Post on 19-Jul-2015
description
An Introduction of Container TerminalPresented by; Capt. Suzdayan M.Mar
Silabus modul Container Terminal CT Port and Global Supply Chain Port, Supply Chain and Globalisation Marine Terminal
Cargo PlanningContainer Movement Export and Import Cargo Vessel Operations
Container Terminal Operator Design and Operation
Key Performance Indicator Definition Berth Indicator Handling Output Indicator Gang Output Indicator Utilization Ratio Indicator Storage Yard Indicator Flexibility Indicator Reliability Indicator Indicator and Basis Computation
Port Planning Storage Yard Terminal Security Emergency Contingency
Cargo Handling Equipment Type Equipment Required
Page 2
Learning Outcomes Function and role of container terminal in Supply Chain System
The main element of the container terminal Factors determine the type of cargo equipment required in the container terminal
Understanding of cargo planning in container terminal Understanding of performance measures in CT
Page 3
For many consignees, it is more important
to know when my goods will arrive ratherthan how fast they can be delivered
Page 4
Port and Global Supply ChainProfil Kegiatan Transportasi dari Pelabuhan Asal ke Pelabuhan Tujuan
Grain Oil
Bulk
Cont GC
Shipment (pengapalan): Weight, Frequency, Schedule Lane (lintasan): Modes, Speeds, Carriers, Transit Time. Time Windows (batasan waktu): Capacities, Rates, On-Time Utility%.
POLOtherr
POD
Otherr
Otherr
Page 5
Port and Global Supply ChainProfil Pelaku di Pelabuhan Tujuan
Port Authority
Shipping Line
Marine Terminal
Bulk /GrainTerminal Container Terminal Oil Terminal Special Terminal
Equip Provider
POD
Labor
Shipp Agency
Freight Fwdr
Custom, Quarantine
Transfer of General Cargo to containers gradually brought about the Globalization of shipping services and it about supply chain
Page 6
Port and Global Supply ChainFungsi CT dalam suatu Jaringan Logistik
Port - CT
Page 7
Port and Global Supply ChainFungsi CT dalam suatu Jaringan Logistik
Port/CT berperan penting didalam suatu rantai jaringan
logistik , dimana suatu produk melalui pelabuhan / CT sebelumdi deliver ke konsumen. Port/CT harus berperan aktif dalam jaringan transportasi dan termasuk memahami hinterland yang menjadi market hya CT harus memahami kebutuhan (needs) costumer-nya CT harus berkolaborasi dengan dengan semua moda transportasi untuk mengamankan kebutuhan customers dan juga ini akan menarik customers baruPage 8
Port and Global Supply ChainGlobalisasi dan kaitannya dengan Port / CT Shipping lines membentuk konsorsium dan sharing space, sehingga
menawarkan pelayanan kepada customers-nya tanpa perlu mengoperasikan banyak kapal. Ini membawa kepada globalisasi pelayanan shipping lines Customer shipping meminta agar produk/barangnya just in time , dimana sesungguhnya ini menjadikan sistem transportasi sebagai warehouse
Port/ CT yang melayani shipping lines untuk kegiatan transhipment atau negaratujuan barang/produk dengan rute kapal yang tetap Oleh karenanya dikenal hub port dalam rangkaian tujuan cargo secara global dan regional yang dilakukan oleh Shipping lines Contoh hub port di Asia : Tg Pelepas, Singapore, Hongkong, Kaohsiung, Busan Lainnya antara lain: Panama, Jamaica, Srilangka, UAE, Salalah Oman,
Page 9
Port and Global Supply ChainGlobalisasi dan kaitannya dengan Port / CT Untuk menjadi hub port, secara geografi terletakMajor Trades Route East to West
dalam rute perdagangan utama dunia Sarana dan fasilitas terminal yang mendukung, termasuk ketentuan peraturan2. Pelayanan dengan performansi tinggi tanpa
henti sepanjang waktuPapua NG Brunei, East Malaysia
Chrismast Isl, Coco Isl
Singapore
Batam, Medan
Contoh hub port: Singapore, yang bertindak sebagai pelabuhan utama regional (main port)Page 10
Vietnam, Bangkok
JKT, LCB
Port and Global Supply ChainMarine Terminal Roles in Supply Chain- Flexibility - Continuous Improvement
Marine Terminal Roles
Container Interchanged from one carrier to another (ship, rail, truck
Consignee
To optimize just in time in supply chainPage 11
Flow of Goods
Port and Global Supply ChainMarine Terminal Roles in Supply Chain
Marine Terminal Roles
Fleksibel terkait dengan prosedur operasional untuk
menghadapi situasi yang tidakterduga Perbaikan dan peningkatan diberbagai sektor, antara lain;- Flexibility - Continuous Improvement
sistem informasi, sistem billing, sistem operasional, investasi peralatan dan
Page 12
sumber daya manusia.
Ports
are more than just piers
Prof. Dr. Willy Winkelmans(Institute of Transport and Maritime Management Antwerp)
Page 13
Container Terminal OperatorDesign and Operation
Terminal Peti Kemas di design untuk penanganan petikemas (handling), penimbunan (storage) dan transfer petikemas dari suatu moda angkutan ke moda angkutan lainnya (seperti;
kapal, truk, tongkang dan kereta api)Pengertian dari Terminal Petikemas (CT) : adalah suatu
kawasan di pelabuhan dimana kapal peti kemas sandar danmelakukan kegiatan bongkar muat peti kemas dan mempunyai lapangan penimbunan peti kemasPage 14
Container Terminal OperatorDesign and OperationPeraturan Pemerintah No.61 Thn 2009 Tentang Kepelabuhanan Pasal 100 (ayat2)
Persyaratan untuk melayani angkutan peti kemas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi: a. memiliki sistem dan prosedur pelayanan; b. memiliki sumber daya manusia dengan jumlah dan kualitas yang memadai; c. kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal generasi pertama; d. tersedianya peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang terpasang dan yang bergerak (container crane); e. lapangan penumpukan (container yard) dan gudang container freight station sesuai kebutuhan; f. keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi on line baik internal maupun eksternal; dan g. volume cargo yang memadai.Page 15
Container Terminal OperatorDesign and Operation
Ada berbagai bentuk dan desain CT, namun pada intinya harus meliputi: a. Storage area CY b. Konstruksi Dermaga dibangun linear dan terlindung
termasuk kedalaman kolam yang terjagac. Kapasitas Dermaga mampu melayani kapal secara simultan
d. Peralatan penanganan petikemas dermaga / lapangane. Gate, truck parking, rail, warehousePage 16
Container Terminal OperatorDesign and Operation
Sebuah CT mempunyai kompleksitas sistem yang berfungsidan berjalan dengan baik hanya jika layout yang ada efisien sehingga kegiatan BM kapal bisa berjalan dengan lancar. Layout dan pemilihan peralatan terminal untuk area yang disebutkan diatas saling terkait dan sangat tergantung dari: Jumlah petikemas yang ditangani
Area yang tersediaModa transportasi hinterland (mis: trailer, kereta-api, barges).Page 17
Container Terminal OperatorDesign and Operation Suatu CT terdiri atas 3 area operasional yaitu: 1. Area antara Dermaga dan CY (Quayside) 2. Container Yard (stacking area) 3. Area operasi terminal (Landside) termasuk gate, parking,
perkantoran, customs facilities.
Sistem operasi adalah kombinasi kegiatan peralatan yangdigunakan di: Di kapal Untuk transfer dari kade ke CY Untuk stacking di CY Untuk melayani petikemas dari CY ke hinterland (Rec/Delivery)Page 18
Container Terminal OperatorDesign and Operation
Bagan Sistem Operasi CT
Page 19
Container Terminal OperatorPort Planning
Port Planning
Berth Ops
Ship Ops
Yard Ops
Gate Ops
Schedule Ops
Page 20
Container Terminal OperatorPort Planning1. Operasional Penyandaran (Berth operation) adalah sangat peduli dengan jadwal kapal kedatangan kapal, peng-alokasian tempat sandar di dermaga dan ketersediaan kran dermaga (quay cranes) untuk melayani kapal. Kunci sukses
operasional penyandaran adalah waktu kapal di pelabuhan (turn-around time)2. Operasional kapal (Ship operation), bongkar dan muat petikemas termasuk
operasional kapal Untuk mencapai rate crane yang tinggi (jumlah pergerakanpetikemas per jam) maka planner harus mengoptimalkan tahap kerja kran (crane working sequence) dalam bentuk daftar detil pergerakan kran, sehingga tidak ada benturan antar kran yang berdekatan dan pada saat yang sama memastikan trailer (prime movers) dapat berkerja dengan aman dibawah kran dermaga.
Page 21
Container Terminal OperatorPort Planning3. Operasional lapangan (Yard operation), Kegiatannya termasuk pembongkaran petikemas (discharging), pemuatan petikemas keatas kapal (loading), merelokasi petikemas yang tidak ada di sequence ( shuffling), di blok penumpukan melakukan
shifting atau re-distribusi petikemas supaya pemuatan ke kapal lebih efisien danmelakukan pemuatan petikemas ke atas trailer yang akan di bawa ke blok penumpukan lain(internal haulage) 4. Operasional pintu (Gate operation), entry data pergerakan petikemas.
5. Penjadwalan (Scheduling. : fungsi ini adalah memastikan segala sumberdayaseperti trailer (prime movers), kran lapangan (yard crane) dan peralatan lainnya tersedia dan bisa digunakan.Catatan : Koh, Peng-Hong, Goh, Jimmy L.K., Ng, Hak-Soon And Ng, Hwei-Chiat. Using Simulation To Preview Plans Of A ContainerPage 22
Container Terminal OperatorStorage Yard
Layout Storage Yard / CY yang umum digunakan adalah dibagi dalam empat persegi panjang yang di sebut block.
Penamaan petikemas di dalam CY adalah Blok / Slot / Row/ Tier Setiap block biasanya terbagi dalam tumpukan (stack) untuk menimbun petikemas yang terdiri atas 7 rows, yaitu 6 row untuk stacking petikemas dan row ke 7 untuk lalulintas
truk (primevovers) yang dikenal dengan nama slot
Page 23
Container Terminal OperatorStorage Yard
Storage
area
untuk
petikemas
20
feet
(5,90Mx2,40Mx2,40M) disebut 1 slot dan petikemas 40 feet
(12,03Mx2,40Mx2,40M) berarti menggunakan 2 slots untukstacking 1 petikemas. Jarak antara row antara 35-50 cm tergantung dari luas CY Pada umumnya, stacking dalam satu slot adalah homogen petikemas
Tinggi stacking atau tier tergantung dari Yard Crane yangmelayani petikemas di lapangan penumpukan.Page 24
Container Terminal OperatorStorage Yard
Page 25
Container Terminal OperatorStorage Yard
Banyak CT yang mempunyai kebijakan alokasi petikemas di CY yang berbeda dengan pertimbangan operasional, luas CY,
jumlah dan jenis alat YC, volume dan arus In/OUT petikemas;yaitu antara lain: Dibagi atas alokasi IMPOR, EXPOR dan MTY Alokasi menurut Liner Alokasi menurut Pelabuhan Tujuan (EXP)
Alokasi menurut berat (EXP)
Page 26
Container Terminal OperatorStorage Yard
Pada umumnya CT membuat alokasi secara homogen, yaitu di dalam satu slot hanya terdiri atas petikemas ukuran yang
sama. Selain itu juga untuk petikemas special, dialokasikan secara terpisah, misalnya untuk petikemas berpendingin (reefer), petikemas Barang berbahaya (DG), petikemas overdimensi (OOG)
Page 27
Container Terminal OperatorStorage Yard
Berbagai bentuk SY suatu CT antara lain : Lapangan terbuka tanpa bantalan petikemas
Lapangan terbuka dengan bantalan petikemas Design suatu SY juga tergantung dari peralatan YC yang digunakan di suatu CT Baik YC mengunakan rail (RMGC) atau menggunakan tyre Baik sistem rail car one stack atau double stack
Page 28
Container Terminal OperatorStorage Yard Contoh design CY
Page 29
Container Terminal OperatorStorage Yard
Masalah yang sering muncul dalam Storage Yard :
1. Frekuensi Cross Gantry2. Kongesti alur kendaraan di dalam CY. 3. Frekuensi Overloading Yard Crane / RTG. 4. Frekuensi Crane clashing
Page 30
Container Terminal OperatorTerminal SecurityTerminal harus mempunyai sistem keamanan, untuk: Melindungi peralatan yang harga nya sangat mahal Mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk ke Hnadling Area Mencegah pencurian , pengrusakan, sabotase dll. Setelah kejadian 11/9/2001, prosedur untuk akses ke CT diterapkan dengan sistem pengawasan keamanan pelabuhan ISPS Code ISPS adalah suatu sistem penngamanan internasional yang melibatkan semua instansi secara komprehensif, antara lain : Pemerintah, negara yang mengadopsi ISPS Code
Perusahaan pelayaran Industri maritim (terminal) Agency ( OOP Adpel POLRI Pelindo / PFSO)Page 31
Container Terminal OperatorTerminal Security Mengunakan peralatan yang memadai untuk sistem pengawasan CT (surveillance) antara lain ; CCTV, Guard-men, Check point . Security check list Visitor check list Membuat prosedur tetap bagi setiap kegiatan yang dilakukan di CT Melakukan pelatihan (training) dan latihan simulasi (exercise) yang melibatkan semua agency secara priodik Dan melakukan kaji ulang (review) sistem pengamanan suatu CT
Page 32
Container Terminal OperatorEmergency Contingency Adalah suatu sistem dan cara untuk menghadapi suatu situasi yang bersifat darurat, antara lain : Kebakaran Gempa bumi Tumpahan minyak atau ledakan muatan / petikemas Terorisme dan sabotase Sebuah CT harus mempunyai Emergency Respond Plan dan koordinasi dengan berbagai instansi terkait, antara lain: PFSO / POLRI / KPLP (Coast Guard) Rumah Sakit MilitaryPage 33
Shipping lines
Reliability and availability equipments is contributed to customers satisfaction Page 34
Cargo Handling EquipmentType Equipment Required Pertimbangan menentukan alat yang akan digunakan dalam suatu CT antara lain: Lahan yang tersedia dan bentuk design CT ( desain dermaga dan SY) Prediksi Volume petikemas Jarak tempuh di SY
Spesifikasi alat Performansi alat Harga alat / financing factors Harga perawatan / cost maintenance Jaminan / warranty Analisa dilakukan secara mendalam dengan berbagai sistem operasi antara setiap alat yang akan di gunakan
Page 35
Cargo Handling EquipmentType Equipment RequiredStraddle Carrier Menggunakan Ban Tidak mempunyai jalur khusus Membawa petikemas dari dermaga
untuk di stacking ke SY(menggendong) Maintenace cost tinggi Bisa membawa petikemas FL / MTY High Speed
Page 36
Cargo Handling EquipmentType Equipment RequiredShuttle Carrier Menggunakan ban
Membawa petikemas daridermaga ke SY Tidak bisa menyusun / stacking Single carrier High Speed
Page 37
Cargo Handling EquipmentType Equipment RequiredRubber Tyres Gantry Menggunakan ban Pergerakan sangat terbatas Tidak bisa menggendong petikemas Mampu stacking sampai 7 tier Investasi besar
Page 38
Cargo Handling EquipmentType Equipment RequiredRail Mounted Gantry Mirip dengan RTG Mempunyai rel / jalur khusus Lebih stabil dalam operasi Mampu menggendong petikemas Pergerakan alat sangat terbatas
Page 39
Cargo Handling EquipmentType Equipment RequiredTop-Lift Truck Kadang disebut top-track Mampu stack hingga 4 tier Mampu mengendong petikemas
dari dermaga ke SY Handling MTY cont Reach Stacker Sangat fleksibel Bisa handle FL/MTY conts Bisa menggendong jarak dekat
Bisa stacking sampai 6 tierPage 40
Cargo Handling EquipmentType Equipment RequiredTop-Loader / Side-Loader Mempunyai sisitem tiang penopang (seperti FL) Perawatan murah Memakan banyak space dalam pergerakan alat Untuk handle MTY conts
Mampu stack sampai 8 tier
Page 41
Cargo Handling EquipmentType Equipment RequiredPrime Mover Sebagai pengangkut / haulage petikemas dari dock side ke SY Terikat dengan chasis berbagai
jenis dan ukuran AGV Automated Guide Vehicle Tidak menggunakan operator Mengatur dari Control Room Integrasi dengan sistim IT terminal Mampu membawa double petikemas Saat ini digunakan di CT EropahPage 42
Cargo Handling EquipmentType Equipment RequiredQuay Crane Berbagai jenis ukuran, disesuiakan dengan jenis kapal yang akan dilayani
Sangat cocok untuk melayanikapal petikemas Kapasitas tergantung dari spesifikasi alat.
Jenis dan produktivitas QC yang digunakan di CT : New Panamax QC, Out reach 65 mtr, 40 to 50 MPH Post Panamax QC, Out reach 45 mtr, 35 to 45 MPHPage 43
Panamax QC, Out reach 30 mtr , 20 to 30 MPH
Optimizing of cargo planningis reduces port stayPage 44
Cargo PlanningContainer Movement Pergerakan petikemas secara umumnya hanya terbagi 2 (saja) di CT: Export Container Import Container
Export Containero Gate to Ship o Rail to Ship o Barge to Ship
Import Containero Ship to Gate o Ship to Rail o Ship to Barge
Transshipmento Ship to Ship
Page 45
Cargo PlanningExport Cargoes Prosedur Export Container : Shipping mengajukan booking Slot / Open stack Open / Cut-off stacking Planner membuat stack allocation di CY Beberapa saat sebelum ETA, konnfirmasi Cargo yang akan dimuat (CVIA) Planner membuat Pre-Stowage plan
Prosedur Penerimaan / Receiving Export Container : Gate : Entry data, Penimbangan dan pemeriksaan fisik petikemas Petikemas menuju lokasi stack Alokasi stack sudah ditentukan menurut kriteria yang ditetapkan Pemeriksaan untuk petikemas khusus, yaitu OOG, DG, Reefer berbeda dengan petikemas dry / General.
Page 46
Cargo PlanningImport Cargoes Prosedur Import Container Menerima pemberitahuan dari Shipping (Baplie/Edi ) dan Discharged List Menerima data petikemas khusus, OOG, DG, Reefer containers Planner membuat stacking allocation Terminal membuat persiapan operasi bongkar (discharge operation) Pemeriksaan petikemas yang dibongkar dari kapal, dan dibuat record sesuai dengan kebutuhan, dilakukan dikesempatan pertama saat petikemas turun di dermaga atau di CFS. Untuk CT di beberapa negara maju, petikemas yang dibongkar melalui scanner sebelum stacking di CY atas alasan keamananPage 47
Cargo PlanningVessel Operations Operasional kapal terbagi atas: Persiapan sebelum kedatangan kapal Saat kapal tiba di dermaga Pemuatan kapal ( Vessel Stowage)
Persiapan sebelum kedatangan kapal Konfirmasi ETA
Penetapan dermaga Rapat operasional kegiatan kapal Persiapan TKBM dan Peralatan
Saat kapal tiba di dermaga Diskus dengan Captain / Chief offiicer terkait stowage planPage 48
Cargo PlanningVessel Operations
Pemuatan kapal ( Vessel Stowage) Petikemas di muat sesuai dengan Stowage plan yang sudah di setujui pihak kapal. Setiap perubahan harus persetujuan dari Captain / Chief Officer Semua kegiatan pemuatan dan lashing / securing harus di supervisi Harus selalu diingat bahwacrew kapal, owner adalah customer dari CT, mereka bertanggungjawab mengantarkan kapal dan muatannya ke pelabuhan bongkar dengan selamat. Membuat dokumentasi setelah pemuatan selesai, termasuk laporan kerusakan jika ada. Apabila ada jenis break bulk yang dimuat harus dibuat tanda terima mate receipt yang ditandatangani pihak kapal (chief officer).
Page 49
Efficiency is the Key Word of
Terminal ManagementPage 50
Key Performance IndicatorDefinitions Performansi terbagi atas 3 (tiga) yaitu:1. Performansi Fisik, yaitu output dari fasilitas yang ada di CT dan ini bisa di hitung untuk setiap jenis fasilitas (dermaga, yard, crane, labour dll) 2. Perfomansi Finansial, yaitu kontribusi dari tiap pelayanan/service yang disediakan 3. Perfomansi Kualitas, yaitu Kehandalan (realibility), Flexibility, penerapan aturan, waktu yang dibuang untuk menyelesaikan suatu kendala, dan ini
menjadi faktor yang sangat penting dalam persiangan CT di bandingkanharga. Performansi kualitas juga berarti kemampuan suatu terminal dalam memecahkan suatu masalah.
Page 51
Key Performance IndicatorDefinitionsSummary of performance indicators suggested by UNCTAD Financial indicators Tonnage worked Arrival date Cargo handling revenue per ton of cargo Operational indicators Arrival date Service time
Berth occupancy revenue per ton of cargo Waiting time Labor expenditure Turn-around time Tonnage per ship Capital equipment expenditure per ton of Fraction of time berthed ships worked cargo Number of gangs employed per ship per Contribution per ton of cargo shift Total contribution Tons per ship-hour in port Tons per ship hour at berthSource: UNCTAD (1976) - United Nations Conference on Trade and Development
Tons per gang hours Fraction of time gangs idle
Page 52
Key Performance IndicatorDefinitions Apa yang dimaksud dengan Indikator yaitu: Suatu tools dan cara untuk mengukur performansi , yang dilakukan secara objektif Indikator tergantung dari keandalan data / informasi yang tersedia Untuk menganalisa efisiensi suatu CT harus memisah aktivitas untuk memetakan kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses)Page 53
Saat ini sangat banyak faktor yang
di pertimbangkan oleh Shippinglines dalam memutuskan Terminal yang akan disandari oleh kapal
mereka. Sevices atau pelayanan adalah faktor yang sangat penting, termasuk fasilitas
terminal, peralatan BM yang modern,dukungan rute kapal feeder, otpimalisasi operasional, tariff, waktu
storages, kecepatan BM, safe handling, data infomasi / IT system yang akurat dan real time.
Key Performance IndicatorBerth Indicator Berth Output Indicator Adalah menunjukkan performansi tiap berth yang tersedia Berth Throughput (BT) adalah jumlah TEU yang ditangani pada satu dermaga/berth dalam periode tertentu (biasanya satu tahun) BT = total TEU / one year on the berth concerned
Berth Service Indicator, untuk menentukan TRT/Turn Round Time kapal Waiting Time (WT) adalah selisih waktu TA dan TBWT ratio : cumulated time for waiting (in hours) total number of ships
Service Time(ST) adalah selisih waktu TB dan TDST ratio : cumulated service time total number of ships
Page 54
Key Performance IndicatorBerth Indicator Time in Port (PT) atau TRT , waktu antara TA sampai TD TRT ratio : cumulated WT + ST total number of ships Berth Occupancy Ratio (BOR) adalah menunjukan intensitas penggunaan dermaga dalam periode tertentu. BOR : service time hours in a year (other period) Berth Worked Time (BWT) adalah jumlah jam efektif operasional kapal, memberikan indikasi kualitas pelayanan kapal. BWT ratio : time worked service time
Page 55
Key Performance IndicatorHandling Output Indicator Ship Output Indicator adalah adalah mengukur rate cargo yang ditangani (bongkarmuat) kapal. BSO TEU per ship at berth BSO : TEU handled service hours PSO TEU per ship hour in port PSO : TEU handled hours in port It is logically that WSO > BSO > PSO
Ada tiga indikator yaitu : Worked Ship Output (WSO) Berth Ship Output (BSO) Port Ship Output (PSO)
WSO TEU per worked hour WSO : TEU handled worked hours
Faktor yang mempengaruhi adalah : metode penanganan / handling, jumlah gang dan jumlah alat yang digunakan
Page 56
Key Performance IndicatorGang Output Indicator Ship Output tergantung dari kinerja gang / buruh yang bekerja dalam menangani kapal., untuk itu perlu diketahui gang output . Average output per gang hour : TEU (or boxes) handled (gang x hours worked)
Average number of gang per ship : number of gangnumber of ships
Faktor yang mempengaruhi: kualitas dan kapasitas alat, jenis kapal dan kebijakan insentif.
Page 57
Key Performance IndicatorUtilization Ratio Indicator Utilization Equipment, estimasi kapasitas dan mobilisasi alat, yang dihitung per hari atau per bulan atau per tahun Rate of Utilization of cranes : number of worked hours number of available hours Utilization of Workers Rate of Utilization of workers : (men x hours) worked (men x hours) available Faktor yang mempengaruhi: jenis alat, jenis muatan, jenis kapal, kepadatan traffic, frekuensi breakdown alat.
Page 58
Key Performance IndicatorStorage Yard Indicator Lebih fokus kepada utilisasi Storage Yard yang di hitung per hari yaitu Dwelling Time (DT)
Average DT : (TEU) x dwell time) TEU stored
Faktor yang mempengaruhi: keterlambatan clearance Bea Cukai,kemampuan shipper dalam mengurus dokumen, kapasitas CY, kebijakan tariff .
Page 59
Key Performance IndicatorFlexibility Indicator
Working hours, yaitu dimana suatu terminal beroperasi 24/7 untuk penanganan muatan, di lain sisi pelayanan terkait tidak 24/7 Ketepatan waktu (punctuality)
Punctuality Ratio : delayed time (arrival or departures)number of calls
Page 60
Key Performance IndicatorReliability Indicator
Keamanan (security)Indicator of security : number of pilfirage cases (pencurian) number of BL or manifest Di hitung dalam per bulan atau per tahun Reliability indicator : number of effective worked days
number of schedules working days Adalah umum digunakan jika terjadi pemogokan (strikes) atau kejadian sosial lainnya di pelabuhan.
Page 61
Indicator and Basis of ComputationIndicator Average ship round time Computation Total hours vessel stay in port divided by Total no. of ships
Average tonnage per vessel day Total tonnage of cargo handled divided by Total (hours) no. of vessel days (hours) Average vessel time at berth Tons per gang hour TEUs per crane (hook) hour Dwell time Berth throughputPage 62
Total hours alongside berths divided by Total no. of vessels berthed Total tonnage handled divided by Total no. of gangs x total no. of hours worked Total no. of TEUs handled divided by Total no. of cranes used x total no. of hours cranes worked Total no. of cargo tons x days in port divided by Total tonnage of cargo handled Total tonnage of cargo handled at berths divided by Total no. of berths
Indicator and Basis of ComputationIndicator Throughput per linear meter Berth occupancy rate (%) Berth utilization rate (%) Berth Worked Time - BWT Effective time ET (net time) Boxes Crane Hour BCH (crane rate) Computation Total tonnage of cargo handled at berths divided by of wharf Total length of berths Total time of ships at berths x 100 divided by Total no. of berths x 365 days Total time that ships actually work x 100 divided by Total time of ships alongside Total worked time from commence to complete operation BWT minus Total Idle+HC+Breakmeal Total no. of boxes handled divided by Net time
Boxes Shipped Hour BSH (elapsed rate)
Total no. of boxes handled divided by BWT
Page 63
References1. Performance Measurements of ContainerTerminal Operations, Soner EsmerDokuz Eyll niversitesi Sosyal Bilimler Enstits Dergisi Cilt 10, Say: 1, 2008
2. Terminal Operations and Performance Indicators, David Whitaker, Professor BernardFrancou PhD, 2004 3. The CONTAINER HANDBOOK, 2003 4. Ooptimizing Yard Operations in Port Container Terminal, Louise K TRANBER
5. Operations Systems of Container Terminals: A Compendious Overview, BirgittBrinkmann, (2005) Seehafen Planung und Entwurf. Springer, Berlin 6. Container terminal operation and operations research - a classification and literature review. In H.-O. Gunther and K. H. Kim, editors, Container Terminals and Automated
Transport Systems7. Port Performance Indicator, Kek Kho Chuung, 2003, Transportation, water and urban development department the world bank
Page 64
Evolusi Kapal Petikemas
Page 65
Peringkat Pelabuhan Utama Dunia - 2011Rank Port 1 Shanghai 2 Singapore 3 Hong Kong 4 Shenzhen 5 Busan 6 Ningbo 7 Guangzhou 8 Qingdao 9 Dubai 10 Rotterdam 11 Tianjin 12 Kaohsiung 13 Port Klang 14 Antwerp 15 Hamburg 16 Tanjung Pelepas 17 Los Angeles 18 Long Beach 19 Xiamen 20 New York/New Jersey 21 Dalian 22 Laem Chabang 23 Bremen/Bremerhaven 24 Jakarta 25 Tokyo 26 Jawaharlal Nehru (Mumbai) 27 Valencia Page 66 28 Ho Chi Minh City (Saigon) 29 Colombo Country People's Republic of China Singapore People's Republic of China People's Republic of China South Korea People's Republic of China People's Republic of China People's Republic of China Uni Arab Emirate's Netherlands People's Republic of China Taiwan (Republic of China) Malaysia Belgium Germany Malaysia United States of America United States of America People's Republic of China United States of America People's Republic of China Thailand Germany Indonesia Japan India Spain Vietnam Sri Lanka 1 2010 29,069 28,431 23,699 22,510 14,194 13,144 12,550 12,012 11,600 11,140 10,080 9,180 8,870 8,470 7,910 6,540 6,500 6,260 5,820 5,290 5,260 5,190 4,890 4,720 4,280 4,280 4,210 4,110 4,080 2 2009 25,002 25,866 20,983 18,250 11,954 10,502 11,190 10,260 11,124 9,743 8,700 8,581 7,309 7,309 7,007 6,000 6,748 5,067 4,680 4,561 4,552 4,538 4,578 3,800 3,810 4,061 3,653 3,563 3,464 3 2008 27,980 29,918 24,248 21,414 13,425 11,226 11,001 10,320 11,827 10,784 8,500 9,677 7,970 8,663 9,737 5,600 7,850 6,350 5,035 5,265 4,503 5,134 5,529 3,984 4,271 3,953 3,593 3,100 3,687 4 2007 26,150 27,932 23,881 21,099 13,270 9,349 9,200 9,462 10,653 10,791 7,103 10,257 7,120 8,176 9,890 5,500 8,355 7,316 4,627 5,299 4,574 4,642 4,912 3,900 3,818 4,060 3,043 2,532 3,380 5 2006 21,710 24,792 23,539 18,469 12,039 7,068 6,600 7,702 8,923 9,655 5,950 9,775 6,326 7,019 8,862 4,770 8,470 7,289 4,019 5,093 3,212 4,123 4,450 3,280 3,969 3,298 2,612 2,532 3,079 In '000' TEUs 6 7 2005 2004 18,084 14,557 23,192 21,329 22,427 21,984 16,197 13,615 11,843 11,430 5,208 4,006 4,685 3,308 6,307 5,140 7,619 6,429 9,287 8,281 4,801 3,814 9,471 9,714 5,544 5,244 6,482 6,064 8,088 7,003 4,177 4,020 7,485 7,321 6,710 5,780 3,342 2,872 4,785 4,478 2,665 2,211 3,834 3,529 3,736 3,469 3,282 3,170 3,593 3,358 2,667 2,361 2,410 2,145 2,122 1,868 2,455 2,221
Peringkat Shipping Lines DuniaAlphaliner - Top 100 : Operated fleets as per 23 March 2012 Total Rnk Operator TEU Ships 1 APM-Maersk 2,551,516 655 2 Mediterranean Shipping Co 2,216,875 488 3 CMA CGM Group 1,323,860 384 4 COSCO Container L. 664,693 150 5 Hapag-Lloyd 632,556 142 6 Evergreen Line 613,146 166 7 APL 603,514 139 8 CSCL 549,863 147 9 Hanjin Shipping 483,541 100 10 MOL 461,372 104All information above is given as guidance only and in good faith without guarantee Alphaliner 1999-2012
Total TEU capacity Total world Container Ship Fleet operatedPage 67
15,254,183 4,790
Asal Usul LogistikLogistik dianggap berasal dari kebutuhan militer untuk memasok persenjataan, amunisi dan ransum ketika mereka pindah dari basis utama ke posisi ke depan. Dalam Yunani kuno, Romawi dan kekaisaran Byzantium, posisi perwira militer dengan judul Logistikas bertanggung jawab untuk masalah-masalah pembagian keuangan dan penawaran.DEFINISI LOGISTIK: Adalah suatu proses yang strategis didalam mengendalikan pengadaan, pergerakan dan penyimpanan bahan baku, suku cadang dan inventori barang jadi, termasuk arus informasi, melalui organisasi dan komponen pemasaran, sedemikian rupa agar keuntungan sekarang dan akan datang dapat dimaksimumkan secara efisien dan efektif sesuai permintaan pelanggan. TUJUAN LOGISTIK : Adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi yang membutuhkan, dan dengan biaya yang terendah. Melalui proses logistik, material mengalir ke kompleks manufacturing yang sangat luas dari suatu lingkungan industri dan produk-produk di distribusikan melalui saluran-saluran distribusi untuk konsumsi.Page 68
Pelaku Usaha Logistik SARANA atau CARRIER: Pemilik kapal (Hanjin, Maersk, Evergreen, Cosco, APL, NOL, dll.), pengelola angkutan darat (Greyhound, Hertz, dll.), penerbangan (Fedex, JAL, Northwest, dll), dan kereta api (Santa Fe, Trans Siberian, PT.KAI, dll.; PRASARANA atau NON-CARRIER: Pelabuhan laut (PSA, Port Klang, Laem Chabang, HK Port, Rotterdam, Hamburg, New York,dll), penyeberangan, bandar udara (CIAS, Schipol, Suwarnabhumi, Sepang Airport, dll., terminal, pergudangan (YCH, BGR, dll), CFS (Incheon Port IFT/ICD), depo konsolidasi (Yeonhwa IFT), PPJK, IT (Oracle), jasa pengurusan dokumentasi, dll;
FREIGHT FORWARDER: FF sbg.arsitek angkutan barang atau sbg. Prinsipal, dapat bertindak a/n shipper, consignee, atau a/n sendiri. (Panalpina, Danzas, Schenker, Hellman, Exel, MOL, dll.) Yang lahir dari kiriman ekspres: DHL, UPS, TNT, Nippon Express, dll.
Page 69
Customer Needs ? TOLOK UKUR KEGIATAN LOGISTIK YANG EFISIEN & EFEKTIF ; Customer needs
TEPAT JUMLAH;TEPAT MUTU; TEPAT ONGKOS; TEPAT WAKTU; TEPAT TEMPAT.Page 70
Just In Time ? Definisi meyakini JIT adalah suatu pendekatan dilakukan yang sesuai
bahwa
pembelian
jumlah yang di minta, tepat waktu dan tepat kualitas, serta tidak terjadi kesia sian JIT : the principle that goods are delivered at the right quantity at right place immediately in advance of their requirement.Page 71
Terimakasih
Page 72