Post on 14-Apr-2016
KasusPAGE 1
’’THE NERVOUS SYSTEM’’
The nervous system is an organ system containing a network of specialized cells called neurons
that coordinate the action of an animal and transmit signals between different parts of its body.
In most animals the nervous system consists of two parts, central and pheripheral. The central
nervous system contains the brain and spinal cord. The peripheral nervous system consists of
sensory neurons, clusters of neurons called ganglia, and nerves connecting them to each other
and to the central nervous system. Neurons send signals to other cells as electrochemical waves
travelling along thin fibres called axons, which cause chemicals called neurotransmitter to be
released at junctions called synapses. A cell that receives a synaptic signal may be excited,
inhibited, or otherwise modulated. Sensory neurons are activated by physical stimuli impinging
on them, and send signals that inform the central nervous system of the state of the body and
the external environment. Motor neurons, situated either in the central nervous system or in
peripheral ganglia, connect the nervous system to muscles or other effector organs.
PAGE 2
’’THE CEREBROSPINAL FLUID’’
A mechanism that controls the passage of subtances from the blood into the cerebrospinal fluid
and thus into the brain and spinal cord. The blood-brain barrier (BBB) lets essential metabolites,
such as oxygen and glucose, pass from the blood to the brain and central nervous system (CNS)
and also can blocks most molecules.
In the brain, there’s also a fluid that called cerebrospinal fluid (CSF), liquor cerebrospinalis, is a
clear, colorless bodily fluid that occupies the subarachnoid space and the ventrikular system
arround and inside the brain and spinal cord. In essence, the brain ‘’floats’’ in it. When CSF M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 1
pressure is elevated, cerebral blood flow may be constricted. When disorders of CSF flow occur,
they may therefore affect not only CSF movement but also craniospinal compliance and the
intracranial blood flow, with subsequent neuronal and glial vulnerabilities. CSF connections with
the lymphatic system have been demonstrated in several mammalian systems. Preliminary data
suggest that these CSF-lymph connections from arround the time that the CSF secretory
capacity of the choroid plexus is developing (in utero). There may be some relationship
between CSF disorders, including hydrocephalus.
PAGE 3
After you know about central nervous system, the development and its role in human life, you
remembered about your nephew, Anita, now, she’s 10 years old. Anita was born with
hydrocephalus and spina bifida. After being surgery for the spina bifida and placing a stent for
the hydrocephalus , she’s survive until now. But, there’s a delay development, she’s able to sit
when she was 2 years old, talking clearly when she was 5 years old. Until now, she’s having a
difficulty in holding things, crawling and didn’t be able to walk by her self. The doctor also told
her parents that Anita is having a cerebral palsy.
LEARNING PROGRESS REPORT
TERMINOLOGIM a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 2
1. Neurons
2. Central nervous system
3. Peripheral nervous system
4. Sensory neurons
5. Ganglia
6. Nervous
7. Neurotransmitter
8. Synapses
9. Synaptic signal
10. Motor neurons
I DON’T KNOW AND LEARNING ISSUES
1) Nervous system :
1.1 Embriologi
1.2 Anatomi
1.3 Fisiologi
1.4 Histologi
2) Neuron :
2.1 Sensory
2.2 Motorik
2.3 Ganglia
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 3
2.4 Axons
3) Synapsis/ Junction
4) Organisasi susunan saraf :
4.1 SSP (Susunan Saraf Pusat)
a. cerebrum
b. cerebellum
c. batang otak
d. medulla spinalis
4.2 SST (Susunan Saraf Tepi)
a. syaraf cranial
b. syaraf spinal
4.3 SSO (Susunan Saraf Otonom)
a. simpatik
b. parasimpatik
5) CSF (Cerebrospinal Fluid)
5.1 Anatomi
5.2 Fisiologi
5.3 Histologi
5.4 Gangguan/Kelainan
6) Hydrocephalus
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 4
7) Spina Bifida
8) Cerebral Palsy
PEMBAHASANNERVOUS SYSTEM
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 5
EMBRIOLOGI
Sistem saraf pusat
• Tampak d minggu ke 3 (lempeng saraf), letaknya di depan lubang primitif, bag. Lateral
melipat (lipatan saraf)
• Lipatan saraf berkembang sampai menyatu membentuk tabung saraf, dari arah leher ke
kaudal,
• Tiga buah pelebaran d ujung cephalic (gelembung otak primer)
– prosesenfalon/otak depan,
– mesensefalon/otak tengah
– Rhombensefalon/otak belakang
• Tabung saraf membentuk 2 fleksura
– Fleksura servikalis
– Fleksura sefalika
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 6
• Umur 5 minggu prosensefalon jd 2 bag. (hemisfer serebri primitif, diensefalon)
• Mesensefalon dipisahkan dari rhombensefalon oleh ismus rhombensefalon
• Rhombensefalon ada 2 bag. (metensefalon, myelensefalon) yg ditandai fleksura pontin
• Kanalis sentralis bergabung dgn gelembung otak
• Rongga rhombensefalon = ventrikel 4, rongga diensefalon = ventrikel 3 (dihub.oleh
aquaductus silvii), rongga hemisferium = ventrikel lateral (berhub dgn ventrikel 3
melalui foramina inter ventrikularia monro)
Medulla spinalis
Lapisan neuroepitel, lapisan mantel, lapisan marginal
• Tabung saraf terdiri dari sel-sel neuroepitel yg terus membelah membentuk lapisan
epitel bertingkat semu yg tebal (lapisan neuroepitel)
• Saat tabung saraf tertutup sel neuroepitel membentuk sel neuroblas, mengelilingi
neuroepitelium (lapisan mantel) yg kelak membentuk substantia grissea medulla
spinalis
• lapisan paling luar medulla spinalis (lapisan marginal) yg nanti menjadi putih karena
myelinisasi menjadi substantia alba medulla spinalis
Lamina basalis, lamina alaris, atap dan lantai
• Neuroblas bertambah, sisi tabung saraf menebal di ventral dan dorsal
• Penebalan ventral (lamina basalis) mengandung sel2 kornu motorik ventral
membentuk daerah motorik medulla spinalis
• Penebalan dorsal (lamina alaris) mengandung sel2 kornu sensorik dorsal membentuk
daerah sensorik
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 7
• Dorsal dan ventral dibatasi sulcus limitans
• bagian tengah bag. Dorsal & ventral disebut lempeng atap & lantai
• Diantara 2 kornu ada Kornu intermedia
Sistem saraf otonom
Simpatik
• Pada minggu ke 5 sel2 crista neuralis migrasi ke belakang aorta dorsalis, membentuk
bilateral ganglia simpatik
• Beberapa neuroblas simpatik migrasi ke depan aorta membentuk ganglia preaorta
(ex:ganglia seliaka&mesenterika) sel simpatik lain migrasi ke jantung, paru, GIT
membentuk pleksus2 simpatik organ
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 8
• Akson ganglia preaorta (serabut preganglionik) berjalan ke saraf spinal hingga ganglia
simpatik disebut (rami communicantes alba)
• Serabut preganglionik yg tdk bermyelin menjulur hingga jantung, paru, GIT (rami
communicantes grisea)
Parasimpatik
• Neuron di batang otak dan daerah sakral medulla spinalis menghasilkan serabut
parasimpatis preganglionik
• Berjalan melewati nervus III, VII, IX, X
• Serabut postganglionik berasal dari sel crista neuralis, berjalan mempersarafi mata,
kelenjar ludah, organ dalam
ANATOMI
SISTEM SARAF PUSAT
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 9
Fungsi :
1. Pelaku integrasi dan koordinasi isyarat neural yang masuk dan keluar
2. Pelaksana fungsi mental luhur seperti berpikir dan belajar
Yang melindungi Sistem Saraf Pusat :
1. Cairan Serebrospinal (Liquor Cerebrospinalis)
2. Medulla Spinal : dura mater, piamater dan arachnoidea mater
Sistem Saraf Pusat terdiri dari :
1. Otak :
Otak adalah bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam cavum cranii,
dilanjutkan sebagai medulla spinalis setelah melalui foramen magnum.
Bagian-bagian utama otak :
a. Otak Depan :
a. Cerebrum
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 10
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari dua hemispherium cerebri yang
dihubungkan oleh massa substantia alba yang disebut corpus callosum.
Lapisan permukaan hemispherium cerebri disebut cortex dan disusun oleh substantia grisea.
Giry : cortex cerebri berlipat-lipat, dipisahkan oleh fissura (sulci).
Sulci besar membagi permukaan hemisphere dalam lobus-lobus. Lobus diberi nama sesuai
dengan tulang tengkorak yang ada di atasnya.
Gyrus precentralis : area motoris (mengatur gerakan volunter sisi tubuh yang berlawanan)
Gyrus postcentralis : area sensoris (menerima dan menginterpretasikan senssasi nyeri, suhu,
raba dan tekan dari sisi tubuh kontralateral.
Gyrus temporalis superior : bagian tengah gyrus ini menerima dan menginterpretasikan suara
(area auditiva)
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 11
Area broca (area bicara motoris) : mengatur gerakan bicara. Pada orang bertangan kanan, area
Broca hemisphere kiri bersifat dominan, begitu sebaliknya.
Area visual : penerima kesan visual.
b. Diencephalon (hampir seluruhnya tertutup dari permukaan otak)
Terdiri atas :
Thalamus (dorsal) : stasiun perantara besar untuk jaras sensoris aferen yang menuju cortex
cerebri
Hypothalamus
b. Otak Tengah (Mesencephalon)
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 12
Mesencephalon adalah bagian sempit otak berjalan melewati incisura tentorii dan
menghubungkan otak depan dengan otak belakang.
Aquaductus cerebri : rongga sempit mesencephalon yang menghubungkan ventriculus tertius
dengan ventriculus quartus.
c. Otak Belakang :
Pons
Terletak pada permukaan cerebellum, di bawah mesencephalon dan di atas medulla oblongata.
Fungsi :
a.Terutama tersusun atas serabut-serabut saraf yang menghubungkan kedua belahan
cerebellum.
b.Mengandung serabut-serabut ascendens dan descendens yang menghubungkan otak depan,
mesencephalon, dan medulla spinalis.
c.Beberapa sel sarafnya berfungsi sebagai stasiun perantara, sedangkan yang lain membentuk
inti saraf otak.
Medulla Oblongata
Berbentuk kerucut dan menghubungkan pons di atas dengan medulla spinalis di bawah.
Cerebellum
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 13
Terletak di dalam fossa cranii posterior di bawah tentorium cerebelli dan terletak posterior
terhadap pons dan medulla oblongata. Terdiri dari dua hemisphere yang dihubungkan oleh
bagian tengah (vermis).
Cerebellum di hubungkan dengan mesencephalon melalui pedunculus cerebellaris superior,
dengan pons oleh pedunculus cerebellaris medius dan dengan medulla oblongata oleh
pedunculus cerebellaris inferior.
Cortex : Lapisan tiap hemispherium cerebelli yang terdiri dari substansia .grisea.
Folia : cortex cerebelli melipat-lipat yang dipisahkan oleh fisurra transversa yang
tersusun rapat.
Nucleus dentatus : kelompok massa substantia grisea tertentu dalam cerebellum, tertanam
dalam substantia alba.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 14
Fungsi : berperan penting dalam mengendalikan tonus otot dan mengkoordinasikan gerak otot
pada sisi tubuh yang sama.
2. Medulla Spinalis
a. Terletak di dalam canalis vertebralis
b. Terlindungi oleh vertebra, ligamentum serta otot-ototnya, meninges spinalis dan
cairan serebrospinal (CSS).
c. MENINGES SPINALIS :
a. Dura Mater Spinalis
Dura mater spinalis yang terbentuk dari jaringan fibroelastis, adalah
selaput pembungkus medulla spinalis paling luar. Membentuk lapis luar
kantong dura, sebuah selubung panjang yang menyerupai bumbung dan
tergantung bebas dalam canalis vertebralis.
b. Arachnoidea Mater Spinalis
Arachnoidea mater spinalis adalah selaput halus tanpa pembuluh yang
dibentuk oleh jaringan fibroelastis dan melapisi kantong dura.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 15
c. Pia Mater Spinalis
Pia mater spinalis, salut penutup medulla spinalis terdalam, terdiri dari
dua lapis jaringan ikat jarang yang bersatu dan menempel erat pada permukaan
medulla spinalis.
d. Spatium Subarachnoideum
Spatium Subarachnoideum terletak antara arachnoidea mater spinalis
dan pia mater spinalis, berisi CSS, cairan jernih yang sedikit alkalis.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 16
d. Berawal sebagai lanjutan medulla oblongata, bagian kaudal truncus enchepali.
e. Menempati bagian 2/3 kranial canalis vertebralis.
f. Medulla spinalis menggembung pada dua daerah untuk persarafan ekstremitas :
a. Intumescentia cervicalis (antara segmen medulla spinalis C4-T1), dan cabang
ventral dari segmen-segmen ini membentuk plexus brachialis yang
mempersarafi extremitas superior.
b. Intumescentia lumbosacralis (antara segmen medulla spinalis L2-S3), dan saraf
dari segmen-segmen ini membentuk plexus lumbalis dan plexus sacralis yang
mempersarafi extremitas inferior.
SISTEM SARAF TEPI
System saraf tepi meliputi semua saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan
system saraf pusat.
Berdasarkan fungsinya system saraf tepi dibagi menjadi
a. Sensori (afferent)
System ini menghantarkan rangsang dari saraf sensori menuju system saraf pusat
b. Motori (efferent)
Menghantarkan informasi dari saraf pusat sampai menghasilkan reflek/gerakan
c. Asosiasi (interneuron)
Menghubungkan pesan antara system sensori dan motori,interneuron dibagi menjadi
dua jenis yaitu sel saraf adjustor yang menghubungkan antara sensori dan motori serta
sel saraf konektor yang menghubungkan neuron dengan neuron.
1. Sistem saraf sadar/somatik
Merupakan system saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah oleh otak.
Bedakan menjadi dua yaitu :
a. Sistem saraf pada otak
Merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan menjadi 12 pasang
saraf yaitu :
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 17
No Nama saraf Jenis saraf Menuju Fungsi
I OLFAKTORI Sensorik Pusat pembau Berkaitan dengan
penciuman
II OPTIK Sensorik Retina mata Berkaitan dengan
penglihatan
III OKULOMOTOR Motorik Otot bola mata
dan otot kelopak
mata
Menggerakan bola
mata (kiri dan
kanan)
Untuk akomodasi
dan kontraksi iris
IV TROKLEAR Motorik Oto bola mata Untuk memutar
bola mata
V TRIGEMINUS
a. OFTALMIK
b. MAKSILAR
c. MASNDIBULAR
Motorik
Kelopak mata
atsa, bola mata,
kelenjar lakrimal
Mukosa hidung,
langit-langit
rongga mulut,
taring, gigi atas,
pipi dan kelopak
mata bawah.
Lidah bagian atas
(bukan
Membawa impuls
yang berkaitan
dengan sensai
rasa, nyeri, raba
dan suhu.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 18
pengecap), gigi
bawah dan
rahang bawah.
VI Abdusen Motorik Otot penggerak
bolamata
Pergerakan rektus
lateral
VII Facial Motorik Lidah bagian
oengecap
anterior
Mempengaruhi
pergerakan otot-
otot rahang,
wajah, kepala
serta ekskresi
kelenjar ludah dan
air mata.
No Nama saraf Jenis saraf Menuju Fungsi
VIII Vestibulo koklear Sensorik Koklea telinga,
vestibula dan kanal
semisirkularis
Berkaitana dengan
pendengaran dan
keseimbangan.
IX Glosofaring Motorik Lidah pengecap,
tonsil langit-langit
mulut, kulit telinga
Mempengaruhi
pergerakan otot
faring dan lidah.
X Vagus Motorik Faring, laring,
trakea, bronkus,
pulmo, lengkung
aorta
Mempengaruhi
pergerakan
menelan, stimulasi
kelenjar lambung,
usus, hati dan
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 19
pankreas.
XI Asesori spinal Motorik Otot
sternokleidomastoid
dan otot trapezius
Mengkoordinasi
gerakan bahu dan
leher.
XII Hipoglosus Motorik Otot lidah Berkaitan dengan
kegiatan menelan
dan berbicara.
b. Sistem saraf sumsum spinalis
Merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinali (sumsum tulang belakang)
yang berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis.
31 pasang saraf medula spinalis yaitu :
Jumlah Medula spinalis daerah Menuju
8 pasang Servix Kulit kepala, leher dan otot
tangan
12 pasang Punggung Organ-organ dalam
5 pasang Lumbal/pinggang Paha
5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki
1 pasang koksigeal Sekitar tulang ekor
SISTEM SARAF OTONOM
Merupakan sistem saraf yang cara kerjanya secara tidak sadar/diluar kehendak/tanpa
perintah oleh otak.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 20
Sistem saraf yang mensarafi seluruh otot polos, otot jantung, kelenjar endokrin dan
kelenjar eksokrin.
Dibedakan menjadi 2 bagian yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik yang keduanya
bekerja secara antagonis/berlawanan.
a. Sistem saraf simpatik
Merupakan 25 pasang simpul saraf (ganglion) yang terdapat di medulal spinalis.
Disebut juga dengan sistem saraf thorakolumbar karena saraf ini keluar dari
vertebrae thorak ke-1 sampai ke-12 dan vertebrae kolumbar ke-1 sampai
dengan ke-3.
Beberapa fungsi sistem saraf simpatik yaitu :
Mempercepat denyut jantung
Memperlebar pembuluh darah
Menghambat pengeluaran air mata
Memperluas/memperlebar pupil
Menghambat sekresi air ludah
Memperbesar bronkus
Mengurangi aktivitas kerja usus
Menghambat pembentukan urine
b. Sistem saraf parasimpatik
Merupakan sistemsaraf yang keluar dari daerah otak.
Terdiri dari 4 saraf otak yaitu saraf nomor III (okulomotorik), nomor VII (Facial),
nomor IX (glosofaring), nomor X (vagus).
Disebut juga dengan sistem saraf craniosakral karena saraf ini keluar dari daerah
cranial dan juga dearah sakral.
Beberapa fungsi sistem saraf parasimpatik yaitu :
Memperlambat denyut jantungM a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 21
Mempersempit pembuluh darah
Memperlancar pengeluaran air mata
Memperkecil pupil
Memperlancar sekresi air ludah
Menyempitkan bronkus
Menambah aktivitas kerja usus
Merangsang pembentukan urine
Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur
saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan
impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya
memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan
menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan
akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air
liur tanpa disadari. Brikut skema gerak refleks:
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung
disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung).Hal ini berbeda sekali dengan
mekanisme gerak biasa.
Gerak biasa rangsangan akan diterimaleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan
langsung ke ota. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah
gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atau dikontrol oleh otak. Sehingga
oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disadari.
Lengkung reflex
Reseptor penerima rangsang system sensori diterima oleh sel saraf penghubung
(asosiasi) tanpa diolah oleh otak pengiriman tanggapan ke saraf motorik efektor
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 22
FISIOLOGI
Neuron merupakan sel syaraf yang berfungsi dalam menghantarkan impuls. Secara anatominya,
neuron terbagi atas dendrite, soma, akson, dan terminal button. Ada sebuah bagian dari
neuron yang membungkus akson dan dinamakan selubung myelin. Memang tidak semua akson
pada neuron terbungkus oleh selubung ini. Pada bagian sistem saraf perifer, yang berfungsi
sebagai selubung myelin dinamakan sel schwan sedangkan pada bagian sistem syaraf pusat
yang berfungsi sebagai selubung myelin dinamakan oligodendrocyte. Sel schwan berfungsi
dalam mempercepat penyampaian impuls syaraf melalui mekanisme arus saltatory.
Resting Potential
Pada keadaan ini, membrane sel syaraf dibuat stabil,
yaitu positif di luar dan negative didalam. Mekanisme ini
membutuhkan pompa ion Na+K+ ATP-ase. Pompa ini
berfungsi untuk memompa tiga ion natrium keluar sel
dan memasukkan dua ion kalium kedalam sel.
Action Potential
Action potential bertanggung jawab dalam penyampaian
impuls syaraf. Mekanisme ini terjadi melalui tiga tahap
yaitu depolarisasi, repolarisasi, hyperpolarisasi , dan
stabil. Ketika rangsang mulai masuk, gerbang ion
natrium mulai aktif dan membuka sehingga ion natrium
dimasukkan kedalam sel. Hal ini akan mengakibatkan
muatan positif di dalam sel bertambah sehingga voltase
intrasel meningkat dari
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 23
- 70mV hingga mencapai 50 mV.Proses ini dinamakan depolarisasi. Ketika hal ini sudah terjadi
gerbang ion natrium mulai di non-aktifkan dan gerbang ion kalium mulai aktif dan membuka
dengan mengeluarkan ion kalium intrasel sehingga muatan intrasel mulai kembali turun menuju
– 70 mV. Proses ini dinamakan depolarisasi. Proses ini akan terus berlanjut hingga melewati
ambang batas – 70 mV ,dinamakan hyperpolarisasi, tetapi ketika hal itu terjadi, gerbang ion
kalium akan kembali tertutup dan pompa ion Na+K+ ATP-ase akan kembali aktif sehingga
membrane sel akan kembali stabil.
Penyampaian impuls pada synapsis
Penyampaian ini dapat terjadi karena energi listrik yang telah terjadi disepanjang akson tadi
berubah menjadi energi kimia. Ketika listrik mendekati terminal button, terjadi sintesis
neurotransmitter. Neurotransmitter ini nantikan akan berfungsi untuk mengaktifkan lagi
gerbang ion natrium lagi di sel neuron selanjutnya sehingga mekanisme penyampai
penyampaian impuls dapat terjadi lagi dan untuk seterusnya.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 24
JARINGAN SARAF
Terdiri dari 2 tipe sel:
1. Sel saraf (Neuron) →Mampu mentransmisi impuls
2. Sel penyokong →Tidak mampu mentransmisi impuls
NEURON
Terdiri dari:
a. Badan sel (perikarion/soma) ® nukleus, organel, neurofibril
b. Prosesus:
• Dendrit
-Konduksi impuls masuk ke badan sel
-Jumlah bervariasi
• Akson
-Konduksi impuls keluar badan sel
-Tunggal, dapat bercabang
-Pangkal akson: Axon hillock
-Terminal akson mengandung neurotransmiter
• Celah sinaps
• Selubung myelin yang berfungsi sebagai proteksi,Isolator, transmisi impuls saraf
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 25
Saraf (Gr. Neuron=nerve)
– Differensiasi paling tinggi
– Tidak dapat membelah lagi
– Jumlahnya diduga 14 milyar
– Histologis
• Badan sel (Perikarion)
• Juluran / taju saraf (prosesus saraf)
– Akson
– Dendrit
KLASIFIKASI FUNGSIONAL NEURON
- Neuron sensoris (aferen) → Membawa impuls ke SSP- Neuron motoris (eferen) → Membawa impuls dari SSP- Interneuron → Menghubungkan neuron motoris & sensoris
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 26
KLASIFIKASI STRUKTURAL NEURON
Berdasarkan jumlah juluran saraf
- Neuron unipolar → Neuron unipolar masa embrio
- Neuron bipolar →Ganglion vestibular→Ganglion koklear→Neuron olfaktoris
- Neuron pseudo-unipolar →Ganglion kraniospinal-- Neuron multipolar →Neuron motoris kornu anterior medula spinalis
→Sel Purkinje di otak kecil→Sel piramid pada korteks sereb
Badan sel saraf (Perikarion)
– Ukuran 4-135 mm
– Bentuk: piramid, lonjong, bulat
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 27
– Struktur
• Inti (mata burung hantu / owl eye)
– Bulat, lonjong
– Pucat
– Di tengah perikarion
• Sitoplasma
– Organel
– Badan inklusi
Juluran saraf
Terdiri dari akson dan dendrit.
• Dendrit
- Jumlahnya bisa lebih dari satu- Pangkalnya tebal dan makin ke distal makin tipis- Duri atau tonjolan (spike / gemullae)- Badan Nissl, ribosom, mitokondria, neurofilamen,
mikrotubulus (+) - Fungsi: menerima rangsang dan meneruskannya
ke perikarion.
• Akson
- Pangkal akson (Akson Hillock)- Jumlahnya satu- mitokondria, neurofilamen dan mikrotubulus (+)- Badan Nissl, ribosom, kompleks Golgi (-)- Sebagian besar bermielin- Telodendria- Terminal boton (Boutons terminaux- Fungsi: membawa impuls saraf dari badan saraf
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 28
SYNAPS/JUNCTION
DEFINISI
penghantaran impuls dari satu neuron ke neuron lain, atau istilah lainnya penghantaran impuls
melalui sinapsis.
sinapsis merupakan titik pertemuan antar neuron atau istilah awamnya penghubung antara
satu neuron dengan neuron lainnya.
JENIS SINAPS
- Akso-dendritik
- Akso-somatik
- Akso-aksonik
- Dendro-dendritik
- Akson-serat otot
Dalam mekanisme penghantaran impuls ini ada dua istilah lagi yang perlu kamu ketahui. Yaitu
prasinapsis dan postsinapsis (atau bisa juga disebut pascasinapsis). Prasinapsis adalah akson
dari neuron “sebelumnya” sedangkan postsinapsis adalah dendrit dari neuron
impuls yang diterima dendrit diteruskan melalui badan sel dan diteruskan lagi ke bagian akson.
Akson akan menghantarkan impuls ke neuron berikutnya. Neuron tersebut (neuron berikutnya)
memanfaatkan dendritnya untuk menerima impuls, kemudian meneruskan impuls ke badan sel
lalu ke akson, hingga akson pun siap untuk mengirimkan impuls ke neuron berikutnya.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 29
Di ujung prasinapsis, tepatnya di terminal akson, terdapat semacam tonjolan yang disebut
tonjolan sinapsis. Di dalamnya ada vesikel sinaps dengan neurotransmitter beserta jumlah
mitokondria sebagai pemasok energi.
Saat impuls ditransmisikan, neurotransmitter dilepaskan secara eksositosis. Neurotransmitter
ini berdifusi menyeberangi celah sinaps sampai ke postsinapsis. Di postsinapsis atau dendrit
neuron berikutnya, neurotransmitter akan berikatan dengan reseptor yang tepat.
Setelah itu neurotransmitter ditarik kembali secara endositosis untuk didaurulang.
Neurotransmitter yang dikeluarkan hanya satu jenis. Suatu neuron yang melepaskan asetilkolin
(salah satu jenis neurotransmitter yang ada di seluruh tubuh) hanya bisa melepaskan asetilkolin
seterusnya. Neuron tidak bisa melepaskan serotonin atau dopamin atau neurotransmitter
lainnya. (Serotonin dan dopamin juga termasuk jenis neurotransmitter yang ada di otak).
Sinapsis sebenarnya ada 2 jenis yaitu sinapsis kimia dan sinapsis listrik. Yang paling sering
terjadi adalah sinapsis kimia dan sinapsis jenis inilah yang sedangkan kita bahas di tulisan ini.
Sedangkan pada sinapsis listrik, sinyal/impuls disampaikan secara langsung dari prasinapsis ke
postsinapsis melalui gap junction.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 30
CEREBROSPINAL FLUID (CSF)
Definisi : salah satu cairan tubuh yg jernih/ tdk berwarna dan terletak di dalam ventrikel otak,
ruang subarakhnoid, medulla spinalis
Volume : Adult : 85 - 150 ml
125 ml in intracranial
100 ml in subarachnoid
25 ml in ventricles
25 ml in central canal
Neonates : 10 - 60 ml
Kecepatan produksi : 0,5 ml/menit
Tekanan : 60-150 mm air
Komposisi :-protein (15-45 mg/100 ml)
-glukosa (50-85 mg/100 ml)
-klorida (720-750 mg/100 ml)
Jumlah sel : 0-3 limfosit/mm3
Fungsi :
1. Pelindung SSP dari trauma
2. Memberi daya apung mekanik dan penyangga otak
3. Tempat penampungan dan membantu regulasi isi cranium
4. Memberi nutrisi untuk SSP
5. Mengangkut zat-zat metabolit dari SSP
6. Sbg lintasan sekret glandula pinealis untuk mencapai kelenjar hipofisis
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 31
Produksi CSF :
1. Plexus choroideus pd ventriculus lateralis
2. Ventriculus tertius
3. Ventriculus quartus
4. Sel epindema yg melapisi ventrikel dan jaringan otak (sebagian kecil)
Sirkulasi CSF :
Px Kelainan CSF :
macro examination :
– Color
• Normal colorless
• Xantochromia orange
– Turbidity
• Normal clear
• Turbidity ↑ depends on cellularity/pleocytosis, protein, lipid,
microorganism
– Viscosity
• Normal Similar to water
• ↑ in metastasis adenocarsinoma mucine of nucleus pulposus fluid
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 32
Clot formation
• normal : clotting (-)
• clotting (+) : - traumatic puncture
- blood brain barrier damage
– Blood in CSF caused by hemorrhage of :
subarachnoid/intracerebral hemorrhage or traumatic puncture
Microexamination total cell count (leucocytes,lymphocyte, monocyte,eosinophil,
plasma cell, macrophages,neutrophils, malignant cell )
Chemical examination protein and glucose
Microbiological examination microorganism that cause disease
Immunologic examination determine bacteria and fungal that cause disease using Ab
polyclonal + Ag in CSF binding
HYDROCEPHALUSM a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 33
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada
satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat
ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan
terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan
subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler, keadaan
ini disebut sebagai hidrosefalus internal.Selain itu beberapa lesi intrakranial menyebabkan
peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak
ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi serebral. Hidrosefalus sebagai
kesatuan klinik dibedakan oleh tiga faktor: a).peninggian tekanan intraventrikuler,
b).penambahan volume CSS, c).dilatasi rongga CSS. Secara keseluruhan, insiden dari
hidrosefalus diperkirakan mendekati 1 : 1000. sedangkan insiden hidrosefalus kongenital
bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang berbeda. Hershey BL mengatakan kebanyakan
hidrosefalus pada anak-anak adalah kongenital yang biasanya sudah tampak pada masa bayi.
Jika hidrosefalus tampak setelah umur 6 bulan biasanya bukan oleh karena kongenital. Mujahid
Anwar dkk mendapatkan 40 – 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4
mengalami hidrosefalus. Pongsakdi Visudiphan dkk pada penelitiannya mendapatkan 36 dari 49
anak-anak dengan meningitis TB mengalami hidrosefalus, dengan catatan 8 anak dengan
hidrosefalus obstruktif dan 26 anak dengan hidrosefalus komunikans. Hidrosefalus yang terjadi
sebagai komplikasi meningitis bakteri dapat dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada
bayi daripada anak-anak.
ANATOMI
Struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus, yaitu bangunan-bangunan dimana CSS
berada.
Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis.
1. Ventrikel lateralis
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 34
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel lateralis berhubungan
denga ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis (Monro).
2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus dengan adhesion
interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis menonjol ke anterior,
dan recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal. Ventrikel III berhubungan
dengan ventrikel IV melalui suatu lubang kecil, yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).
3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara cerebellum dan medulla
serta membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-masing recessus
berakhir pada foramen Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada perlekatan vellum medullare
anterior terdapat apertura mediana Magendie.
4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang korda spinalis, dilapisi
sel-sel ependimal. Diatas, melanjut ke dalam medula oblongata, dimana ia membuka ke dalam
ventrikel IV.
Ruang subarakhnoidal
Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan piamater.
PATOFISIOLOGI
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke dalam ventrikel III,
dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium
liquor serebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV.
Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi arachnoidea, yang menonjol
ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat
keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan
ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus). Kecepatan
pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2-0,5% volume total per menit dan ada yang M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 35
menyebut antara 14-38 cc/jam. Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc,
sedangkan jumblah total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau
pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari.
Pada neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai
mencapai 150 cc pada orang dewasa. Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan
antara produksi dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS.
KLASIFIKASI
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain :
1. Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
• Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang
mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel otak), yang kebanyakan
disebabkan oleh kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel
lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak
jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia
foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat, infeksi meningeal).
Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor
intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior).
•Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan (Gangguan di
luar sistemventrikel).
- perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu
menimbulkan blokade villi arachnoid.
- Radang meningeal
- Kongenital : Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan
pembentukan, Gangguan pembentukan villi arachnoid, Papilloma plexus
choroideus
2. Berdasarkan Etiologinya :M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 36
A. Tipe obstruksi
a. Kongenital
Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau perdarahan selama
kehidupan fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii,
Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).
Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus. Etiologinya tidak diketahui.
Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia vermis serebelum.
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasiventrikel IV dan rongga
subarachnoid yang tidak adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya
biasanya tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan
anomali lainnya seperti agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali
jantung, dan sebagainya.
Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak dan cerebelum
mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol keluar menuju canalis spinalis
Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak dapat dideteksi
sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena vena Galen mengalir di atas
akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk kantong aneurisma. Seringkali menyebabkan
hidrosefalus.
Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak adadan diganti dengan kantong CSS.
b. Didapat (Acquired)
Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
infeksi oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput (meningen) di sekitar otak
dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari infeksi meningen M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 37
menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada sistem
ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak
mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari.
Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu
makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan dengan muntah
dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik dosis tinggi.
Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah mengalir dalam jaringan
otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan hidrosefalus berkembang
sisebabkan oleh penyumbatan atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.
Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70% tumor ini terjadi
dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain dari tumor otakyang dapat
menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi adalah
tumor plexus choroideus (termasuk papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada dibagian
belakang otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari ventrikel IV. Pada
banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor
adalah menghilangkan tumor penyebab sumbatan.
Abses/granuloma
Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat kista arachnoid
maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran arachnoid. Kista biasanya
ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak atau pada ruang subarachnoid. Kista
subarachnoid dapat menyebabkan hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat
aliran CSS dalam ventrikel khususnya ventrikel III. Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf
dapat menghilangkan dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada
tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat memasang shunt untuk
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 38
mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan kista dan
melindungi batang otak.
3. Berdasarkan Usia
•Hidrosefalus tipe kongenital / infantil ( bayi )
•Hidrosefalus tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa ) Selain pembagian berdasarkan
anatomi, etiologi, dan usia, terdapat juga jenis Hidrosefalus Tekanan Normal ; sesuai konvensi,
sindroma hidrosefalik termasuk tanda dan gejala peninggian TIK, seperti kepala yang besar
dengan penonjolan fontanel. Akhir-akhir ini, dilaporkan temuan klinis hidrosefalus yang tidak
bersamaan dengan peninggian TIK. seseorang bisa didiagnosa mengalami hidrosefalus tekanan
normal jika ventrikel otaknya mengalami pembesaran, tetapi hanya sedikit atau tidak ada
peningkatan tekanan dalam ventrikel. Biasanya dialami oleh pasien usia lanjut, dan sebagian
besar disebabkan aliran CSS yang terganggu dan compliance otak yang tidak normal.
Pada dewasa dapat timbul “hidrosefalus tekanan normal”
akibat dari :
a).Perdarahan subarachnoid, b).meningitis, c).trauma kepala, dan
d).idiopathic.
Dengan trias gejala :
a).gangguan mental (dementia), b).gangguan koordinasi (ataksia),
c).gangguan kencing (inkontinentia urin)
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan
neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak.
Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbukapada umur kurang dari 1 tahun) didapatkan
gambaran :M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 39
- Kepala membesar
- Sutura melebar
- Fontanella kepala prominen
- Mata kearah bawah (sunset phenomena)
- Nistagmus horizontal
- Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau seperti semangka masak.
Gejala pada anak-anak dan dewasa:
- Sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Gelisah
- Mual, muntah
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
- Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut
dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup, nyeri kepala
terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental secara bertahap akan
menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai seperti : respon terhadap lingkungan
lambat, kurang perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
•Gejala klinis
•X Foto kepala, didapatkan
•Tulang tipis
•Disproporsi kraniofasial
•Sutura melebar
Dengan prosedur ini dapat diketahui :M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 40
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen
kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
•Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm,
oksipital 1 cm
•Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi fontanela mayor.
Menentukan :
- Tekanan
- Jumblah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi
- Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
- Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan antibiotik.
•Ventrikulografi ; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup ontuk
memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada karanium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit
yang telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
•CT scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel
lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada
anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh
karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem
ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
Keuntungan CT scan :
o Gambaran lebih jelas
o Non traumatik
o Meramal prognoseM a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 41
o Penyebab hidrosefalus dapat diduga
•USG
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG
pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan
sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi
sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT scan.
DIAGNOSIS BANDING
a. Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat pencairan
hematom subdural
b. Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
c. Emfiema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
d. Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri, ruang yang
normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
e. Tumor otak
f. Kepala besar
o Megaloensefali : jaringan otak bertambah
o Makrosefali : gangguan tulang
Dalam proses diagnostik, diagnosis banding penting bagi pakar neuro ( saraf ) dan bedah neuro
untuk menentukan prognosis dan terapetik.
Komplikasi hidrosefalus :
- Atrofi otak
- Herniasi otak yang dapat berakibat kematian.
PENATALAKSANAAN
Terapi
Terapi medikamentosaM a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 42
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari
pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak
gawat, terutama pada pusatpusat kesehatan dimana sarana bedah sarf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah:
Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai
maksimal 1.200 mg/hari
Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.
Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum
diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara
intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada hidrosefalus yang
terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC.
Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau
kemungkinan akan terjadi herniasi (impending herniation)
Cara:
a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4 dan CSS
dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.
b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap LP CSS
dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP diperjarang (2-3
hari).
d. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.
e. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3 minggu berturut-
turut.
f. Tindakan ini dianggap gagal jika :M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 43
Dilatasi ventrikel menetap
Cortical mantel makin tipis
Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan gangguan
elektrolit.
Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita gawat yang
menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan
dalam jangka waktu 10-30 menit.
1. “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan
endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
2. Operasi pintas/”Shunting”
Ada 2 macam :
Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi
lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal.
Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota
tubuh lain.
~Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)
~Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
~Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
~Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
~Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
~Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneumM a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 44
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka
atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Komplikasi Shunting
Infeksi
Hematoma subdural
Obstruksi
Keadaan CSS yang rendah
Asites
Kraniosinostosis
SPINA BIFIDAIalah suatu celah pada tulang belakang (vetebra) yang terjadi Karena bagian dari satu atau
beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh.
Epidemologi
1-2 setiap 1000 penduduk
Etiologi
spesifik belum diketahu
Hipertermia,asam valproat,hipervitaminosis A,keturunan,teratogen lain,lingkungan,vitamin
maternal rendah, obat-obatan.
Klasifikasi dan gejala M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 45
a. spinna bifida okulta : devek vertebra,medulla spinalis dan meningen normal, seberkas
rambut pada daerah sakral (panggul bagian bawah),lekukan didaerah sakrum.
Lain : penonjlan sepert kantung di punggung tengah sampai bawah di bayi baru lahir, jika
disinari kantung tersebut tidak tembus cahaya,kelumpuhan atau kelemahan pada
pinggul,tungkai atau kaki,penurunan sensasi,inkntinensa uri maupun tinja, korda spinalis yang
terkena rentan infeksi (meningitis).
b. spina bifida sistika : : NTD berat yang itandai dengan jaringan syaraf dan atau meningen
yang menonjol melalui suatu defek di arkus vertebrae dan kulit untuk membentuk suatu
kantong seperti kista.
Tempat : biasanya di daerah lumbosakra dan menyebabkan defisit neurologis.
Meningokel : defek vertebra, herniasi kantong meningeal melalui defek, kista berisi masa CSF
dilapisi kuit,medula spinalis normal,defisit neurologi minimal.
Meningomielokel : defek vertebra,hernias medula spinalis dan kantong meningeal melalui
defek,defisit neurologik utama.
Spina bifida aperta : kegagalan fusi lengkap pada lempeng syaraf, defek kulit dan vertebra yang
pada dasarnya merupakan lempeng saraf yang tidak berkembang, defisit neurologi utama
Diagnosis
Berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik
Pada trimester pertama kehamilan dilakukan pemeriksaan darah (triple screen) –ultrasonografi
dan penentuan kadar alfa fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion,terkadang
amniosentesis.
Bayi lahir : rontegen tulang belakang, USG,CT scan/ MRI.
Diagnosis banding
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 46
Teratoma Sacrococcygeal , Lipoma dari garis tengah belakang.
Komplikasi
meningitis, patah tulang dan dislokasi pinggul, tekanan luka karena masalah mobilitas, ulserasi
kulit,hidrosefalus, kantung kemih neurogenik menyebabkan inkontinensia dan infeksi saluran
kemih, sembelit akibat gangguan persyarafan usus dan fungsi sfingter anal, lateks alergi
menyebabkan anafilaksis.
Tatalaksana
Tujuan : mengurangi kerusakan syaraf, minimalisasi komplikasi, membbantu keluarga dan
penderita (spsikis)
Pembedahan : untuk menutupi lubang yang terbbentuk dan mengobati hdrosefalus,kelainan
ginjal dan kantung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai
Terapi fisik : pergerakan sendi terjaga,memperkuat fungsi otot
Cangkok kulit,sekso sesarae terencana,penekanan lembut diatas kandung kemih
Antibiotik untuk meningitisdan infeksi saluran kemih dan lainnya, diet kaya serat.
Preventif : suplementasi asam folat, peningkatan diagnosis prenatal dan pembedahan prenatal
atau penghentian dari beberapa kehamilan.
Patofisiologi yang berhubungan dengan hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi hampir semua kasus spina bifida sistika dikarenakan korda spinalis
terikat ke kolumna vertebrae sehingga koluma vertebralis memanjang dan ikatan tersebut
menarik cereblum dalam foramen magnum menyebabkan pergerakan cereblum ke bawah
menyumbat CSF yang dapat menyebabkan penumpukan CSF sehingga terjadilah hidrosefalus.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 47
CEREBRAL PALSY
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu
dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat
kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya
Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda
neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.
ANGKA KEJADIAN
Dengan meningkatnya pelayanan obstetrik dan perinatologi dan rendahnya angka kelahiran di
negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat angka kejadian cerebral palsy akan
menurun. Narnun di negara-negara berkembang, kemajuan tektiologi kedokteran selain
menurunkan angka kematian bayi risiko tinggi, juga meningkatkan jumlah anak-anak dengan
gangguan perkembangan.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 48
Adanya variasi angka kejadian di berbagai negara karena pasien cerebal palsy datang ke
berbagai klinik seperti klinik saraf, anak, klinik bedah tulang, klinik rehabilitasi medik dan se-
bagainya. Di samping itu juga karena para klinikus tidak konsisten menggunakan definisi dan
terminologi cerebral palsy.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi insidensi penyakit ini yaitu: populasi yang diambil,
cara diagnosis dan ketelitiannya. Misalnya insidensi cerebral palsy di Eropa (1950) sebanyak
2,5 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Skandinavia sebanyak 1,2 - 1,5 per 1000 kelahiran
hidup. Gilroy memperoleh 5 dan 1000 anak memperlihatkan defisit motorik yang sesuai
dengan cerebral palsy; 50% kasus termasuk ringan sedangkan 10% termasuk berat. Yang
dimaksud ringan ialah penderita yang dapat mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang
tergolong
berat ialah penderita yang memerlukan perawatan khusus; 25% mempunyai intelegensi rata-
rata (normal), sedangkan 30% kasus menunjukkan IQ di bawah 70; 35% disertai kejang,
sedangkan 50% menunjukkan adanya gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak daripada wanita
(1,4:1,0). Insiden relatif cerebral palsy yang digolongkan berdasarkan keluhan motorik adalah
sebagai
berikut: spastik 65%, atetosis 25%, dan rigid, tremor, ataktik I0%
ETIOLOGI
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga
periode
(6,8,10)
yaitu:
1) Pranatal :
a) Malformasi kongenital.
b) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya; rubela,
toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).
c) Radiasi.
d) Tok gravidarum. M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 49
e) Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta,plasenta previa, anoksi maternal, atau
tali pusat yang abnormal).
2) Natal :
a) Anoksialhipoksia.
b) Perdarahan intra kranial.
c) Trauma lahir.
d) Prematuritas.
3) Postnatal :
a) Trauma kapitis.
b) Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, trom-
boplebitis, ensefalomielitis.
c) Kern icterus.
Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan daripada faktor
pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah, asfiksia
saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin me-
rupakan faktor penyebab cerebral palsy.
Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal yaitu
segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnyajari.ngan otak yang
mengalami kerusakan
1) Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini
mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
2) Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid,
rigiditas, atau campuran.
3) Ataksia M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 50
Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya
memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik
yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.
4) Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
5) Gangguan perkembangan mental
Retarçlasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada
grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi
mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi
atrofi serebri yang menyeluruh.
Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan
menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan
dikem-
bangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat
dipengaruhi secara positif.
6) Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya:
hemianopsia, strabismus, atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguari sçnsibilitas.
7) Problem emosional terutama pada saat remaja.
KLASIFIKASI
Banyak klasifikasi yang diajukan oleh para ahli, tetapi pada kesempatan ini akan diajukan
klasifikasi berdasarkan gambaran klinis dan derajat kemampuan fungsionil
Berdasarkan gejala klinis
1) Tipe spastis atau piramidal.
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :
a) Hipertoni (fenomena pisau lipat).
b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus.
c) Kecenderungan timbul kontraktur. M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 51
d) Refleks patologis.
Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:
a) Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama.
b) Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak bawah lebih berat.
c) Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas sedikit lebih berat.
d) Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak.
e) Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak bawah, biasanya
merupakan varian dan kuadriplegi.
2) Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia, ataksia.
Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retardasi mental. Di samping itu juga dijumpai
gejala hipertoni, hiperefleksi ringan, jarang sampai timbul klonus.
Pada tipe ini kontraktunjarang ditemukan, apabila mengenai saraf otak bisa terlihat wajah yang
asimetnis dan disantni.
3) Tipe campuran
Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di atas misalnya hiperrefleksi dan hipertoni
disertai gerakan khorea.
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional.
1) Ringan:
Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari- hari sehingga sama sekali tidak atau
hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
2) Sedang:
Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan khusus atau
pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau berbicara.
Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan penderita dapat mengurus diri sendiri, berjalan
atau berbicara sehingga dapat bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 52
3) Berat:
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa
pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat Se-
dikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus.
Rumah perawatan khusus ini hanya untuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang
akan menimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya.
PATOGENESIS
Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu induksi dorsal
yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral, berlangsung pada minggu ke
56 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan terjadinya kelainan
kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase
selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 24. Gangguan
pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali, makrosefali.
Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 35. Migrasi
terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, sd berdiferensiasi dan daerah periventnikuler dan
subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan migrasi secara tangensial
sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan korteks serebri. Gangguan pada
masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti polimikrogiri, agenesis korpus
kalosum.
Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal.
Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme.
Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini
terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung mialin. Kelainan neuropatologik yang
terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan neuropatologik yang
terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis
daerah paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia serebri sering M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 53
merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia perinatal sering
berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis misalnya hiperrefleksi dan
hipertoni disertai gerakan khorea.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis lengkap tentang riwayat kehamilan, perinatal dan
pascanatal, dan memperhatikan faktor risiko terjadinya cerebral palsy. Juga pemeriksaan fisik
lengkap dengan memperhatikan perkembangan motorik dan mental dan adanya refleks
neonatus yang masih menetap.
Pada bayi yang mempunyai risiko tinggi diperlukan pemeriksaan berulang kali, karena gejala
dapat berubah, terutama pada bayi yang dengan hipotoni, yang menandakan perkembangan
motorik yang terlambat; hampir semua cerebral palsy melalui fase hipotoni.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang diperlukan adalah foto polos kepala, pemeriksaan pungsi
lumbal. Pemeriksaan EEG terutama pada pendenita yang memperlihatkan gejala mo-
torik, seperti tetraparesis, hemiparesis, atau karena sering disertam kejang. Pemeriksaan
ultrasonografi kepala atau CT Scan kepala dilakukan untuk mencoba mencani etiologi.
Pemeniksaan psikologi untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual yang akan
enentukan cara pendidikan ke sekolah biasa atau sekolah luar biasa
PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi spesifik terhadap cerebral palsy. Terapi bersifat simtomatik, yang diharapkan
akan memperbaiki kondisi pasien. Terapi yang sangat dini akan dapat mencegah atau
mengurangi gejala-gejala neurologik. Untuk menentukan jenis terapi atau latihan yang
diberikan dan untuk menentukan keberhasilannya maka perlu diperhatikan penggolongan
cerebral palsy berdasarkan derajat kemampuan fungsionil yaitu derajat ringan, sedang dan
berat. Tujuan terapi pasien cerebral palsy adalah membantu pasien dan keluarganya
memperbaiki fungsi motorik dan mencegah deformitas serta penyesuaian emosional dan
pendidikan sehingga pendenta sedikit mungkin memerlukan pertolongan orang lain,
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 54
diharapkan penderita bisa mandiri. Obat-obatan yang diberikan tergantung pada gejala-gejala
yang muncul. Misalnya untuk kejang bisa diberikan anti kejang. Untuk spastisitas bisa diberikan
baclofen dan diazepam. Bila gejala berupa nigiditas bisa diberikan levodopa. Mungkin
diperlukan terapi bedah ortopedi maupun bedah saraf untuk merekonstruksi terhadap
deformitas yang terjadi. Fisioterapi dini dan intensif untuk mencegah kecacatan, juga
penanganan psikolog atau psikiater untuk mengatasi perubahan tingkah laku pada anak yang
lebih besar. Yang tidak boleh dilupakan adalah masalah pendidikan yang harus sesuai dengan
tingkat kecerdasan penderita.
PROGNOSIS
Prognosis paling baik pada derajat fungsionil yang paling ringan. Prognosis bertambah berat
apabila disertai dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran.
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 55
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono, Mahar. Dan Priguna Sidharta. 2006. Neurologi Klinik Dasar. Jakarta : Dian
Rakyat.
Moore, Keith L dan Agur, Anne. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates, 2002
Snell, Richard. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC, 2006
Baehr,dan Frotscher. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta : EGC, 2010
Bernard. System Nervosum Centrale. Jakarta : UKI
Thomas W. Sadler, Langman embriologi kedokteran ed. 10. EGC : Jakarta
Fisiologi manusia dari sel ke sistem,sherwood edisi 2,,
Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed.15
Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Kamus Kedokteran DORLAND
M a k a l a h T u t o r i a l ‘ N e r v o u s S y s t e m ’ - B 1 | 56