Depkes RI, 1985). Sampel
ditimbang masing-masing 250 mg dan
dipanaskan dengan water batch dalam 5 mlaquadest sehingga didapatkan filtratnya. Sisa
sampel disimpan untuk persiapan ujiselanjutnya.
Evaluasi antosianin secara
spektrofotometer UV-Vis
Analisa antosianin secara
spektrofotometer UV-Vis denganpengukuran pada 2 panjang gelombang yaitu
510 nm dan 700 nm dengan pH 1dan pH 4,5(A.O.A.C, 2005).
Pembuatan dapar potassium klorida ph1.0
1,490 gram KCl dilarutkan denganaquadest dalam beker hingga 100 ml.
Siapkan HCl dilusi 0,2 N denganmemasukkan 2 ml HCl 10 N dengan pipet
volume ke dalam beker 100 ml yang berisiaquadest sepertiganya dan cukupkan hingga100 ml dengan aquadest. Campurkan 25 ml
larutan KCl dan 67 ml HCl dilusi 0,2 N, aturpH sampai 1,0.
Pembuatan dapar sodium asetat pH 4.5
1,640 gram CH3COONa 3H2Odilarutkan dengan aquadest dalam beker
hingga 100 ml. Atur pH menjadi 4,5 denganpenambahan HCl 0,2 N jika diperlukan.
Pengukuran antosianin dengan
spektrofotometer UV-Vis
Sampel dipipet 150 L denganmenggunakan pipet mikro dan ad kan dengan
aquadest sampai volume 1 mL. Kemudiantambahkan 4 mL dapar pH 1. Perlakuanyang sama juga dilakukan untuk dapar pH
4,5. Ukur absorban masing-masing sampelpada panjang gelombang 510 nm dan pada700 nm.
Jumlahkan absorban dari dilusisampel dengan cara di bawah ini :
A = (A510nm A700nm) pH 1.0 (A510nm A-700nm) pH 4.5
Sedangkan antosianin total padasampel didapatkan dengan menggunakan
rumus dibawah ini :Jumlah pigmen antosianin (mg/L) = (A xMW x DF x 1000)/( x 1)
Dimana :A = (A510nm A700nm)pH 1.0 (A510nm A-
700nm)pH 4.5
MW = Berat molekul (449,2 g/mol)DF = Faktor Dilusi
l = tebal kuvet (cm) = 26900 (l/mol cm)
Pengujian stabilitas pigmen antosianin
dengan penambahan copigmen rutin dan
kuersetin
Simplisia yang mempunyaikandungan antosianin yang paling tinggi
akan didapatkan setelah dilakukanpengukuran dengan menggunakan
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
34/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
31
spektrofotometer-UV. Sampel tersebutdilanjutkan dengan penambahan senyawarutin dan kuersetin untuk melihat
stabilitasnya.
Sampel kering yang mengandung
kadar antosianin yang tinggi tersebut diekstraksi menggunakan aquadest. 1,25 gram
dipanaskan dalam 25 mL aquadest denganperbandingan 1:20 pada suhu 600C selama 60menit, saring kedalam labu ukur dan
cukupkan dengan aquadest hingga volume 25mL (Chumsri, et al ). Dilakukan perlakuantersebut untuk mendapatkan 7 sampel uji
yang masing-masing 1 sampel sebagaikontrol, 3 sampel ditambahkan rutin dengankonsentasi 1 mg/mL, 0,5 mg/mL, 0,25
mg/mL, dan 3 sampel lainnya ditambahkankuersetin dengan konsentrasi yang samadengan rutin. Pengukuran stabilitas dilakukan
pada hari ke 0, hari 1, hari ke 3, 5, 7, 14, 21,dan 30 dengan perlakuan yang sama sepertipengukuran total antosianin. Sampel
disimpan di tempat gelap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan dan ekstraksi kelopak
bunga rosella (hibiscus sabdariffa l.).
Sampel segar kelopak bunga roselladiperoleh dari pasar Dupa Pekanbaru, Riau.Pengeringan dilakukan dengan 2 cara
pengeringan yaitu dengan oven dan rumahkaca. Dari 1 kg sampel segar yang masihutuh dengan bijinya, didapatkan 500 g
kelopak yang sudah dipisahkan denganbijinya, setelah dikeringkan didapatkansampel kering 70 g, berat simplisia 14% dari
sampel segar.
Sampel kering kemudian dihaluskan
dengan mesin penggiling (grinder).Penghalusan sampel bertujuan untuk
memperluas permukaan dari sampel sehinggazat aktif yang terkandung di dalam sampellebih mudah tersari oleh pelarut yang
digunakan. Metoda ekstraksi adalah denganmetoda pemanasan. Metoda ini digunakankarena pengerjaannya mudah dan tidak
membutuhkan waktu yang lama. Pemanasandilakukan dengan water batch yang memilikipengatur suhu dengan tujuan agar suhu dapat
terkontrol dengan baik. Pelarut yang
digunakan untuk pemanasan adalah aquadest.Pemilihan aquadest sebagai pelarut karenadapat melarutkan senyawa-senyawa yang
terkandung didalamnya dan harga yangrelatif murah. Pemanasan dilakukan padasuhu 600 C selama 60 menit. Dengan
pemanasan pada suhu dan waktu tersebutagar senyawa-senyawa yang terkandung
didalamnya tidak mengalami kerusakan ataudegradasi.
Pengukuran absorban dan perhitungan
antosianin total dengan pengeringan
dengan oven dan rumah kaca.
Untuk pengukuran antosianin totaldengan pengeringan oven dan rumah kaca,
digunakan sampel kering yang telahdihaluskan. Sampel kering yang telahdihaluskan ditimbang 0,250 mg dan
dipanaskan dalam 5 mL aquadest, kemudiandisaring sehingga didapatkan filtratnya.
Kemudian diukur absorbannya dan dihitungkadarnya. Kadar yang diperoleh denganpengeringan di oven adalah 31,50 mg/g
sampel, sedangkan dengan pengeringan
rumah kaca adalah 32,02 mg/g sampel. Halini menunjukkan bahwa proses pengeringan
berpengaruh terhadap kadar antosianin yangterkandung dalam simplisia tersebut.
Pengukuran absorban dan uji stabilitaspigmen antosianin kelopak bunga rosella
dengan penambahan copigmen rutin dan
kuersetin
Untuk uji stabilitas pigmenantosianin kelopak bunga rosella dengan
penambahan copigmen rutin dan aglikonnyakuersetin, digunakan sampel kering yangtelah dikeringkan di rumah kaca. Sampel
yang telah dihaluskan ditimbang 1,25 gsampel dan dipanaskan dalam 25 mLaquadest pada suhu 600C selama 60 menit.
Dari hasil perhitungan didapatkanbahwa antosianin kontrol mengalami
penurunan kadar yang sangat signifikan. Hal
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
35/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
32
ini menunjukkan bahwa antosianin tanpadiberikan apa-apa sangat tidak stabil (Tabel1). Secara umum, dapat dilihat bahwa
penambahan copigmen dapat menstabilkan
pigmen antosianin kelopak bunga rosella, inimenunjukkan bahwa senyawa golonganflavonol dapat menstabilkan pigmen
antosianin (Rein, 2005)
Tabel 1. Kadar Antosianin Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) (mg/g
simplisia)
Perlakuan Kadar antosianin kelopak bunga rosella (mg/g simplisia) hari ke-
0 1 3 5 7 14 21 30
Kontrol
Rutin 1 mg/ml
Rutin 0,5 mg/ml
Rutin 0,25 mg/ml
Kuersetin 1 mg/ml
Kuersetin 0,5 mg/ml
Kuersetin 0,25mg/ml
31,98
24,88
26,56
29,99
28,75
29,03
25,79
31,35
24,34
25,11
28,92
27,79
28,39
23,98
28,77
23,63
24,38
27,42
26,92
28,02
23,08
26,24
21,96
23,01
26,08
25,19
25,55
21,55
25,24
26,20
29,77
32,03
31,89
33,20
27,25
21,83
23,58
23,25
30,16
28,60
28,66
23,56
16,43
19,89
17,78
27,83
26,13
28,27
21,39
15,64
18,35
16,43
21,78
23,34
22,70
18,37
Senyawa flavonol yang digunakan
adalah rutin (glikosida) dan kuersetin (nonglikosida). Dari hasil perhitungan terlihatbahwa penambahan glikosida dan nonglikosida dapat mempertahankan stabilitas
antosianin dengan kemampuan yang berbeda.Flavonol dalam bentuk non glikosidamemiliki kemampuan mempertahankan
pigmen antosianin yang lebih kuatdibandingkan dalam bentuk glikosidanya
karena senyawa dalam bentuk gula dapatmenurunkan stabilitas pigmen antosianin(Krifi et al. 2000).
Pada perhitungan kadar antosianin(Tabel 1), pada hari ke-0 terlihat kadar yang
bervariasi, hal ini disebabkan karena faktorpenambahan copigmen dan faktorpenyaringan setelah pemanasan serta faktor
pengenceran. Kontrol dan penambahancopigmen mengalami penurunan yangkonstan dari hari ke-0 hingga seterusnya.
Namun pada hari ke-7 kadar antosianin yangditambahankan copigmen naik, tetapi padahari selanjutnya tetap mengalami penurunan
hingga perhitungan hari ke-30. Hal inimenjadi salah satu permasalahan yang belum
bisa dipecahkan oleh penulis dan dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian untukpeneliti berikutnya.
Penambahan rutin dan kuersetin
dengan berbagai konsentrasi yaitu 1 mg/mL,0,5 mg/mL dan 0,25 mg/mL. Dari hasilperhitungan terlihat bahwa konsentrasi juga
mempengaruhi stabilitas pigmen antosianin,perbandingan tersebut memberikan proteksi
yang bervariasi terhadap pigmen antosianin.Hasil statistik secara umum menunjukkanbahwa penambahan copigmen rutin dan
kuersetin dengan berbagai perbandinganberbeda nyata terhadap kontrol denganP
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
36/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
33
KESIMPULAN
1. Rutin dan kuersetin dapat
menstabilkan pigmen antosianinkelopak bunga rosella (Hibiscussabdariffa L.)
2.
Copigmen dalam bentuk aglikonmemberikan proteksi yang lebih
tinggi daripada bentuk glikosidanyadalam menstabilkan pigmenantosianin kelopak bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa L.), konsentrasiterbaik dalam menstabilkan pigmenantosianin adalah kuersetin dengan
konsentrasi 1 mg/mL.
DAFTAR PUSTAKA
A.O.A.C., 2005, Official Method 2005.02
Total Monomeric AnthocyaninPigmen Content of Fruit Juices,Beverages, Natural Colorants, and
Wines.,J AOACInt 88.12692
Chumsri, P, Anchalee Sirichote andArunporn Itharat., 2007, Studies onthe optimum condition for the
extraction and concentration of
roselle ( Hibiscus sabdariffa Linn.)extract., Songklanakarin J.Sci.
Technol. 30 (Suppl.1), 133-139
Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplissa
yang Baik, Direktorat Jendral Obatdan Makanan
Hendry, 1996, Natural Food Colorants.,Blackie Academic & Proffesional,London
Harborne, J.B., 1967, ComparativeBiochemistry of Flavonoids.,
Academic Press, London and NewYork
Kim, C.J., Chung, M and Chi.Y.H., 1982,Pharmacological Activities of
Flavonoids Relationship of ChemicalStructur of Flavonoids and TheirInhibitor Activity of
Hipersensitivities, J. Pharm CungAng., 345, 348-364
Krifi B, Chouteau F, Boudrant J and MetcheM., 2000, Degradation ofAnthocyanins from Blood Orange
Juices,Int J Food Sci Techn, 35:275-283
Markakis P., 1982, Stability of Anthocyaninsin Foods. In: Anthocyanins as food
Colors, Markakis P (ed.), AcademicPress Inc, New York,p.163-178
Mazza G and Brouillard R., 1987, RecentDevelopments in the Stabilization ofAnthocyanins in Food Products,Food Chem, 25:207-225
Mahadevan., Shivali and Kamboj, P., 2008,
Hibiscus sabdariffa Linn.-Anoverview, Department ofPharmacognosy, Punjab, India
Rein, M., 2005, Copigmentation reaction andcolor stability of berry anthocyanins,
Disertasi, Department of AppliedChemistry and Microbiology,
University of Helsinki
8/10/2019 Jurnal Scientia Vol 1, No 2
37/67
SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO..22,,AAGGUUSSTTUUSS 22001111
IISSSSNN::22008877--55004455
34
UJI EFEK ANALGETIK HERBA SURUHAN (Peperomia Pellucida)
PADA MENCIT PUTIH BETINA
Dwi Mulyani
Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi
Abstract
A Study has been conducted to investigating the analgesic effect of Suruhan Herba(Peperomia pellucida) on female albino mice. Pain on mice was induced by injectioning 1%v/v
sterile acetic acid at a dose of 300 mg/kg body weight via the intra peritoneal route. Theinvestigation was done using 30%, 45%, and 60% Peperomia pellucidaextract. From the research,it was found that the percentage of analgesic activity of 30%, 45%, and 60% of Peperomia
pellucida extract were: 10.58%, 44.92% and 56.8%.The t test showed that t count>t table at a
concentration of 60%. So statistically the 60% Peperomia pellucida extract can be inferredefficacious analgesic on female albino mice.
Keywords: Peperomia pellucida, analgesic activity
PENDAHULUAN
Setiap manusia dapat mengalami
nyeri, yang merupakan suatu gejala adanyagangguan pada tubuh. Untuk mengat